Anda di halaman 1dari 121

BAHAN BERBAHAYA

DARI LIMBAH
PLASTIK

Oleh : Encep Heryani


LIMBAH PLASTIK RUMAH TANGGA
PLASTIK

 Bahan pembuat plastik, umumnya polimer polivinil


terbuat dari polychlorinated biphenyl (PCB) yang
mempunyai struktur mirip DDT
 PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh
binatang maupun tanaman akan menjadi racun
berantai sesuai urutan rantai makanan
 Hampir setiap orang pasti tidak akan terlepas dari yang
namanya bahan plastik dalam aktivitasnya sehari-hari
PLASTIK

 Kelebihan yang dimilikinya antara lain ringan dan kuat,


tahan terhadap korosi.
 Sifat-sifat bahan plastik inilah yang membuatnya sulit
tergantikan dengan bahan lainnya
 Sulit terurai dalam tanah, membutuhkan waktu
bertahun-tahun (100 – 500 tahun)
Tumpukan sampah plastik impor berada di sekitar pemukiman warga di
Desa Bangun di Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (19/6). Foto: ANTARA
FOTO/Zabur Karuru
PENGENALAN JENIS PLASTIK

 Untuk memudahkan pengelolaan sampah plastik pada


skala rumah tangga, maka perlu adanya pemahaman
tentang jenis-jenis plastik, kandungan materialnya, hingga
dampaknya terhadap lingkungan sehingga diharapkan
terbentuk manajemen pengelolaan yang tepat
• Kode-kode yang tertera pada bawah tempat dari bahan
plastik sebagai berikut :
• Dalam menggunakan plastik, khususnya plastik dengan
kode 1, 3, 6, dan 7 (khususnya polycarbonate) yang
seluruhnya memiliki bahaya secara kimiawi sehingga
tidak direkomendasi untuk digunakan.
• Ini tidak berarti bahwa plastik dengan kode yang lain
secara utuh aman, namun perlu dipelajari lebih jauh
lagi.
• Maka, jika kita harus menggunakan plastik, akan
lebih aman bila menggunakan plastik dengan kode
2, 4, 5, dan 7 (kecuali polycarbonate, dan yang
terbuat dari SAN - styrene acrylonitrile, dan ABS –
acrylonitrile butadiene styrene
PENJELASAN

• PET atau PETE, atau polyethylene therephthalate.


 Ringan, murah, dan mudah membuatnya.
 Penggunaannya terutama pada botol minuman
soft drink, tempat makanan yang tahan
microwave dan lain-lain. ·
• Mayoritas bahan plastik PET di dunia untuk serat sintetis
(sekitar 60 %), PET biasa disebut dengan polyester
(bahan dasar botol kemasan 30 %).
• Botol Jenis PET/PETE ini direkomendasikan HANYA
SEKALI PAKAI. Bila terlalu sering dipakai, apalagi
digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi panas,
akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol
tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat
karsinogenik (dapat menyebabkan kanker).
• Di dalam membuat PET, menggunakan bahan yang
disebut dengan antimoni trioksida, yang berbahaya
bagi para pekerja yang berhubungan dengan
pengolahan ataupun daur ulangnya, karena antimoni
trioksida masuk ke dalam tubuh melalui sistem
pernafasan.
• Titik lelehnya 850C
• Terkontaminasinya senyawa ini dalam periode yang
lama akan mengalami: iritasi kulit dan saluran
pernafasan.
• Bagi pekerja wanita, senyawa ini meningkatkan
masalah menstruasi dan keguguran, dan bila
melahirkan anak mereka kemungkinan besar akan
mengalami pertumbuhan yang lambat hingga usia 12
bulan.
• Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol plastik,
tertera logo daur ulang dengan angka 1 di tengahnya dan
tulisan PETE atau PET (polyethylene terephthalate) di
bawah segitiga.
Plastik yang termasuk dalam jenis PET
• HDPE (high density polyethylene)

