Anda di halaman 1dari 122

SALES CONTRACT

Sebelum terjadi sales contract atau contact of sale


atau agreement to sale, tentunya melalui beberapa
proses yaitu.
A. negosiasi

Negosiasi bisnis dapat dilakukan dengan cara :


1. Tanpa tatap muka
2. Tatap muka
1. Tanpa tatap muka

Pada umumnya dapat dimulai dari pencarian buyer


dengan perkenalan baik lewat surat, fax maupun
email.
Adapun diagramnya sebagai berikut :

Tahap Promosi

Tahap Inquiri
Shipper Consignee

Tahap Offersheet
Eksportir Importir
Supplier Buyer
Tahap Ordersheet/P. O

Pelaksanaan kontrak (sales contract)


⮚ Offersheet yaitu :

Free Offer : tidak mempunyai batas berlakunya,


sewaktu – waktu dapat berubah. Maka sering ditandai
Without Enggagement; Subject Unsold; Subject to
Our Final Confirmation.
Firm Offer : Penawaran tetap, penjual dapat
mempertahankan kondisi penawarannya selama
dalam batas waktu yang ditetapkan didalam
offersheet “this offer will be valid until. . . “.
⮚Ordersheet atau purchase order only yaitu :

Manakala calon pembeli kurang menerima


persyaratan penawaran itu maka ia mengajukan
“Counter Offer” yang bila disetujui oleh penjual
maka dibuat penawaran baru. Maka baru dikirim
Odersheet ke penjual. Kemudian barulah
mempersiapkan “Sales Contract”.
2. Dengan tatap muka

Hasil negosiasi bisnis dengan tatap muka biasanya


dirumuskan secara ringkas dan jelas dalam suatu
notulen atau “Minutes of Meeting” yang
ditandatangani kedua belah pihak.
Perundingan yang sudah mendekati kesepakatan
biasanya dituangkan dalam bentuk “memorandum of
understanding”, sedangkan persetujuan akhir dari
suatu negosiasi bisnis dirumuskan secara terinci
dalam suatu contract.
Sales Contract dapat dianggap sebagai kontrak induk
dalam transaksi perdagangan luar negeri.
Sungguhpun ada kontrak lain sebagai pelaksanaan
kontrak induk tersebut. Seperti kontrak angkutan
afreightment contract, penutupan asuransi, perbankan
dan sebagainya.
Dalam menentukan Sales Contract setidaknya harus
diperhatikan hal – hal sebagai berikut :
⮚ Identitas masing – masing pihak
⮚ Description of good
Terdapat komoditi yang sudah mempunyai standar
nasional internasional cukup menyebutkan standar
tersebut.

Misalnya : Kopi Robusan EK I


Karet RSS II
Dapat pula dilengkapi booklet/leaflet/foto dan lain –
lain.
⮚ Quantity Weight
Guna menghindarkan dispute haruslah disebutkan
dengan jelas
Misalnya : 100 tons Coffe (ton yang sama ???)
Karena :
MT (Metrik Ton = 2.204.64 Ibs = 1.000 kgs
LT (Long Ton) = 2.240 Ibs = 1.016 kgs
Sh. T (Shoet Ton)= 2.000 Ibs = 907 kgs
⮚ Price (harga penyerahan) sebagaimana yang
disetujui seperti : Exwork, FCA, FOB, CIF, CPT, CIP,
DES, DEQ, DDU & DDP dan lain – lain
⮚Shipment (pengapalan)
Tanggal/bulan, pelabuhan muat/tujuan, partial
shipment dan transhipment diperbolehkan atau tidak.
⮚ Payment (pembayaran)
Dengan L/C atau Non L/C sebagaimana yang
dikehendaki. Untuk hasil bumi pembukaan L/C
tidaklah full amount melainkan 95% atau 97% dan
sisanya “paid after final weighing report” sebagai
dana cadangan bila terjadi claim/susut berat muatan
akan langsung dipotong
NDW : Netto Delivered Weight.
NSW : Netto Shipped Weigh.
⮚Valuta yang dipergunakan
⮚Batas tanggung jawab pembeli dan penjual (asuransi,
biaya pengapalan, biaya lokal).
⮚Kemasan dan merek (curah, collo, bale dan lain –
lain)
⮚Siapa yang menanggung beban komisi itu bila ada
untuk makelar/agen
⮚Persyaratan/ketentuan “Finalty”
⮚Ketentuan mengenai “Force Mayeur”.
⮚Penunjukkan suatu pengadilan bila terjadi sengketa.
⮚Penunjukkan badan arbitrase sebagai penyelesaian
sengketa tanpa melalui pengadilan seperti BANI.
⮚Dokumen yang harus dipenuhi oleh pembeli dan
penjual seperti faktur, konosemen, polish dan lain -
lain
Sekecil apapun nilai suatu transaksi ekspor seharusnya
dituangkan ke dalam kontrak dagang yang dikenal
dengan terminologi “Sales Contract”. Suatu transaksi
internasional yang tanpa disadari sales contract
cenderung membuka peluang terjadinya selisih
pendapat/discrepancy di kemudian hari.
Sales Contract yang standar selalu berbagai rincian yang telah
disepakati diantara buyer/importir dan seller/eksportir.
Kemudian sales contract tersebut akan dijadikan dasar
pembuatan L/C dengan demikian, jika terjadi selisih pendapat
mengenai rincian L/C, para pihak dapat mengacu pada kontrak
dagang tersebut, untuk ditelusuri apakah ada
penyimpangan/doscrepancy antara isi kontrak dan isi Letter of
Credit
B. Urutan – urutan sales contract

