Anda di halaman 1dari 25

KERAJAAN MAJAPAHIT

LETAK KERAJAAN MAJAPAHIT


KERAJAAN MAJAPAHIT merupakan kerajaan yang memiliki pusat pemerintahan di Jawa Timur, Indonesia yang
awal berdiri kira-kira pada tahun 1293 sampai 1550. Kerajaan ini pada puncak kekuasaannya menjadi salah satu
kemaharajaan raya yang memiliki wilayah kekuasaan yang luas di Nusantara pada saat masa kekuasaan Hayam
Wuruk, yang bertahta dari tahun 1350 sampai 1389.
Kerajaan Majapahit ini adalah kerajaan Hindu-Budha paling akhir yang menguasai Nusantara dan menurut
Negarakertagama Kerajaan Majapahit diyakini sebagai salah satu negara kekuasaan terbesar dalam sejarah
Nusantara. Kekuasaan Majapahit terbentang di wilayah Jawa, Sumatra, Kalimantan, Semenanjung, Malaya sampai
mencakup Indonesia Timur, walaupun wilayah kekuasaan ini masih diperdebatkan.
Hanya terdapat bukti sedikit fisik sisa-sisa dari Kerajaan Majapahit, dan sejarahnya masih tidak jelas. Sumber
utama yang dipakai oleh para sejarahwan ialah Pararaton (Kotab raja-raja) dalam bahasa Negarakertagama dan
Kawai yang berbahasa Jawa Kuno.
Pararaton Paling utama menceritakan tentang Ken Arok (pendiri sebuah Kerajaan Singhasari) namun juga berisi
beberapa bagian pendek mengenai kisah terbentuknya Majapahit. Sementara itu, mengenai Nagarakertagama
merupakan puisi Jawa Kuno yang dibuat atau ditulis pada masa kejayaan Majapahit di bawah kekuasaan Hayam
Wuruk. Sesudah masa itu, hal yang terjadi masih tidak jelas. Dan juga terdapat beberapa prasasti atau peninggalan
dalam bahasa Jawa Kuno atau catatan sejarah dari Tiongkok dan juga negara-negara yang lainnya.
SEJARAH KERAJAAN MAJAPAHIT
Pada masa terjadi serangan Jayakatwa, Raden Wijaya bertugas untuk menghadang dibagian utara, ternyata
serangan yang paling besar malah diterjang dari arah selatan. Maka ketika Raden Wijaya pulang ke Istana, ia
melihat bangunan Kerajaan Singasari hampir sirnah ditelan kobaran api dan terdengar bahwa Kertanegara sudah
terbunuh juga pembesar-pembesar yang lainnya.
Akhirnya Raden Wijaya melarikan diri bersama dengan tentara yang masih tersisa dan dibantu oleh penduduk
desa Kugagu. Setelah dirasa aman, sang raden pergi ke Madura meminta perlindungan ke Aeyawiraraja. Karena
bantuannya ia berhasil menempati tahta, dengan memberikan hadiah daerah tarik untuk Raden Wijaya sebagai
wilayah kekuasaannya.
Ketika tentara Mongol hadir ke Jawa dengan pimpinannya Shih-Pi, Kau Shing dan Ike-Mise dengan tujuan untuk
memberi hukuman terhadap Kertanegara, maka Raden Wijaya pun memanfaatkan situasi ini agar bekerja sama
untuk menyerang Jayakatwang.
Pengusuran Tentara Mongol
Setelah terbunuhnya Jayakatwang, tentara mongol berpesta ria untuk merayakan kemenangannya itu.
Kesempatan itu juga tidak disia-siakan oleh Raden Wijaya untuk balik melawan para Tentara Mongol, sehingga
Tentara Mongol menjadikan terusir dari tanah Jawa dan pulang ke negrinya semula. Maka pada tahun 1293
Raden Wijaya naik tahta dan diberi gelar Sri Kartajasa Jayawhardana.
A R C A H A R I H A R A M E R U PA K A N D E WA G A B U N G A N W I S N U D A N S I WA S E B A G A I P E N G G A M B A R A N
K A RTA R A J A S A . B E RT E M PAT S E M U A L D I C A N D I S I M P I N G , B L I TA R , S E K A R A N G M E N J A D I
K O L E K S I M U S I U M N A S I O N A L I N D O N E S I A . S E B E L U M M A J A PA H I T B E R D I R I , S I N G A S H A R I
M E R U PA K A N K E R A J A A N T E R K U AT D I TA N A H J AWA .
HAL INI MENJ
A D I S O R O TA N K U B I L A I K H A N S E B A G A I P E N G U A S A D I N A S T I Y U A N D A R I T I O N G K O K . I A
MENGIRIMKAN UTUSAN DENGAN NAMA MENG CHI KE SINGHASARI UNTUK MENUNTUT
U P E T I . K E RTA N E G A R A S E B A G A I P E N G U A S A K E R A J A A N S I N G A S H A R I T E R A K H I R M E N O L A K
U N T U K M E N Y E R A H K A N ATA U M E M B AYA R U P E T I D A N M E M B U AT M A L U U T U S A N T E R S E B U T
D E N G A N M E M O T O N G T E L I N G A N YA D A N M E R U S A K WA J A H N YA .