 Lebih kuat dan rentan terhadap korosi, sedikit sekali


resiko penyebaran kimia bila digunakan sebagai
wadah makanan, bisa digunakan untuk wadah
shampoo, deterjen, kantong sampah.
 Mudah didaur ulang.
• HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang
aman untuk digunakan karena kemampuan untuk
mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik
berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang
dikemasnya
• HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras,
buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi jika
dibandingkan dengan plastik dengan kode PET.
HDPE — High Density Polyethylene

• Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih


susu, tupperware, galon air minum.
• Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol
plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 2 di
tengahnya, serta tulisan HDPE (high density
polyethylene) di bawah segitiga.
PVC (polyvinyl chloride)

• Bahan ini lebih tahan terhadap bahan senyawa kimia,


minyak, cuaca dll.
• PVC mengandung DEHA atau di(2-ethylhexyl)adipate
yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas
dengan plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan
langsung dengan makanan tersebut, tititk lelehnya 70
– 140ºC
• Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada
plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke
makanan berminyak bila dipanaskan.
• Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan
yang dikemas dengan plastik ini berpotensi
berbahaya untuk ginjal, hati dan penurunan berat
badan.
• Jika jenis plastik PVC ini dibakar dapat
mengeluarkan racun.
• Bahan ini paling sulit didaur ulang dan paling
sering kita jumpai penggunaannya pada pipa
dan konstruksi bangunan.
PVC — Polyvinyl Chloride

• Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus


(cling wrap), dan botol-botol, pipa, konstruksi
bangunan.
• Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah)
dengan angka 3 di tengahnya, serta tulisan V — V itu
berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis plastik
yang paling sulit didaur ulang.
Plastik yang termasuk dalam jenis
Polyvinyl Chloride
LDPE — Low Density Polyethylene
• Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak
tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak
berlemak.
• Pada suhu 600C sangat resisten terhadap senyawa
kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik,
akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti
oksigen.
LDPE — Low Density Polyethylene
• Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-
barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat,
dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi
kimia.
• Biasanya plastik jenis ini digunakan untuk tempat
makanan, plastik kemasan, botol yang lunak.
PP — Polypropylene
• Karakteristik PP adalah botol transparan yang tidak
jernih atau berawan. Polipropilen lebih kuat dan
ringan dengan daya tembus uap yang rendah,
ketahanan yang baik terhadap lemak
• Stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap
• Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang
berbahan plastik untuk menyimpan kemasan
berbagai makanan dan minuman.
• Titik lelehnya 165ºC
• PP (polypropylene)
 Plastik jenis ini mempunyai sifat tahan terhadap kimia
kecuali klorin, bahan bakar dan xylene, mempunyai
sifat insulasi listrik yang baik.
 Bahan ini juga tahan terhadap air mendidih dan
sterilisasi dengan uap panas.
 Aplikasinya pada komponen otomotif, tempat
makanan, karpet plastik, dll.
PS — Polystyrene
• Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat
mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan
ketika makanan tersebut bersentuhan.
• Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya
untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen
pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi,
pertumbuhan dan sistem syaraf, juga bahan ini sulit
didaur ulang.
• Bila didaur ulang, bahan ini memerlukan
proses yang sangat panjang dan lama
• Jenis ini mempunyai kekakuan dan kestabilan
dimensi yang baik.
• Biasanya digunakan untuk wadah makanan
sekali pakai, kemasan, mainan, peralatan
medis, dll
• Jika tidak tertera kode angka dibawah kemasan
plastik, maka bahan ini dapat dikenali dengan
cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya
dihindari).
• Ketika dibakar, warna asapnya lain dan akan
mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan
meninggalkan jelaga  Racun
• Titik leleh pada 95OC
WARNA ASAP TERGANTUNG DARI
BAHAN YANG TERBAKAR