Sebelum sampai diterbitkannya sales contract, maka


dokumen pertama yang muncul adalah “Enquiry”,
yaitu permintaan pembelian dari potensial buyer.
Enquiry akan dibalas dengan “Quitation” atau
penawaran harga, jika quotation tersebut disetujui,
maka tahap berikutnya adalah penerbitan “sales
contract” oleh seller.
Suatu kontrak dagang akan menjurus kepada kontrak
distribusi dalam hubungan dengan penunjukkan suatu
distributor atau agen oleh seller/supplier. Untuk itu
sedikitnya ada 13 hal yang perlu menjadi perhatian,
agar tidak terjadi kesempatan terjadinya selisih
pendapat dikemudian hari :
1. Adanya penunjukkan oleh supplier kepada pihak
importir/buyer/distributor
2.Setelah penunjukkan tersebut diterima secara resmi
oleh pihak yang ditunjuk, demikian kesempatan
diantara kedua belah pihak sudah terjadi yaitu
mengenai perihal perjanjian pendistribusian suatu
komoditas tertentu dengan kondisi tertentu pula yang
akan ditentukan pada pasal – pasal berikutnya
3.Untuk mencapai kesepakatan, yang tidak kalah
pentingnya adalah perlu adanya penegasan yang jelas
tentang jenis komoditas apa yang ingin
didistribusikan.
4.Setelah mengetahui jenis komoditas kita juga perlu
penegasan kemana komoditi tersebut didistribusikan
beserta wilayah yang dieksklusifkan.
5.Suatu kontrak didistribusikan disertai dengan kewajiban/target
yang harus dicapai oleh distributor tersebut, misalnya dalam
satu bulan harus mencapai sekian peti kemas atau sekian ratus
metric tonnes. Sebaliknya suppliernyapun diwajibkan untuk
mematuhi ketentuan – ketentuan yang menunjang kelancaran
pencapaian target tersebut, dalam hal ini bisa berupa supply
yang berkesinambungan, standar mutunya dan lain – lain.
6.Dalam hubungan ini, supplier dan distributor diwajibkan
secara bersama – sama menjaga hal – hal yang eksklusif pula,
misalnya harga penjualan, promosi/ ingredients maupun
strategi pemasaran lainnya yang menyangkut jangka pendek
maupun jangka panjang.
7.Dalam perjanjian tersebut mutlak harus diperjelas tentang
kemungkinan kejadian yang berada diluar jangkauan manusia
yang merupakan bencana alam seperti gempa bumi,
kebakaran, banjir, meletusnya gunung merapi yang semuanya
ini dapat dikategorikan sebagai “ set of god” kehendak tuhan.
Dalam hal terjadinya force – majeur, para pihak – pihak tidak
dapat disalahkan baik dalam pencapaian target maupun
terjadinya kelambatan pengiriman/delivery.
8.Pada saat yang bersamaan, perlu dijelaskan mengenai
penggunaan merek dagang / trade marks, merek
jasa/service marks, logo, design, copyright/hak cipta,
paten dan lain – lain yang berhubungan dengan hak
milik intelektual. Jangan sampai disalahgunakan
tanpa hak, atau didaftarkan ke instansi terkait tanpa
seizin yang berhak.
Disamping itu perlu dipertegas, jika ada pemesanan
design khusus, jika terjadi salah penggunaan design
pihak lain yang sudah dipatenkan, pihak mana yang
akan bertanggung jawab secara yuridis ? Akhirnya
hak milik intelektual ini akan sangat erat kaitannya
dengan konvensi Paris.
9.Syarat pembayaran dan pengiriman barang,
merupakan suatu kelaziman bahwa kontrak yang
standar harus tercantum didalamnya metode
pembayaran, apakah dengan L/C atau non L/C yang
mencakup Open account, advance payment, deffered
paytment, factoring, consignment collection dan lain
– lain.
Disamping itu syarat penyerahan juga perlu
ditegaskan, apakah FOB CFR atau CIF agar
memperoleh ketegasan pihak mana yang menemukan
kapal dan sekaligus pembayaran uang tambang/ocean
freight dan pihak mana pula yang menutup resiko
asuransi disertai klausa yang disepakati bersama.
10.Agar terdapat kepastian dalam hukum