ATA S K E J A D I A N I T U K U B I L A I K H A N M A R A H D A N L A N G S U N G M E M B E R A N G K AT K A N E K P E D I S I
B E S A R K E TA N A H J AWA PA D A TA H U N 1 2 9 3 . K E T I K A I T U A D I PAT I K E D I R I , J AYA K AT WA N G
S U D A H M E L E N G S E R K A N D A N M E M B U N U H K E TA N E G A R A . ATA S S A R A N D A R I A R I A W I R A R A J A ,
J AYA K AT WA N G MEMBERIKAN AMPUN TERHADAP RADEN W I J AYA , MENUNTUT AGAR
K E RTA N E G A R A D ATA N G M E N YA R A H K A N D I R I .
L A L U W I R A R A J A M E N G I R I M S E O R A N G U T U S A N K E D A H A D E N G A N M E M B AWA S U R AT D E N G A N
ISI P E R N YATA A N B A H WA RADEN W I J AYA MENYERAH DAN MAU MENGABDI UNTUK
J AYA K AT WA N . K E D ATA N G A N S U R AT ITUPUN DISAMBUT DENGAN SENANG H AT I DAN
K E M U D I A N R A D E N W I J AYA P U N D I B E R I H U TA N TA R I K .
I A M E M B U K A H U TA N I T U L A L U M E M B A N G U N P E D E S A A N B A R U D E N G A N N A M A M A J A PA H I T,
YA N G M A N A N A M A I T U D I A M B I L D A R I B U A H M A J A D E N G A N R A S A N YA YA N G PA H I T. K E T I K A
PA S U K A N M O N G O L D ATA N G , R A D E N W I J AYA B E R S E K U T U B E R S A M A PA S U K A N M O N G O L
U T N U K M E L AWA N K E R A J A A N J AYA K AT WA N G .
S E T E L A H S U K S E S M E R U N T U H K A N J AYA K AT WA N G , R A D E N W I J AYA B E R B A L I K M E N YA R A N G
PA S U K A N M O N G O L S E H I N G G A PA S U K A N M O N G O L T E R PA K S A M E N A R I K P U L A N G PA S U K A N N YA
DENGAN K A L A N G - K A B U T. WA K T U ITU JUGA SEBAGAI K E S E M PATA N YA N G TERAKHIR
PA S U K A N M O N G O L U N T U K M E N A N G K A P A N G I N M U S O S U PAYA B I S A P U L A N G , ATA U T E R PA K S A
M E R E K A H A R U S M E N U G G U E N A M B U L A N L A M A N YA H I D U P D I P U L A U YA N G A S I N G .
Tanggal Kelahiran Majapahit
Tanggal pasti yang dipakai untuk tanggal kelahiran Kerajaan Majapahit ialah hari penobatan Raden Wijaya sebagai
raja, yaitu tepat pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bersamaan dengan tanggal 10 November
tahun 1293. Ia diberi gelar dengan nama Kertarajasa Jayawardhana.
Kerajaan ini sedang menghadapi masalah, yang mana beberapa orang kepercayaan Kertarajasa termasuknya
Ranggalawe, Nambi dan Sora memberontak untuk melawannya meskipun pada akhirnya pemberontakan itu tidak
berhasil. Pemberontakan yang dilakukan Ranggalawe ini didukung oleh Ra Arya Saidi, Panji Maharaja, Ra Jaran
Waha, Ra Tosan, Ra Lintang, Ra Tati dan Ra Gelatik.
Semua nama yang disebutkan itu tertulis dalam Pararaton. Slamet Muljana menduga bahwa yang melakukan
konspirasi untuk menjatuhkan semua orang kepercayaan raja ialah Mahapati Halayudha agar ia bisa menduduki
posisi tertinggi pada pemerintahan. Namun setelah pemberontak terakhir (Kuti) mati, Halayudha ditangkap dan
dipenjara lalu dihukum mati. Raden Wijaya meninggal dunia tahun 1309.
Putra dan juga sebagai penerus Wijaya ialah Jayanegara. Pararaton memberikan sebutan Kala Gemet, yang artinya
“Penjahat Lemah”. Perkiraan pada waktu pemerintahan Jayanegara, Odrico da Pordenone seorang pendeta dari
Italia mengunjugi Keraton Majapahit di Jawa.
Pada tahun 1328 Jayanegara terbunuh oleh tabibnya , Tanca. Gayatri Rajapatni sebagai ibutirinya yang seharusnya
menggantikannya, namun Rajapatni memilih untuk mengundurkan diri dari lingkup istana dan menjadi Bikshuni.
Rajapatni pun menunjuk anak perempuannya Tribhuwana agar menjadi ratu Majapahit.
Di tahun 1336 Gajah Mada ditunjuk oleh Tribhuana untuk mejadi Mahapati dan pada saat
pelantikannya,Gajah Mada mengikrarkan sumpah Palapa yang memberitahukan akan rencananya
untuk meluaskan kekuasaan Majapahit dan membangun Kemaharajaan.
Selama kekuasaan di pimpin oleh Tribhuana, Kerajaan Majapahit berkembang lebih besar dan lebih
terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuana menduduki tahtanya di Majapahit hingga kematian
ibunya tahun 1350. Ia diturunkan oleh putranya yaitu Hayam Wuruk.