 Asap berwarna putih adalah kebakaran normal dari


bahan-bahan umum yang tidak berbahaya

 Asap berwarna hitam/abu-abu gelap indikasi dari


kebakaran dengan oksigen yang sedikit

 Asap berwarna kuning, merah atau ungu menandakan


adanya kandungan gas-gas yang beracun
CONTOH WARNA ASAP PLASTIK TERBAKAR
BAHAN LAIN (Other)
• Bahan dengan tulisan Other berarti dapat berbahan SAN
- styrene acrylonitrile, ABS – acrylonitrile butadiene
styrene, PC – polycarbonate, Nylon.
• PC – polycarbonate, dapat mengeluarkan bahan
utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan
minuman yang berpotensi merusak sistem hormon,
kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma,
dan mengubah fungsi imunitas.
• Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat
makanan ataupun minuman karena Bisphenol-A
dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan
jika suhunya dinaikkan karena pemanasan
• SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi
terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan,
kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah
ditingkatkan.
• SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik
yang sangat baik untuk digunakan.
• Biasanya SAN terdapat pada mangkuk mixer,
pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi,
dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan
sebagai bahan mainan lego dan pipa.
• Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya,
serta tulisan OTHER – Other (SAN - styrene acrylonitrile,
ABS – acrylonitrile butadiene styrene, PC –
polycarbonate, Nylon)
Dampak Bahaya Penggunaan Plastik dan
Sampah Plastik bagi Kesehatan dan Lingkungan

• Kebanyakan plastic seperti PVC, agar tidak bersifat kaku


dan rapuh ditambahkan dengan suatu bahan pelembut.
• Beberapa contoh pelembut adalah :
 Epoxidized soybean oil (ESBO),
 di(2-ethylhexyl)adipate (DEHA),
 Acetyl tributyl citrate (ATBC)
 di(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP).
 Poliklorin Bifenil (PCB),
• Penggunaan bahan pelembut ini dapat menimbulkan
masalah kesehatan, sebagai contoh, penggunaan
bahan pelembut seperti PCB dapat menimbulkan
kamatian pada jaringan dan kanker pada manusia
(karsinogenik),
• Di Jepang, keracunan PCB menimbulkan penyakit yang
dikenal sebagai yusho.
• Tanda dan gejala dari keracunan ini berupa
pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan,
gangguan pada perut, serta tangan dan kaki
lemas.
• Sedangkan pada wanita hamil,
mengakibatkan kematian bayi dalam
kandungan serta bayi lahir cacat
• DEHA. Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat,
plastik PVC yang menggunakan bahan pelembut DEHA
dapat mengkontaminasi makanan
• DEHA mempunyai aktivitas mirip dengan hormon
estrogen (hormone kewanitaan).
• Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat
merusak sistem peranakan dan menghasilkan janin
yang cacat, selain mengakibatkan kanker hati
• Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi maka
sebaiknya jika harus menggunakan plastik maka pakailah
plastik yang terbuat dari polietilena dan polypropylene
atau bahan alami (daun pisang misalnya).
• Penggunaan plastik dalam industri makanan adalah
kontaminasi zat warna plastik dalam makanan.
• Sebagai contoh adalah penggunaan kantong plastik
(kresek) untuk membungkus makanan seperti
gorengan dan lain-lain.
• Menurut seorang ahli kimia, zat pewarna hitam ini
kalau terkena panas bisa terurai terdegradasi
menjadi bentuk radikal, menyebabkan penyakit.
Efek pada tanah

• Tercemarnya air tanah dan makhluk bawah tanah.

• Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah


akan membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah
seperti cacing
• Mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah.

• Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga


menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak
makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah.
Efek pada manusia

• Karena penggunaan zat aditif kimia selama proses


produksi plastik, plastik pastinya memiliki efek
berbahaya yang dapat terbukti dengan menjadi
karsinogenik atau gangguan endoktrin.
• Manusia dapat terpapar bahan kimia ini melalui hidung,
mulut, ataupun kulit.
• Beberapa bahan-bahan kimia yang digunakan dalam
produksi plastik dapat menyebabkan dermatitis saat
kontak dengan kulit manusia
KONTRIBUSI PENGURANGAN LIMBAH

