Anda di halaman 1dari 164

Adinda Raisa Az-Zahra 221511035 KELOMPOK

Ahmad Fauzy 221511040 3


Danendra Gafrila 221511046
Matematika Diskrit
Mahesya Setia Nugraha 221511054
Mahira Nurhaliza 221511055
Muhammad Ikhsan M. T 221511058
Rizki Gunawan 221511063
01
Matriks
Matriks adalah susunan berbentuk persegi atau persegi panjang dari bilangan-bilangan yang
diatur pada baris dan kolom, dan dibatasi oleh sepasang tanda kurung.

adalah elemen matriks A pada baris ke-i dan kolom ke-j.


Matriks A dengan m baris dan n kolom dinyatakan dengan dan disebut matriks A
berordo m kali n.
Jika m = n, maka matriks tersebut disebut matriks persegi berordo n.

Bentuk Umum
A = () =
Macam-macam Matriks
1. Matriks Persegi 2. Matriks Simetri 3. Matriks zero-one (0/1)

Matriks yang memiliki Matriks yang = untuk Matriks yang setiap


jumlah baris sama dengan setiap i dan j. elemennya hanya bernilai 0
jumlah kolom, sehingga atau 1.
memiliki bentuk persegi. C=
D=
A=

B=
Macam-macam Matriks
4. Matriks Baris 5. Matriks Kolom

Matriks yang hanya memiliki satu baris Matriks yang hanya memiliki satu kolom
namun memiliki beberapa kolom. namun memiliki beberapa baris.

E= G= H=

F=
Macam-macam Matriks
6. Matriks Nol 7. Matriks Diagonal 8. Matriks Satuan\Matriks
Identitas
Matriks yang di mana setiap Matriks persegi di mana
elemennya bernilai nol. semua elemen di luar Matriks persegi yang memiliki
diagonal utama (yaitu semua elemen di diagonal utama
I= diagonal dari kiri atas ke bernilai satu dan semua elemen di
kanan bawah) bernilai nol. luar diagonal utama bernilai nol.
J=
L= N=
K=
M= O=
Matriks yang Sama
Dua matriks A dan B disebut sama (A = B) jika dan hanya jika ordonya sama dan elemen-
elemen yang seletak sama.

(i = 1, 2, 3, … m ; j = 1, 2, 3, … n)

A= B=
Operasi-operasi Matriks
1. Matriks Transpos

Jika baris 1, 2, 3, ... m dari matriks A, dijadikan kolom 1, 2, 3, ... m, dan sebaliknya , maka
terbentuk matriks baru yang dinyatakan dengan A’ dan disebut transpos dari matriks A.
Jika A = , maka A’ =

Jika B = , maka B’ =
Operasi-operasi Matriks
2. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks

Jika A dan B dua matriks yang ordonya sama, maka jumlah matriks A dan B adalah matriks
yang diperoleh dengan penjumlahan setiap elemen A dengan elemen yang seletak dari B.

A = (), B = () A B = ( ).

Jika A = , B =

maka, A + B = = ,

dan A - B = =
Operasi-operasi Matriks
2. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks

Sifat-sifat operasi penjumlahan dan pengurangan pada matriks:

1)Tertutup, artinya adalah hasil penjumlahan atau pengurangan dua matriks selalu
menghasilkan sebuah matriks baru yang ukurannya sama dengan matriks asal. Dalam kata
lain, penjumlahan dan pengurangan matriks merupakan operasi yang hanya dapat
dilakukan pada matriks-matriks dengan orde yang sama.
Operasi-operasi Matriks
2. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks

Sifat-sifat operasi penjumlahan dan pengurangan pada matriks:

2)Asosiatif, artinya bahwa urutan dalam melakukan penjumlahan atau pengurangan tiga
atau lebih matriks tidak akan mempengaruhi hasil akhirnya.

(A + B) + C = A + (B + C)

(A - B) - C = A - (B + C)
Operasi-operasi Matriks
2. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks

Sifat-sifat operasi penjumlahan dan pengurangan pada matriks:

3)Mempunyai elemen identitas yaitu matriks nol, artinya jika ada dua buah matriks berordo
m x n ditambahkan atau dikurangkan dengan matriks nol yang berordo m x n, maka kedua
matriks tersebut saat ditambahkan atau dikurangkan hasilnya tidak akan berubah.

