Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Batubara merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki
potensi tinggi dan merupakan energi alternatif untuk dikembangkan saat ini.
Sehingga dimasa yang akan dating dapat mencakupi kebutuhan energi non
migas sebagai pembangkit tenaga listrik dan keperluan industri lainnya.
Pemerintah mendorong pihak swasta dalam hal ini perusahaan
tambang batubara untuk terlibat langsung dalam pengusahaan batubara.
Seiring dengan pemanfaatan dan peruntukannya dan pelaksanaan otonomi
daerah, maka pemerintah daerah berwenang untuk mendorong perusahaan
swasta guna berperan aktif dalam hal pemanfaatan batubara tersebut di
wilayah kewenangannya. Melihat adanya prospek dan perkembangan yang
baik dalam bidang ini maka PT. Persadatama Lestari Coal Mining sebagai
perusahaan swasta nasional yang bergerak di sektor pertambangan turut
serta mengembangkan bahan galian batubara sebagai alternatif pengganti
bahan bakar. Untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau eksplorasi
batubara di Kecamatan Muara Lawa, Kabupaten Kutai Barat, Propinsi
Kalimantan Timur mengenai laporan Eksplorasi Batubara.
Disamping hal tersebut di atas, adanya informasi dari masyarakat
yang menunjukkan adanya atau ditemukannya singkapan batubara pada
wilayah yang dimaksud perlu dicek kebenarannya dengan kegiatan
langsung berupa pengamatan di lapangan.

I.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari diadakannya kegiatan eksplorasi ini adalah dalam
rangka pengumpulan data untuk dapat mengetahui kondisi kondisi geologi
daerah setempat dengan menitik beratkan pada keberadaan endapan

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 1


batubara. Aspek tersebut meliputi arah dan jurus kemiringan batubara dan
batuan pengapitnya, jenis batuan pembawa batubara, kedudukan stratigrafi,
struktur geologi, ketebalan satuan batuan dan batubara serta sebaran
batubara secara lateral. Selainitu juga diperlukan data mengenai keadaan
social, budaya, ekonomi dan kependudukan untuk menunjang keberhasilan
tahapan kegiatan selanjutnya.
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan eksplorasi ini adalah untuk
mengetahui jumlah cadangan endapan batubara di daerah konsesi ini,
dalam rangka peningkatan kegiatan selanjutnya yaitu Ijin Usaha
Pertambangan Operasi Produksi. Dimana memerlukan data yang lebih
akurat dengan dasar temuan dari aspek – aspek seperti disebutkan di atas.
Akhirnya diharapkan dapat diketahui cadangan serta kualitas batubara yang
dapat ditambang dan dapat meningkatkan devisa negara disamping
memperluas kesempatan kerja dan menunjang sektor lain seperti industri
dan pengembangan wilayah.

I.3. Waktu Penelitian


Pelaksanaan kegiatan eksplorasi batubara PT. Persadatama Lestari
Coal Mining di Kecamatan Muara Lawa, Kabupaten Kutai Barat Propinsi
Kalimantan Timur, dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan. Rincian kegiatan
seperti pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1.
Kegiatan Penyelidikan Umum PT. Persadatama Lestari Coal Mining
Tahun 2009
No Kegiatan Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Pustaka
2 Penyelidikan Lapangan
3 Penyusunan Laporan

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 2


I.4. Lokasi Daerah Penyelidikan
Secara administrasi lokasi daerah penyelidikan PT. Persadatama
Lestari Coal Mining di Kecamatan Muara Lawa, Kabupaten Kutai Barat,
Propinsi Kalimantan Timur.

IUP

Gambar 1. Peta lokasi konsesi PT. Persadatama Lestari Coal Mining

Sedangkan batas koordinat geografis sesuai dengan Ijin Usaha


Pertambangan Eksplorasi Bahan Galian Batubara PT. Persadatama Lestari
Coal Mining seluas 4.000 Ha seperti terlihat pada tabel 1.2.
Tabel 1.2
Koordinat PT. Persadatama Lestari Coal Mining
Bujur Timur (BT) Lintang ( LU )
No
(Derajat) (Menit) (Detik) (Derajat) (Menit) (Detik)
1 115 43 09.8 0 33 22.3
2 115 48 50.4 0 33 22.3
3 115 48 50.4 0 33 39.2

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 3


4 115 48 33.5 0 33 39.2
5 115 48 33.5 0 33 54.4
6 115 48 18.0 0 33 54.4
7 115 48 18.0 0 34 27.5
8 115 48 50.0 0 34 27.5
9 115 48 50.0 0 34 11.3
10 115 49 05.0 0 34 11.3
11 115 49 05.0 0 34 00.0
12 115 49 14.5 0 34 00.0
13 115 49 14.5 0 35 44.2
14 115 47 46.3 0 35 44.2
15 115 47 46.3 0 36 10.8
16 115 46 00.0 0 36 10.8
17 115 46 00.0 0 34 58.8
18 115 44 30.0 0 34 58.8
19 115 44 30.0 0 34 41.8
20 115 43 26.8 0 34 41.8
21 115 43 26.8 0 34 00.5
22 115 43 09.8 0 34 00.5
Sumber : SK Bupati Kutai Barat

Untuk mencapai daerah penyelidikan PT. Persadatama Lestari Coal Mining


dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat,
melalui Samarinda – Tenggarong ( Kukar ) – SP3 Kotabangun ( Kukar ) –
Muara muntai - Resak (Kubar) – Bekokong – Jempang – Muara Tae –
pertigaan Muara Lawa. Perjalanan sampai pertigaan Muara Lawa ini
setidaknya membutuhkan waktu selama 9 jam dari Samarinda. Kemudian
dilanjutkan dari pertigaan menuju ke daerah IUP sendiri membutuhkan
waktu kurang lebih 1 jam perjalanan sehingga waktu tempuh dari
samarinda sampai lokasi IUP dibutuhkan waktu selama 10 jam untuk
menuju ke wilayah IUP.

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 4


Photo 1. Kondisi jalan menuju areal konsesi

Photo 2. Gambaran bentang alam areal konsesi

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 5


I.5. Keadaan Lingkungan

Gambar 2. Bentuk topografi daerah konsesi

Gambar 3. Bentuk permukaan dari daerah konsesi

Morfologi pada daerah penyelidikan berdasarkan pada peta citra


satelit, terdapat dua satuan morfologi yaitu perbukitan bergelombang
rendah dengan elevasi 45 m – 80 m diatas permukaan laut dan satuan

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 6


morfologi perbukitan bergelombang sedang dengan elevasi 80 m -150 m
diatas permukaan laut seperti telah tergambar pada peta diatas. Pembagian
morfologi dimulai dari arah Utara menuju kearah Selatan blok pertama di
batasi oleh garis hijau yaitu daerah dengan elevasi dataran rendah dimulai
dari elevasi 45 m hingga 80 m dpl, lalu blok kedua adalah perbukitan
bergelombang sedang yang dibatasi oleh garis merah kedua yaitu
perbukitan dengan elevasi 80 m – 120 m dpl, dapat dilihat bahwa
perbukitan ini memotong dataran rendah hingga membentuk arah busur,
yang menjadi kemungkinan adanya struktur lipatan berupa sinklin.
Kemudian di garis batas merah kedua terdapat blok elevasi rendah
dari elevasi 85 m dpl menuju ke Selatan dengan elevasi 50 m dpl, dibagian
Selatan dari kontur yang ada dipeta topographi elevasi kemudian makin
naik menuju ke garis blok merah yang ketiga. Dimana elevasi tersebut
semakin tinggi hingga mencapai 150 m dpl, dan diantara bukit dipotong
oleh sungai berukuran sedang yang memungkinkan terjadinya pembelokan
arah lapisan dan pergeseran, namun perlu diteliti lagi dilapangan untuk
mengetahui jenis pembelokannya. Perbukitan terjal yang mengapit sungai
ini mengindikasikan adanya lipatan antiklin dimana pola antiklin ini
terbentuk dari arah perlapisan sedimentasi yang searah dengan arah
pegunungan tersebut, perlu dianalisa dilapangan bentuk dan umur endapan
serta pengaruh faktor geologi terhadap proses pembentukannya, kemudian
diblok Selatan terdapat perbukitan dengan elevasi rendah, perbukitan ini
ditandai oleh garis hijau terakhir yang berada didaerah Selatan konsesi.
Lokasi penelitiaan berdasarkan peta kehutanan terbagi atas dua
kawasan yaitu :
1. Kawasan budidaya kehutanan mencakup luas 2265 Ha
2. Areal penggunaan lain mencakup luas 1735 Ha.

