Anda di halaman 1dari 40

“Kemasan Pangan

(Packaging)”
Citra Dewi Hamami
1111013047
Kelas C
Peraturan Pemerintah
• UU RI No.7 Tahun 1996 tentang Pangan

Undang-undang ini mengamanatkan peraturan pengemasan

berkaitan dengan keamanan pangan dalam rangka melindungi

konsumen. Pada bagian ke IV pasal 16 -19 dari undang-

undang ini membahas tentang kemasan bahan pangan,

sedangkan bagian ke V pasal 30-35 membahas tentang

pelabelan dan periklanan produk pangan.


Label Pangan
Tujuan:
- agar informasi mengenai pangan yang disampaikan kepada
masyarakat adalah benar dan tidak menyesatkan
- terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggungjawab
1. UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan
2. PP No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
3. Peraturan Kepala Badan POM No. HK.00.05.52.4321 tentang Pedoman
Umum Pelabelan Produk Pangan Tahun 2003.
4. Peraturan Kepala Badan POM No.HK.00.05.52.0685 Tahun 2005
tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional
5. Peraturan Kepala Badan POM HK.00.06.51.0475 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan
6. Peraturan Ka Badan POM No. HK 00.05.1.52.3572 Tahun 2008 tentang
Penambahan Zat Gizi dan Non Gizi dalam Produk Pangan
7. Peraturan Kepala Badan POM No. HK 00.06.1.52.6635 Tahun 2007
tentang Larangan Pencantuman Informasi Bebas Bahan Tambahan
Pangan Pada Label dan Iklan Pangan.
8. Peraturan Kepala Badan POM No. HK 00.06.51.0100 Tahun 2008
tentang Pengawasan Pangan Olahan Organik
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun

1999 tentang Label dan Iklan Pangan

• Peraturan ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan

label dan iklan produk pangan, yaitu informasi-informasi

produk yang harus ditulis pada label, yang tidak boleh

dilakukan dalam pembuatan label hingga cara pembuatan

label pada kemasan pangan.


• Peraturan Kemasan Kayu : Khusus untuk kemasan kayu yang akan

digunakan untuk ekspor, peraturan Menteri perdagangan RI Nomor

02/m-dag/per/2/2006 tentang Ketentuan ekspor produk industri

kehutanan

• Menteri Kesehatan RI No.329/Menkes/XII/76 tentang produksi dan

peredaran pangan, serta

• Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan mutu

dan gizi pangan.


Klasifikasi Kemasan
1. Klasifikasi kemasan berdasarkan frekwensi pemakaian

• Disposable, Semi-Disposable dan Multi-trip

2. Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk dengan kemasan)

• Primer, Sekunder dan Tersier

3. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat kekakuan bahan kemasan (Rigiditas)

• Rigid, Semi-Rigid dan Flexible

4. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat perlindungan terhadap lingkungan

• Hermetis (tahan uap dan gas), Kemasan tahan cahaya, Kemasan tahan suhu tinggi,

5. Klasifikasi kemasan berdasarkan Penambahan Indikator

• Passive Packaging dan Active Intelligent Packaging


Klasifikasi kemasan berdasarkan
struktur sistem kemas
a. Kemasan Primer

Kemasan primer adalah kemasan yang berhubungan langsung dengan produk,


ukurannya relatif kecil dan biasa disebut sebagai keamasan eceran. Contoh kemasan
ini adalah, kantong plastik untuk gula, kantong plastik untuk kripik, gelas plastik (cup)
untuk air minum, atau minuman, kantong plastik untuk mie instan.

a. Kemasan Sekunder

Kemasan sekunder adalah kemasan kedua yang berisi sejumlah kemasan primer.
Kemasan ini tidak kontak langsung dengan produk yang dikemas. Contoh: kemasan
karton untuk air minum dalam kemasan, kemasan krat kayu untuk sirup dalam botol,
krat plastik untuk minuman dalam botol.