4)Setiap matriks mempunyai invers (invers A adalah ), artinya bahwa setiap matriks
memiliki invers, tetapi hanya berlaku untuk matriks persegi yang non-singular
(determinannya tidak sama dengan nol). Matriks non-singular memiliki invers, yang jika
dikalikan dengan matriks awal akan menghasilkan matriks identitas.
Operasi-operasi Matriks
2. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks

Sifat-sifat operasi penjumlahan dan pengurangan pada matriks:

5)Komutatif, artinya ketika kita melakukan penjumlahan atau pengurangan dua matriks, kita
bisa menukar kedua matriks tersebut tanpa harus khawatir akan mengubah hasil akhirnya.
Namun, perlu diperhatikan bahwa sifat komutatif hanya berlaku pada penjumlahan matriks,
sedangkan pada pengurangan matriks tidak berlaku.

A+B =B +A

A-B ≠B-A
Operasi-operasi Matriks
2. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks

Sifat-sifat operasi penjumlahan dan pengurangan pada matriks:

6)Distributif terhadap perkalian dengan skalar, artinya sifat ini memungkinkan kita untuk
memfaktorkan skalar keluar dari perkalian matriks dan kemudian mengalikan dengan
matriks yang tersisa, atau sebaliknya, memfaktorkan matriks keluar dari perkalian skalar dan
kemudian mengalikan dengan skalar yang tersisa. Sifat ini sering digunakan dalam operasi
matriks, khususnya dalam perhitungan matriks dengan skalar atau dalam mengalikan
matriks dengan matriks.
k(lA) = (kl)A
Jika A, B adalah matriks, dan k, l adalah skalar, maka:
• k(A + B) = kA + kB
• (k + l)A = kA + lA
Contoh Soal
a. Jika A = dan B = , maka tentukan D =

sehingga A + B – D = 0

b. Jika A = , B = dan A = B, maka tentukan x dan y!


Operasi-operasi Matriks
3. Perkalian Dua Buah Matriks

Perkalian AB dapat dilakukan bila banyaknya kolom matriks A = banyaknya baris matriks B.

Jika A = , B = , maka AB = = =

Jika A = , B = , maka AB =

=
=
Operasi-operasi Matriks
3. Perkalian Dua Buah Matriks

Sifat-sifat operasi perkalian pada matriks:

1)Tertutup, artinya bahwa hasil perkalian dua matriks selalu merupakan matriks dengan ordo
yang sesuai. Jika A dan B adalah dua matriks dengan ordo m x n dan n x p, maka hasil
perkalian AB adalah matriks dengan ordo m x p. Dengan kata lain, jika kita
mempertimbangkan operasi perkalian matriks A dan B, maka sifat tertutup berarti bahwa
hasil perkalian AB selalu merupakan matriks, dan ordo matriks tersebut adalah jumlah baris
matriks A dan jumlah kolom matriks B.
Operasi-operasi Matriks
3. Perkalian Dua Buah Matriks

Sifat-sifat operasi perkalian pada matriks:

2)Asosiatif, artinya bahwa urutan pengelompokan dalam perkalian matriks tidak


mempengaruhi hasil akhirnya. Jika terdapat tiga matriks A, B, dan C yang ordo-nya
memungkinkan untuk dikalikan, maka:

(A B) C = A (B C)

Sifat tersebut juga hanya berlaku untuk perkalian tiga atau lebih matriks yang ordo-ordonya
sesuai untuk dikalikan, yaitu jika misalnya , , dan , maka berlaku (A B) C = A (B C).
Operasi-operasi Matriks
3. Perkalian Dua Buah Matriks

Sifat-sifat operasi perkalian pada matriks:

3)Ada elemen identitas (untuk matriks persegi), artinya matriks yang dikalikan akan
memiliki matriks identitas, tetapi hal tersebut hanya berlaku untuk matriks yang memiliki
baris dan kolom yang sama (matriks persegi).