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 7


Gambar 4. Peta Kawasan hutan di areal penelitian

I.6. Metoda dan Peralatan


Rangkaian di dalam industri pertambangan dimulai dari kegiatan
eksplorasi, penambangan, pengolahan, pengangkutan, penumpukan,
pemasaran hingga pemanfaatan dan seluruh permasalahan lingkungan yang
ditimbulkan akibat kegiatan-kegiatan tersebut. Seluruh rangkaian tersebut
memiliki risiko, yaitu memerlukan modal besar, menggunakan teknologi
sederhana hingga canggih, waktu operasional yang lama. Walau kegiatan
eksplorasi telah direncanakan secermat dan sebaik mungkin, namun tetap
ada yang membatasinya. Pembatas tersebut antara lain kualitas batubara,
sumberdaya batubara, transportasi, penambangan, teknologi, kebijakan,
ketidaktentuan iklim investasi, hukum, keamanan, pemasaran dan politik.
Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan bagian dari evaluasi
di setiap tahapan. Keputusan – keputusan tersebut adalah kapan eksplorasi
dimulai dan dihentikan, apakah kegiatan penambangan perlu dilanjutkan
atau tidak, demikian juga dengan tahap-tahap berikutnya sampai ke

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 8


pemilihan alat dan pemasarannya. Jenis atau macam resiko usaha dan besar
kecilnya resiko berbeda – beda, tergantung kepada luas dan sempitnya
daerah kerja atau banyak dan sedikitnya sumberdaya batubara atau dimana
lokasi tambang itu berada. Pada penambangan skala kecil akan cepat habis
ditambang dan tidak menghadapi resiko perubahan harga atau pergeseran
politik jangka panjang.
Mengingat bahwa kegiatan eksplorasi batubara itu adalah suatu
usaha ekonomi yang melibatkan modal besar serta menggunakan berbagai
metode atau teknologi eksplorasi yang canggih dan mahal, maka untung
rugi dan resiko kegagalan harus diperhitungkan sejak awal. Untuk itu,
program eksplorasi mutlak harus dirancang serinci mungkin dan bisa
dipertanggung jawabkan secara teknis dan ilmiah. Sebelum program
eksplorasi batubara direncanakan, maka aspek – aspek sosial budaya,
politik, prasarana, teknologi, harga dan kemungkinan pemasaran, sudah
harus diperhitungkan dan dipertimbangkan.
Pada tahap awal memilih penggunaan metode tentunya dengan biaya
rendah pada daerah luas, hasilnya daerah yang lebih terbatas, lebih
prospektif dan dengan kebolehjadian ( probability ) yang lebih besar. Jika
eksplorasi memberi hasil yang baik, maka areal yang ditargetkan akan lebih
difokuskan dan metode yang digunakan semakin canggih dan mahal. Pada
tahap lanjut secara progresif menggunakan metode berbiaya lebih tinggi,
tetapi menghasilkan daerah yang makin terbatas dan lebih prospektif
dengan kebolehjadian yang semakin besar. Tahap lanjut ini akan menuntut
biaya lebih mahal, tetapi kesempatan untuk berhasil semakin tinggi,
sehingga resiko semakin kecil.
Atas dasar tersebut di atas, maka metode penyelidikan yang diterapkan
oleh PT. Persadatama Lestari Coal Mining menuntut adanya rancangan
eksplorasi yang mengandung unsur – unsur rancangan rekayasa, untuk
meminimalkan resiko dan menekan biaya, yaitu:

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 9


1. Efektif : mengenai sasaran dengan metode dan strategi yang tepat,
artinya penggunaan waktu, tenaga, dan terutama metode atau peralatan
yang sesuai dengan sasaran eksplorasi.
2. Efisien : dengan usaha, biaya dan waktu yang seminimal mungkin
tetapi mendapatkan hasil yang optimal, berarti harus ekonomis tanpa
mengorbankan efektifitas.
3. Keekonomian : aspek rekayasa di dalam industri pertambangan adalah
suatu kegiatan ekonomi yang beresiko tinggi atau dengan kata lain
merupakan suatu proses investasi yang intensif.
Rancangan eksplorasi perlu mempertimbangkan unsur – unsur rancangan
rekayasa di atas dengan didahului memformulasikan :
1. Konsep eksplorasi batubara :
a. Menentukan perumusan sasaran eksplorasi.
b. Penentuan model eksplorasi serta petunjuk – petunjuk geologinya
2. Strategi eksplorasi
Meliputi pentahapan eksplorasi, bertujuan meminimalkan resiko dan
memilih metode tepat guna untuk setiap jenis petunjuk geologi disetiap
tahapan.
3. Keekonomian eksplorasi
Biaya eksplorasi harus sesuai hasil dengan memperhitungkan resiko.
Semakin tinggi resiko, maka keuntungan yang dicapai harus semakin
berlipat ganda. Artinya sasaran eksplorasi harus mempunyai nilai
tambah yang cukup besar dengan memperhitungkan biaya yang
dikeluarkan.
Berdasarkan konsep eksplorasi, maka dapat dibuat rancangan
eksplorasi yang mencakup strategi ( penjadualan/ tahapan ), taktik ( metode
eksplorasi tepat guna ), logistik ( laboratorium, layanan pendukung ),
organisasi, penganggaran.
Sedangkan peralatan yang dipakai selama kegiatan eksplorasi ini adalah :

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 10


 Global Posision System ( GPS )
 Kompas Brunton
 Palu Geologi
 Loupe
 Kamera
 Meteran
 Kantong Sample
 Alat – alat tulis

I.7. Pelaksana
Pelaksana kegiatan eksplorasi ini dilakukan oleh team eksplorasi
PT. Persadatama Lestari Coal Mining yaitu :
 Geologist : 6 Orang
 Tim Geofisika : 1 Orang
 Helper : 12 Orang

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 11


BAB II
GEOLOGI

II.1. Geologi Umum


Secara regional daerah penyelidikan termasuk cekungan Tarakan
bagian Barat. Secara fisiografis cekungan Tarakan di bagian Barat dibatasi
oleh lapisan sedimen Pra Tersier Tinggian Kuching dan di sebelah Selatan
dipisahkan dari cekungan Kutai oleh Pegunungan Suikerbrood dan
kelurusan Timur – Barat Tinggian Mangkaliat. Cekungan Tarakan berupa
depresi berbentuk busur yang terbuka ke arah Timur ke arah Selat
Makassar/ Laut Sulawesi yang meluas ke Utara Sabah dan berhenti pada
zona subduksi di Tinggian Samporna dan merupakan cekungan paling
Utara di Kalimantan.
Selama zaman Tersier terjadi empat aktivitas tektonik utama yang
mempengaruhi pembentukan cekungan – cekungan yang ada di Kalimantan
Timur dan Kalimantan Selatan, yaitu :
1. Aktivitas tektonik Awal Tersier, mengakibatkan terjadinya
pengangkatan tinggian Mangkaliat yang membagi cekungan Kalimantan
menjadi cekungan Tarakan di sebelah Utara dan cekungan Kutai di
sebelah Selatan.
2. Aktivitas tektonik pada Oligosen Awal, merupakan gerak tektonik
fleksur sepanjang “Patenoster Cross High”, atau “Cross High”, yang
memisah cekungan Kutai dengan cekungan Barito.
3. Aktivitas tektonik pada Miosen Akhir mengakibatkan terjadinya
pengangkatan Pegunungan Meratus yang berarah Timur Laut – Barat
Daya. Pegunungan ini memisahkan cekungan Barito dan Sub –
cekungan Asam – asam dan Pasir.