Pendiri Kerajaan Majapahit


Dalam sejarah Indonesia kita mengatahui bahwa di Pulau Jawa ini dulu pernah berkuasa beberapa
kerajaan kuno yang memiliki kekuasaan yang cukup besar. Salah satunya ialah Kerajaan Majapahit.
Yang mana pusat kotanya berada pada Trowulan dan bekas sisa-sisa reruntuhan ibukota tersebut
masih kita jumpai sampai saat ini.
Kerajaan Majapahit merupakan sebuah kerajaan Hindu Indonesia yang sukses mempersatukan
hampir keseluruhan wilayah Nusantara sekarang ini. Pengaruh kekuasaan dari kerajaan ini sangat
luas, bahkan samapi juga di negara-negara tetangga di wilayah Asia.
Awal Berdirinya Kerajaan Majapahit
Berdirinya kerajaan Majapahit diawali dari runtuhya Kerajaan Singasari yang diakibatkan serangan prajurit
Jayakatwang asal kediri tahun 1292. Dalam perang itu Jayakatwang bisa menyerang sampai dalam kraton dan
membunuh Raja Kartanagara, sehingga kekuasaan Singasari berakhir.
Raden Wijaya, sebagai menantu Kartanegara, dengan beberapa prajuritnya mengungsi ke Madura untuk
memohon bantuan kepada Wiraraja, adipati Sumenep. Raja Wijaya dan pengikutnya diterima dengan baik oleh
Wiraraja. Atas nasihat dari Wiraraja, Raden Wijaya kemudian menyerahkan diri kepada Jayakatwang dan dia
mengabdi di Kediri.
Raden Wijaya pun slalu menunjukkan sikap setiannya terhadap Jayakarta, sehingga memperoleh keparcayaan
dai Jayakatwang. Lalau Raden Wijaya memohon agar hutan Tarik dibuka, dengan alasan untuk memudahkan
berburu. Jayakatwang memang gemar memburu.
Proses penebangan hutan Tarik ini dilakukan dengan dibantu orang-orang madura yang dikirim oleh Wirajaja.
Dan tempat baru ini dinamakan dengan nama Majapahit. Mengingat tempatnya yang strategis, dan juga tidak
begitu jauh dari sungai Brantas, maka banyak penduduk yang tertarik untuk datang dan menetap di sana.
Orang-orang Madura yang membantu saat bekerja membuka hutan juga ikut memetap di desa itu. Sehingga di
dalam waktu yang singkat, desa baru itu langsung menjadi desa yang ramai.
Sejarah Nama Majapahit
Mengenai nama Majapahit itu dalam kitab Pararaton dijelaskan bahwa pada waktu itu para orang madura yang bekerja
pembukaan hutan, diantara mereka merasa lapar, kemudian ia masuk kedalam hutan dan memakan buah maja. Tapi
dikarenakan rasanya pahit maka buah maja itu langsung dibuang. Dari kejadian itu, maka desa baru itu diberi nama Majapahit
yang arti singkatnya adalah buah maja yang memiliki rasa yang pahit.
Di desa Majapahit, Raden Wijaya mulai mengumpulkan kekuatan serta menyusun persiapan untuk memerangi kekuasaan
Raja Jayakatwang. Sementara itu hubungan terselubung dengan Wiraraja tetap berjalan, untuk menentukan siasat penyerangan.
Wiraraja yang berada di Madura  sendiri semabari mempersiapkan sejumlah tentara untuk diwaktu yang tepat akan dikirim ke
Majapahit untuk membantu penyerangan ke Kediri. Setelah Raja Wijaya berahasil mengumpulkan kekuatan para bala
tentaranya yang dibantu juga oleh Wiraraja dan tentara Tartar yang bernaitan menghukum Raja Jayakatwang, langsung