4)Tidak setiap matriks mempunyai invers, artinya bahwa matriks memiliki invers hanya
berlaku untuk matriks persegi yang non-singular (determinannya tidak sama dengan nol).
Matriks non-singular memiliki invers, yang jika dikalikan dengan matriks awal akan
menghasilkan matriks identitas.
Operasi-operasi Matriks
3. Perkalian Dua Buah Matriks

Sifat-sifat operasi perkalian pada matriks:

5) Pada umumnya tidak komutatif, artinya ketika kita melakukan perkalian dua matriks,
kita bisa menukar kedua matriks tersebut jika kedua matriks yang dikali memiliki ordo
yang sama dan elemen pada setiap posisinya sama.

Jika A B, maka: Jika A B, maka:

A B=B A A B B A

6) Distributif.
Contoh Soal
Jika A = dan B =

a. Tentukan ordo A!

b. Tentukan ordo B!

c. Berapakah AB?

d. Berapakah BA?
Operasi-operasi Matriks
4. Invers Matriks Persegi Ordo-2

Jika I = dan , maka disebut invers dari A, atau A dan saling invers.

Jika A = maka =

ad – bc disebut determinan dari matriks A.

Jika ad – bc = 0, maka A tidak mempunyai invers dan A disebut matriks singular.


Operasi-operasi Matriks
4. Invers Matriks Persegi Ordo-2

Contoh penyelesaian invers matriks ordo-2:

Jika A = maka

maka =
Jika B =
maka
Jika C =
Operasi-operasi Matriks
5. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear dengan Matriks

dapat ditulis =

Jika kedua ruas dikalikan dengan maka akan terdapat:

Setelah ruas kanan dihitung, maka x dan y dapat dicari.


Contoh Soal
Tentukan x dan y dari ditulis =

Jadi, x = 6 dan y = -1
02
Relasi

Relasi adalah hubungan antara elemen pada suatu himpunan dengan elemen pada
himpunan lain

Contoh 1: Misalkan
A= {Adinda, Danendra, Fauzy, Ikhsan, Mahira} adalah himpunan mahasiswa
B = {Toyota, Daihatsu, Mercedes, VW} adalah himpunan kendaraan

Misalnya R adalah relasi yang menyatakan mahasiswa dan mobil yang dikendarainya.
R = {(Adinda, Daihatsu), (Danendra, Toyota), (Fauzy, Mercedes),
(Mahira, Toyota)}
Pasangan Berurutan
• Pasangan berurutan adalah urutan atau susunan elemen yang terdiri dari dua unsur atau
lebih yang diatur berdasarkan posisinya.
• Dalam matematika, pasangan berurutan yang terdiri dari dua unsur disebut dengan
pasangan terurut atau ordered pair.
• Pasangan berurutan (a, b) terdiri dari unsur pertama a dan unsur kedua b, di mana
unsur pertama dan unsur kedua ditempatkan secara spesifik dalam urutan tertentu.
• Pasangan berurutan sering digunakan dalam berbagai konsep matematika seperti relasi,
fungsi, koordinat, dan banyak lagi.
Pasangan Berurutan

Definisi 1 :
• (a, b) = (c, d) jika dan hanya jika a = c dan b = d
• Pada koordinat kartesius (2, 3) ≠ (3, 2).
Dalam hal ini unsur pertama sebagai absis (sumbu x) dan unsur kedua sebagai ordinat
(sumbu y).
• Produk Kartesius dari himpunan A ke himpunan B didefinisikan sebagai berikut:
A × B = {(x, y) | x ϵ A dan y ϵ B}
A × B dibaca "A cross B"
Jadi, A × B adalah himpunan pasangan berurutan yang dibentuk dengan anggota A sebagai
unsur pertama dan anggota B sebagai unsur kedua.
Definisi Relasi
• Relasi biner R antara himpunan A dan B adalah himpunan bagian dari A x B.
• Notasi: R ⊆ (A x B).
• a R b adalah notasi untuk (a, b) ϵ R, yang artinya a dihubungankan dengan b oleh R
• a R b adalah notasi untuk (a, b) ∉ R, yang artinya a tidakdihubungkan oleh b oleh relasi R.
• Himpunan A disebut daerah asal (domain) dari R, dan himpunan B disebut daerah hasil
(range) dari R.
Contoh 2: Misalkan A = {Ikhsan, Mahira, Mahesya} dan B = {21IF1001, 21IF1002, 21IF1003,
21IF1004} 
Maka,
A x B = {(Ikhsan, 21IF1001), (Ikhsan, 21IF1002), (Ikhsan, 21IF1003), (Ikhsan, 21IF1004),
(Mahira, 21IF1001), (Mahira, 21IF1002), (Mahira, 21IF1003), (Mahira, 21IF1004), (Mahesya,
21IF1001), (Mahesya, 21IF1002), (Mahesya, 21IF1003), (Mahesya, 21IF1004) }
Misalkan R adalah relasi yang menyatakan mata kuliah yang diambil oleh mahasiswa pada 
Semester Ganjil, yaitu