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 12


4. Aktivitas tektonik pada Pliosen – Plistosen mengakibatkan seluruh
cekungan Kalimantan terangkat, sehingga membentuk konfigurasi
seperti sekarang ini.
Lingkungan pengendapan cekungan Tarakan dimulai dari proses
pengangkatan yang diperkirakan terjadi pada kala Eosen sampai dengan
Miosen Awal bersamaan dengan terjadinya proses pengangkatan gradual
pada tinggian Kuching dari Barat ke Timur. Pada kala Miosen Tengah
terjadi penurunan pada cekungan Tarakan, yang dilanjutkan dengan terjadi
pengendapan progradasi ke arah Timur dan membentuk endapan delta yang
menutupi endapan prodelta dan batial.
Cekungan Tarakan mengalami proses penurunan secara lebih aktif
lagi pada kala Miosen sampai Pliosen. Proses sedimentasi delta yang tebal
dengan pusat cekungan (deposentres) dan relatif bergerak ke arah Timur
terus berlanjut searah selaras dengan waktu.
Ditinjau dari fasies dan lingkungan pengendapannya, cekungan
Tarakan terbagi menjadi empat sub cekungan yaitu sub cekungan Berau,
Sub cekungan Tarakan, sub cekungan Tidung dan sub cekungan Muras.
1. Sub Cekungan Berau terletak dibagian paling selatan cekungan Tarakan,
yang berkembang dari Eosin sampai Miosen serta mempunyai sejarah
pengendapan yang sama dengan sub cekungan Tidung. Daerah
penyelidikan terletak di sub cekungan Berau.
2. Sub Cekungan Tarakan berkembang pada daerah lepas pantai dan terisi
oleh sekuen tebal sedimen darat akhir Miosen yang tidak selaras lapisan
dan struktur sebelumnya.
3. Sub Cekungan Tidung terletak paling Utara meluas ke Sabah dan
berkembang pada kala Eosin sampai Miosen Tengah, dipisahkan dari
anak cekungan Berau disebelah Selatannya oleh punggungan Latong.
4. Sub Cekungan Muras terletak di pantai tinggian Mangkaliat terutama
mengandung terumbu dan sedimen karbonat.

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 13


N. Suwarna, dan T. Apandi (1994) melakukan pemetaan geologi
yang menghasilkan peta geologi permukaan lembar Longiram dengan
skala 1:250.000. Stratigrafi yang mengandung lapisan batubara yang akan
digunakan sebagai tempat penelitian adalah Formasi Pamaluan, Formasi
Pulaubalang dan Formasi Balikpapan.

Gambar 5. Peta geologi permukaan Lembar Longiram

Adapun urutan stratigrafi regional dari umur batuan yang tertua


sampai batuan yang muda antara lain :
a. Formasi Meragoh
Lava, diabas, tuf, breksi gunungapi dan aglomerat. Lava, basal
piroksen, kristal sangat halus – halus, berongga, kekar tiang. Diabas,
kristal halus – menengah. Tuf, padat, halus – sedang, bersusun basal,
berlapis tebal dengan tebal lapisan sekitar 10 cm dengan kemiringan

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 14


350 – 450, arah jurus Barat Daya – Timur Laut. Breksi gunungapi dan
aglomerat, komponen basal piroksen, matrik tuf pasiran berbutir
sedang bersusun basal. Umur diperkirakan Miosen Awal – Miosen
Tengah, namun mungkin pula Oligosen. Batuan ini diduga berasal
dari hasil kegiatan gunungapi yang berpusat di Gunung Meragoh.

b. Formasi Tanjung
Batupasir bersisipan serpih dan grewak, batupasir halus – kasar,
terpilah baik, kuarsa, mika, mineral hitam, lapisan batubara, sedikit
pirit, berlapis baik, tebal tiap lapisan 2 – 100 Cm. Serpih sedikit
gampingan, tebal 7 – 25 Cm. Grewak, butir menengah – kasar,
umumnya berlapis baik, kemiringan 150 – 450 dengan arah jurus
Timurlaut – Baratdaya. Satuan ini ditindih selaras oleh Formasi
Tuyu, diduga berumur Eosen Awal (Tb) dan berlingkungan
pengendapan litoral – rawa. Tebal satuan ini diperkirakan 1000
meter.

c. Formasi Pamaluan
Batulempung dengan sisipan tipis napal, batupasir dan batubara.
Bagian atas terdiri dari batulempung pasiran yang mengandung
tumbuhan dan beberapa lapisan tipis batubara. Secara umum bagian
bawah lebih gampingan dan mengandung banyak foranifera plangton
dibanding dengan bagian atasnya. Fosil penunjuk yang diteliti oleh
Koesdarsono (1978) terdiri dari Globogerines primordius G.
trilobus, Globigerinita sp. yang berumur N.4 – N.5 atau Te.5 Bawah
(Miosen Awal). Formasi ini dapat dikorelasikan dengan bagian atas
dari Formasi Lembak (Toml). Lingkungan pengendapannya berkisar
dari neritik dalam sampai neritik dangkal.

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 15


d. Formasi Pulaubalang
Perselingan batupasir dengan batulempung daan batulanu, setempat
bersisipan tipis lignit, batugamping atau batupasir gampingan.
Berumur Miosen Awal bagian atas – Miosen Tengah bagian bawah
( Koesdarsono dan Tahalele 1975 ). Sedimentasinya diperkirakan
terjadi di daerah prodelta dengan tebaran terumbu di beberapa
tempat.

e. Formasi Balikpapan
Pasir ( lepas ), lempung, lanau, tuf dan batubara. Pada perselingan
batupasir kuarsa, lempung dan lanau memperlihatkan struktur silang
siur dan perairan. Setempat mengandung sisipan batubara dengan
ketebalan anatara 20- 40 cm. lempung berwarna kelabu, getas,
mengandung muskovit, bitumen dan oksida besi. Kandungan fosil
terdiri dari : Cycloclypeus annulatus, C. innornatus, C. communis,
Cycloclypeus sp., Lepidocyclina rutteni, L. sumatraensis,
Miogypsina irrequlasis, Operculina dan Operculinella yang
menunjukkan umur Miosen Tengah – Miosen Akhir. Tebal formasi
± 2.000 meter, dengan lingkungan pengendapan muka – dataran
delta.

f. Formasi Kampungbaru
Lempung pasiran, batupasir dengan sisipan batubara dan tuf,
setempat mengandung lapisan tipis oxide besi dan bintal limonit.
Umur Miosen Akhir – Plio Plistosen dengan lingkungan
pengendapan delta sampai laut dangkal. Tebal antara 500 – 800
meter.

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 16


g. Alluvial
Lumpur, lempung, pasir, setempat kerikil rijang, kuarsa dan basal.
Pasir dibeberapa tempat berlapis semu. Satuan ini merupakan
endapan sungai dan rawa, sepanjang tepi S. Mahakam dan anak
sungaina, sekitar Danau Semayang, Danau Melintang, Danang
Jempung, dan Danau Uwis.