menyerang kerajaan Raja Jayakatwang yang berletak di Kediri dan akhirnya kemenangan berpihak pada Raja Wijaya.
Dengan kemenangannya itu, Raja Wijaya mulai mengatur dan menyusun tata pemerintahan Majapahit. Seluruh pengikut
setiannya dan berjasa dalam memperjuangkan kejayaan Majapahit diangkat untuk menduduki berbagai jabatan pemerintaha.
Jasa Wiraraja yang besar dalam memperjuangkan berdirinya Kerajaan Majapahit diberi kedudukan yang tinggi dan
diberikannya juga kekuasaan untuk daerah sebelah timur Majapahit yaitu meliputi daerah Lumajang hingga derah
Blambangan.
Raden Wijaya berhasil membuat pemerintahan yang cukup kuat dan juga stabil yang memungkinkan kerajaan ini unutk terus
berkembang. Pada tahun 1309 pendiri Kerajaan Majapahit (Raden Wijaya) ini meniggal dunia dan didharmakan di dalam candi
Siwa di Simping (Candi Sumberjati).
Silsilah Kerajaan Majapahit
Dalam prasasti Balawai pada tahun 1305, Raja Wijaya menyatakan bahwa dirinya sebagai anggota Wangsarajasa.
Menurut Negarakrtagama, Wijaya merupakan putra dari Dyah Lembu Tai, Putra Narasinghamurti. Menurut
Pararaton Narasinghamurti atau Mahisa Campaka ialah putra dari Mahisa Wonga Teleng putra Ken Arok sebagai
pendiri Wangsa Rajasa.
Menurut prasasti Nagarakrtagama dan Balawai, Raden Wijaya menikahi empat orang putri Kertagama (raja
terakhir dari Kerajaan Singhasari) yaitu Tribhuwaneswari, Jayendradewi, Narendraduhita, dan Gayatri.
Sedangkan menurut Pararaton, Raden Wijaya hanya menikahi dua orang dari putri Kertanegara dan seorang putri
dari kerajaan Malayu dengan nama Dara Petak, ialah salah satu dari dua putri yang kembali dibawa dari Melayu
oleh sebuah pasukan yang dulunya dikirim oleh Raja Kertanegara yang pada waktu itu dikenal dengan nama
Ekspedisi Pamalayupada di masa kerajaan Singhasari.
Dara Petak ialah salah seorangputri dari Srimat Tribhuwanara Mauliwarmadewa seorang Raja Melayu dari
Kerajaan Dharmasraya. Menurut Prasasti Balawai dan Sukamerta, Raden Wijaya memiliki seorang putra dari
Tribhuwaneswari yang diberi nama Jayanagara.
Sedangkan menurut Pararaton Jayanagara ialah putra dari Dara Petak, dan menurut Nagarakrtagama, Jayanegara
merupakan putra dari Indreswari. Sementara itu lahir dua orang putri dari Gayatri yang diberi nama Dyah Gitarja
dan Dyah Wiyata.
Namun ada pendapat yang lain juga, yang mana Raden Wijaya juga mengambil Dara Jingga yang merupakan
seorang putri dari kerajaan Melayu yang dijadikan sebagai istrinya selain Dara Petak, karena dara Jingga juga
tiketahui memiliki julukan sira alaki dewa (dia yang dinikahi oleh  seseorang yang memiliki gelar gewa).
NAMA-NAMA RAJA MAJAPAHIT
Berikut ini adalah daftar penguasa Kerajaan Majapahit. Perhatikan bahwa ada periode kekosongan
diantara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang bisa jadi diakibatkan
oleh krisis yang membuat pecah keluarga Kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.