R = {(Ikhsan, 21IF1002), (Ikhsan, 21IF1004), (Mahira, 21IF1001), (Mahira, 21IF1002),


(Mahesya, 21IF1004) }

Dapat dilihat bahwa R ⊆ (A x B), 


- A adalah daerah asal R, dan B adalah daerah hasil R. 
- (Ikhsan, 21IF1002) ϵ R atau Ikhsan R 21IF1002
- (Ikhsan, 21IF1003) ∉ R atau Ikhsan R 21IF1003
Contoh 3:
Jika A = {a, b, c} dan B = {1, 2} maka A x B = {(a, 1), (a, 2), (b, 1), (b, 2), (c, 1), (c, 2)}
Samakah A × B dengan B × A ?

• Tidak, A × B dan B × A berbeda.


• A x B = {(a, 1), (a, 2), (b, 1), (b, 2), (c, 1), (c, 2)}
• B x A = {(1, a), (1, b), (1, c), (2, a), (2, b), (2, c)}
Relasi Pada Sebuah Himpunan

• Relasi pada sebuah himpunan adalah relasi yang khusus


• Relasi pada himpunan A adalah relasi dari A x A
• Relasi pada himpunan A adalah himpunan bagian dari A x A.
• Notasi: R ⊆ A x A

Contoh 4.
Misalkan R adalah relasi pada A = {2, 3, 4, 8, 9} yang didefinisikan oleh (x, y) R jika x
adalah faktor prima dari y. Maka R = {(2, 2), (2, 4), (2, 8), (3, 3), (3, 9)}
Representasi Relasi
1. Representasi Relasi dengan Diagram Panah
Representasi contoh 4
Representasi contoh 2

2 ⚫ ⚫ 2
⚫ 21IF1001
Ikhsan ⚫ 3 ⚫ ⚫ 3
⚫ 21IF1002
Mahira ⚫ 4 ⚫ ⚫ 4
⚫ 21IF1003
Mahesya ⚫ ⚫ 21IF1004
8 ⚫ ⚫ 8
9 ⚫ ⚫ 9

A B A A
Representasi Relasi
2. Representasi Relasi dengan Tabel

Kolom Pertama tabel menyatakan daerah asal, sedangkan kolom kedua menyatakan hasil

Tabel 1 Tabel 2

A B A A

Ikhsan 21IF1002 2 2
Ikhsan 21IF1004 2 4
2 8
Mahira 21IF1001
3 3
Mahira 21IF1002 3 9
Mahesya 21IF1004

Representasi contoh 2 Representasi contoh 4


Representasi Relasi
3. Representasi Relasi dengan Matriks

Misalkan R adalah relasi dari A = {a1, a2, …, am} dan B = {b1, b2, …, bn}
Relasi R dapat disajikan dengan matriks M = [m j],

b1 b2 … bn Yang dalam hal ini

[ ]
a 1 m 11 m 1 2 … m1 𝑛 Mij =
a 2 m 21 m 22 … m2 𝑛
M= ⋮
⋮ ⋮ ⋮ ⋮
a m m 𝑚 1 m 𝑚 2 … m𝑚𝑛
Representasi Relasi
Representasi Contoh 2 Relasi R dapat dinyatakan dengan matriks