Gambar 6. Urutan satuan batuan dari yang tua ke muda

II.2. Geologi Regional


Berdasarkan Peta Geologi Lembar Longiram yang dikeluarkan oleh
Pusat Penelitan dan Pengembangan Geologi Bandung, PT. Persadatama
Lestari Coal Mining masuk kedalam Formasi Pemaluan, Formasi
Pulaubalang dan Formasi Balikpapan serta dipengaruhi struktur geologi
regional yang berkembang dilokasi konsesi tersebut.
 Formasi Pamaluan : batulempung dengan sisipan tipis napal, batupasir
dan batubara. Bagian atas terdiri dari batulempung pasiran yang

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 17


mengandung tumbuhan dan beberapa lapisan tipis batubara. Secara
umum bagian bawah lebih gampingan dan mengandung banyak
foranifera plangton dibanding dengan bagian atasnya. Fosil penunjuk
yang diteliti oleh Koesdarsono (1978) terdiri dari Globogerines
primordius G. trilobus, Globigerinita sp. yang berumur N.4 – N.5 atau
Te.5 Bawah ( Miosen Awal ). Formasi ini dapat dikorelasikan dengan
bagian atas dari Formasi Lembak (Toml). Lingkungan
pengendapannya berkisar dari neritik dalam sampai neritik dangkal.
 Formasi Pulaubalang
Perselingan batupasir dengan batulempung daan batulanu, setempat
bersisipan tipis lignit, batugamping atau batupasir gampingan.
Berumur Miosen Awal bagian atas – Miosen Tengah bagian bawah
(Koesdarsono dan Tahalele 1975). Sedimentasinya diperkirakan
terjadi di daerah prodelta dengan tebaran terumbu di beberapa tempat.
 Formasi Balikpapan
Pasir ( lepas ), lempung, lanau, tuf dan batubara. Pada perselingan
batupasir kuarsa, lempung dan lanau memperlihatkan struktur silang
siur dan perairan. Setempat mengandung sisipan batubara dengan
ketebalan anatara 20- 40 cm. lempung berwarna kelabu, getas,
mengandung muskovit, bitumen dan oksida besi. Kandungan fosil
terdiri dari : Cycloclypeus annulatus, C. innornatus, C. communis,
Cycloclypeus sp., Lepidocyclina rutteni, L. sumatraensis, Miogypsina
irrequlasis, Operculina dan Operculinella yang menunjukkan umur
Miosen Tengah – Miosen Akhir. Tebal formasi ± 2.000 meter, dengan
lingkungan pengendapan muka – dataran delta.

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 18


Gambar 7. Peta Geologi regional daerah telitian

II.3. Stratigrafi Lokal


Berdasarkan kesatuan ciri litologi dari hasil penyelidikan dilapangan,
setiap batuan atau litologi yang ada mencirikan setiap masing – masing
formasi. Antara lain terdiri dari batupasir, batulempung, batulanau dan
batubara. Diskripsi litologi batuan dari masing – masing formasi adalah
sebagai berikut :
 Batu pasir : Abu – abu, perlapisan, pasir halus – pasir sedang,
membulat – menyudut tanggung, pemilahan baik
sampai sedang, komposisi mineral kuarsa, kompak.
 Batulempung : Abu-abu, struktur perlapisan, pemilahan sangat
baik, lunak dan lengket seperti sabun.
 Batu lanau : Abu – abu, struktur perlapisan, ukuran butir silt,
kompak.
 Batubara : Hitam, gores garis hitam, mengkilap, concoidal,
rapuh.

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 19


II.4. Struktur Geologi
Struktur geologi yang berkembang pada daerah penyelidikan berupa
sesar dengan ciri adanya alur – alur sungai, kekar, perlipatan yang
membentuk sinklin dan antiklin yang dapat dilihat dari bentuk morfologi
yang ada serta perbedaan kemiringan lapisan batuan.

Gambar 8. Elemen Tektonik Kalimantan (Kusuma dan Darin, 1989).

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 20


BAB III
GEOMORFOLOGI

III.1. Geomorfologi Regional


Pembagian bentuk lahan di daerah telitian mengacu pada konsep
klasifikasi bentuk lahan yang didasarkan aspek geomorfologi, yaitu:
1. Aspek morfologi, aspek yang mempelajari relief secara umum yaitu:
a. Morfografi merupakan aspek – aspek yang bersifat pemerian
suatu daerah, antara lain perbukitan, lembah, punggungan dan
dataran.
b. Morfometri merupakan aspek-aspek yang bersifat kuantitatif dari
suatu daerah seperti kelerengan, bentuk lereng, panjang lereng,
bentuk lembah, pola pengaliran dan ketinggian. Dalam analisa
kelerengan dapat diukur besaran kelerengan dengan rumus sebagai
berikut :

B = ( N – 1 ) x IK x 100 %
JH x SP
Keterangan :
B : Sudut lereng
N : Jumlah kontur yang terpotong garis sayatan
IK : Ineterval kontur ( m )
JH : Jarak horizontal ( cm )
SP : Skala peta ( m )
c. Aspek morfogenesa, adalah proses geomorfologi yang
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuklahan. Aspek ini
mencakup:
- Morfo – struktur aktif berupa tenaga endogen dan struktur
geologi, seperti antiklin, sesar dan lain sebagainya.

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 21


- Morfo – struktur pasif meliputi litologi dan meliputi proses
pelapukan.
- Morfo – dinamik berupa tenaga eksogen yang berhubungan
dengan proses – proses air, angin dan gelombang laut.

Gambar 9. Peta Geomorfologi daerah penyelidikan

Untuk menentukan satuan morfologi digunakan klasifikasi


kelerengan yang mengacu kepada perwatakan bentuk medan dan sudut
lereng ( Tabel 3.1 ).

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 22


Tabel 3.1. Kelerengan dan satuan morfologi

BENTUK KELERENGAN
( %) ( o) SATUAN MORFOLOGI
MEDAN
Datar 0–5 0–3 Dataran
Landai 5 – 10 3–7 Perbukitan berelief landai
Agak terjal 10 – 15 7–9 Perbukitan berelief agak landai
Terjal 15 – 30 9 – 17 Perbukitan berelief agak curam
Sangat terjal 30 – 70 17 – 36 Perbukitan berelief curam
Tegak > 70 36 – 90 Perbukitan berelief sangat
curam

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 23


BAB IV
KEGIATAN PENYELIDIKAN

IV.1. Metode Penyelidikan


Metode penyelidikan yang dilakukan dalam kegiatan eksplorasi ini
pada dasarnya adalah untuk mengetahui kondisi keberadaan batubara pada
daerah penyelidikan. Langkah awal dari pekerjaan ini adalah pemetaan
geologi dengan cara pengumpulan data permukaan (surface mapping)
secara langsung di lapangan dengan cara :
1. Pembuatan beberapa jalur lintasan tegak lurus jurus lapisan untuk
mengetahui variasi litologi dan pola sebaran vertikal batubara, sepert
jurus dan kemiringan, ketebalan dan posisi perlapisan batubara serta
kondisi geologi lainnya.
2. Pembuatan jalur lintasan searah jurus lapisan untuk mengetahui
kemenerusan dan pola sebaran lateral batubara.
3. Kalau diperlukan pada beberapa tempat dibuat sumuran uji untuk
mengetahui tebal dan banyaknya seam batubara.
Peta dasar yang digunakan dalam penyelidikan ini adalah peta
topografi skala 1 : 50.000 dari BAKOSURTANAL, sedang
pengukuran posisi singkapan batubara, lokasi sumur uji/parit uji,
dilakukan dengan alat ukur GPS.

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 24


IV.2. Ruang Lingkup Data
Data – data yang diperoleh dalam kegiatan penyelidikan adalah :
Tabel 4.1.
Daftar data untuk penyelidikan

No Data Keadaan Batubara Data Kondisi Umum Daerah


Penduduk (suku, agama, tingkat
1. Lokasi singkapan batubara
pendidikan, jenis pekerjaan)
Sifat fisik batubara (warna, kilap,
2. Flora dan fauna
gores, kekerasan, cleat dan pengotor)
3. Kedudukan lapisan batubara Keadaan cuaca harian
4. Ketebalan lapisan batubara Tata guna lahan
5. Roof dan floor lapisan batubara
6. Lapisan penutup
7. Pelapukan

Perolehan data – data ini akan membantu dalam penentuan pola


umum sebaran batubara yang meliputi sebaran vertikal dan sebaran lateral,
serta mengetahui kondisi umum daerah penyelidikan.

