Menurut Oentoro (2010), distribusi adalah kegiatan pemasaran yang
berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dari produsen sampai ke tangan konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan jenis, jumlah, harga, tempat, dan waktu yang dibutuhkan. Lalu, menurut Basu Swastha, distribusi memiliki definisi berupa saluran pemasaran yang dipakai oleh pembuat produk untuk mengirimkan produknya ke industri atau konsumen. Lembaga yang “hidup” dalam saluran distribusi adalah produsen, konsumen, dan distributor. Kemudian, menurut Assauri, distributor merupakan kegiatan memindahkan produk dari sumber ke tangan konsumen akhir dengan saluran distribusi pada waktu yang tepat. menurut Soekartawi, kegiatan distributor menjadi aktivitas penyaluran atau pengiriman barang dan jasa supaya dapat sampai ke tangan konsumen. Dalam kegiatan distribusi, terdapat aspek fisik dan non fisik supaya alur pemasarannya lancar. Aspek fisik berkaitan dengan lokasi pemindahan atau penyaluran produk. Sementara aspek non fisik berkaitan dengan pengetahuan penjual (produsen) mengenai apa yang diinginkan oleh konsumen dan konsumen juga harus mengetahui produk apa yang dijual oleh produsen. Suhardi Sigit, saluran dalam kegiatan distribusi adalah perantara-perantara para pembeli dan penjual yang dilalui oleh pemindahan barang baik fisik maupun pemindahan pemilik dari produsen ke tangan konsumen. distribusi memiliki 3 jenis yakni distribusi langsung, distribusi semi langsung, dan distribusi tidak langsung. Saluran dalam aktivitas distribusi dapat dibedakan menjadi dua golongan yakni pedagang dan perantara khusus
Pedagang adalah seseorang atau lembaga yang membeli dan
menjual kembali suatu produk tanpa mengubah bentuknya untuk mendapatkan keuntungan dari pihak konsumen. Pedagang dibedakan menjadi beberapa macam, yakni: Pedagang besar (Grosir): pedagang yang membeli suatu produk dalam jumlah yang besar dan menjualnya kembali kepada pedagang lain. Pedagang eceran (Retailer): pedagang yang membeli suatu produk dan menjualnya secara langsung kepada konsumen. Biasanya pedagang eceran akan membeli suatu produk dari pihak produsen dalam jumlah yang besar, kemudian menjualnya kembali dalam jumlah yang lebih kecil. Perantara Khusus, mempunyai tugas yang sama dengan penjual, tetapi perantara khusus tidak bertanggung jawab secara penuh apabila produk tersebut tidak laku terjual. Perantara khusus meliputi beberapa macamnya, yakni: Agen (Dealer): perantara pemasaran resmi atas nama perusahaan di suatu daerah tertentu. Broker (Makelar): perantara pemasaran yang mempertemukan antara penjual dengan pembeli untuk melaksanakan suatu kontrak tertentu. Komisioner: perantara pemasaran yang menggunakan atas namanya sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Eksportir: pemasaran yang kegiatannya mendistribusikan suatu produk ke luar negeri. Importir: pemasaran yang kegiatannya menyalurkan suatu produk dari luar negeri ke dalam negeri. Tujuan Distribusi
Menjamin keberlangsungan produksinya suatu
produk Mengirimkan produk atau jasa tertentu ke tangan konsumen Menjaga sistem ekonomi dan bisnis Strategi Distribusi
Menurut Oentoro, supaya mendapatkan keuntungan
yang maksimal, maka membutuhkan strategi distribusi yang tepat supaya produk dapat sampai ke tangan konsumen. Ada beberapa metode atau strategi distribusi supaya produk dapat tersalurkan dengan tepat, yakni: 1. Strategi Distribusi Intensif Dalam strategi ini akan menempatkan produk pada pengecer (retailer) serta beberapa distributor di berbagai tempat. Strategi ini cocok diterapkan dalam produk-produk kebutuhan sehari-hari, seperti sembako, sabun, rokok, dan lain-lain. 2. Strategi Distribusi Selektif Dalam strategi ini akan menyalurkan suatu produk ke daerah pemasaran tertentu dengan memilih beberapa distributor atau pengecer. Sehingga akan muncul persaingan antara distributor dengan pengecer untuk mendapatkan konsumen dengan teknik masing-masing. 3. Strategi Distribusi Eksklusif Dalam strategi ini, distributor atau pengecer akan diberikan hak istimewa atas produk yang akan dijualnya. Strategi ini biasanya digunakan untuk produk dengan kualitas dan harga tinggi, misalnya showroom mobil, factory outlet, dan lain-lain. Konflik Saluran Distribusi
Menurut Bruce J.Walker, terdapat beberapa konflik
yang kerap terjadi dalam saluran distribusi, yakni: 1. Konflik Horizontal, terjadi di antara perantara tingkat distribusi yang sama. Penyebabnya adalah kebiasaan pedagang perantara yang menganekaragamkan persedian produk dengan menambah jenis produk baru. Misalnya, pada zaman sekarang, supermarket mulai menjual alat kecantikan hingga obat-obatan sehingga menyebabkan pengecer lain merasa tersaingi. 2. Konflik Vertikal Dalam konflik vertikal, biasanya terjadi antara produsen dengan pedagang besar, selain itu juga bisa terjadi antara produsen dengan pengecer (retail). a) Produsen dengan pedagang besar Konflik antara produsen dengan pedagang besar ini dapat disebabkan oleh beberapa aspek misalnya adanya perbedaan pandangan antara masing- masing pihak. Misalnya, dari sudut pandang seorang pedagang besar, mereka hanya diberikan kesempatan luas pada saat tahap awal saja yang menyebabkan kerugian. Namun, dalam sudut pandang produsen, pedagang besar tersebut kurang mampu mempromosikan barangnya sehingga terjadi kerugian, hingga akhirnya produsen memilih menggunakan tenaga penjual sendiri untuk menjual produknya. b) Produsen dengan pengecer Konflik ini biasanya timbul karena antara kedua pihak merasa berkepentingan dan mempunyai “senjata” dalam menyalurkan produk ke tangan konsumen akhir. DESAIN SISTEM PENYAMPAIAN JASA
Proses perancangan sistem penyampaian jasa
merupakan proses kreatif yang diawali dengan menetapkan tujuan jasa. Desain sistem penyampaian jasa ini meliputi: Aspek lokasi fasilitas, tata letak fasilitas, desain pekerjaan, keterlibatan pelanggan, pemilihan peralatan, dan manajemen kapasitas jasa. Unsur-unsur desain jasa, terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan (Mudie&Cottam, 1993): kontak pelanggan, bauran jasa, lokasi konsumsi jasa, desain fasilitas dan aksesori jasa, teknologi, karyawan, struktur organisasi, informasi, manajemen permintaan dan penawaran, prosedur, dan pengendalian