kontrak/perjanjian seyogyanya hukum negara mana
yang akan berlaku, jika sampai terjadi
sengketa/selisih pendapat. Inilah masalah yang paling
dilematik.
Karena masing – masing pihak menginginkan hukum negara
merekalah yang diperlukan. Karena sistem hukum tersebut
yang paling dikuasai akhirnya tidak tercapai kesepakatan
dalam government law ini, jalan keluarnya adalah sistem
hukum ketiga yang diberlakukan. Padahal baik hukum negara
supplier maupun sistem hukum negara distributor masing -
masing ada kelebihan dan kelemahannya.
11.Kontrak tersebut akan berlaku secara efektif.
Umumnya disarankan tidak lewat dari tahun untuk
kontrak yang pertama kali dibuat, dan minimal dua
tahun dan inilah yang dianggap paling ideal untuk
menganalisa kinerja dari realisasi transaksi dagang
diantara para pihak.
Lalu persoalan lainnya, adalah dalam keadaan bagaimana
perjanjian tersebut akan berakhir. Hal ini juga merupakan
bagian dari kontrak yang tidak terlepaskan. Apakah perjanjian
tersebut akan berakhir, bila supplier melakukan tindakan
wanprestasi dengan tanpa mengirim komoditas tanpa tepat
waktu, ataupun spesifikasi komoditas tidak sesuai dengan
yang dijanjikan dan lain – lain alasan.
12.Jika terjadi “wanprestasi”, yaitu tidak terpenuhinya
ketentuan – ketentuan yang sudah disepakati di dalam
kontrak atau perjanjian, maka pihak – pihak yang
merasa dirugikan dapat mengajukan gugatan atau
claim ( diadakan penyelesaian secara musyawarah ).
Agar penyelesaian claims terealisir dengan baik,
tidak ada pihak yang merasa dirugikan, maka
pengaturan claims harus memenuhi unsur – unsur
sebagai berikut :
a. Kriteria Klaim, artinya untuk mengajukan klaim
harus memenuhi kriteria yang sudah disepakati,
dalam keadaan bagaimana suatu klaim dibayar atau
memenuhi syarat klaim.
b.Besarnya klaim, berupa besarnya nilai klaim yang
dapat diajukan kepada supllier, apakah hanya terbatas
pada nilai free on board (FOB) atau nilai cost
insurance freight (CIF), ataukah termasuk
didalamnya biaya – biaya inland transport.
Biaya – biaya penyelesaian pabean, seperti bea
masuk impor duties. Bagaimana penyelesaian tentang
biaya processing, cleaning dan lain biaya yang
timbul? Hal – hal seperti yang perlu mendapat
perhatian sebelum klaim bermunculan.
c.Jangka waktu klaim yang diijinkan, biasanya
diberikan tidak lebih dari 3 bulan sejak
keberangkatan kapal atau setelah tibanya barang. Jika
tidak ditegaskan klaim akan datang setelah jangka
waktu yang telah berlarut – larut, bahkan setelah
bertahun – tahun pengapalan.
d.Bukti klaim, agar klaim dapat diproses sebagaimana
mestinya, pihak yang mengajukan klaim harus
melengkapi permintaan klaim dengan sejumlah
dokumentasi.
Dokumentasi – dokumentasi yang minimal harus
dipenuhi adalah : surveyor’s report, adjuster’s report,
packing memo, defective sample, photo. Dengan
bukti tersebut suatu klaim semestinya dapat
dipertimbangkan untuk dibayar.
13.Hal – hal lainnya, diluar ke – 12 (dua belas) rincian
yang harus dicantumkan didalam sesuatu kontrak
distribusi, maka perlu dicantumkan juga dan perlu
dicantumkan hal – hal lainnya, yang kelihatannya
tidak terlalu prinsip namun tetap akan menjadi batu
sandungan, jika tidak dipelajari dari awal.
Hal – hal yang kelihatannya sepele ini antara lain : biaya
pembuatan kontrak, pihak mana yang menanggung, masalah
bantuan teknis, after sales services, jika terjadi
kepailitan/likuiditas, pihak – pihak mana yang harus
meneruskan realisasi transaksi bisnis, asuransi terhadap pihak
ketiga (third party liability) dan lain – lain masalah yang
berkaitan dengan kontrak
C. Isi dari sales contract