• Kurangi penggunaan plastik


• Hindari menggunakan botol air mineral
• Jaga kebersihan area kerja pribadi Anda
Upaya Penanggulangan Pemakaian Plastik

• Jepang telah menemukan jenis plastik yang bisa


terurai terbuat dari bahan organik, yaitu tumbuhan
jagung.
• Di Jepang, jenis plastik baru ini sudah beredar dan
mempunyai kekuatan sebaik plastik konvensional
• Bedanya, setelah dibuang, plastik tersebut dapat
terurai oleh mikro organisme di dalam tanah
• Plastik baru temuan ilmuwan Jepang ini mempunyai
daya tahan lebih tinggi terhadap bakteri dan jamur.
• Saat dibakar pun gas yang dihasilkan tidak akan
menimbulkan efek rumah kaca maupun gas beracun
• Sehingga plastik ini aman digunakan sebagai wadah
makanan dan dapat pula digunakan di dalam
microwave
• Sejumlah Negara mulai mengurangi penggunaan kantong
plastik diantaranya Filipina, Australia, Hongkong, Taiwan,
Irlandia, Skotlandia, Prancis, Swedia, Finlandia, Denmark,
Jerman, Swiss .
• Industri barang elektronik di Jepang juga sudah
menggunakan plastik jenis ini, seperti kartu memori pada
komputer jinjing atau laptop, pada karpet lantai
kendaraan.
• Tips pengurangan penggunaan plastik dalam kehidupan
sehari-hari:
1. Sebaiknya jangan memanaskan makanan yang dikemas
dalam plastik, khususnya pada microwave oven, yang
dapat mengakibatkan zat kimia yang terdapat pada
plastik tersebut terlepas dan bereaksi dengan makanan
sehingga perlu diberi pembungkus makanan dengan
daun pisang atau kertas ketika akan dipanaskan di
microwave oven.
2. Gunakan kemasan berbahan kain stainless steel atau
kaca untuk menyimpan makanan atau minuman.
3. Dalam kesehaarian pakailah alat makan berbahan
stainless steel, kaca, atau keramik.
4. Terapkan, sebarkan dan ajaklah setiap orang di
lingkungan kita untuk mengimplementasikan cara
sehat dalam kehidupan sehari-hari.
UPAYA PENGURANGAN LIMBAH PLASTIK

• Beberapa teknologi bisa digunakan untuk mengkonversi


sampah plastik menjadi bahan bakar diantaranya yaitu :
 Konversi ke bahan bakar padat

Dilakukan dengan mencacah sampah plastik dan


kemudian membriketnya untuk nantinya menjadi
bahan bakar briket. Bahan bakar ini kemudian bisa
digunakan untuk pembakaran di tungku-tungku
industri
 Konversi ke bahan bakar cair

Dengan menggunakan prinsip pirolisis dimana


sampah plastik dipanaskan pada suhu sekitar 500oC
sehingga fasenya akan berubah menjadi gas dan
kemudian akan terjadi proses perengkahan
(cracking).

Setelah itu didinginkan kembali dan bisa


mendapatkan bahan bakar cair setara dengan
bensin dan solar
• Konversi ke bahan bakar gas
 Ini bisa dilakukan dengan teknologi gasifikasi
dimana sampah plastik dipanaskan pada suhu yang
sangat tinggi mencapai 900oC dengan prinsip
oksidasi parsial.
 Sehingga akan dihasilkan gas hidrokarbon yang bisa
dimanfaatkan untuk keperluan industri.
LIMBAH PLASTIK MENJADI BBM

