TB DM1
TB DM1
DM dapat memperberat manifestasi klinis TB. Risiko gagal pengobatan, kematian dan
kekambuhan TB lebih tinggi pada penyandang DM. Kondisi DM dihubungkan pula
dengan kejadian TB Resistan Obat (TB RO).
Infeksi TB dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa, yang dapat berkembang
menjadi onset diabetes
Interaksi antara obat anti TB dan obat anti diabetes dapat mengurangi efektivitas kedua
obat, menyebabkan efek terapi yang inadekuat respon pengobatan atau kendali
glukosa darah terganggu.
Efek samping obat TB dapat mempersulit kondisi klinis penyandang DM dengan
komplikasi ginjal, mata, atau saraf tepi.
Pengobatan yang harus dijalani (jumlah obat, efek samping) dapat mengurangi
kepatuhan pasien
Diagnosis
Gejala tidak khas
Risiko TB Resistan Obat
Pengobatan
Interaksi atau gangguan metabolisme obat
Tantangan Efek samping
Pencegahan
TATAKELOLA TUBERKULOSIS (TB)
PADA PENYANDANG DIABETES MELITUS (DM)
PENEMUAN KASUS TB PADA PENYANDANG
DM
Survei Prevalensi TB Nasional, 2013
Abnormali
tas pada Dapat diperiksa BTA neg Penapisan TB pada penyandang
Gejala TB BTA pos MTB pos
Rontgen dahaknya Kultur pos
dada DM:
Yes No 3,878 6 16 22 1. Anamnesis gejala TB, dan
Yes NA 401 2 2 4
Batuk, terutama batuk berdahak ≥ 2 minggu Pemeriksaan foto rontgen dada untuk
Demam hilang timbul, tidak tinggi (subfebris)
mencari abnormalitas paru apapun.
Keringat malam tanpa disertai aktivitas
Di FKTP yang tidak tersedia fasilitas, pasien
Penurunan berat badan
dirujuk ke FKRTL atau lab radiologi jejaring
TB ekstra paru antara lain: pembesaran
kelenjar getah bening (KGB)
Sesak, nyeri saat menarik napas, atau rasa
berat di satu sisi dada
Hasil penapisan
Jika salah satu
metode
penapisan (gejala :
atau rontgen Lakukan penegakan diagnosis TB dan tatalaksana sesuai
dada)
memberikan
pedoman nasional.
hasil POSITIF
3. Kepatuhan pasien
Pengawas Menelan Obat (PMO) berperan untuk memastikan pasien menjalankan pengobatan
TB dan DM secara teratur.
Pengobatan TB pada Penyandang DM
an:
Perlu diperhatik
4. Pemantauan respon pengobatan
Konversi dahak, kemungkinan gagal dan resistansi obat.
5. Durasi pengobatan TB
Pada pasien TB dan DM dengan kadar glukosa darah tidak terkontrol, pengobatan TB dapat
diperpanjang sampai 9 bulan dengan tetap mendasarkan pada mempertimbangkan kondisi klinis
pasien.
OAT program TB nasional disediakan untuk lama pengobatan standar 6 bulan. Jika
diperlukan, OAT untuk pengobatan setelah 6 bulan dapat diupayakan dari sumber lain
sesuai aturan.
6. Evaluasi pasca pengobatan
Waspadai kekambuhan, berikan edukasi bagi pasien agar menerapkan pola hidup
sehat.
TB Resistan Obat pada Penyandang DM
WHO: Diabetes dihubungkan dengan kejadian TB Resistan Obat meskipun bukti masih terbatas.
Indonesia: Temuan Diabetes di antara pasien TB MDR cukup tinggi. RSUP Persahabatan 30-50%, RSUP H
Adam Malik 40-60%
Mekanisme?
• Kadar OAT suboptimal karena gangguan absorbsi atau interaksi obat
dengan OHO
• Kemungkinan lain? Kepatuhan pengobatan, kekambuhan, dll
Deteksi TB RO
Pemantauan respon pengobatan secara ketat
Uji resistansi (dengan Xpert MTB/RIF atau biakan & uji kepekaan)
PENCEGAHAN TB PADA PENYANDANG DM
Pemeriksaan:
Glukosa plasma puasa (puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam) atau
Glukosa plasma sewaktu atau
Glukosa plasma 2 jam setelah tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan beban 75 gram
Pemeriksaan Gula Darah Puasa (GDP) Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS) atau 2 jam post
prandial (TTGO)
Hasil Pemeriksaan
GDP < 100 mg/dl GDP 100-125 mg/dl GDP ≥ 126 mg/dl
GDS < 100 mg/dl GDS 100 - 199 mg/dl GDS ≥ 200 mg/dl
Sesuai alur, diagnosis ditegakkan dengan nilai glukosa plasma dari 2 pemeriksaan yang
berbeda waktu:
1. Glukosa plasma puasa ≥126mg/dl, atau
2. Glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik (poliuria, polidipsi,
polifagi, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelakan sebabnya), atau
3. Glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl 2 jam setelah TTGO dengan beban 75
gram.
Pemeriksaan HbA1c
Dapat dilakukan jika tersedia pemeriksaan HbA1c menggunakan metoda High Performance Liquid
Chromatographi (HPLC) yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP).
Diagnosis DM ditegakkan jika HbA1c ≥6,5%.
Catatan :
Saat ini tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi
standard NGSP, sehingga harus hati-hati menginterpretasi hasil
pemeriksaan HbA1c.
Fasilitas Pasien yang telah mendapatkan pengobatan satu macam OHO atau kombinasi 2
Kesehatan OHO yang tersedia di FKTP dan pada pemantauan di 3 bulan pertama kadar gula
Tingkat Primer darah tidak terkontrol rujuk ke FKRTL.
Fasilitas Kesehatan
Tingkat Primer Tatalaksana lanjutan setelah diagnosis ditegakkan atau Fasilitas Kesehatan
setelah penyulit/komplikasi teratasi atas pertimbangan Rujukan Tingkat
dokter Lanjut
TB.01 & TB.03 faskes
TERIMA KASIH
TUBERKULOSIS (TB) & DIABETES MELITUS
(DM) PADA ANAK
Masalah
1. Penegakan diagnosis TB pada anak lebih sulit dibandingkan pada dewasa
TB pausibasiler
Gejala seringkali tidak khas, menyerupai gejala penyakit lain
Anak tidak dapat mengeluarkan dahak
Keterbatasan fasilitas untuk penegakan diagnosis TB anak terutama di layanan primer sistem
skoring TB
Reduksi ( - )
GDS < 200 mg/dl GDS ≥ 200 mg/dl Reduksi ( + )
PENEMUAN
KASUS DM Gejala klasik DM
Bukan DM Terdiagnosis DM
PASIEN TB ANAK
Gejala terduga TB + Riwayat
DI FKRTL kontak TB dewasa aktif
Pada pasien TB dan DM dengan kadar glukosa darah tidak terkontrol, maka pengobatan
TB dapat diperpanjang sampai 9 bulan dengan tetap berdasarkan pada klinis pasien*)
Semua pasien anak yang terdiagnosis TB-DM di FKTP mendapatkan tatalaksana TB-DM di
FKRTL