Pada dasarnya suatu kontrak dagang minimal akan


berisikan perihal sebagai berkut :
1.Nilai, harga satuan dari komoditi
2.Kwantum/volume dari komoditi
3.Metode pembayaran/terms of payment, L/C atau non
L/C
4.Metode penyerahan barang/terms of delivery,
FOB/CFR/CIF.
5.Dokumen yang diminta/diperlukan, minimal terdiri
dari : commercial invoice/faktur dagang, draft/Bill of
Exchange, wesel, konosemen/Bill of Lading (Surat
Bukti Angkutan), polis asuransi/insurance policy,
packing list, weight list, certificate of origin/surat
keterangan asal barang/SKA.
Kadang – kadang diminta juga certificate of analysis,
processing certificate, certificate of health, sanitary
certificate, consular invoice. Khusus untuk angkutan
yang dilakukan melalui udara, akan diminta Airway
Bill (AWB).
Perlu diperhatikan di sini bahwa AWB bukan
dokumen “title”, artinya AWB tidak diperlukan
lembar aslinya untuk menembus komoditi pada
perusahaan penerbangan. Sebaliknya B/L, adalah
dokumen “title”. Untuk itu pada saat menebus
komoditinya digudang perusahaan pelayaran
diperlukan B/L asli.
6.Cara – cara pengapalan / Partai Shipment /
Transhipment.
7.Cara pembuatan dokumen pengapalan maupun
dokumen financial.
8.Perusahaan pelayaran mana yang dikehendaki
termasuk didalamnya bendera kapal usia kapal yang
ditentukan
9.Nama Bank penyampaian L/C/Advising Bank.
10.Jenis dan bentuk L/C, termasuk cara penyampaian
L/C
11.Pihak yang menanggung biaya yang ditimbulkan
L/C
12.Cara penyelesaian klaim
13.Klausa asuransi
14.Pelabuhan muat dan bongkar, termasuk tempat
penyerahan barang dan tempat penerimaan Place of
Delivery and Place of Receipt
15.Tanggal pengapalan terakhir Lates Shipment Date
dan Kadaluwarsa L/C – Expirate Date
16.Jangka waktu penyerahan dokumen Period of
Representation of Document
17.Shipping Marks pada kemasan
18.Klausa khusus/special Conditions
D. Terminologi sales contract