IV.3. Tahapan Penyelidikan


Kegiatan eksplorasi dilakukan dengan tahapan yang secara garis
besar adalah sebagai berikut :
1. Studi Pustaka
2. Persiapan Lapangan
3. Pemetaan Geologi
4. Pemboran/ Parit Uji
5. Analisa Laboratorium
6. Pembuatan Laporan

IV.4. Pekerjaan yang dilakukan


a. Studi Pustaka
Kegiatan ini berupa persiapan sebelum ke lapangan yang meliputi
studi literature geologi daerah peninjauan dari peneliti terdahulu

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 25


serta penyediaan peta topografi dan peta geologi regional daerah
penyelidikan untuk kegiatan lapangan dengan skala 1 : 50.000.
b. Persiapan Lapangan
Kegiatan ini meliputi : penyediaan peralatan lapangan berupa
kompas geologi, GPS, palu geologi, kamera, meteran, loupe,
kebutuhan alat tulis dan keperluan pribadi lainnya.
c. Pemetaan
Kegiatan lapangan pemetaan untuk mendapatkan data – data geologi
dengan cara melakukan pemetaan permukaan (surface mapping)
batubara yaitu dengan melalui :
1. Jalur – jalur lintasan tegak lurus jurus lapisan untuk mengetahui
variasi litologi dan pola sebaran vertikal batubara.
2. Jalur – jalur lintasan searah jurus lapisan untuk mengetahui pola
sebaran lateral batubara.
Selanjutnya untuk melakukan pengamatan terhadap singkapan
batubara, kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Pengamatan sifat fisik batubara (warna, kilap, gores, kekerasan,
cleat, pengotor, tingkat pelapukan)
2. Pengamatan roof, floor, parting dan interburden batubara.
3. Pengukuran kedudukan lapisan batubara.
4. Pengukuran ketebalan batubara roof, floor, parting dan
interburden batubara.
5. Pengukuran ketebalan pelapukan vertical dan horizontal
batubara.
6. Pengamatan lapisan tanah penutup ( overburden ) batubara.
d. Pengamatan kondisi morfologi
Untuk memperoleh data – data kondisi umum daerah penyelidikan,
kegiatan yang dilakukan adalah :

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 26


1. Mencari informasi mengenai data sosial ekonomi dan
kependudukan di instansi pemerintah desa setempat.
2. Pengamatan flora dan fauna, cuaca harian, sarana dan prasarana
daerah peninjauan.
e. Pemboran, Parit Uji dan Sumur Uji
Pada beberapa lokasi singkapan batubara yang tertutup tanah akan
dilakukan pengeboran, pembuatan sumur uji ( test pit ) atau parit uji
(trenching). Pengeboran dilakukan dengan menggunakan peratan bor
berupa 2 (dua) set alat bor jacro 175, pembuatan sumur uji dan parit
uji dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana seperti
cangkul, ganco, belincong, linggis dan ember. Kegunaan dari sumur
uji/parit uji dapat untuk mengetahui ketebalan lapisan tanah penutup,
lapisan bawah dari lapisan batubara, memperoleh kejelasan posisi
jurus dan kemiringan lapisan batubara serta untuk mengukur
ketebalan lapisan batubara dan mendapatkan contoh batubara yang
masih segar.
f. Analisa Laboratorium
Analisa contoh batubara yang diambil dilakukan pada beberapa
laboratorium Geoservice di Balikpapan dengan beberapa parameter :
Proximate (Moisture, Ash, Volatile Matter, Fixed Carbon), Total
Moisture, Total Sulphur, Berat jenis dan Calorivic Value dalam
kondisi udara kering (adb) dengan standard ASTM.
g. Pembuatan Laporan
Kegiatan pembuatan laporan dilakukan setelah data penyelidikan
terkumpul untuk dijadikan pelaporan yang sistematis, informatif
mengenai data dan fakta keadaan geologi dan kondisi umum daerah
penyelidikan. Dan laporan teknis ini merupakan salah satu syarat
untuk pengajuan ijin ke tingkat selanjutnya.

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 27


BAB V
HASIL PENYELIDIKAN

V.1. Geomorfologi Daerah Penyelidikan


Berdasarkan kenampakan dari bentang alamnya ( morfologi ) daerah
penyelidikan PT. Persada Lestari Coal Mining dapat dibagi menjadi 2 (dua)
Satuan Geomorfologi yaitu :
 Satuan geomorfologi dataran, terletak dibagian Selatan, Timur daerah
penyelidikan ( ± 40% luas wilayah). Satuan geomorfologi ini berupa
persawahan dan rawa dengan kemiringan lereng 0o – 5o.
 Satuan geomorfologi perbukitan agak landai, terletak dibagian Barat
hingga ke tengah lokasi penyelidikan ( ± 50% luas wilayah) dengan
arah umum perbukitan relatif Timur Laut – Barat Daya. Kemiringan
lereng 20o – 22o.

Foto 3. Bentuk morfologi dataran diareal konsesi

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 28


Foto 4. Bentuk morfologi bergelombang curam

V.2. Statigrafi Daerah Penyelidikan


Statigrafi daerah telitian disusun berdasarkan pengelempokkan
lithologi dominan yang dapat diamati di lapangan. Dari penyelidikan
lapangan ditemukan batulempung yang dominan, yang penyebarannya
sangat banyak ditemui di daerah penyelidikan. Hal ini juga ditandai dengan
formasi yang ada yaitu Formasi Pamaluan : batulempung dengan sisipan
tipis napal, batupasir dan batubara. Bagian atas terdiri dari batulempung
pasiran yang mengandung tumbuhan dan beberapa lapisan tipis batubara
serta Formasi Maau yang dicirikan dengan batulempung, batulanau, dan
batupasir, kearah selang – seling batupasir dan batulanau juga terdapat
sisipan batubara.
Di daerah penyelidikan ini juga ditemukan adanya singkapan
batubara dengan jumlah singkapan batubara 7 (tujuh) singkapan yang
tersebar di lokasi penyelidikan. Batubara ini ada yang tersingkap dan ada
juga yang ditutupi oleh batulempung dan batupasir serta adapula yang
berupa sisipan.

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 29


Singkapan yang ada sebagian terdapat pada cekungan atau alur sungai
dengan arah strike arah umum perlapisan Barat Daya – Timur Laut dengan
arah kemiringan perlapisan ke Barat Laut dengan kedudukan perlapisan
N 2410 E – N 2000 E serta kemiringan lapisan mengarah ke Tenggara dan
Barat Daya yang mempunyai kemiringan lapisan ( dip ) 190 – 240. ( Lihat
tabel 5.1 )

Tabel 5.1. Daftar singkapan di areal penyelidikan


Koordinat Strike/dip
Kode Bujur Lintang Ket.
N.....0E/...0
Timur Utara
OC-PLCM 1 360217 9934488 290/19 Batubara : warna hitam, concoidal,
brittle tebal ± 1.9 m
OC-PLCM 2 362233 9937147 258/20 Batubara : warna hitam, brittle, tebal
± 2.6 m, parting ± 0.25 m.
363075 9936763 258/19 Batubara : warna abu-abu kehitaman,
OC-PLCM 3
brittle, ± 2.8 m.
Batubara : warna hitam, concoidal,
OC-PLCM 4 364986 9937667 294/18 brittle, laminasi dengan parting tebal
± 2.1 m.
365194 9935444 260/31 Batubara : warna abu-abu kehitaman,
OC-PLCM 5
brittle, tebal ± 1.8 m.
Batubara : warna hitam, brittle,
OC-PLCM 6 363075 9934488 258/34 laminasi dengan parting tebal ± 2.6
m.
Batubara : warna hitam, concoidal,
OC-PLCM 7 362763 9935911 241/28 brittle, laminasi dengan parting tebal
± 3.2 m.
Batubara : warna hitam, brittle,
OC-PLCM 8 364979 9936323 237/29 laminasi dengan parting tebal ± 2.9
m.
Batubara : warna hitam, concoidal,
OC-PLCM 9 366185 9936638 240/29 brittle, laminasi dengan parting tebal
± 3 m.
Batubara : warna hitam, brittle,
OC-PLCM 10 365850 9934807 235/27 laminasi dengan parting tebal ± 3.1
m.
363653 9935730 239/25 Batubara : warna hitam, concoidal,
OC-PLCM 11
brittle tebal ± 2.7 m
368159 9935698 240/31 Batubara : warna hitam, concoidal,
OC-PLCM 12
brittle tebal ± 3.2 m
Batubara : warna hitam, concoidal,
OC-PLCM 13 364990 9933612 241/21 brittle, laminasi dengan parting tebal
± 1.9 m.
Batubara : warna hitam, brittle,
OC-PLCM 14 367984 9934870 240/20 laminasi dengan parting tebal ± 1.7
m.