a. Kemasan Tersier

Kemasan tersier adalah kemasan yang banyak diperuntukkan sebagai kemasan


transport. Contoh: kontainer dan kotak karton gelombang.
Arti Simbol Pada Kemasan Plastik
• Pada kemasan yang terbuat dari plastik, biasanya ditemukan
simbol atau logo daur ulang yang berbentuk segi tiga dengan
kode-kode tertentu. Kode ini dikeluarkan oleh The Society of
Plastic Industry pada tahun 1998 di Amerika Serikat dan
diadopsi oleh lembaga-lembaga pengembangan sistem kode,
seperti ISO (International Organization for Standardization).
Secara umum tanda pengenal plastik tersebut:

1. Berada atau terletak di bagian bawah


2. Berbentuk segitiga
3. Di dalam segitiga tersebut terdapat angka
4. Serta nama jenis plastik di bawah segitiga
• Simbol daur ulang (recycle)
menunjukkan jenis bahan resin
yang digunakan untuk
membuat materi. Simbol ini
dibentuk berdasar atas Sistem
internasional koding Plastik
dan lazim digambarkan sebagai
angka (dari 1 sampai 7)
dilingkari dengan segitiga atau
loop segitiga biasa (juga
dikenal sebagai Mobius loop),
dengan akronim dari bahan
yang digunakan, tepat di bawah
segitiga.
1. PET atau PETE (Polyethylene Etilen Terephalate)
• Tanda ini biasanya tertera logo daur ulang dengan
angka 1 di tengahnya serta tulisan PETE atau PET
(Polyethylene Terephthalate) di bawah segitiga.
• Biasa dipakai untuk botol plastik, berwarna
jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air
mineral, botol jus, wadah makanan dan hampir semua
botol minuman lainnya. Botol jenis PET/PETE ini
direkomendasikan HANYA SEKALI PAKAI.
• Bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk
menyimpan air hangat apalagi panas, akan
mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut
akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik
(dapat menyebabkan kanker) dalam jangka panjang.
2. HDPE (High Density Polyethylene)
• Pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang
dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (Polyethylene
Densitas Tinggi) di bawah segitiga.
• Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu,
tupperware, galon air minum, kursi lipat, dan lain-lain. Botol
plastik jenis HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras,
buram dan LEBIH TAHAN LAMA TERHADAP SUHU
TINGGI.
• Merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan
karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan
plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang
dikemasnya. Sama seperti PET, HDPE juga direkomendasikan
HANYA SEKALI PAKAI pemakaian karena pelepasan senyawa
antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu.
3. PVC (Polyvinyl Chloride)
• Tertulis (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di
tengahnya, serta tulisan V. V itu berarti PVC (polyvinyl
chloride), yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang.
• Ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan
botol-botol. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan
yang dikemas dengan plastik ini berpotensi BERBAHAYA
UNTUK GINJAL, hati dan berat badan.
• Bahan ini mengandung klorin dan akan mengeluarkan racun
jika dibakar.
• PVC TIDAK BOLEH DIGUNAKAN dalam menyiapkan
makanan atau kemasan makanan.
4. LDPE (Low Density Polyethylene)
• Logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE.
LDPE (low density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat
(thermoplastic/dibuat dari minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat
makanan, plastik kemasan, botol-botol yang lembek, pakaian, mebel,
dll.
• Sifat mekanis jenis LDPE ini adalah kuat, tembus pandang,
Fleksibel dan permukaan agak berlemak, pada suhu 60 derajat sangat
resisten terhadap reaksi kimia, daya proteksi terhadap uap air
tergolong baik, dapat didaur ulang serta baik untuk barang-barang
yang memerlukan fleksibelitas tapi kuat.
• Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik
untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi
dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini. LDPE, dapat
didaur ulang dengan banyak cara, misalnya dilarutkan ke dalam
kaleng, keranjang kompos dan landscaping tiles.
5. PP (polypropylene)
• Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta
tulisan PP. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang
tidak jernih atau berawan.
• Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap
yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil
terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap.
• Jenis PP (polypropylene) ini adalah pilihan bahan plastik
terbaik, terutama untuk tempat makanan dan minuman seperti
tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting
botol minum untuk bayi.
• Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang
berbahan plastik untuk menyimpan kemasan berbagai
makanan dan minuman.
6. PS (Polystyrene)
• Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS. Biasa
dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dan
lain-lain.
• Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene
ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Selain tempat makanan,
styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan
konstruksi gedung.
• Bahan ini harus dihindari, karena selain BERBAHAYA UNTUK KESEHATAN
OTAK, MENGGANGGU HORMON ESTROGEN pada wanita yang
berakibat pada masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga
karena bahan ini sulit didaur ulang. Pun bila didaur ulang, bahan ini memerlukan
proses yang sangat panjang dan lama.
• Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode
angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar
(cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan
mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga.
• PS mengandung benzene, suatu zat penyebab kanker dan tidak boleh dibakar.
7. OTHER (Polycarbonate)
• Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan
OTHER. Untuk jenis plastik 7 Other ini ada 4 macam, yaitu: SAN
styrene acrylonitrile, ABS acrylonitrile butadiene styrene, PC
polycarbonate, dan Nylon. Dapat ditemukan pada tempat makanan
dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat-
alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik
kemasan.
• SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia
dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah
ditingkatkan. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus
termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan sikat gigi, sedangkan
ABS biasanya digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa.
Merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk
digunakan dalam kemasan makanan ataupun minuman.
• PC atau nama Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi,
gelas anak batita (sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng
kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu formula.
• PC Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke
dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem
hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan
mengubah fungsi imunitas. Dianjurkan tidak digunakan untuk tempat
makanan ataupun minuman
• Ironisnya botol susu sangat mungkin mengalami proses pemanasan,
entah itu untuk tujuan sterilisasi dengan cara merebus, dipanaskan
dengan microwave, atau dituangi air mendidih atau air panas.
• Tidak semua plastik nomor 7 adalah polikarbonat, bahkan segelintir
berbahan nabati. Palikarbonat masih menjadi perdebatan dalam
beberapa tahun terakhir, karena ditemukan pada saat mencuci BPA
(bisphenol A), menjadi bahan hormon pengganggu kehamilan dan
pertumbuhan janin.
Aseptic Packaging
Pengemasan aseptis adalah suatu cara pengemasan bahan di
dalam suatu wadah yang memenuhi empat persyaratan, yaitu :
Steril pada produk, wadah/tempat, dan lingkungan tempat
pengisian produk serta wadah pengepak yang digunakan
harus rapat untuk mencegah kontaminasi kembali selama
penyimpanan.