 Komunitas Harapan Ummat bersama Pondok Pesantren


Ma'had Khairul Bariyyah, Mustika Jaya Bekasi, Jawa Barat
berhasil mengolah limbah sampah plastik menjadi BBM
sintetis dengan kualitas nyaris sempurna.
 Mesin pengelolah limbah plastik menjadi BBM
• Dari sekitar 5 kg plastik bisa menghasilkan sekitar 3 liter
solar
• Pada proses pembuatan BBM sintetis, limbah plastik
kering dimasukkan dalam sebuah oven pembakaran.
• Untuk membakar 25 kg plastik membutuhkan waktu 6
jam sehingga dapat menghasilkan 15 liter bahan bakar
setara solar, bensin, atau minyak tanah
Pengaspalan jalan di kawasan Udinus Semarang memakai bahan aspal
plastik, Senin (17/2/2020). (Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom)
• UU Pengelolaan Sampah no. 18 tahun 2008 dan UU
Nomor 32 tahun 2009.
• Target Pengurangan dan Penanganan Sampah Nasional
ini tertuang dalam Peraturan Presiden No.97 Tahun
2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga
• Sampah plastik harus menjadi  pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan,  pengolahan, dan pemrosesan akhir
• Pilah, kumpulkan, proses jadi barang bernilai tambah, lalu
jual
DIKUMPULKAN UNTUK DAUR ULANG
MENUJU GO GREEN
BISA DICAMPUR UNTUK PEMBUAT BAHAN
VAPING BLOCK
INSPIRASI
A Aktivitas Kedepan
Action, Tindaklanjuti Plan, berpikir
dan improvement perencanaan
pemanfaatan limbah
plastik sebagai sarana
Activity untuk menciptakan
Plan lapangan kerja

Check, mereview
pelaksanaan untuk Do, pelaksanaan dengan
pengembangan teknologi yang ada
BAHAN BERBAHAYA
DARI LIMBAH KABEL
ATAU ELEKTRONIK

Oleh : Encep Heryani


LIMBAH WIRE (KABEL & ELEKTRONIK)

 Secara umum, sampah elektronik adalah barang-barang


elektronik bekas yang sudah tidak dipakai lagi oleh
pemiliknya. Ia bisa berupa baterai lawas, bola lampu
pijar, kabel, monitor komputer, televisi, telepon seluler
dan benda-benda elektronik lainnya
 PBB memprediksi jumlah sampah elektronik pada tahun
2019 lalu mencapai 53 juta ton. dan akan mencapai 74
juta ton pada tahun 2030, dan melonjak lagi menjadi 120
juta ton pada tahun 2050.
ADA 10 KATEGORI SAMPAH ELEKTRONIK

1. Perangkat besar rumahtangga. Ini meliputi antara lain


lemari es, mesin cuci, pengering baju, mesin pencuci
piring, kompor listrik, microwave, kipas angin listrik
dan AC
2. Perangkat kecil rumahtangga, seperti penghisap debu,
pemanggang roti, mesin pembuat kopi, mesin potong
rambut. 
3. Perangkat teknologi komunikasi. Meliputi antara lain
komputer meja, printer, telepon seluler, komputer
jinjing.
4. Perangkat hiburan. Misalnya, televisi, kamera video,
penguat audio, alat-alat musik. Kelima, perangkat
penerangan, antara lain lampu pendar dan lampu debit
intensitas tinggi
5. Perangkat penerangan, antara lain lampu pendar dan
lampu debit intensitas tinggi
6. Aneka perkakas elektronik, yaitu  bor, gergaji, gerinda,
alat patri, penyugu dan sebagainya. 
7. Alat-alat mainan dan rekreasi, seperti mobil-mobilan
listrik, video gim, perangkat-perangkat olahraga yang
mengandung elemen listrik.
8. Perangkat medis. Misalnya, peralatan radiotherapi,
ventilator, mesin pacu jantung, mesin pencuci darah serta
peralatan kedokteran nuklir. 
9. Peralatan pemantau dan pengendali. Antara lain alat
pendeteksi asap dan pengatur panas
10. Dispenser otomatis untuk minuman serta sejumlah
peralatan yang secara otomatis mampu
menyediakan/menghasilkan produk-produk tertentu
PERMASALAHAN

