Anda di halaman 1dari 21

Kuliah pakar

tutorial 2
skenario 2

Kelompok 8
Anggota kelompok

Mira hadistina 1811111220014


Rizki amalia 181111120003
Siti aisyah minuthfatin 1811111220003
Helsa nadia 1811111120007
Tiara intan permata sari 1811111320016
Melati ainun nisa 1811111120015
Sherly nuralisa sinay 1811111220020
Rafi ahmad wahyudin 1811111310012
Nurul fathanah putri 1811111220017
Gita puspa ningrum 1811111220046
Erny fatimah azhari 1811111220030
Siti rayyan azizah 1811111320013
skenario

– Joko sakit gigi dan pergi ke praktek dokter gigi. Saat


ditanya gigi mana yang sakit, joko kesulitan menunjukan
lokasi yang pasti dari rasa sakitnya. Dia menujuk gigi
geraham bawah kanan yang sakit,ternyata yang mengalami
gangguan adalah gigi geraham atas. Kata dokternya kalau
sakit gigi memang bisa terjadi lokasi yang terasa sakit tidak
sesuai dengan sumber sakitnya.
TOPIC TREE

NYERI
DEVINIS FISIOLO
I GI

PERSYARAFAN RONGGA
MULUT

EMBRIOLOGI ANATO HISTOLOGI


SYARAF MI
Analisis masalah

– Mengapa rasa sakit tidaks sesuai dengan lokasinya?


– Apa hubungannn gigi geraham atas dan bawah?
– Apa penyebab jaka sakit gigi?
– Bagaimana mekanisme rasa nyeri pada gigi?
– Apakah sistem saraf berperan terhadap rasa nyeri itu?
– Saraf apa saja kah yang terlibat?
Sasaran belajar

– Definisi nyeri
– Anatomi saraf
– Histologi saraf
– Fisiologi nyeri
– Embriologi gigi
– Nyeri gigi
– Neurotransmitter
Definisi nyeri

– Mekanisme pertahanan tubuh dan timbul apabila ada


jaringan yang rusak.
Definisi nyeri gigi

– Nyeri yang merujuk kepada rasa sakit di sekitar gigi atau


rahang terutama sebagai akibat dari kondisi gigi.
Anatomi saraf pada gigi

– Saraf fasialis

1. kranial ke 7
2. Campuran motoris dan sensoris.
3. Sensoris: sensasi ke bagian tengah lidah dari kelenjar parotis
4. Motoris: saraf pada otot oto wajah platysma, stopedius, kulit kepala.
– Saraf aksesoris
1. Kranial ke 11
2. Tengah foramen jugularis sebelah lateral saraf vagus.
3. Mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan otot trapezius.\
– Saraf hipoglossus
1. Kranial ke 12
2. Mempersarafi otot lidah
Anatomi saraf pada gigi

– Saraf trigeminus

1. Saraf terbesar nervi craniale


2. Cabang utama sensorik wajah dan kulit kepala

3. Bercabang menjadi 3, mandibularis, opthalmicus, dan maxillaris.


– Saraf maxillaris
1. Hanya ada aferen/sensoris
2. Memperlengkapi dengan sensasi umum ke kulit dan sepertiga wajah dan palatum
serta pulpa gigi
3. Keluar dari otak melalui forame rotundum
– Saraf mandibullaris
1. Saraf campuran sensoris dan motoris
2. Menyuplai otot pengunyahan dan retraksi mandibula.
3. Cabang lainnya masuk ke semua gigi bawah
Histologi saraf pada gigi

– Saraf trigeminus bagian dari saraf kranial di SST.


– SST terdiri atas neuron, neuroglia, saraf, dan akson.
– SST terdiri dari banyak akson dalam berbagai ukuran
dikelilingi beberapa lapisan jaringan ikat yang memisahkan
berkas berkas saraf ( fascikulus).
– Jaringan ikat terluar: epineurium
– Jaringan ikat yang mengikat beberapa fascikulus:
perineurium
– Jaringan ikat yang mengikat tiap akson: endoneurium.
Histologi saraf pada gigi

– Persarafan sensorik bagi membran mukosa cavum oris


berasal dari cabang cabang saraf mandibularis dan
maxillaris yang merupakan cabang cabang saraf trigeminus.
– Perdarahannya dari cabang arteri fasialis, linguidis, dan
maxillaris.
Fisiologi saraf pada gigi

– Fisiologi nyeri termasuk rangkaian proses neurofisiologis


kompleks/ nosiseptif yang merefleksikan 4 proses
komponen: transduksi, transmisi, modulasi, persepsi dari
susunan sistem saraf pusat memberi stimuli yg kuat.
– Transduksi: proses akhiran saraf aferen menerjemahkan
stimulus ke dalam impuls nosiseptif.
– Transmisi: impuls disalurkan menuju kornu dorsalis media
spinalis, kemudian sepanjang traktus sensoris menuju otak.
Fisiologi saraf pada gigi