Prinsip pengemasan aseptis adalah baik bahan pangan yang


dikemas maupun bahan kemasan harus bebas dari
mikroorganisme perusak (patogen dan toksin) ketika bahan
pangan tersebut dikemas, sehingga produk pangan yang dikemas
merupakan produk yang steril dan aman untuk disimpan pada
suhu ruang dalam jangka waktu yang lebih lama.
Persyaratan :
• Peralatan yang dapat disterilkan
• Produk steril secara komersial
• Kemasan yang steril secara komersial
• Ruang steril dalam mesin pengemas, tempat pengisian
produk steril ke dalam kemasan steril dan penutupan
secara hermatis
• Ada monitoring dan pencatat faktor-faktor kritis
Proses

1.Produk dan wadah pengemas disterilisasi secara terpisah,


2.Kemudian dilakukan pengisian produk ke dalam wadah
dalam lingkungan steril sehingga diperoleh produk steril dalam
kemasan yang tahan disimpan dalam jangka waktu lama.

Sterilisasi produk dalam sistem aseptis dilakukan dengan


sistem alir atau sistem UHT (Ultra High Temperature), yaitu
pemanasan dengan suhu yang sangat tinggi (135-150oC)
selama 2-5 detik.
Pemanasan produk dengan sistem UHT dalam pengemas aseptis
dapat dibagi menjadi 2 kategori utama, yaitu:
1. Sistem pemanasan langsung, yaitu sistem dimana terjadi
kontak langsung antara medium
Pemanasan dam hal ini uap panas dengan produk yang dipanaskan.
Dalam sistem pemanasan langsung terdapat dua cara yaitu :
1) cara injeksi uap dimana uap panas disuntikkan ke dalam produk,
dan
2) cara infusi dimana produk diinfusikan ke dalam aliran uap panas
2. Sistem pemanasan tidak langsung, yaitu sistem
dimana medium pemanas tidak kontak langsung
dengan produk.
Panas ditransfer melalui permukaan (biasanya
stainless steel). Pada sistem pemanasan tidak langsung
ada 3 (tiga) macam cara, yaitu :
1) heat exchanger tipe konvensional yang berupa
lempengan atau plate dan
2) tipe saluran atau tubular dan
3) Scraped-Surface Heat Exchanger.
Packaging – Product Interactions
Penyimpangan Kualitas dalam Masa Penyimpanan
(Kadaluarsa) :

1.Penyusutan kualitatif dimana bahan mangalami penurunan


mutu (bahan pangan yang rusak mengalami perubahan cita
rasa, penurunan nilai gizi atau tidak aman lagi untuk dimakan
karena mengganggu kesehatan) sehingga menjadi tidak layak
dikonsumsi manusia. Pada kondisi ini maka makanan sudah
kadaluarsa atau melewati masa simpan (shelf life).

1.Penyusutan kuantitatif mengakibatkan kehilangan jumlah


atau bobot hasil pertanian, dan ini disebabkan oleh
penanganan yang kurang baik atau karena gangguan biologi
(proses fisiologi,serangan serangga dan tikus).
Pengemasan dapat mempengaruhi mutu pangan antara lain
melalui:

1.Perubahan fisik dan kimia karena migrasi zat-zat kimia dari


bahan kemas (monomer plastik, timah putih, korosi).
2.Perubahan aroma (flavor), warna, tekstur yang
dipengaruhi oleh perpindahan uap air dan O2.

Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan


biokimia, kimia atau migrasi unsur-unsur ke dalam
bahan pangan.
1. Perubahan Biokimiawi
Perubahan Alami pada bahan pangan, spt Bahan-bahan
pangan segar yg mengandung air, perubahan aktivitas
enzim, warna, tekstur, aroma dan nilai gizi bahan.

2. Perubahan Kimiawi dan Unsur -Unsur Migrasi


Perubahan kimiawi yang terjadi pada bahan pangan
disebabkan oleh penggunaan fungisida, plastisizer,
bahan pewarna dan pestisida yang dapat bermigrasi ke
dalam bahan pangan.
Pengemasan dapat mencegah terjadinya migrasi bahan-bahan ini ke
dalam bahan pangan.

a. Keracunan Logam

Logam yg berbahaya : timah, besi, timbal dan alumunium dalam jumlah


yang besar akan bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan manusia.

Batas maksimum kandungan logam dalam bahan pangan menurut


FAO/WHO adalah 250 ppm untuk timah dan besi dan 1 ppm untuk
timbal.

Logam-logam lain yang mungkin mencemari bahan pangan adalah air


raksa (Hg), kadmiun (Cd), arsen (Ar), antimoni (At), tembaga (Cu) dan
seng (Zn) yang dapat berasal dari wadah dan mesin pengolahan atau
dari campuran bahan kemasan.

Wadah dan mesin pengolahan yan telah mengalami korosi dapat


menyebabkan pencemaran logam ke dalam bahan pangan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi korosif adalah :

asam organik, nitrat, oxidizing agent, atau bahan pereduksi,


penyimpanan, suhu, kelembaban dan ada tidaknya bahan
pelapis (enamel).

Keracunan yang diakibatkan logam-logam ini dapat berupa


keracunan ringan atau berat seperti mual-mual, muntah,
pusing dan keluarnya keringat dingin yang berlebihan.
b. Migrasi Plastik Ke Dalam Bahan Pangan

Plastik dan bahan-bahan tambahan dalam pembuatan plastik plastisizer,


stabilizer dan antioksidan dapat bermigrasi ke dalam bahan pangan yang
dikemas dengan kemasan plastik dan mengakibatkan keracunan.