• Sampah elektronik ini dibakar, misalnya, zat-zat kimia


beracun yang ada di dalamnya langsung bercampur
dengan udara dan menyebabkan kerusakan pada
lapisan atmosfir
• Jika ditimbun, maka zat-zat beracun yang ada akan
mencemari tanah dan air, yang pada gilirannya akan
bisa pula menimbulkan risiko kesehatan bagi manusia
• Semua limbah elektronik mengandung logam berat.
• Penanganannya yang tidak cermat dan tidak tepat bukan
saja akan membawa dampak kesehatan, tetapi juga bisa
mengkontaminasi pencemaran lingkungan permanen akibat
zat-zat beracun yang lantas sulit terurai
• Sampah elektronik terutama barang-barang elektronik yang
sudah tidak dipakai harus diserahkan kepada badan/lembaga
khusus yang ditunjuk atau dilakukan oleh pihak-pihak yang
hanya memiliki izin
LANGKAH PENGELOLAAN

1. Pengumpulan bekas elektronik.


2. Pemilahan sampah elektronik. Memilah sampah
menurut jenis-jenis elektronik bertujuan untuk
memisahkannya agar lebih detail dan mudah
menentukan langkah pengelolaannya.
3. Perbaikan sampah elektronik yang terpilih. (Jika
masih bisa direparasi, dan bisa bermanfaat kembali)
4. Daur ulang
MEKANISME PENGELOLAAN

• Mekanisme pengelolaan e-waste yang bersumber dari


sampah rumah tangga sedikit berbeda.
• Tahap penyimpanan dan pengumpulan e-waste rumah
tangga tetap mengikuti peraturan pengelolaan
sampah, sampai pada titik tertentu. "Misalnya di
tempat penampungan sampah elektronik sementara
yakni dropping point." Tahap selanjutnya, dari
dropping point harus diperlakukan sebagai limbah B3
• Pengelolaan limbah elektronik juga dapat dilakukan
dengan mengekspornya ke negara lain, terutama
yang memiliki fasilitas atau teknologi ramah
lingkungan.
• Mekanisme ini harus mengikuti prosedur notifikasi
sebagaimana tertuang dalam Konvensi Basel.
• Konvensi Basel mengatur tentang Perpindahan
Limbah Lintas Batas.
• Indonesia telah meratifikasinya melalui Keputusan
Presiden Nomor 61 Tahun 1993
• Limbah elektronik industri, kini, menjadi salah satu aspek
yang diperhitungkan dalam Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan (PROPER).
• Adapun PROPER adalah tolok ukur kinerja pengelolaan
lingkungan perusahaan
• Acuan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2020
tentang pengelolaan sampah spesifik.
TAHAPAN PENANGANAN LIMBAH SPESIFIK

1. Pemilahan

2. Pengumpulan

3. Pengangkutan

4. Pengolahan

5. Pemrosesan akhir
TANGGUNG JAWAB
PENGELOLAAN
SAMPAH ELEKTRONIK
Dropbox Limbah Elektronik
Sumber : Anonim, 2016
UNDANG-UNDANG

• PP Nomor 22 Tahun 2021, salah satunya mengatur


tentang pengelolaan limbah B3, di mana beberapa
komponen limbah elektronik tercantum di dalamnya.
• Pengolahan limbah elektronik dilakukan secara fisik
yaitu dengan menggunakan insinerator, pada
temperatur tinggi, untuk mencegah munculnya dioksin
atau furan yang menyebabkan pencemaran udara
• Limbah elektronik mengandung UPOPs atau Unintentional
Persistent Organic Pollutants adalah bahan pencemar
organic persisten yang tidak sengaja terbentuk dan bersifat
sangat beracun. Bahkan dalam jumlah yang sangat kecil saja
dapat menimbulkan efek buruk pada organisme hidup.
• Kandungan limbah elektronik yaitu berjenis acrylonitrile
butadiene (ABS), high impact polystyrene (HIPS) dan
polypropylene (PP) sekitar 20-35% dari total berat peralatan
elektronik.
• Efek UPOPs bagi kesehatan akibat paparan bagi
manusia cukup beragam. Antara lain yakni
menyebabkan kanker, penyakit kulit, cacat lahir, dan
penyakit lainnya seperti wasting syndrome.
• Wasting syndrome adalah kondisi turunnya berat
badan yang tidak diinginkan dalam waktu singkat.
• Dalam kondisi ini penderita akan mengalami kerusakan
otot serta mengalami kelelahan, menjadi lemah,
gangguan sistem pernapasan, hingga kematian
• Efek lain dapat memunculkan penyakit seperti
Thymic atrophy. Yaitu kondisi dimana hilangnya sel-
sel kelenjar timus, yang berfungsi untuk
memproduksi sel darah putih limfosit. Kemudian,
Hepatic porphyria dimana kondisi peningkatan
pigmen dalam tubuh secara tidak wajar
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