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 30


Photo 5. OC-PLCM 1 tebal batubara ± 1.9 m

Photo 6. OC-PLCM 2 tebal batubara ± 2.6 meter

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 31


Photo 7. OC-PLCM 3 tebal batubara ± 2.8 meter

Photo 8. OC-PLCM 4 tebal batubara ± 2.1 meter

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 32


Photo 9. OC-PLCM 5 tebal batubara ±1.8 meter

Photo 10. OC-PLCM 6 tebal batubara ± 2.6 meter

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 33


Photo 11. OC-PLCM 7 tebal batubara ± 3.2 meter

Photo 12. OC-PLCM 8 tebal batubara ± 2.9 meter

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 34


Photo 13. OC-PLCM 9 tebal batubara ± 3 meter

Photo 14. OC-PLCM 10 tebal batubara ± 3.1 meter

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 35


Photo 15. OC-PLCM 13 tebal batubara ± 1.9 meter

Photo 16. OC-PLCM 14 tebal batubara ± 1.7 meter

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 36


V.3. Pemboran
Pemboran Dalam
Kegitan pemboran dalam batubara dilakukan dengan metoda pemboran inti.
Pengamatan hasil pemboran terutama adalah pemerian sifat teknis batuan
dan batubara dari inti bor. Dilakukan juga pengambilan conto batubara
untuk keperluan pengujian kualitas batubara dan pengukuran kandungan
gas dalam batubara. Penentuan lokasi bor mengacu kepada kedudukan
lapisan-lapisan batubara yang menjadi target dan rencana kedalaman
pemboran. Lapisan-lapisan batubara yang dipilih memiliki kriteria antara
lain ketebalan yang memadai, kedalaman yang cukup, rank batubara yang
cukup tinggi, penyebaran relatif jauh. Faktor lain yang menjadi bahan
pertimbangan penetuan lokasi bor adalah kemudahan akses jalan untuk
mobilisasi alat pemboran, perizinan lahan dan tersedianya sumber air.
Metode pemboran terbagi atas :
1. Open Hole adalah teknik pengeboran dengan melubangi area tertentu
sesuai perencanaan sampai kedalaman yang telah direncanakan.
Dalam pengambilan samplenya berdasarkan potongan dari tiap
gerusan mata bor per run atau per pipa bor (sample ini disebut
cutting). Dalam proses pemboran ini, cutting akan di bawa naik ke
atas dengan media air bercampu lumpu (pengeboran batubara
biasanya menggunakan media air sebagai lumpur pemboran).
2. Touch Core adalah tenik pengeboran yang awalnya dilakukan
dengan metode open hole dan ketika mata bor menyentuh batubara
(indikasi dari lubang bor keluarnya sample cutting batubara dan air
berwarna hitam akibat batubara tergerus serta insting dari juru bor
waktu proses pengeboran), maka akan di hentikan putaran bornya.
selanjutnya stang bor di angkat dan mata bor akan diganti dengan
jenis mata bor khusus untuk pengambilan sample core serta di
tambah core barrel untuk tempat penampungan sample core selama

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 37


pengambilan (ukuran core barrel lebih kurang 1.60 meter). jadi bila
batubara lebih tebal akan dilakukan pengambilan coring sampai
beberapa kali. Ada teknik khusus dalam melakukan coring ini dan
biasanya juru bor atau driller lebih menguasai teknik ini (seperti
kecepatan putaran mata bor dan kecepatan pompa lumpur bor).
Metode ini adalah gabungan dari open hole dan touch core.

Gambar 7. Jenis mata bor Gambar : paling kiri mata bor untuk open
hole & gambar paling kanan mata bor untuk coring

3. Full Core adalah teknik pemboran yang dilakukan dari atas sampai
bawah kedalaman yang direncanakan dengan mengambil sample
coring tanpa melakukan metode open hole. Teknik ini dilakukan
untuk mendapatkan data yang lebih mendetail mengenai data variasi
batuan (stratigrafi) dari dalam lubang bor.

V.4. Estimasi Sumberdaya


Berdasarkan penyebaran singkapan batubara seperti terlihat pada
lampiran peta singkapan batubara, dapat dihitung perkiraan besarnya

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 38


sumberdaya batubara dengan metode USGS yang disederhanakan sebagai
berikut:
a. Ketebalan lapisan batubara diambil rata – rata dari hasil pengukuran
pada singkapan.
b. Panjang singkapan kearah jurus singkapan (P);
- ( 0 – 400 m ) kekiri dan kekanan titik singkapan dikategorikan
sebagai sumberdaya terukur.
- ( 400 – 800 m) ke kiri dan ke kanan titik singkapan dikategorikan
sebagai sumberdaya terkira.
- (800 – 1.200 m) kekiri dan kekanan titik singkapan dikategorikan
sebagai sumberdaya terduga.
- Lebih besar dari 1.200 m ke kiri dan ke kanan titik singkapan
dikategorikan sebagai sumberdaya hipotetik.
c. Perhitungan sumberdaya batubara ini dibatasi sampai dengan batas
kedalaman penambangan 50 meter hingga 100 meter.
Berdasarkan penyederhanaan tersebut di atas, maka jumlah sumber
daya batubara, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

BB = D/sin α x T x P x BJ

BB = Sumberdaya batubara
P = Panjang singkapan searah jurus
D = Panjang batubara searah kemiringan (down dip)
T = Tebal batubara
BJ = Berat jenis (1,3)
α = Besar sudut kemiringan (dip) lapisan batubara

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 39


Gambar 7. Peta topografi serta arah penyebaran batubara

Dengan mengambil asumsi ketebalan lapisan batubara dan


kemiringan lapisan tidak berubah baik kearah vertikal maupun horizontal,
dimana ketebalan batubara yang dihitung diambil dari rata – rata dari hasil
pengukuran pada singkapan dan sumur uji, sedangkan berat jenis batubara
diambil sebesar 1.3 Kg/m3, maka didapat jumlah sumber daya batubara
pada daerah penyelidikan untuk kedalaman penambangan 5 meter seperti
terlihat pada tabel di bawah ini :

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 40


Tabel 5.2. Penghitungan Sumberdaya batubara
PT. Persadatama Lestari Coal Mining

SEAM Tebal Dip P BJ D Sin A (m) BB (ton)


m º m kg/m3 m A=D/sin α BB=D/sin α x T x P x BJ
A 2 19 6.303 1,3 125 0,32 390,625 6.401.484
B 2,6 21 6.421 1,3 125 0,35 357,143 7.571.064
C 3,1 31 5.428 1,3 125 0,51 245,098 5.361.480
D 2,9 28 5.921 1,3 125 0,46 271,739 6.065.807
E 3,2 27 3.902 1,3 125 0,45 277,778 4.508.978
F 2,6 29 4.455 1,3 125 0,48 260,417 3.921.328
G 3,1 31 6.322 1,3 125 0,51 245,098 6.244.525
H 1,9 21 4.162 1,3 125 0,35 357,143 3.671.479
TOTAL SUMBERDAYA 40.254.667