– Modulasi: proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri. Terutama terjadi di kornu
dorsalis medula spinalis.
– Persepsi: kesadaran akan pengalaman nyeri. Hasil interaksi proses transduksi,
transmisi, modulaso, aspek fisiologis.
– Nyeri juga bisa karna rangsangan termis maupun spontan. Seperti nyeri alih. Nyeri
alih terdiri atas masukan suatu lokasi kerusakan jaringan digabungkan dengan
masukan lokasi lain yang tidak memiliki jaringan rusak sehingga nyeri beralih dan
dirasakan seakan berasal dari lokasi yang tidak ada jaringan rusaknya.
– Mekanisme: sistem transmisi diaktifkan dari impuls saraf lewat
sepanjang alur diskriminatif sensoris, pusat-pusat yang lebih tinggi di otak tidak
mampu membedakan sumber stimulus noksius itu. Oleh karena itu, otak bisa
keliru menginterpretasikan sumbernya.
Embriologi saraf gigi

– Sistem saraf pusat terbentuk pada awal minggu ketiga sebagai lempeng
neuralis pada daerah middorsal di depan nodus primitif. Tepi lateralnya
bergerak naik membentuk lipatan neuralis.
– Fusi dimulai di daerah servikal, ujung ujung tuba neuralis terbuka
membentuk neurporus kranialis dan kaudalis yang berhubungan dengan
rongga amniotik. Penutupan akhir neuroporus kranialis terjadi pada tahap
18-20 somit ( hari ke 25), sedang penutupan akhir neuroporus kaudal
terjadi 2 hari kemudian.
– Ujung sefalik tuba neuralis menunjukan 3 pelebarann, pronsefalon,
mesennfalon, rhombensefalon.
– Terbentuk 2 fleksura, fleksura servikalis, fleksura sefalik.
Embriologi saraf gigi

– Ketika embrio berusia lima minggu, pronsefalon terdiri dari 2 bagian, telensefalon
dan diensefalon.
– Rhombensefalon dipiisah dari mesenfalon oleh isthmus rhomboensefalikus.
– Rhombensefalon terdiri atas 2 bagian, metensefalon yang nanti jadi pons dan
serebelum, dan miensefalon.
– Rongga pada rhombensefalon merupakan ventrikel ke-4, rongga diensefalon
ventrikel ke-3, rongga pada hemisfer serebri merupakan ventrikel lateral.
– Sel sel neuroektoderm membatasi tuba neuralis berdiferensiasi jadi neuroblas dan
spongioblas. Neuroblas merupakan cikal bakal neuron. Spongioblas berdiferensiasi
jadi spongioblas yang sebagian menetap membentuk jaringan epitel dan
berkembang jadi berbagai bentk selglia seperti astrosit protoplasmatik, astrosit
fibrosa, dan oligodendrosit.
Embriologi gigi

– Stadium tunas
munculnya kuncup gigi memulai bud stage pada perkemban gan gigi. Berkembang menjadi 10 gigi
desidui pada masing-masing lekung maksila dan mandibula.
– Stadium sungkup
stadiums ungkup pada perkembangan gigi ditandai oleh organ email yang terdiri atas 3 lapisan. epitel email
luar,reticulum stelata,dan epitel email dalam
– Stadium genta
stedium genta ditandai oleh organ email yang terdiri atas 4 lapisan. epitel email luar, retikulum
stelata,stratum intermedium, dan epitel email dalam.
– Stadium aposisional
pembentukan prosesus tomes dan segmen batang terjadi secara siklik terus menerus sampai pembentukan
email berhenti.
– Pembentukan akar gigi
pembentukan akar gigi dimulai sesudah mehkota gigi terbentuk dan diatur oleh sarung epitelial akar gigi
dari hertwig.
Neurotransmitter

– Zat kimia yg disintesis dalam neuron dan disimpan dalam


gelembung sinaptik pada ujung akson.
– Zat kimia ini dilepas dari ujung akson terminal dan
direabsorbsi untuk di daur ulang.
– Setiap neuron melepas 1 transmitter
– Zat zat kimia menyebabkan perubahan permeabilitas sel
neuron menjadi dapat menyalurkan impuls.
neurotransmitter

– Substansi neurotransmitter yang terlibat dalam penghantar


nyeri di saraf pusat:
1. Proalgesik:
Glutamate, substansi P, serotonin, dan cholecystokinin.
2. Analgesik:
Peptide opioid, noradrenalin, serotoin,dopamin, dan gamma
amino butyric acid.
Interaksi neurotransmitter denga membran pasca sinaps
menyebabkan terjadi respon eksitasi atau inhibisi.
neurotransmitter

– Respon eksitasi: depolarisasi( masuknya ion Na


dan keluarnya ion K pada membran pasca sinaps).
– Respon inhibisi: hiperpolarisasi( masuknya ion Cl
dan keluarnya ion K lintas membran pasca
sinaps).
Daftar pustaka

1. Gartner LP, Hiatt JL. Buku Ajar Berwarna Histologi. Ed 3.


Philadelphia: Saunders; 2007.
2. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6.
Jakarta:EGC; 2012.
3. Bahrudin M. Patofisiologi Nyeri (Pain). Ejournal umm. 2017; 13(1).
4. Mahar, M. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Pustaka Dunia; 2006.
5. Koesmah HA, Dwiastuti. Histologi dan Anatomi Fisiologi Manusia.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2017.
6. Saddler TW. Embriologi Kedokteran Langman. Edisi 12. Jakarta:
EGC; 2010.

Anda mungkin juga menyukai