REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.04.1.23.09.10.9269 TAHUN 2010
TENTANG
PEDOMAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN PENERAPAN
CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK DI INDUSTRI FARMASI
-2-
-3-
M E M U T U S K A N:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG
PEDOMAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN
PENERAPAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK DI
INDUSTRI FARMASI.
-4-
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 27 September 2010
ttd.
I. PENDAHULUAN
V. KETENTUAN PELANGGARAN
Kategori Pelanggaran
Kategori pelanggaran dalam Penerapan CPOB di industri farmasi
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Contoh:
• Sistem Manajemen Mutu
- Prosedur “Recall“ tidak lengkap.
• Bangunan dan Fasilitas
- Pintu langsung ke lingkungan luar dari daerah
pengemasan sekunder.
-5-
• Bangunan
- Terdapat perubahan fungsi ruangan produksi dari RIP
tanpa dilaporkan ke Badan POM.
- Jumlah dan titik pengambilan sampel untuk menentukan
kualifikasi ruangan tidak representatif dan metode
sampling tidak memadai.
- Bangunan dan peralatan tidak dirancang atau dipelihara
untuk mengurangi kontaminasi atau timbulnya debu.
- Area produksi tidak memungkinkan pembersihan yang
efektif.
- Luas ruang produksi tidak cukup dan/atau alur proses
tidak sesuai dengan tahapan proses produksi sehingga
memungkinkan terjadi campur-baur (mix-up).
- Kondisi ruang pengambilan sampel bahan baku tidak sama
dengan kondisi ruang produksi dan/atau tidak ada
tindakan yang dapat mencegah kontaminasi silang selama
proses sampling bahan baku.
- Pencahayaan/penerangan di area produksi dan inspeksi
visual dalam rangka pengawasan selama proses tidak
sesuai persyaratan.
- Suhu dan kelembaban tidak dikendalikan dan dipantau di
ruangan dimana diperlukan dan/atau tidak mempunyai
sistem alarm.
- Permukaan dinding atau atap atau lantai di area produksi
retak, berpori dan tidak dilapis dan/atau cat mengelupas,
ditemukan kontaminasi seperti lumut, jamur dan serbuk
sisa dari produksi sebelumnya.
- Permukaan pipa, peralatan atau ducting yang
berhubungan langsung dengan produk atau peralatan
produksi tidak dapat dibersihkan.
• Peralatan
- Peralatan yang digunakan untuk proses produksi belum
dikualifikasi.
- Peralatan beroperasi tidak sesuai dengan spesifikasi dan
tidak ada penanganan penyimpangan.
- Pipa yang digunakan untuk mengalirkan air setelah
pengolahan bukan pipa stainless steel 316L.
-9-
VIII.PENUTUP
Dengan ditetapkannya Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor
HK.04.1.23.09.10.9269 Tahun 2010 tentang Pedoman Tindak Lanjut
Hasil Pengawasan Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik di
Industri Farmasi maka semua tindak lanjut hasil pengawasan
penerapan CPOB di industri farmasi yang dilaksanakan oleh Badan
POM dan/atau Balai Besar/Balai POM sebagai unit pelaksana teknis
di lingkungan Badan POM harus sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pedoman ini.
Pedoman ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
untuk mempermudah pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan
penerapan CPOB bagi para inspektur CPOB.
Pedoman ini bersifat dinamis dan apabila di kemudian hari Pedoman
Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Penerapan CPOB di Industri
Farmasi ini perlu disempurnakan, maka akan dilakukan
penyempurnaan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan.
ttd.