Monomer plastik yang dicurigai berbahaya bagi kesehatan manusia


adalah vinil klorida, akrilonitril, metacrylonitril, vinilidenklorida dan
styrene. Monomer vinil klorida dan akrilonitril berpotensi untuk
menyebabkan kanker pada manusia, karena dapat bereaksi dengan
komponen DNA yaitu guanin dan sitosin (pada vinil klorida) sedangkana
denin dapat bereaksi dengan akrilonitril (vinil sianida).
• Monomer akrilat, stirena dan metakrilat serta senyawa turunannya
seperti vinil asetat, PVC, kaprolaktan, formaldehida, kresol,
isosianat oragnik, heksa-metilendiamin, melamin, epidiklorohidrin,
bispenol dan akrilonitril dapat menyebabkan iritasi pada saluran
pencernaan terutama mulut, tenggorokan dan lambung

• Selain monomer plastik, timah putih (Sn) juga dapat bermigrasi


pada makanan kaleng dengan batas maksimum 250 mg/kg. Sn
merupakan mineral yang secara alami terdapat pada bahan pangan
yaitu sebesar 1 mg/kg dan dibutuhkan oleh manusia dalam jumlah
kecil.

• Plastisizer seperti ester posporik, ester ptalik, glikolik, chlorinated


aromatik dan ester asam adipatik dapat menyebabkan iritasi, Yang
aman heptil ptalat, dioktil adipat, dimetil heptil adipat, di-N-desil
adipat, benzil aktil adipat, ester dari asam sitrat, oleat dan sitrat.
Batas ambang maksimum dari monomer yang ditoleransi keberadaannya di
dalam bahan pangan ditentukan oleh hasil tes toksisitas (LD 50) serta
jumlah makanan yang dikonsumsi/hari.

Di Belanda toleransi maksimum yang diizinkan adalah 60 ppm migran


dalam makanan atau 0.12 mg/cm2 permukaan plastik. Di Jerman toleransi
maksimum yang diizinkan adalah 0.06 mg/cm2 lembaran plastik. Batas
toleransi untuk monomer vinil klorida £ 0.05 ppm (di Swedia 0.01 ppm).

Metode dan alat untuk mendeteksi dan menganalisa migrasi komponen


plastik dalam bahan pangan adalah pelabelan radioaktif, termogravimetri,
spektrofotometer, Gas Chromatography (GC), High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) dan Gas Chromatography-Mass Spectrometer
(GC-MS), yang dapat mendeteksi migran dengan kadar 10-20 gram – 10-6
gram.
Kemasan harus impermiabel terhadap aroma yang diinginkan dari bahan
pangan, misalnya kopi dan makanan ringan juga untuk mencegah
masuknya bau seperti pada tepung atau makanan berlemak.

Kemasan juga harus dapat mencegah masuknya warna dari plastisizer,


tinta pencetak kemasan, perekat atau pelarut yang digunakan dalam
pembuatan kemasan. Kemasan gelas dan logam kedap terhadap gas dan
uap, sedangkan film plastik mempunyai kisaran permeabilitas yang luas
tergantung pada ketebalan, komposisi kimia serta struktur dan orientasi
molekul di dalam film
plastik.