V.5. Hasil Analisa

Gambar 8. Hasil analisa kualitas batubara oleh PT. Geoservice

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 41


BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan
1. Dari hasil penyelidikan tim geologist dapat disimpulkan :
 Lokasi penyelidikan berada di Kecamatan Bengalon, Kabupaten
Kutai Barat, Propinsi Kalimantan Timur.
 Berdasarkan peta geologi regional areal konsesi PT. Persadatama
Lestari Coal Mining termasuk dalam Formasi Pamaluan, Formasi
Pulaubalang dan Formasi Balikpapan yang merupakan batuan
pembawa batubara.
 Areal konsesi PT. Persadatama Lestari Coal Mining berada pada
Areal Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK) seluas 2.265 hektar
serta Areal penggunaan lain seluas 1.735 hektar
 Litologi yang didapat hasil penyelidikan terdiri dari batupasir,
batulempung, batulanau, Berdasarkan ciri-ciri litologi termasuk
dalam Formasi Pamaluan, Formasi Pulaubalang dan Formasi
Balikpapan.
 Struktur geologi yang berkembang pada daerah penyelidikan berupa
sesar dengan ciri adanya alur – alur sungai, kekar, perlipatan yang
membentuk sinklin dan antiklin yang dapat dilihat dari bentuk
morfologi yang ada serta perbedaan kemiringan lapisan batuan.

 Arah umum perlapisan batuan Barat Daya – Timur Laut dengan


arah kemiringan perlapisan ke Barat Laut. Dengan kedudukan
perlapisan N 2410 E – N 2940 E serta kemiringan lapisan mengarah
ke Tenggara dan Barat Daya yang mempunyai kemiringan lapisan
(dip) 180 – 340.

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 42


 Estimasi penghitungan sumberdaya batubara dari ke 8 (delapan)
seam yang relevan dengan kedalaman penambangan sampai 125
meter adalah 40.254.667 metrik ton.
 Jarak hauling dari lokasi ke jetty berkisar ± 46 Km.
 Hasil analisa kualitas batubara berkisar dari ADB 6000 – 7000 Kal/g

Berdasarkan hasil penyelidikan team geologi di areal konsesi PT.


Persadatama Lestari Coal Mining ditarik kesimpulan bahwa konsesi
tersebut sangat mineable untuk dilanjutkan ke tahap eksploitasi dan
pengembangan seam lain dari batubara yang belum dieksplorasi.

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 43


DESKRIPSI BATUBARA

Lintasan No Lokasi OC-PLCM 1


X E 360217 Tanggal
Posisi Y N 9934488 Diamati Oleh
Z Di cek Oleh
Sistem Koordinat menggunakan WGS 1984 UTM Zone
Tersingkap di Lereng perbukitan
No. Contoh OC-PLCM 1
Keadaan Singkapan Baik
Dimensi Singkapan
Kontak dengan batuan atap Teramati
Batuan Atap Soil, kuning kemerahan, lengket , ada fragmen laterit
Batuan Lantai Clay, abu-abu, halus, membulat, lengket
Batubara Profil Singkapan
Warna Hitam
Tebal
1.9 Meter
Sesungguhnya Soil, kuning kemerahan, lengket
Kilap Mengkilap
Sisipan Coal, hitam, mengkilap, gores hitam,
Ada
pengotor rapuh
Jenis Pengotor Clay
Tebal Pengotor Cm Clay, abu-abu, halus, lengket,
Mineral Pirit Tidak membulat
Kedudukan 0 0
N 290 E/ 19
Lapisan
Di ukur pada Atap
Sketsa Lokasi

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 44


DESKRIPSI BATUBARA

Lintasan No Lokasi OC-PLCM 2


X E 362233 Tanggal
Posisi Y N 9937147 Diamati Oleh
Z Di cek Oleh
Sistem Koordinat menggunakan WGS 1984 UTM Zone
Tersingkap di Alur air
No. Contoh OC-PLCM 2
Keadaan Singkapan Baik
Dimensi Singkapan
Kontak dengan batuan atap Teramati
Batuan Atap Shallycoal, abu-abu, lengket
Batuan Lantai Shallycoal, abu-abu, lengket
Batubara Profil Singkapan
Warna Hitam
Tebal
2.6 Meter
Sesungguhnya
Shallycoal, abu-abu, lengket
Kilap Mengkilap
Sisipan Coal, hitam, rapuh, gores hitam,
Ada
pengotor
Jenis Pengotor Shallycoal Shallycoal, abu-abu, lengket
Tebal Pengotor Cm
Mineral Pirit Tidak
Kedudukan
N 2580E/ 200
Lapisan
Di ukur pada Atap
Sketsa Lokasi

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 45


DESKRIPSI BATUBARA

Lintasan No Lokasi OC-PLCM 3


X E 363075 Tanggal
Posisi Y N 9936763 Diamati Oleh
Z Di cek Oleh
Sistem Koordinat menggunakan WGS 1984 UTM Zone
Tersingkap di Alur sungai
No. Contoh OC-PLCM 3
Keadaan Singkapan Sedang
Dimensi Singkapan
Kontak dengan batuan atap Teramati
Batuan Atap Clay, abu-abu, lengket
Batuan Lantai Clay, abu-abu kecoklatan, lengket
Batubara Profil Singkapan
Warna Hitam
Tebal
2.8 Meter
Sesungguhnya
Clay, abu-abu, lengket
Kilap Kusam
Sisipan Coal, hitam, rapuh, gores hitam,
Tidak ada
pengotor
Jenis Pengotor Tidak ada Clay, abu-abu kecoklatan, lengket
Tebal Pengotor Cm
Mineral Pirit Tidak
Kedudukan
N 2580E/ 190
Lapisan
Di ukur pada Atap
Sketsa Lokasi

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 46


DESKRIPSI BATUBARA

Lintasan No Lokasi OC-PLCM 4


X E 364986 Tanggal
Posisi Y N 9937667 Diamati Oleh
Z Di cek Oleh
Sistem Koordinat menggunakan WGS 1984 UTM Zone
Tersingkap di Tebing
No. Contoh OC-PLCM 4
Keadaan Singkapan Baik
Dimensi Singkapan
Kontak dengan batuan atap Teramati
Batuan Atap Soil, kuning kemerahan, lengket
Batuan Lantai Clay, abu-abu kecoklatan, lengket
Batubara Profil Singkapan
Warna Hitam
Tebal
2.1 Meter
Sesungguhnya
Kilap Mengkilat
Soil, kuning kemerahan, lengket
Sisipan
Ada
pengotor Coal, hitam, rapuh, gores hitam,
Jenis Pengotor Clay hitam
Tebal Pengotor 10 Cm Clay, abu-abu kecoklatan, lengket
Mineral Pirit Tidak
Kedudukan
N 2940E/ 180
Lapisan
Di ukur pada Atap
Sketsa Lokasi

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 47


DESKRIPSI BATUBARA

Lintasan No Lokasi OC-PLCM 5


X E 365194 Tanggal
Posisi Y N 9935444 Diamati Oleh
Z Di cek Oleh
Sistem Koordinat menggunakan WGS 1984 UTM Zone
Tersingkap di Alur
No. Contoh OC-PLCM 5
Keadaan Singkapan Buruk
Dimensi Singkapan
Kontak dengan batuan atap Teramati
Batuan Atap Clay, abu-abu kehitaman, lengket
Batuan Lantai Clay, abu-abu kehitaman, lengket
Batubara Profil Singkapan
Warna Hitam
Tebal
1.8 Meter
Sesungguhnya
Kilap Kusam
Clay, abu-abu kehitaman, lengket
Sisipan
Tidak Ada
pengotor Coal, hitam kusam, rapuh, sisipan
Jenis Pengotor
Tebal Pengotor Cm Clay, abu-abu kehitaman, lengket
Mineral Pirit Tidak
Kedudukan
N 2600E/ 310
Lapisan
Di ukur pada Atap
Sketsa Lokasi

