Anda di halaman 1dari 20

MRS.

RITA
HANDAYANI
POWER POINT
MAJAS
(Gaya Bahasa)
 Biasa digunakan pada karya fiksi, misalnya pada
puisi, cerpen, novel.
Personifikasi

 Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi


benda mati atau binatang yang dapat bersikap
layaknya manusia.
Contoh:
 Daun kelapa melambai kepadaku dan mengajakku
untuk segera bermain di pantai.
Metafora
 Yaitu ungkapan yang terdiri atas dua kata

 Contoh: Pegawai tersebut merupakan tangan


kanan dari komisaris perusahaan tersebut.
 (Tangan kanan merupakan ungkapan bagi orang
yang setia dan dipercaya.)
Hiperbola
 Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan
berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal.

 Contoh: Orang tuanya memeras keringat


membanting tulang agar anak tersebut dapat terus
bersekolah.
 (Memeras keringat membanting tulang artinya
bekerja dengan keras)
Eufemisme
 Gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang
dianggap kurang baik dengan padanan yang lebih
halus.
 Contoh: Tiap universitas dan perusahaan sekarang
diwajibkan menerima difabel.
 (Difabel menggantikan frasa “orang cacat”)
 Contoh lain: tuna wisma, tuna rungu
Metonimia
 Yaitumenyandingkan merk atau istilah sesuatu
untuk merujuk pada pada benda umum. Menyebut
merk

 Contoh: Supaya haus cepat hilang, lebih baik


minum Aqua.
 (Aqua di sini merujuk pada air mineral)
Simile / perumpamaan
 menggunakan kata hubungan bak, bagaikan,
seperti, laksana, ibarat
 Contoh: Kelakuannya bagaikan anak ayam
kehilangan induknya.
Alegori
 Yaitu menyandingkan suatu objek dengan kata-
kata kiasan.

 Contoh: Suami adalah nakhoda dalam mengarungi


kehidupan berumah tangga.

 (Nakhoda yang dimaksud berarti pemimpin


keluarga)
Sinekdok
 Gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian, yaitu
sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro parte.
 Sinekdok pars pro toto menyebut sebagian untuk
keseluruhan. Contoh: Hingga bel berbunyi, batang
hidung Reni belum juga kelihatan.
 Sinekdok totem pro parte adalah menyebut
keseluruhan untuk sebagian. Contoh: Indonesia
berhasil menjuarai All England hingga delapan kali
berturut-turut
Simbolik
 Gayabahasa yang membandingkan manusia
dengan sikap makhluk hidup lainnya dalam
ungkapan.

 Contoh: Perempuan itu memang jinak-jinak


merpati.
litotes
 Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih ke arah
perbandingan, litotes merupakan ungkapan untuk
merendahkan diri, meskipun kenyataan yang
sebenarnya adalah yang sebaliknya.
 Contoh: Selamat datang ke gubuk kami ini.
 (Gubuk memiliki artian sebagai rumah)
Paradoks
 Yaitu kebalikan tidak langsung. Membandingkan
situasi asli atau fakta dengan situasi yang
berkebalikannya.

 Contoh: Di tengah ramainya pesta tahun baru, aku


merasa kesepian.
Antitesis
 Yaitu Perlawanan langsung

 Contoh: Film tersebut disukai oleh tua-muda.


Ironi
 Sindiranhalus
 Contoh; Bagus benar tulisanmu, sampai sakit
mataku membacanya
Pleonasme
 Yaitumenggunakan kata-kata yang bermakna
sama sehingga terkesan tidak efektif, namun
memang sengaja untuk menegaskan suatu hal.

 Contoh:Ia masuk ke dalam ruangan tersebut


dengan wajah semringah.
Repetisi
 Gaya bahasa ini mengulang kata-kata

 Contoh:
Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang
mengambil kalungku.
klimaks
 Yaitu mengurutkan sesuatu dari tingkatan rendah
ke tinggi.

 Contoh: Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa,


hingga orang tua seharusnya memiliki asuransi
kesehatan.
Antiklimaks
 Mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke
rendah.

 Contoh: Masyarakat perkotaan, perdesaan, hingga


yang tinggal di dusun seharusnya sadar akan
kearifan lokalnya masing-masing.
Tautologi
 Yaitu
menggunakan kata-kata bersinonim untuk
menegaskan sebuah kondisi atau ujaran.

 Contoh: Hidup akan terasa tenteram, damai, dan


bahagia jika semua anggota keluarga saling
menyayangi.

Anda mungkin juga menyukai