Jika kita telusuri lebih jauh, terdapat beberapa istilah


yang mempunyai pengertian yang sama dengan sales
contract, yang pada dasarnya memiliki fungsi yang
sama pula. Istilah – istilah tersebut adalah :
1.Order sheet, yang disiapkan oleh buyer/importir, jika
order sheet ini berisikan rincian yang sama dengan
sales contract, disepakati oleh kedua belah pihak
dengan membubuhkan tanda tangan masing – masing
sebagai tanda persetujuan, maka order sheet ini
berubah bentuknya sebagai sales contract.
2.Purchase Order (PO), PO juga sering dijumpai dalam suatu
transaksi ekspor – impor menggantikan sales contract, PO
disiapkan oleh buyer untuk melakukan suatu pesanan kepada
seller, berdasarkan PO ini para pihak menyelesaikan transaksi
dagang antara negara ataupun transaksi perdagangan lokal.
Seperti halnya Order sheet, maka PO pada akhirnya juga
identik dengan sales contract yang mendasari suatu transaksi
ekspor – impor.
3.Indent Letter, yang tidak kalah pentingnya adalah
surat pesanan atau lebih dikenal dengan istilah
“Indent Letter”. Dokumen ini juga disiapkan oleh
importir/buyer, dengan menuangkan rincian yang
sudah disepakati sebelumnya yang mencakup harga
satuan maupun dokumen yang diperlukan
pesanannya disebut Identor.
4.Proforma Invoice, yaitu invoice/faktur yang belum
resmi, masih berbentuk sementara. Namun dalam
prakteknya faktur dagang ini sudah dianggap
dokumen, akhirnya yang dijadikan dasarnya
pembukaan L/C oleh importir.
Dalam praktek, dokumen semacam ini disiapkan oleh
penjual/eksportir/shipper. Importir membuka L/C
berdasarkan proforma invoice. Dengan demikian
proforma invoice akhirnya juga berstatus sebagai
kontrak dagang yang harus dijadikan pegangan para
pihak jika terjadi sengketa dagang.
5.Sales Confirmation, dalam terjemahannya mungkin
dapat diartikan sebagai penegasan penjualan, yang
dikirimkan oleh penjual kepada pembeli sebelum
komoditi dikirim dan sebelum L/C dibuka. Disinilah
fungsi sales confirmation untuk melandasi transaksi
dagang yang berlangsung.
6.Memorandum of Understanding (MOU). Untuk
transaksi nilai dan kwantumnya besar atau
dokumentasi maupun teknik pembayarannya rumit
(seperti sistem imbal beli/couter trade), maka
pelaksanaannya kadang – kadang dilakukan dengan
suatu “Nota Kesepahaman”.
Yang disepakati oleh kedua belah pihak setelah
memahami perundingan atau proses negosiasi yang
alot dan panjang. MOU lebih cenderung kepada
transaksi dagang government to government (G to G
transaction). Seperti imbal beli SHUKOI yang
dilakukannya pemerintah RI dengan Rusia.
E. Sahnya sales contract

Kalau dilihat dari sudut hukum suatu


kontrak/perjanjian dagang dikatakan sah/legal jika
memenuhi beberapa syarat subyektif maupun syarat
obyektif.
Syarat – syarat tersebut digariskan dalam pasal 1320
Kitab Undang – Undang Hukum Perdata/KUHP
(Burgerlijk Wetbok – BW Belanda), yaitu dengan :
Syarat Subyektif :
1.Adanya unsur kesepakatan antara para pihak yang
membuat perjanjian
2.Adanya unsur kedewasaan antara para pihak yang
membuat perjanjian tersebut.
Syarat Obyektif :
1.Terpenuhinya “hal tertentu” yang diperjanjikan
2.Hal tertentu/pokok masalahnya tidak bertentangan
dengan peraturan perundang – undangan yang
berlaku, maupun ketertiban umum atau kesusilaan
Lebih jauh dikatakan ada jika syarat subyektif yang
dilanggar, maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan
oleh hakim kemudian hari. Selanjutnya bila syarat
subyektif tidak terpenuhi, maka perjanjian tersebut
dianggap tidak pernah terjadi.
Lebih lanjut KUH Perdata dengan pasal 1338
menegaskan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah
menurut Pasal 1320 tersebut diatas, berlaku sebagai
undang – undang bagi mereka yang membuatnya.
Disini tersirat unsur kebebasan berkontrak asalkan
tidak melanggar hukum positif.
Jika pada sales contract tunduk pada hukum positif
Indonesia, maka seyogyanya hal – hal tersebut diatas
diperhatikan agar tidak terdapat cacat hukum atas
kontrak yang dibuat. Yang menjadi dilema adalah
pemilihan hukum/choice of low diantara para pihak
yang berkontrak.
Lazimnya buyer lebih berpegang pada hukum negara
asalnya, sebaliknya bagi seller tidak lazim jika
tunduk pada hukum negara buyer, dengan alasan jika
terjadi sengketa. Mereka perlu mengeluarkan biaya
yang tidak sedikit untuk membayar pengacara
internasional, untuk perkara dinegara buyer.
Ditambah dengan biaya akomodasi, tiket pulang pergi
ke negara pembeli. Sebaliknya bagi buyer karena
kurangnya memahami sistem hukum negaranya. Lalu
bagaimana jalan keluarnya agar kedua belah pihak
keluar sebagai winner.
Untuk mencapai win – win situation, akhirnya dalam
praktek dipakailah hukum negara ketiga. Untuk itu
perlu dicatat bahwa hukum negara ketiga hanya
berlaku/Appiliable jika transaksi ekspor – impor
tersebut ada korelasi dengan negara ketiga.
Katakanlah bahan baku atau teknologi berasal dari
negara tersebut.
Ataupun karena adanya pemindahan kapal yang
dilakukan oleh negara tersebut. Khusunya untuk
hukum perburuhan, tidak dapat diperlakukan hukum
negara ketiga/hukum negara tetangga.
Ada juga pertimbangan lain dari seller untuk tidak
dapat menerapkan hukum lokal, karena keputusan
pengadilan negeri di Indonesia belum tentu diakui di
luarnegeri, bisa – bisa diadili ulang sehingga untuk
eksekusinya akan mengalami kesulitan.
Pasal 3 UCP – 600