[ ]
0 1 0 1
1 1 0 0
0 0 0 1
Dalam hal ini, a1 = Ikhsan, a2 = Mahira, a3 = Mahesya, dan b1 = 21IF1001, b2 = 21IF1002,
b3 = 21IF1003, dan b4 = 21IF1004.
Representasi Relasi
4. Representasi Relasi dengan Graf Berarah
• Relasi pada sebuah himpunan dapat direpresentasikan secara grafis dengan graf berarah
(directed graph atau digraph)
• Graf berarah tidak didefinisikan untuk merepresentasikan relasi dari suatu himpunan ke
himpunan lain.
• Tiap elemen himpunan dinyatakan dengan sebuah titik (disebut juga simpul atau vertex),
dan tiap pasangan terurut dinyatakan dengan busur (arc)
• Jika (a, b) R, maka sebuah busur dibuat dari simpul a ke simpul b. Simpul a disebut
simpul asal (initial vertex) dan simpul b disebut simpul tujuan (terminal vertex).
• Pasangan terurut (a, a) dinyatakan dengan busur dari simpul a ke simpul a sendiri. Busur
semacam itu disebut gelang atau kalang (loop)
Representasi Relasi
Contoh 5, Misalkan R = {(a, a), (a, b), (b, a), (b, c), (b, d), (c, a), (c, d), (d, b)} adalah relasi
pada himpunan {a, b, c, d}.

R di representaskan dengan graf berarah sebagai berikut:

b
a

c d
Sifat – Sifat Relasi
1. Reflexive (Refleksif)
• Relasi R pada himpunan A disebut refleksif jika
(a, a) R untuk setiap a A.

[ ]
• Relasi R pada himpunan A tidak refleksif jika ada
a ∈ A sedemikian sehingga (a, a) R.
1 ¿¿
¿¿1 ¿¿1¿
• Relasi yang bersifat refleksif mempunyai matriks
yang elemen diagonal utamanya semua bernilai 1,
atau mii = 1, untuk i = 1, 2, …, n,
• Graf berarah dari relasi yang bersifat refleksif
dicirikan adanya gelang pada setiap simpulnya.
1 ¿¿
Sifat – Sifat Relasi
Contoh : Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada himpunan
A,
(a) Relasi R = {(1, 1), (1, 3), (2, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 2), (4, 3), (4, 4) } bersifat refleksif
karena terdapat elemen relasi yang berbentuk (a, a), yaitu (1, 1), (2, 2), (3, 3), dan (4, 4).
(b) Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (2, 3), (4, 2), (4, 3), (4, 4) } tidak bersifat refleksif karena (3, 3)
R.

Contoh : Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif bersifat refleksif
karena setiap bilangan bulat positif habis dibagi dengan dirinya sendiri, sehingga (a, a) R
untuk setiap a A.
Sifat – Sifat Relasi
Contoh : Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan bulat
positif N. R : x lebih besar dari y, S : x + y = 5, T : 3x + y = 10 Tidak satupun dari ketiga
relasi di atas yang refleksif karena, misalkan (2, 2) bukan anggota R, S, maupun T.
Sifat – Sifat Relasi
2. Menghantar (Transitive)
• Relasi R pada himpunan A disebut menghantar jika (a, b) ∈ R dan (b, c) ∈ R, maka (a,
c) ∈ R, untuk a, b, c ∈ A.

Pasangan Berbentuk
Contoh : Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan
relasi R di bawah ini didefinisikan pada (a, b) (b, c) (a, c)
himpunan A, maka
(3, 2) (2, 1) (3, 1)
a) R = {(2, 1), (3, 1), (3, 2), (4, 1), (4, (4, 2) (2, 1) (4, 1)
2), (4, 3)} bersifat menghantar. Lihat
tabel berikut: (4, 3) (3, 1) (4, 1)

(4, 3) (3, 2) (4, 2)


Sifat – Sifat Relasi
b) R = {(1, 1), (2, 3), (2, 4), (4, 2) } tidak manghantar karena (2, 4) dan (4, 2) ∈ R, tetapi (2,
2) ∈ R, begitu juga (4, 2) dan (2, 3) ∈ R, tetapi (4, 3) ∈ R.
c) Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 4) } jelas menghantar
d) Relasi R = {(1, 2), (3, 4)} menghantar karena tidak ada (a, b) ∈ R dan
(b, c) ∈ R sedemikian sehingga (a, c) ∈ R.
e) Relasi yang hanya berisi satu elemen seperti R = {(4, 5)} selalu
menghantar.