Bau yang berasal dari kemasan plastik dapat timbul dari :


1. Pembentukan gugus karbonil apabila plastik polietilen dipanaskan
pada suhu tinggi.
2. Zat antioksidan yang dapat mengadakan interaksi dan membentuk
produk yang berbau.
3. Pecahan-pecahan molekul pada kemasan.
Pengaruh Kemasan Pada Kontaminasi dan
Kerusakan Pangan
a. Mikroorganisme

Penyebab kontaminasi mikroorganisme pada bahan pangan


adalah :
- kontaminasi dari udara atau air melalui lubang pada kemasan
yang ditutup secara hermetis.
- Penutupan (proses sealer) yang tidak sempurna
- Panas yang digunakan dalam proses sealer pada film plastik
tidak cukup karena sealer yang terkontaminasi oleh produk
atau pengaturan suhu yang tidak baik.
- Kerusakan seperti sobek atau terlipat pada bahan kemasan.
b. Mekanis

Faktor-faktor mekanis yang dapat merusak bahan-bahan


hasil pertanian segar dan bahan pangan olahan adalah :

a.Stress atau tekanan fisik, yaitu kerusakan yang diakibatkan


karena jatuh atau oleh adanya gesekan.

b. Vibrasi (getaran), yang dapat mengakibatkan kerusakan


pada bahan atau kemasan selama dalam perjalanan atau
distribusi. Untuk menanggulanginya dapat digunakan bahan
anti getaran.
c. Oksidasi

Oksigen dapat menyebabkan terjadinya proses oksidasi yang tidak diinginkan bagi
produkproduk yang peka terhadap oksigen seperti vitamin A dan C.

Pencegahan reaksi oksidasi dapat dilakukan dengan cara :


- Pengaturan kadar oksigen
Konsentrasi oksigen pada ruang penyimpanan atau di dalam kemasan untuk
produk-produk yang peka terhadap oksigen adalah 3-5%. Konsentrasi oksigen di
bawah 2% menyebabkan terjadinya respirasi anaerob yang dapat mengakibatkan
kebusukan pada bahan.

- Pengaturan kadar CO2


Konsentrasi CO2 untuk penyimpanan komoditi pertanian adalah 5-10% (kecuali
untuk penyimpanan apel, tomat dan jeruk).

- Pengemasan dalam kemasan kedap udara


Kemasan kedap udara (vakum) digunakan untuk mengemas keju dan makanan
bayi.
d. Konduktivitas Panas dan Reflektivitas

Pengaruh insulasi dari kemasan ditentukan oleh konduktivitas panas dan


reflektivitas dari kemasan.

Bahan kemasan dengan konduktivitas panas yang rendah misalnya kotak


karton, polystirene atau poliuretan akan mengurangi pindah panas
konduksi, dan bahan kemasan yang reflektif seperti alumunium foil akan
merefleksikan panas.

Pengendalian suhu penyimpanan merupakan hal penting untuk dapat


menjaga bahan pangan dari perubahan suhu. Jika kemasan dipanaskan
misalnya sterilisasi dalam kemasan atau makanan siap saji yang
dipanaskan di dalam
microwave, maka kemasan yang digunakan harus tahan terhadap suhu
tinggi.
e. Cahaya

Transmisi cahaya ke dalam kemasan dibutuhkan agar kita dapat melihat isi dari
kemasan tersebut, tetapi produk yang sensistif terhadap cahaya, misalnya lemak yang
akan mengalami oksidasi dengan adanya cahaya atau kerusakan riboflavin dan
pigmen alami, maka harus digunakan kemasan yang opaq (berwarna gelap) sehingga
tidak dapat dilalui oleh cahaya.

Jumlah cahaya yang dapat diserap atau ditransmisikan tergantung pada bahan
kemasan, panjang gelombang dan lamanya terpapar oleh cahaya. Beberapa bahan
kemasan seperti polietilen densitas rendah (LDPE) mentransmisikan cahaya tampak
(visible) dan ultraviolet, sedangkan kemasan polivinil klorida (PVC)
mentransmisikan cahaya tampak tapi cahaya ultraviolet akan diabsorbsi.

Perubahan yang terjadi akibat cahaya antara lain adalah :


1. Pemudaran warna, seperti pada daging dan saus tomat.
2. Ketengikan pada mentega (terutama jika terdapat katalis Cu).
3. Pencoklatan pada anggur dan jus buah-buahan
4. Perubahan bau dan menurunnya kandungan vitamin A,D,E,K dan C, serta
penyimpangan aroma bir.
Thank You...

Anda mungkin juga menyukai