UCP – 600 (Uniform Custom and practice for


documentary credit). Publication No. 600,
Internasional Chamber of Commerce, Paris) yang
merupakan dasar hukum L/C yang berlaku untuk
lebih dari 160 Negara didunia termasuk Indonesia.
Tepatnya pada pasal 3 UCP – 600 menegaskan bahwa
walaupun kontrak dagang mendasari L/C, namun
diantara L/C dan kontrak adalah terpisah secara
fungsional. Artinya buyer tidak menghubungi Bank
Pencari L/C Negotiating Bank / Playing Bank. Hal ini
untuk mencegah jangan sampai terjadi overlapping
satu sama lainnya.
Walaupun didalam L/C selalu disebutkan nomor dan
tanggal kontrak/Indent Letter/Performance
Invoice/Purchases Order atau Sales Contract. Kiranya
hal ini mempunyai dampak yang positif untuk
mencegah hal – hal yang mungkin akan
mengacaukan sistem administrasi bank dan sekaligus
terjadinya manipulasi.
1. Definisi export sales contract atau
kontrak dagang ekspor

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dikatakan


dengan Export sale’s Contract itu adalah kesepakatan dari
Eksportir dan Importir melakukan dagang barang sesuai
dengan syarat – syarat yang sama – sama disepakati dan
masing – masing pihak mengikat diri akan melaksanakan
semua kewajiban yang sama – sama disepakati. Pihak yang
ingkar janji akan dikenakan sangsi dengan membayar ganti
rugi kepada pihak yang dirugikan.
Dengan demikian Export Sale’s Contract, sebagai suatu
perikatan antara pihak – pihak yang terkait harus
memenuhi 3 (tiga) landasan utama suatu perjanjian
yaitu :
a.Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak secara
sukarela. Azaz ini disebut dengan azaz “konsensus”
b.Kesepakatan antara kedua pihak dimaksudkan akan
mengikat kedua belah pihak dengan berjanji akan
menjalankan semua hak dan kewajiban masing –
masing yang dituangkan dalam Kontrak Dagang
Ekspor itu. Azaz ini disebut dengan azaz “Obligator”.
c.Kedua belah pihak bersedia memberikan ganti rugi
kepada pihak lain, bila tidak dapat memenuhi
janjinya dalam menjalankan kewajibannya. Azaz ini
disebut dengan azaz “Penalty”
Ketiga azaz utama ini harus terdapat pada setiap
kontrak dalam transaksi internasional.
2. Hukum negara mana yang berlaku bila
terjadi sengketa