Contoh : Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif bersifat menghantar.
Misalkan bahwa a habis membagi b dan b habis membagi c. Maka terdapat bilangan positif
m dan n sedemikian sehingga b = ma dan c = nb. Di sini c = nma, sehingga a habis membagi
c. Jadi, relasi “habis membagi” bersifat menghantar.
Sifat – Sifat Relasi
Contoh : Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan bulat
positif N.
R : x lebih besar dari y, S : x + y = 6, T : 3x + y = 10
 R adalah relasi menghantar karena jika x > y dan y > z maka x > z.
 S tidak menghantar karena, misalkan (4, 2) dan (2, 4) adalah anggota S tetapi (4, 4)  S.
 T = {(1, 7), (2, 4), (3, 1)} tidak menghantar.

 Relasi yang bersifat menghantar tidak mempunyai ciri khusus pada matriks
representasinya
 Tetapi, sifat menghantar pada graf berarah ditunjukkan oleh: jika ada busur dari a ke b
dan dari b ke c, maka juga terdapat busur berarah dari a ke c.
Sifat – Sifat Relasi
3. Setangkup (symmetric) dan tolak-setangkup (antisymmetric)
• Relasi R pada himpunan A disebut setangkup jika (a, b) ∈ R, maka (b, a) ∈ R untuk a, b
∈ A.

• Relasi R pada himpunan A tidak setangkup jika (a, b) ∈ R sedemikian sehingga (b, a) 
R.

• Relasi R pada himpunan A sedemikian sehingga (a, b) ∈ R dan (b, a) ∈ R hanya jika a =
b untuk a, b ∈ A disebut tolak-setangkup.

• Relasi R pada himpunan A tidak tolak-setangkup jika ada elemen berbeda a dan b
sedemikian sehingga (a, b) ∈ R dan (b, a) ∈ R.
Sifat – Sifat Relasi
Contoh : Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan
pada himpunan A , maka
a) Relasi R = {(1, 1), (1, 2), (2, 1), (2, 2), (2, 4), (4, 2), (4, 4) } bersifat setangkup karena
jika a , b ) ∈ R maka b , a ) juga ∈ R . Di sini (1, 2) dan (2, 1) ∈ R , begitu juga (2, 4)
dan (4, 2) ∈ R .
b) Relasi R = {(1, 1), (2, 3), (2, 4), (4, 2) } tidak setangkup karena (2, 3) ∈ R , tetapi (3, 2)
∈R
c) Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3) } tolak setangkup karena 1 = 1 dan (1, 1) ∈ R , 2 = 2
dan (2, 2) ∈ R , dan 3 = 3 dan (3, 3) ∈ R . Perhatikan bahwa R juga setangkup
d) Relasi R = {(1, 1), (1, 2), (2, 2), (2, 3) } tolak setangkup karena (1, 1) ∈ R dan 1 = 1
dan, (2, 2) ∈ R dan 2 = 2 dan. Perhatikan bahwa R tidak setangkup
Sifat – Sifat Relasi
e) Relasi R = {(1, 1), (2, 4), (3, 3), (4, 2) } tidak tolak setangkup karena 2 ≠ 4 tetapi (2, 4) dan
(4, 2) anggota R . Relasi R pada (a) dan (b) di atas juga tidak tolak setangkup

f) Relasi R = {(1, 2), (2, 3), (1, 3) } tidak setangkup tetapi tolak setangkup

g) Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (2, 3), (3, 2), (4, 2), (4, 4)} tidak setangkup dan tidak tolak
setangkup . R tidak setangkup karena (4, 2) ∈ R tetapi (2, 4)  R . R tidak tolak setangkup
karena (2, 3) ∈ R dan (3, 2) ∈ R tetap 2 ≠ 3.
Sifat – Sifat Relasi

Contoh : Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif tidak setangkup
karena jika a habis membagi b , b tidak habis membagi a , kecuali jika a = b .

Sebagai contoh , 2 habis membagi 4, tetapi 4 tidak habis membagi 2. Karena itu , (2, 4) ∈ R
tetapi (4, 2)  R .

