LKPD 1
CATATAN GURU:
Heo
Flores Aerofon Ditiup Pola irama
Foy doa
Canang
5 Jambi xylophone Dipukul Nada
pentatonik
Keramon
6 Jambi Aerofon ditiup Diiringi
membaca
mantra-
mantra
Serangko
A. 1 dan 3
B. 2 dan 4
C. 3 dan 5
D. 4 dan 3
E. 5 dan 1
4. Alat musik petik dari pulau Rote Nusa Tenggara Timur adalah….
A. Gambus
B. Sasando
C. Kecapi
D. Rebab
E. Sapek
5. Perhatikan gambar permainan alat musik pukul bernama Dol khas Bengkulu
Di Atas, Pernyataan Yang Paling Tepat Dan Sesuai Dengan Gambar
Adalah….
1. Sejarah Heo
Sebenarnya tidak ada catatan mengenai awal mula terciptanya alat musik tradisional
yang satu ini. Akan tetapi, pada zaman dulu, orang tua bercerita bahwa jika ada seseorang
yang pandai memainkan alat musik Heo maka orang tersebut akan menjadi incaran para
gadis atau kembang desa. Karena orang yang lihay dalam memainkan alat musik tradisional
ini sangat jarang, sehingga itulah yang menjadi alasan mengapa orang yang bermain Heo
dengan lancar banyak disukai para wanita. Memiliki kebanggaan tersendiri jikalau seseorang
pada masa itu dapat menggunakan Heo yang berasal dari suku Dawan Timor ini dengan
sangat baik.
Alat musik tradisional FOY DOA, adalah nama sebuah alat musik tradisional NTT
[ Nusa Tenggara Timur ], yang berasal dari pulau Flores, lebih tepatnya lagi berasal dari
Kabupaten Ngada.
Seberapa lama usia musik Foy Doa tidaklah diketahui dengan pasti karena tidak ada
peninggalan- peninggalan yang dapat dipakai untuk mengukurnya. Foy Doa berarti suling
berganda yang terbuat dari buluh/bamabu keil yang bergandeng dua atau lebih.Mungkin
musik ini biasanya digunakan oleh para muda-mudi dalam permainan rakyat di malam hari
dengan membentuk lingkaran. FOY DOA terdiri dari 2 atau bisa saja lebih suling yang
digandeng dan dalam memainkannya digunakan secara bersama-sama.
Perkembangan Musik Foy Doa, Awal mulanya musik Foy Doa dimainkan seara sendiri, dan
baru sekitar 1958 musisi di daerah setempat mulai memadukan dengan alat-alat musik lainya
seperti : Sowito, Thobo, Foy Pai, Laba Dera, dan Laba Toka. Fungsi dari alat-alat musik
tersebut di atas adalah sebagai pengiring musik Foy Doa
3. Sejarah Geundrang
Menurut catatan yang didapatkan kemungkinan telah ada sejak Aceh zaman Hindu dan
mirip dengan instrumen Dhol yang berasal dari India, atau terlupakan juga datang ke Aceh
lewat pedagang Islam dari Gujarat akhir abad ke XI.
Instrumen sejenis Geundrang telah ada sejak zaman neolitikum yang dibuktikan dengan
ditemukannya alat Geundrang peninggalan kebudayaan Mesopotamia (Lembah Ur) yang
berasal dari tahun 3000 SM , dan terdapat beberapa relief patung alat musik ini di India
bertarikh 2000 tahun yang terakhir.Di Aceh, Geundrang dapat ditemukan di daerah Aceh
Besar dan pesisir lain seperti Pidie dan Aceh Utara, dan dimainkan secara ansambel dengan
alat musik serune kalee dan rapai
4. Sejarang Canang
Canang merupakan alat musik tradisional dari Aceh yang sering dijumpai dalam
masyarakat Aceh, Gayo, Tamiang, dan Alas. Setiap daerah memiliki istilah sendiri-sendiri
pada alat musik ini, di Aceh disebut “Canang Trieng”, di Gayo disebut “Teganing”, di
Tamiang disebut “Kecapi”, dan di Alas disebut “Kecapi Olah”.
Alat musik ini terbuat dari kuningan yang dibentuk meyerupai gong. Hampir di semua
daerah Aceh terdapat alat musik canang, namun masing-masing memiliki pengertian dan
fungsi yang berbeda-beda.
Secara umum, canang berfungsi sebagai pengiring tari-tarian tradisional. Selain itu
juga berfungsi sebagai hiburan bagi anak-anak gadis yang sedang berkumpul. Biasanya alat
ini dimainkan setelah menyelesaikan pekerjaan di sawah atau mengisi waktu senggang
5. Sejarah Keramon
Keromong adalah alat musik tradisional Jambi yang berbentuk seperti gambelan, terdiri dari
kumpulan gong kecil. Keromong dimainkan dengan cara dipukul menggunakan pemukul
kayu dan mengeluarkan nada yang berbeda pada setiap gongnya.
6. Sejarah Serangko
Salah satu alat musik tradisional yang kian sulit ditemukan adalah serangko. Alat musik
tradisional yang berasal dari Provinsi Jambi ini merupakan warisan Kerajaan Melayu Tua di
Kerinci. Saat itu, serangko dibuat oleh masyarakat Melayu karena sulit sekali untuk
mengumpulkan massa.
Serangko termasuk ke dalam jenis alat musik tiup dengan bentuk mirip terompet. Alat
musik ini terbuat dari tanduk kerbau yang dirajah (diukir) dengan tulisan aksara incung ,
aksara yang digunakan oleh Suku Kerinci di Jambi. Pada bagian ujung tanduk yang
mengecil, disambung dengan bambu yang telah dilubangi di bagian samping. Sambungan
bambu membuat serangko memiliki panjang antara 1 hingga 1,5 meter.
Bagian tanduk kerbau akan membuat nada yang dihasilkan serangko cukup keras dan
terdengar hingga jarak beberapa meter. Hal ini sesuai dengan fungsi serangko atau puput
pada zaman dahulu, yaitu sebagai media untuk menginfokan kepada masyarakat Jambi
bahwa ada yang sedang mendapat musibah, seperti kematian. Selain untuk memberikan
kabar kepada masyarakat, serangko juga digunakan oleh komandan perang untuk
memberikan perintah.Selain menghasilkan suara yang keras, serangko juga bisa
menghasilkan nada-nada melodis dengan menutup buka lubang yang ada di bagian bambu.
Karena mampu menghasilkan nada-nada melodi, serangko pun kerap digunakan untuk
berbagai keperluan lain. Alat musik ini sering digunakan dalam upacara adat yang
menampilkan tari-tarian, misalnya Ngaji Adat, Iyo-Iyo, dan Nuhaun Seko. Serangko akan
menjadi salah satu alat musik yang mengiringi gerak para penari. Dalam upacara sakral,
seperti tolak bala, pengobatan, ngayun luci, atau upacara besambai, serangko yang digunakan
untuk mengiringi membaca mantra-mantra.