Masing – masing pihak sebenarnya bebas


menentukan hukum negara mana yang akan dipakai
untuk tiap – tiap kontrak.
Tetapi sebaiknya boleh pula memakai hukum yang
berlaku dinegara importir. Atau yang sering kontrak
itu tunduk pada Hukum Arbitrasi Internasional.
Karena itu di dalam syarat – syarat kontrak dagang
ekspor, harus disebutkan dengan tegas ketentuan
hukum ini.
Namun demikian oleh karena tujuan orang melakukan
bisnis bukan untuk mencari perkara atau untuk
mencari kemenangan dalam berperkara, tetapi adalah
untuk membina saling kepercayaan untuk
mendapatkan laba (untung) ditempuh bertahap
sebagai berikut :
a.Tahap pertama melakukan musyawarah langsung
antara pihak eksportir dan importir yang istilahnya
disebut “amicble solution”.
b.Bila cara pertama tidak berhasil barulah ditempuh
cara Arbitrasi (perwasitan) atau melalui sidang
pengadilan di negara yang ditentukan dalam kontrak
dagang ekspor itu.
3. Kenapa “Eksport sale’s contract” itu
sebaiknya tertulis

Kendati pun kontrak dagang ekspor dapat dilakukan


dengan cara lisan namun karena antara eksportir dan
importir berdomisili di dua negara yang berbeda
mempunyai hukum yang berbeda, maka bahasa yang
berbeda maka untuk menghindari salah pengertian.
Maka sebaiknya hak – hak dan kewajiban dari masing
– masing pihak dirumuskan dalam bentuk tertulis
yang kelak dapat dijadikan bukti dalam perkara bila
terjadi perbuatan ingkar janji yang membawa
sengketa ke pengadilan.
4. Bagaimana posisi “export sale’s contract” ini,
dalam perdagangan internasional

Perlu diketahui bahwa perdagangan ekspor – impor,


juga biasa disebut dengan perdagangan dokumen.
Sebabnya karena seluruh kegiatan transaksi
diaktualisasikan dalam bentuk dokumen.
Barang – barang ditawarkan dalam bentuk dokumen
yang kita sebut Offershet, barang dikirmkan dengan
kapal dan sebagai bukti pengiriman dikeluarkan
dokumen yang disebut dengan Bill of Leading dan
seterusnya.
Dari semua jenis dokumen inti “Eksport Sale’s
Contract” menempati posisi sebagai dokumen
INDUK dan induknya dari semua dokumen dalam
perdagangan internasional.
Semua persolan dan semua dokumen lain akan merujuk
pada “Eksport Sale’s Contract” ini.
Contoh sales contract
CONTRAC
No. 076/HK.02.01/DIR/2006
This is confirm the sale and purchase of Urea Uncoated :

PT. TRI ARGA


Jl. Sister No. 36
Jakarta Utara
Indonesia

Hereinafter refrred to as “SELLER”


SUNGSAM CORPORATION
SUNGSAM Bldg.
250, 2 – KA, Taepyunh – ro
Chung – ku, Seoul
KOREA

Hereinafter referred to as “BUYER”


The above mentioned contracting parties agree that “BUYER”
shall buy from “SELLER” and “SELLER” shall sell to
“BUYER” the undermentioned UREA under the following
terms and conditions :
1.Product : Urea uncoated by Uresoft process
2.Quantity : 3,000 metric ton in bulk = 10% at buyer’s option
coated urea
3.Specification :
Nitrogen content % by wieght 46.00% min
Biuret content % by weight 0.50% max
Moisture content % by weight 0.40% max
Size :
Through No. 6 mesh 99.00 wt % min
Through No. 6 mesh
On No.18 mesh 95.00 wt % min
Through No. 25 mesh 4.00 wt % max
Prilled, white, coated, free flowing
4.Price : US $ 100.00 (United State Dollars One Hundres) per
nett metric tons in bulk plus US $ 2.00 / MT as bagging fee.
The empty bags (50-kg) will be supplied by buyer.