1. Harus dikemas dengan benar untuk memudahkan


transportasi dan mengurangi risiko terjadinya
kebocoran dan tumpahan.
2. Hindarkan dari paparan sinar matahari langsung dan
tetesan air hujan
3. Hindari pembuangan ke lingkungan
4. yang tidak bisa diolah atau tidak terpakai diserahkan
ke fasilitas khusus yang mampu mengolah komponen
5. Pisahkan dari limbah jenis lain untuk mencegah
terjadinya kontaminasi.
6. Lakukan pengawasan wadah penyimpanan, dan lakukan
secara berkala meliputi pemantauan terhadap adanya
kebocoran, lubang, karat atau temperatur tinggi,
pengemasan ulang dan pelabelan yang tepat sesuai
kebutuhan.
7. Pembersihan dilakukan secara terjadwal terutama
untuk menghindari reaksi dengan bahan lain.
Daur Hidup Peralatan Elektrik dan Elektronik
Menurut UNEP, 2007
• Peraturan Pemerintah No 101 Tahun 2014 menjelaskan
bahwa limbah elektronik termasuk limbah B3.
• Limbah elektronik termasuk dalam kategori 1 dan 2 pada
Lampiran I, baik dari sumber spesifik maupun sumber
tidak spesifik.
• Limbah B3 kategori 1 merupakan Limbah B3 yang
berdampak akut dan langsung terhadap manusia dan
dapat dipastikan akan berdampak negatif terhadap
lingkungan.
• Limbah B3 kategori 2 merupakan Limbah B3 yang
mengandung B3, memiliki efek tunda (delayed effect),
dan berdampak tidak langsung terhadap manusia dan
lingkungan hidup serta memiliki toksisitas sub-kronis
atau kronis
• Limbah B3 dari sumber tidak spesifik merupakan
Limbah B3 yang pada umumnya bukan berasal dari
proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan antara
lain pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi
atau inhibitor korosi, pelarutan kerak, dan pengemasan.
• Limbah B3 dari sumber spesifik merupakan Limbah B3
sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara
spesifik dapat ditentukan
Lampiran I Tabel 1 tentang sumber tidak spesifik

1. Kode limbah A102-d: aki dan baterai bekas, dengan


kategori bahaya 1
2. Kode limbah A111-d: refrigerant bekas, dengan
kategori bahaya 1
3. Kode limbah B107-d: cathode ray tube (CRT), lampu
TL, printed circuit board (PCB), karet kawat (wire
rubber), dengan kategori bahaya 2
• Limbah B3 dari Sumber Spesifik

1. Kode limbah B326-1: baterai sel kering bekas, tidak


memenuhi spesifikasi dan kadaluwarsa (kategori bahaya 2)

2. Kode limbah A328-1: mercury contactor/switch (kategori


bahaya 1)

3. Kode limbah A328-2: lampu fluorescent (Hg) (kategori


bahaya 1)

4. Kode limbah A328-4: CRT (kategori bahaya 2)

5. Kode limbah B328-2: coated glass (kategori bahaya 2)


6. Kode limbah B322-3: residu solder & fluxnya (kategori
bahaya 2)
7. Kode limbah B328-4: PCB (kategori bahaya 2)
8. Kode limbah B328-5: limbah: limbah kabel logam &
insulasinya (kategori bahaya 2),
9. Kode limbah A329-1: mercury contactor/switch
(kategori bahaya 1)
10. Kode limbah A329-2: lampu fluorescent (Hg) (kategori
bahaya 1)
11. Kode limbah A329-4: CRT (kategori bahaya 2)

