Suatu produk sosial tidak akan bisa menjangkau khalayak apabila keberadaannya jauh dari posisi
khalayak. Oleh karenanya produk sosial harus didekatkan pada khalayak agar mudah di akses. Caranya
bisa dengan menempatkan dan mendistibusikan produk sosial agar lebih dekat dengan khalayak.
Penempatan dan distribusi produk sosial yang tangible (nyata) tentunya berbeda dengan produk sosial
yang intangible (tidak nyata).
Distribusi produk nyata (tangible) adalah kegiatan penyaluran barang dan jasa yang
dibuat dari produsen ke konsumen agar tersebar luas. Kegiatan distribusi berfungsi mendekatkan
produsen dengan konsumen sehingga barang atau jasa dari seluruh indonesia atau luar indonesia
dapat kita barang dan jasa tersebut. Kegiatan distribusi merupakan penghubung antara kegiatan
produksi dan konsumsi. Pelaku kegiatan distribusi dinamakan distributor. Distribusi merupakan
kegiatan yang berada di antara sampai ke tangan konsumen. Barang yang telah dihasilkan oleh
produsen agar sampai ke tangan konsumen memerlukan adanya lembaga yang disebut dengan
distributor.
Dalam kenyataan tidak selamanya barang yang dihasilkan produsen untuk sampai ke
konsumen harus melewati distributor. Akan tetapi, dalam perekonomian modern kegiatan
distribusi memegang peranan yang penting. Lebih-lebih dengan makin majunya teknologi
transportasi yang mengakibatkan hubungan antarbangsa menjadi lebih dekat. Hal ini
mengakibatkan peranan distribusi makin penting karena barang yang ada didalam negeri tetapi
juga konsumen yang ada diluar negeri.
Contoh produknya, treatment methadone untuk adiksi narkoba, pemberian vaksin imunisasi, 3M
untuk mencegah DBD, pembagian kondom, 3D untuk uang palsu. Distribusi produk nyata dilakukan apabila
tujuannya untuk mencapai target adopter sebanyak-banyaknya maka harga harus dibuat serendah-
rendahnya atau gratis. Kalau tujuannya distribusi seimbang maka harganya harus fleksibel. Tetapi kalau
tujuannya untuk mengembalikan modal maka sebagian modal harus tertutup.
Proses distribusi produk nyata dapat dilakukan seperti pada produk komersial. Dari produser ke
distrobutor, ke agen, ke pengecer baru ke pengguna. Misalnya obat generik, dari produser akan
didistribusikan ke instalasi-instalasi obat di Rumah Sakit, didistribusikan ke apotik atau ke Puskesmas
sehingga obat ini mudah diakses oleh khalayak yang membutuhkan.
Distribusi Produk Tidak Nyata (intangible) adalah kegiatan penyaluran informasi melalui media
komunikasi yang dapat mempengaruhi perilaku penerima pesan. Contoh produknya, pelatihan media
literacy, program penyadaran Hak Asasi Manusia, program anti korupsi, deradikalisasi eks teroris. Berbeda
dengan produk sosial berupa ide atau praktik, produk tipe intangible dapat didistribusikan melalui
komunikasi. Didalamnya ada unsur komunikator yaitu pihak yang akan meyampaikan pesan, pesan yang
mau disampaikan, media/saluran yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan, komunikan/khalayak
sasaran yang akan menerima pesan, dan efek yang diharapkan terjadi pada khalayak sasaran.
1. Saluran Distribusi Produk Nyata (tangible)
a) Saluran Konsumen
i) Produsen ke konsumen merupakan sosial marketer yang mendistribusikan produk langsung ke konsumen
tanpa ada perantara.
ii) Produsen ke pengecer kemudian ke konsumen merupakan sosial marketer yang mendistribusikan produk
ke pengecer kemudian dari pengecer di distribusikan ke konsumen.
iii) Produsen ke pedagang grosir kemudian ke pengecer lalu ke konsumen merupakan sosial marketer yang
mendistribusikan produk ke pedagang grosir terlebih dahulu kemudian di distribusikan ke pengecer lalu
dari pengecer ke konsumen.