5.Payment : By an irrevocable Letter of Credit at sight to be


opened at prime bank in favour of PT. TRI ARGA. This Letter
of Credit which is fully negotiable at the Seller’s nominated
Bank is to be opened by Buyer or its nominee to the following
:
Beneficiary : PT. TRI ARGA
Jl. SISTER No. 36
JAKARTA – UTARA
INDONESIA

Bank : PT. Bank Ekspor Impor Indonesia


(Persero)
P.O Box 30
Jl. Merdeka No. 135 C
JAKARTA PUSAT INDONESIA
6.Loading Port : Tanjung Priok, Jakarta Indonesia

7.Country of Origin : Indonesia

8.Shipping Schedule : September 2006


9.Loading terms : For bulk products 3, 000 metric tons per
WWD SHEXUU for single decker vessel and 2, 000 metrics
tons per WWD SHEXUU for twin decker vessel, for 50 Kgs
bagged products 1, 000 metric tons per WWD SHEXUU or
for 500 Kgs / 1,000 Kgs bagged product 800 metric tons per
WWD SHEXUU.
Time to count from 13. 00 O’clock if NOR presented before
noon, 08. 00 O’ clock following working day if NOR
presented afternoon, during normal bussines hours, wipon,
wibon. Loss time for special trimming and shifting of Vessel,
if any , is buyer’s account.
Time of waiting for berth at the port of loading be calculated
as loading time. Any demurrage accured at the port of
shippment shall be born by the seller, and Buyer shall pay to
the Seller the despatch money at half demmurage
(demurage/despatch to be mutually agreed upon)
10.Others : 1. Loading :
The Buyer shall undertake to charter the carriying vessel. The
buyer or her chartering agent shall advise the Seller by cable
or telex 10 days prior to arrival of the carriying vessel, at the
port of shipment of the contract number, name of vessel,
approximate loading capacity, estimated time of arrival and
laydays. In order to enable the Seller to make preparations for
loading.
The Buyer chartering agent shall make direct contact with the
seller from time to time. Definite notice shall be given 5 days
before the vassel’s expected time of arrival. Should for certain
reasons, the Buyer is not able to inform the Seller of the
foregoing details 10 days prior to the arrival of the vessel at
the port of loading or carriying vessel is to be advanced or
delayed, the Buyer or her chartering agent shall arrange with
the Seller immediately.
2.Payment Documents :
a. Full set of clean on board, freight perchrter party, Ocean
Bill of Lading (including three original of negotiable bill of
loading) made out to order and blank endorsed notifying
Samsung Corporation at the port of destination.
b.Signed invoice in quintuplicate indicating contract number
L/C.
The invoice shall not exceed the total amount of the L/C
c. Certificate of quality and weight in duplicate issued by a
qulified independent surveyor (Sucofindo) at the loading fort.
d.Certificate of the origin issued by Competent authority in
Indonesia
e. Copy of Table or Tellex sent by Beneficiary to the applicant
advising the name of the vessel, quantity and the sailing date.
f. Original letter issued and signed by Buyer’s Representative
acknowledging receipt of the full set of the original document
as above set
3.Inspection :
it is mutually agreet that the certificates of quality and weight
issued by Succofindo at Seller’s cost shall be part of
documents to be presented paying bank for payment
4.Bank charge outside Indonesia will be for Buyers account
11.Insurance : To be covered by the Buyer
12.Force Majeure : The Seller shall not be held responsible for
delay in delivery or nondelivery of the gods due to
internationally recognize force majeure causes but shall notify
immediately the Buyer Buy Cable or Tellex and delivery to
the Buyer by registered mail a certificate issued by
government authorities or Chamber of Commerce as evidence
thereof The Seller’s inability in obtaining export licence shall
not be considered as Force Majeure.
13.Disputes : All disputes in connection with this contract or the
execution there of shall be settled amicably by negotiation. In
case no settlement can be reached, the case under dispute may
then be submitted to the arbitration instances with Chamber of
Commerce in Jakarta, whose awards will be final and
executory.
14.Incoterms : Unless inconsistent with or specially superseded
by the terms of this contract INCOTERMS 2020 Revision,
ICC Publication Number 600 shall apply.
For details of the above provisiona and all other terms and
conditions, please reffer to the agreement signed between PT.
TRI ARGA and SUNGSAM Corporation
This contract shall come into force on the date it is signed by
both, the Seller and Buyer, or their legally authorized
representative. Amandements or additions to the terms and / or
conditions in this contract are subject to a mutual accord from
both, the seller and the buyer, or their legally authorized
representative, in writings
Jakarta, 22 Agustus 2006

BUYER SELLER
SUNGSAM CORPORATION PT. TRI ARGA

LUKMAN AMAN

COMMERCIAL DIRECTOR

Anda mungkin juga menyukai