• Raden Wijaya dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana, pada tahun kekuasaan 1293 sampai 1309
• Kalagamet dengan gelar Sri Jayanagara pada tahun kekuasaan 1309 sampai 1328.
• Sri Gitarja dengan gelar Tribhuwana Wijayatunggadewi, pada tahun kekuasaan 1328 sampai 1350
• Hayam Wuruk dengan gelar Sri Rajasanagara, pada tahun kekuasaan 1350 sampai 1389
• Wikramawardhana, pada tahun kekuasaan 1389 sampai 1429
• Suhita, pada tahun kekuasaan 1429 sampai 1447
• Kertawijaya dengan gelar Brawijaya I, pada tahun kekuasaan 1447 sampai 1451
• Rajasawardhana dengan gelar Brawijaya II, pada tahun kekuasaan 1451 sampai 1453
• Purwawisesa atau Girishawardhana dengan gelar Brawijaya III, pada tahun kekuasaan 1456 sampai 1466
• Pandanalas atau Suraprabhawa dengan gelar Brawijaya IV, pada tahun kekuasaan 1466 sampai 1468
• Kertabumi dengan gelar Brawijaya V, pada tahun kekuasaan 1468 sampai 1478
• Girindrawardhana dengan gelar Brawijaya VI, pada tahun kekuasaan 1478 sampai 1498
• Hudhara dengan gelar Brawijaya VII, pada tahun kekuasaan 1498 sampai 1518
Letak Kerajaan Majapahit dijakini berada pada wilayah Kec. Trowulan Kab. Mojokerto, Kediri dan Jombang. Seperti
halnya pada umumnya sebuah kerajaan, Majapahit juga mempunyai ibukota dan ibukota dari Kerajaan Majapahit
sendiri sudah berpindah tampat sebanyak 3 kali. Ketiga-tiganya terjadi di masa kekuasaan yang berbeda-beda,
diantaranya:
1. Pada Masa Pemerintahan Raja Wijaya
Pada masa pemerintahan Raden Wijaya, letak ibukota Kerajaan Majapahit berada di wilayah pelabuhan Canggu
Mojokerto. Lebih tepatnya lagi yaitu disebut delta dari sebuah bengawan. Istana Kerajaan Majapahit pada masa ini
terletak menghadap arah bengawan tersebut, sehingga istana ini mempunyai pemandangan yang sangat cantik.
2. Pada Masa Pemerintahan Jayanegara
Pada masa pemerintahan Jayanegara di tahun 1305 sampai 1478 masehi, pusat pemerintahan Majapahit  berada
di wilayah pedesaan Trowulan, yang mana desa ini berada di perbatasan antara kota Mojokerto dan Jombang.
3. Pada Masa Pemerintahan Dinasti Girindrawardhana.
Pada masa pemerintahan Girindrawardhana di tahun 1478 masehi dan berakhir pada 1519, dimulai dari
kekuasaan Bhre Hyang Purwawisesa ketika Dyah Rana Wijaya turun tahta, Ibukota Kerajaan Majapahit ini bereada di
 wilayah kediri. Memang kenyataannya banyak sekali versi yang beredar. Namun sebagian besar dari yang tersebar itu
antropologis, ilmuan, arkeologi dan juga ahli budaya percaya bahwa letak wilayah Majapahit yang sesungguhnya ialah
di wilayah Trowulan dan sekitarnya. Karena di daerah inilah banyak ditemukan benda-benda yang ada hubungannya
dengan kerajaan majapahit, misalnya prasasti, artefak, dan juga berbagai konsstruksi bangunan semisal candi-candi,
gapura, maupun makam.
PENINGGALAN KERAJAAN MAJAPAHIT
Peninggalan Kerajaan Majapahit banyak ditemukan di Indomesia ini salah satunya adalah candi-candi yang banyak
didtinggalkan oleh berbagai macam kerajaan kuno, dan  memiliki nama-nama candi yang berbeda dan ukuran
berbeda-beda juga, ada yang besar semisal candi borobudur dan ada juga yang kecil. Berikut ini peniggalan pada masa
kejayaan Majapahit:
1. Candi Wringin Lawang

Diperkirakan fungsi utama candi ini ialah sebagai pintu


gerbang untuk menuju kawasan utama di Ibukota Majapahit.
Lokasinya terlihat dari jalan utama Surabaya-solo, lebih
tepatnya di daerah Brangkal sebelum masuk ke wilayah
Trowulan sehingga mudah terjangkau apabila anda mau
melihatnnya.
2.Candi Brahu

Candi Brahu ini berada di kawasan Bejijong, Trowulan yang saat


ini merupakan pusat pengrajin kuningan dan Patung Batu. Candi
Brahu ini merupakan bangunan suci untuk beribadah yang
digunakan untuk memuliakan para anggota keluarga kerajaan yang
sudah meninggal. Konon katanya 4 raja Majapahit yang meninggal
diprabukan atau dikremasi di sekitar bangunan candi Brahu.