b) Saluran Industri
i) Producer
|
|
V
Buyer
Sangat popular, khususnya untuk barang-barang yang mahal yang membutuhkan pelayanan pasca
beli. Hanya ada sedikit konsumen yang biasanya terpisah secara geografis.
ii) Producer
|
|
V
BB distributor
|
|
V
Buyer
Digunakan jika konsumen sangat banyak, contohnya untuk barang habis pakai.
iii) Producer
|
|
V
Agent
|
|
V
Buyer
Dilakukan jika perusahaan tidak membutuhkan departemen pemasaran atau tenaga penjualan ,
maka tugas ini akan dilakukan oleh agen perusahaan.
iv) Producer
|
|
V
Agent
|
|
V
Distributor
|
|
V
Buyer
Sama seperti diatas, tetapi konsumen lebih banyak , misalnya di ekspor.
The one step flow model merupakan sosial marketer mendistribusikan produk sosial langsung kepada
khalayak sasaran.
The two step flow model merupakan sosial marketer mendistribusikan produk sosial melalui media yang
kemudian membawanya kepada initial adopter yang selanjutnya akan menyampaikan langsung kepada
khalayak sasaran terakhir.
The multi step flow model merupakan sosial marketer mendistribusikan produk sosial melalui jakur
distribusi yang lebih rumit. Disini sosial marketer akan menyampaikan produk sosialnya kepada agen
periklanan dan media terlebih dahulu. Kemudian akan membawanya kepada initial adopter yang
selanjurnya akan disampaikan langsung kepada khalayak sasaran terakhir.
Produk intangible dapat didistribusikan melalui komunikasi. Adapun alur dari komunikasi itu sendiri
adalah sebagai berikut :
Dalam membina kerja sama dalam kelompok inilah yang nantinya di gunakan dalam rangka
membina koordinasi kesatuan gerak arah yang sesuai dengan arah dan tujuan organisasi. Agar tercapai
koordinasi dalam kerjasama itu sangat penting di laksanakannya komunikasi yang setepat-tepatnya dan
seefektif mungkin sehingga koordinasi dan kerja sama benar-benar dapat dilaksanakan setepat-tepatnya
juga. Pengambilan keputusan juga sangat memerlukan komunikasi yang setepat-tepatnya, karena dalam
akhir dari pengambilan keputusan tersebut hendaknya juga merupakan pencerminan dari adanya
koordinasi dan kerjasama yang tercipta dalam lingkungan perusahaan atau lingkungan organisasi.
c) Strategi penentuan harga jasa,. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberi
kan pendapatan bagi organisasi. Keputusan mengenai harga (terutama dalam konteks pemasaran jasa)
tidak mudah dilakukan. Di satu sisi, harga yang terlalu mahal bisa meningkatkan laba jangka pendek, tetapi
di sisi lain akan sulit dijangkau konsumen dan sukar bersaing dengan kompetitor. Dalam kasus tertentu,
harga yang terlampau mahal bisa diprotes lembaga konsumen dan bahkan mengundang campur
tangan pemerintah untuk menurunkannya. Selain itu, margin laba yang besar cenderung menarik para
pesaing untuk masuk ke industri yang sama. Sedangkan bila harga terlalu murah, pangsa pasar bisa
melonjak, namun margin kontribusi dan laba bersih yang diperoleh akan berkurang.
d) Strategi promosi dan komunikasi jasa, hal yang penting dari promosi dan komunikasi adalah
menginformasikan dan mendidik calon pelanggan tentang perusahaan dan ciri-ciri barang dan jasa yang
ditawarkannya, membujuk pelanggan sasaran bahwa produk jasa tertentu menawarkan solusi terbaik bagi
kebutuhan–kebutuhan mereka, dibandingkan dengan yang ditawarkan perusahaan-perusahaan pesaing,
mengingatkan kembali pelanggan tentang produk tersebut dan memotivasi mereka untuk melakukan
pembelian ulang, memelihara hubungan dengan pelanggan yang sudah ada dan memberikan berita
terbaru dan informasi lebih jauh tentang bagai mana mendapatkan hasil terbaik dari produk-produk
perusahaan tersebut.
e) Strategi sumber daya manusia dalam pemasaran jasa. Kesuksesan pemasaran jasa sangat tergantung
Sumber Daya Manusia yang dimiliki. Apalagi untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan keterlibatan
langsung antara penyedia jasa dengan konsumennya.