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 48


DESKRIPSI BATUBARA

Lintasan No Lokasi OC-PLCM 6


X E 363075 Tanggal
Posisi Y N 9934488 Diamati Oleh
Z Di cek Oleh
Sistem Koordinat menggunakan WGS 1984 UTM Zone
Tersingkap di Alur tebing
No. Contoh OC-PLCM 6
Keadaan Singkapan Baik
Dimensi Singkapan
Kontak dengan batuan atap Teramati
Batuan Atap Soil, kuning kemerahan, lengket
Batuan Lantai Clay, abu-abu kehitaman, lengket
Batubara Profil Singkapan
Warna Hitam
Tebal
2.6 Meter
Sesungguhnya
Kilap Mengkilat
Soil, kuning kemerahan, lengket
Sisipan
Ada
pengotor Coal, hitam, rapuh, gores hitam,
Jenis Pengotor Carbon
Tebal Pengotor 10 Cm Clay, abu-abu kehitaman, lengket
Mineral Pirit Tidak
Kedudukan
N 2580E/ 340
Lapisan
Di ukur pada Atap
Sketsa Lokasi

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 49


DESKRIPSI BATUBARA

Lintasan No Lokasi OC-PLCM 7


X E 362763 Tanggal
Posisi Y N 9935911 Diamati Oleh
Z Di cek Oleh
Sistem Koordinat menggunakan WGS 1984 UTM Zone
Tersingkap di Tubuh sungai
No. Contoh OC-PLCM 7
Keadaan Singkapan Baik
Dimensi Singkapan
Kontak dengan batuan atap Teramati
Batuan Atap Soil, kuning kemerahan, lengket
Batuan Lantai Soil, kuning kemerahan, lengket
Batubara Profil Singkapan
Warna Hitam
Tebal
3.2 Meter
Sesungguhnya
Kilap kusam
Clay, abu-abu kehitaman, lengket
Sisipan
Ada
pengotor Coal, hitam, rapuh, gores hitam,
Jenis Pengotor Carbon
Tebal Pengotor 10 Cm Clay, abu-abu kehitaman, lengket
Mineral Pirit Tidak
Kedudukan
N 2410E/ 280
Lapisan
Di ukur pada Atap
Sketsa Lokasi

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 50


DESKRIPSI BATUBARA

Lintasan No Lokasi OC-PLCM 8


X E 364979 Tanggal
Posisi Y N 9936323 Diamati Oleh
Z Di cek Oleh
Sistem Koordinat menggunakan WGS 1984 UTM Zone
Tersingkap di Tebing
No. Contoh OC-PLCM 8
Keadaan Singkapan Baik
Dimensi Singkapan
Kontak dengan batuan atap Teramati
Batuan Atap Clay, abu-abu kehitaman, lempung, lengket
Batuan Lantai Clay, abu-abu kehitaman, lempung, lengket
Batubara Profil Singkapan
Warna Hitam
Tebal
2.9 Meter
Sesungguhnya
Kilap Mengkilat Clay, abu-abu kehitaman, lempung,
lengket
Sisipan
Tidak Ada
pengotor Coal, hitam mengkilat, rapuh, gores
Jenis Pengotor hitam,
Tebal Pengotor Cm Clay, abu-abu kehitaman, lempung,
Mineral Pirit Tidak lengket
Kedudukan
N 2370E/ 290
Lapisan
Di ukur pada Atap
Sketsa Lokasi

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 51


DESKRIPSI BATUBARA

Lintasan No Lokasi OC-PLCM 9


X E 366185 Tanggal
Posisi Y N 9936638 Diamati Oleh
Z Di cek Oleh
Sistem Koordinat menggunakan WGS 1984 UTM Zone
Tersingkap di Alur sungai
No. Contoh OC-PLCM 9
Keadaan Singkapan Baik
Dimensi Singkapan
Kontak dengan batuan atap Teramati
Batuan Atap Soil, kuning kemerahan, lengket
Batuan Lantai Clay, abu-abu kehitaman, lempung, lengket
Batubara Profil Singkapan
Warna Hitam
Tebal
3 Meter
Sesungguhnya
Kilap Kusam Soil, kuning kemerahan, lengket
Sisipan
Tidak Ada
pengotor Coal, hitam kusam, rapuh, gores
Jenis Pengotor hitam,
Tebal Pengotor Cm
Clay, abu-abu kecoklatan, lempung,
Mineral Pirit Tidak lengket
Kedudukan 0 0
N 240 E/ 29
Lapisan
Di ukur pada Atap
Sketsa Lokasi

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 52


DESKRIPSI BATUBARA

Lintasan No Lokasi OC-PLCM 10


X E 528341 Tanggal
Posisi Y N 83597 Diamati Oleh
Z Di cek Oleh
Sistem Koordinat menggunakan WGS 1984 UTM Zone
Tersingkap di Tebing
No. Contoh OC-PLCM 10
Keadaan Singkapan Baik
Dimensi Singkapan
Kontak dengan batuan atap Teramati
Batuan Atap Soil, kuning kemerahan, lengket
Batuan Lantai
Batubara Profil Singkapan
Warna Hitam
Tebal
0.3 Meter
Sesungguhnya
Kilap Mengkilat Soil, kuning kemerahan, lengket
Sisipan
Tidak Ada
pengotor Coal, hitam mengkilat, rapuh, gores
Jenis Pengotor Coallyshale hitam,
Tebal Pengotor 10 Cm
Mineral Pirit Tidak
Kedudukan
N 470E/ 650
Lapisan
Di ukur pada Atap
Sketsa Lokasi

DESKRIPSI BATUBARA

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 53


Lintasan No Lokasi OC-PLCM 13
X E 364990 Tanggal
Posisi Y N 9933612 Diamati Oleh
Z Di cek Oleh
Sistem Koordinat menggunakan WGS 1984 UTM Zone
Tersingkap di Lereng bukit
No. Contoh OC-PLCM 13
Keadaan Singkapan Sedang
Dimensi Singkapan
Kontak dengan batuan atap Teramati
Batuan Atap Soil, kuning kemerahan, lengket
Batuan Lantai Clay, abu-abu kehitaman, lempung, lengket
Batubara Profil Singkapan
Warna Hitam
Tebal
1.9 Meter
Sesungguhnya
Kilap Kusam Soil, kuning kemerahan, lengket
Sisipan
Tidak Ada
pengotor Coal, hitam kusam, rapuh, gores
Jenis Pengotor hitam,
Tebal Pengotor Cm
Clay, abu-abu kehitaman, lempung,
Mineral Pirit Tidak lengket
Kedudukan
N 2410E/ 210
Lapisan
Di ukur pada Atap
Sketsa Lokasi

DESKRIPSI BATUBARA

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 54


Lintasan No Lokasi OC-PLCM 14
X E 367984 Tanggal
Posisi Y N 9934870 Diamati Oleh
Z Di cek Oleh
Sistem Koordinat menggunakan WGS 1984 UTM Zone
Tersingkap di Tebing
No. Contoh OC-PLCM 14
Keadaan Singkapan Baik
Dimensi Singkapan
Kontak dengan batuan atap Teramati
Batuan Atap Soil, kuning kemerahan, lengket
Batuan Lantai Clay, abu-abu kehitaman, lempung, lengket
Batubara Profil Singkapan
Warna Hitam
Tebal
1.7 Meter
Sesungguhnya
Kilap Mengkilat Soil, kuning kemerahan, lengket
Sisipan
Tidak Ada
pengotor Coal, hitam mengkilat, rapuh, gores
Jenis Pengotor hitam,
Tebal Pengotor Cm
Clay, abu-abu kehitaman, lempung,
Mineral Pirit Tidak lengket
Kedudukan
N 2400E/ 200
Lapisan
Di ukur pada Atap
Sketsa Lokasi

Laporan Eksplorasi PT. Persadatama Lestari Coal Mining 55

Anda mungkin juga menyukai