3.Candi Gentong

Candi Gentong ini masih dalam tahapan restorasi, sehingga bentuknya


masih berwujud reruntuhan bangunan yang belum bisa di saksikan atau
digunakan untuk tempat wisata peninggalan kerajaan zaman dulu. Sedangkan
lokasi dari Candi Gentong ini berada dekat dengan Candi Brahu.
4. Candi Tikus
Candi Tikus merupakan kolalm pemandian ritual (petirtaan) yang
memiliki bentuk bangunan kolam bujur sangkar dengan ukuran
22,5 x 22,5 meter dengan arsitektur teras-teras persegi dengan
mahkota menara-menara yang disusun konsentris dijadikan titik
tertinggi pada bangunan candi ini. Pada sisi utara terlihat sebuah
tangga menuju pada dasar bangunan kolam. Struktur utama dari
dinding selatan yang menonjol diperkirakan meniru bentuk dari gunung
legendaris Mahameru. Dulu konon kolam ini dipungsikan untuk tempat
pemandian putri raja-raja Majapahit. Nama Candi Tikus sendiri diberikan
karena dulu tempat ini menjadi sarang tikus yang selalu memakan tanaman
sawah milik penduduk.
5. Candi Bajang Ratu

Keberadaan Candi Bajang Batu tidak jauh dari Candi Tikus, yang berupa
bangunan ramping lagi anggun dengan memiliki arsitektur gapura paduraksa
dengan memiliki tinggi 16,5 meter. di bagian atapnya terdapat aksesoris
bangunan yang memeperlihatkan hiasan ukiran yang rumit atau detail. Arti
dari nama Bajang ratu dalam bahasa Jawa ialah “Raja Kecil” masyarakat
mengaitkan dengan raja kedua Majapahit yakni Jayanegara. Konon
Jayanegaraa saat kecil pernah jatuh di tempat ini, sedangkan lainnya
menganggap karena Raja Jayanegara naik tahta di usianya yang masih muda.
Sedangkan sejarawan sendiri mengkaitkan akan bangunan candi ini sebagai
penghormatan untuk Raja Jayanegara yang meninggal pada tahun 1328
6. Candi Kedaton Candi ini sampai saat ini masih dalam tahap restorasi, karena
wujudnya masih misteri yang sulit diketahui. Pada komplek candi
ini ada beberapa bangunan seperti candi, mulut gua, sumur
upas, lorong rahasia dan makam Islam. Para ahli sejarah masih
berusaha untuk membongkar misteri agar ditemukan bentuk
bangunan candi ini.
Namun ada dugaan mengenai daerah kedaton ini yang mana
dulu merupakan komplek ibukota Majapahit di masa-masa yang
terakhir

7. Candi Minakjinggo
Bangunan yang berada didekat kolam segaran ini cuma tersisa
reruntuhan bangunannya saja, mempunyai bentuk yang unik berupa
kombinasi bahan andesit pada bagian luar dan baru pada bagian
dalam. Pada candi ini ditemukan arca unik dengan bentuk ukiran
mahluk ajaib yang diperkirakan sebagai Oilin (mahluk ajaib dalam
kepercayaan China).
Ditemukannya arca ini diduga kuat bahwa ada hubungan budaya
yang sangat kuat antara kerajaan Majapahit dengan raja dari Cina
Dinasati Ming. Candi ini mempunyai keterkaitan sangat erat dengan
cerita atau legenda rakyat Danar Wulan dan Minak Jinggo.
8. Pendopo Agung Candi yang berada di dusun Grinting desa Karang Jeruk
Kecamatan Jatirejo ini belum banyak dikenal hal layak umum.
‘’’
Informasi yang didapatkan mengenai adanya bangunan candi ini
juga tidak banyak, selain bekas pondasi bangunan yang didapati
oleh pembuat batu bata.