Strategi Pendekatan Distribusi Produk Tidak Nyata (intangible)
a) Mengembangkan kebijakan publik berwawasan sehat (build health public policy). Kebijakan promosi
kesehatan mengkombinasikan pendekatan yang berbeda tapi saling terkait mencakup perubahan
perundang-undangan, pengukuran fiskal, pajak dan perubahan organisasi. Harus ada aksi yang terkordinir
yang mengarah pada kebijakan kesehatan, penghasilan dan kebijakan umum yang mempercepat upaya
kesetaraan/keadilan yang lebih baik. Kerja sama aksi membantu jaminan pelayanan yang lebih aman, lebih
sehat, lebih bersih, dan lingkungan yang lebih nyaman. Kebijakan membutuhkan upaya identifikasi
hambatan-hambatan dalam mengadopsi kebijakan umum yang sehat untuk sektor non-kesehatan dan cara
mengatasi hambatan tersebut. Dalam menentukan sasaran harus dapat menciptakan berbagai pilihan
yang lebih sehat dan lebih mudah bagi pembuat kebijakan.
b) Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive environment). Kaitan yang tidak dapat terpisahkan
antara manusia dan lingkungannya merupakan dasar pendekatan sosio-ekologis untuk kesehatan. Seluruh
prinsip dasar bagi dunia, negara, wilayah dan masyarakat pada umumnya merupakan suatu kebutuhan
untuk mendorong saling menjaga, saling menolong sesama anggota masyarakat dan menjaga kelestarian
lingkungan. Perkiraan yang sistematik dari dampak kesehatan yang diakibatkan oleh perubahan
lingkungan yang cepat khususnya dibidang teknologi, pekerjaan, produksi bahan bakar dan urbanisasi
merupakan hal penting dan harus diikuti oleh aksi untuk menjamin manfaat yang positif bagi kesehatan
masyarakat. Pelestarian dan perlindungan terhadap lingkungan dan sumber daya alam harus dicanangkan
dalam setiap strategi.
c) Memperkuat aksi/gerakan masyarakat (strengthening community action). Pengembangan masyarakat
diarahkan untuk mencari potensi diri dan sumber data materi yang ada dalam masyarakat guna
meningkatkan kemandirian dan dukungan sosial untuk mengembangkan sistem yang fleksibel guna
merangsang keterlibatan masyarakat dalam setiap program kesehatan.
d) Pengembangan keterampilan perseorangan (develop personal skills). Menyediakan kemungkinan orang
untuk belajar melalui pengalaman hidup sehari-hari, menyiapkan diri menghadapi masalah penyakit dan
kecelakaan merupakan hal yang sangat penting. Kesempatan ini dapat difasilitasi pada tatanan sekolah,
rumah tangga, tempat kerja serta pada tatanan masyarakat umum. Aksi-aksi ini diperlukan melalui institusi
pendidikan, profesi, komersial dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
e) Reorientasi sistem pelayanan kesehatan (reorient health services). Peran sektor pelayanan kesehatan
harus bergerak dengan cepat mengikuti arah perkembangan program-program promosi kesehatan
disamping tanggung jawabnya dalam menyelenggarakan pelayanan klinis dan kuratif. Pelayanan
kesehatan harus mempertimbangkan kepekaan sosiobudaya seperti adat, tradisi, dan kebiasaan serta
kebutuhan masyarakat setempat. Reorientasi upaya pelayanan kesehatan juga harus menaruh perhatian
pada riset-riset kesehatan serta perubahan yang terjadi, arah pendidikan profesi dan pendidikan
keterampilan orientasi ini harus dapat menciptakan atau merangsang suatu perubahan sikap, perilaku, dan
perubahan organisasi pelayanan kesehatan yang berfokus pada kebutuhan total individu sebagai manusia
seutuhnya.