12. Kode limbah B329-1: coated glass (kategori bahaya 2)


13. Kode limbah B329-2 : residu solder dan fluxnya
(kategori bahaya 2)
14. Kode limbah B329-3: PCB (kategori bahaya 2)
15. Kode limbah B329-4: limbah kabel logam &
insulasinya (kategori bahaya 2).
KODE LIMBAH
LINGKUP WIRE SLING

• Wire Sling adalah nama pendek dari wire rope sling yang
artinya adalah wire rope yang dipotong menjadi ukuran
tertentu, kemudian salah satu atau kedua ujungnya
ditekuk dan dibentuk mata yang fungsinya adalah
sebagai alat kait yang disambungkan pada alat rigging
atau alat lain
• Wire sling ini sangat kuat untuk mengangkat alat berat
karena terbuat dari baja.
• Tidak ada standar industri atau pedoman resmi
tentang cara membuang peralatan pengangkat yang
tidak dapat diperbaiki secara efektif.
• Banyak publikasi industri menawarkan saran dan
panduan tentang cara menjaga peralatan tetap
berfungsi
• Sling yang tidak terpakai biasanya susah untuk diservis
atau diperbaiki (dalam keadaan rusak) maka
dikumpulkan di TPS dan diserahkan ke pihak ketiga
• Sling yang rusak ditandai dengan Korosi, Keausan
ekstrim, Pengurangan diameter nominal di kabel luar,
Fitting yang rusak (misalnya kait, kait, cincin, tautan, dll),
Kerusakan pada struktur (misalnya distorsi, kinking, dan
Kabel putus.
• Sling termasuk ke dalam limbah besi/ baja
• Limbah besi adalah jenis limbah yang berasal dari logam
besi.
• Sampah besi dan logam biasanya ditemukan dari
berbagai sumber.
• Tidak hanya dari pembuangan skala rumah tangga saja,
sampah besi juga sering ditemukan sebagai bagian dari
limbah pabrik.
LIMBAH SLING

• Sling yang tidak terpakai masuk kedalam kategori limbah


non B3
• Referensi  Pemerintah telah menerbitkan 49 Peraturan
Pelaksana UU Cipta Kerja pada tanggal 2 Februari 2021
yang salah satunya adalah Peraturan Pemerintah (PP) No
22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
LIMBAH SLING
• Peraturan menetapkan berdasarkan kelaziman yang
berlaku di industri besi dan baja global serta berdasarkan
berbagai kajian yang telah dilakukan.
• Dalam Lampiran XIV, pemerintah menetapkan beberapa
jenis limbah industri besi dan baja yang semula masuk
dalam kategori Limbah B3 menjadi Limbah Non-B3
• Terdaftar yaitu slag besi/baja (N101), mill scale (N103),
debu Electric Arc Furnace/debu EAF (N104), dan precious
ball atau PS ball (N105)  lampiran XIV hal 749
LIMBAH SLING

• Sling yang rusak atau gagal harus dipindahkan ke tempat


penyimpanan sementara
• Penghancuran perangkat keras seperti sling dan rigging yang
rusak atau gagal, pembuangan permanen biasanya
diserahkan kepada pemilik atau pengguna akhir.
Proses Peleburan Wire Sling
Proses Pengumpulan Limbah sling
• Limbah sling dapat dibedakan menjadi beberapa macam,
yaitu :
 Sling karena korosi
 Sling karena scrap, dll
• Dikumpulkan menjadi satu bersama dengan dengan
sejenisnya, kemudian dilakukan pemilahan.
• Sling yang tidak bisa diperbaiki  Diambil oleh pihak
ketiga untuk dilakukan peleburan.
NEXT

Anda mungkin juga menyukai