9. Makam Putri Campa


Bangunan Pendopo Agung ini dulunya berupa penemuan umpuk-umpuk
yang besar yang diperkirakan sisa dari sebuah bangunan pendopo agung
sebagai tempat Raja Majapahit untuk menemui tamu-tamu agungnya,
letaknya juga tidak jauh dari kolam Segaran.
Sekarang tampat ini sudah dipugar oleh pihak kodam V Brawijaya menjadi
bangunan yang nyaman untuk ditempati. Di belakang bangunan ini terdapat
batu miring, yang konon katanya menjadi tempat mahapati Gajah Mada
mengikrarkan isi sumpah palapa. Selain itu juga ada komplek makam dan
petilasan Raden Wijaya (pendiri kerajaan Majapahit) yang ramai
pengunjung oleh pejiarah.
KEHIDUPAN POLITIK
1) Raden Wijaya (1293–1309)
Raden Wijaya dinobatkan menjadi Raja Majapahit pertama pada tahun 1293 dengan gelar
Kertarajasa Jayawardhana. Sebagai seorang raja yang besar, Raden Wijaya memperistri empat putri
Kertanegara sebagai permaisurinya. Dari Tribuana, ia mempunyai seorang putra yang bernama
Jayanegara, sedangkan dari Gayatri, Raden Wijaya mempunyai dua orang putri, yaitu
Tribuanatunggadewi dan Rajadewi Maharajasa.
Susunan pemerintahan Raden Wiajaya tidak banyak berbeda dengan pemerintahan Singasari. Raja
dibantu oleh tiga orang mahamenteri (i hino, i sirikan, dan i halu) dan dua orang pejabat lagi, yaitu
rakryan rangga dan rakryan tumenggung. Pada tahun 1309 Raden Wiajay wafat dan didharmakan di
Simping dengan Arca Syiwa dan di Antahpura (di kota Majapahit) dengan arca perwujudannya
berbentuk Harihara (penjelmaan Wisnu dan Syiwa).
2) Sri Jayanegara (1309–1328)
Setelah Raden Wiajaya mangkat, digantikan putranya yang bernama Kala Gemet dengan gelar Sri
Jayanegara. Kala Gemet sudah diangkat sebagai raja muda (kumararaja) sejak ayahnya masih
memerintah (1296). Ternyata, Jayanagara adalah raja yang lemah. Oleh karena itu, pada masa
pemerintahannya terus dirongrong oleh sejumlah pemberontakan.
3) Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwarddhani (1328–1350)
Raja Jayanegara tidak berputra sehingga ketika baginda mangkat, takhta kerajaan diduduki oleh adik
perempuannya dari ibu berbeda (Gayatri) yang bernama Bhre Kahuripan. Ia dinobatkan menjadi Raja Majapahit
dengan gelar Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwarddhani. Selama memerintah, Tribhuwanatunggadewi
didampingi suaminya yang bernama Cakradhara atau Cakreswara yang menjadi raja di Singasari (Bhre Singasari)
dengan gelar Kertawardhana. Berkat bantuan dan saran dari Patih Gajah Mada, pemerintahannya dapat berjalan
lancar walaupun masih timbul pemberontakan. Pada tahun 1372 Tribhuwanatunggadewi meninggal dan
didharmakan di Panggih dengan nama Pantarapurwa.

4) Raja Hayam Wuruk (1350–1389)


Hayam Wuruk setelah naik takhta bergelar Sri Rajasanagara dan dikenal pula dengan nama Bhre Hyang
Wekasing Sukha. Ketika Tribhuwanatunggadewi masih memerintah, Hayam Wuruk telah dinobatkan menjadi
rajamuda (kumararaja) dan mendapat daerah Jiwana sebagai wilayah kekuasaannya. Dalam memerintah Majapahit,
Hayam Wuruk didampingi oleh Gajah Mada sebagai patih hamangkubumi.
Pada saat pemerintahan Raja Hayam Wuruk, ada satu daerah di Pulau Jawa yang belum tunduk kepada
Majapahit, yaitu Kerajaan Sunda di Jawa Barat. Kerajaan Sunda itu diperintah oleh Sri Baduga Maharaja. Gajah
Mada ingin menundukkan secara diplomatis dan kekeluargaan. Kebetulan pada tahun 1357 Raja Hayam Wuruk
bermaksud meminang putri Sri Baduga yang bernama Dyah Pitaloka untuk dijadikan permaisuri. Lamaran itu
diterimanya. Dyah Pitaloka dengan diantarkan oleh Sri Baduga beserta prajuritnya berangkat ke Majapahit.
5) Raja Wikramawardhana (1389–1429)
Setelah Raja Hayam Wuruk mangkat, terjadilah perebutan kekuasaan di antara putra-putri Hayam Wuruk. Kemelut politik
pertama meletus pada tahun 1401. Seorang raja daerah dari bagian timur, yaitu Bhre Wirabhumi memberontak terhadap Raja
Wikramawardhana. Raja Wikramawardhana adalah suami Kusumawardhani yang berhak mewarisi takhta kerajaan ayahnya
(Hayam Wuruk), sedangkan Bhre Wirabhumi adalah putra Hayam Wuruk dari selir. Dalam kitab Pararaton, pertikaian
antarkeluarga itu disebut Perang Paregreg. Pasukan Bhre Wirabhumi dapat dihancurkan dan ia terbunuh oleh Raden Gajah.

6) Raja Suhita (1429–1447)


Wikramawardhana wafat pada tahun 1429 dan digantikan oleh putrinya yang bernama Suhita. Penobatan Suhita menjadi
Raja Majapahit dimaksudkan untuk meredakan pertikaian keluarga tersebut. Namun, benih balas dendam sudah telanjur
tertanam pada keluarga Bhre Wirabhumi. Akibatnya, pada tahun 1433 Raden Gajah dibunuh karena dipersalahkan telah
membunuh Bhre Wirabhumi. Hal itu menunjukkan bahwa pertikaian antarkeluarga Majapahit terus berlangsung.

Keruntuhan Kerajaan Majapahit


Berkembangnya agama Islam di pesisir utara Jawa yang kemudian diikuti berdirinya Kerajaan Demak mempercepat
kemunduran Kerajaan Majapahit. Raja dan pejabat penting Demak adalah keturunan Raja Majapahit yang sudah masuk
Islam. Mereka masih menyimpan dendam nenek moyangnya sehingga Majapahit berusaha dihancurkan. Peristiwa itu terjadi
pada tahun 1518–1521. Penyerangan Demak terhadap Majapahit itu dipimpin oleh Adipati Unus (cucu Bhre Kertabhumi).
KEHIDUPAN EKONOMI
Kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh rakyat dan pemerintah Kerajaan Majapahit adalah sebagai
berikut.
1. Di Pulau Jawa dititikberatkan pada sektor pertanian rakyat yang banyak menghasilkan bahan
makanan.
2. Di luar Jawa, terutama bagian timur (Maluku), dititikberatkan pada tanaman rempah-rempah dan
tanaman perdagangan lainnya.
3. Di sepanjang sungai-sungai besar berkembang kegiatan perdagangan yang menghubungkan daerah
pantai dan pedalaman.
4. Di kota-kota pelabuhan, seperti Tuban, Gresik, Sedayu, Ujung Galuh, Canggu, dan Surabaya,
dikembangkan perdagangan antarpulau dan dengan luar negeri, seperti Cina, Campa, dan India.
5. Dari kota-kota pelabuhan, pemerintah menerima bea cukai, sedangkan dari raja-raja daerah
pemerintah menerima pajak dan upeti dalam jumlah yang cukup besar.
Perekonomian yang maju ini membuat rakyat hidup sejahtera dan keluarga raja beserta para pejabat
negara lebih makmur lagi.
KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA
Kehidupan sosial masa Majapahit aman, damai, dan tenteram. Dalam kitab Negarakrtagama disebutkan
bahwa Hayam Wuruk melakukan perjalanan keliling ke daerah-daerah untuk mengetahui sejauh mana
kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya. Perlindungan terhadap rakyat sangat diperhatikan. Demikian juga
peradilan, dilaksanakan secara ketat; siapa yang bersalah dihukum tanpa pandang bulu.

Dalam kondisi kehidupan yang aman dan teratur maka suatu masyarakat akan mampu menghasilkan
karya-karya budaya yang bermutu tinggi. Hasil budaya Majapahit dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Candi
Banyak candi peninggalan Majapahit, seperti Candi Penataran (di Blitar), Candi Brahu, Candi Bentar
(Waringin Lawang), Candi Bajang Ratu, Candi Tikus, dan bangunan-bangunan kuno lainnya, seperti
Segaran dan Makam Troloyo (di Trowulan).
2. Kesusanteran
Zaman Majapahit bidang sastra sangat berkembang. Hasil sastranya dapat dibagi menjadi zaman
Majapahit Awal dan Majapahit Akhir.
Sastra Zaman Majapahit Awal
Kitab Negarakrtagama, karangan Empu Prapanca. Isinya tentang keadaan kota Majapahit, daerah-daearah
jajahan, dan perjalananan Hayam Wuruk keliling ke daerah-daerah.
Kitab Sotasoma, karangan Empu Tantular. Di dalam kitab ini terdapat ungkapan yang berbuny "Bhinneka
tunggal ika tan hana dharma mangrawa" yang kemudian dipakai sebagai motto negara kita.
Kitab Arjunawijaya karangan EmpuTantular. Isinya tentang raksasa yang dikalahkan oleh Arjuna Sasrabahu.
Kitab Kunjarakarna, tidak diketahui pengarangnya.
Sastra Zaman Akhir Majapahit
Kitab Pararaton, isinya menceritakan riwayat raja-raja Singasari dan Majapahit.
Kitab Sudayana, isinya tentang Peristiwa Bubat.
Kitab Sorandakan, isinya tentang pemberontakan Sora.
Kitab Ranggalawe, isinya tentang pemberontakan Ranggalawe.
Kitab Panjiwijayakrama, isinya riwayat R.Wijaya sampai dengan menjadi Raja Majapahit.
Kitab Usana Jawa, isinya tentang penaklukan Bali oleh Gajah Mada dan Aryadamar.
Kitab Tantu Panggelaran, tentang pemindahan gunung Mahameru ke Pulau Jawa oleh Dewa Brahma, Wisnu,
dan Siwa.

Anda mungkin juga menyukai