Relasi habis membagi ” tolak setangkup karena jika a habis membagi b dan b habis
membagi a maka a = b . Sebagai contoh , 4 habis membagi 4. Karena itu , (4, 4) ∈ R dan 4
= 4.
Sifat – Sifat Relasi
Contoh : Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan
bilangan bulat positif N

R : x lebih besar dari y , S : x + y = 6, T : 3 x + y = 10

 R bukan relasi setangkup karena , misalkan 5 lebih besar dari 3 tetapi 3 tidak
lebih besar dari 5.
 S relasi setangkup karena , misalkan (4, 2) dan (2, 4) adalah anggota S .
 T tidak setangkup karena , misalkan (3, 1) adalah anggota T tetapi (1, 3) bukan
anggota T .
 S bukan relasi tolak setangkup karena , misalkan (4, 2)  S dan (2, 4)  S tetapi
4 ≠ 2.
 Relasi R dan T keduanya tolak setangkup.
Sifat – Sifat Relasi

 Relasi yang bersifat setangkup


mempunyai matriks yang elemen-
elemen di bawah diagonal utama
merupakan pencerminan dari elemen-
elemen di atas diagonal utama, atau
mij = mji = 1, untuk i = 1, 2, …, n :

 Sedangkan graf berarah dari relasi


yang bersifat setangkup dicirikan oleh:
jika ada busur dari a ke b, maka juga
ada busur dari b ke a.
Sifat – Sifat Relasi

 Matriks dari relasi tolak-setangkup


mempunyai sifat yaitu jika mij = 1
dengan i ≠ j, maka mji = 0. Dengan
kata lain, matriks dari relasi tolak-
setangkup adalah jika salah satu dari
mij = 0 atau mji = 0 bila i ≠ j :

 Sedangkan graf berarah dari relasi


yang bersifat tolak-setangkup dicirikan
oleh: jika dan hanya jika tidak pernah
ada dua busur dalam arah
berlawanan antara dua simpul
berbeda.
Relasi Inversi

R
R−1

Misalkan R adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B. Invers dari relasi R,


dilambangkan dengan R-1 , adalah relasi dari B ke A yang didefinisikan oleh

R −1 = \{( b, a ) | ( a,  b)∈R  \}


R : a adalah ayah dari b, maka : b adalah anak dari a
R : a lebih besar dari b, maka : b lebih kecil dari a
Contoh. Misalkan P = {2, 3, 4} dan Q = {2, 4, 8, 9, 15}. Jika kita definisikan relasi R dari P ke
Q dengan

(p,q) R jika p habis membagi q


Maka kita peroleh

R = {(2, 2), (2, 4), (4, 4), (2, 8), (4, 8), (3, 9), (3, 15)}

R-1 adalah invers dari relasi R, yaitu relasi dari Q ke P dengan

(q, p)  R-1 jika q adalah kelipatan dari p

Maka kita peroleh

R-1= {(2, 2), (4, 2), (4, 4), (8, 2), (8, 4), (9, 3), (15, 3)}
Jika M adalah matriks yang merepresentasikan relasi R,

[ ]
1 1 1 0 0
M= 0 0 0 1 1
0 1 1 0 0

maka matriks yang merepresentasikan relasi R-1 , misalkan N, diperoleh dengan


melakukan transpose terhadap matriks M,

[ ]
1 0 0
1 0 1
N = MT =
1 0 1
0 1 0
0 1 0
Mengkombinasikan Relasi
 Karena relasi biner merupakan himpunan Contoh : Misalkan A = {a, b, c} dan
pasangan terurut, maka operasi himpunan B = {a, b, c, d}.
seperti irisan, gabungan, selisih, dan beda
setangkup antara dua relasi atau lebih juga Relasi R1 = {(a, a), (b, b), (c, c)} Relasi R2 =
berlaku. {(a, a), (a, b), (a,c), (a, d)}

 Jika R1 dan R2 masing-masing adalah R1  R2 = {(a, a)}


relasi dari himpuna A ke himpunan B, R1  R2 = {(a, a), (b, b), (c, c), (a, b), (a, c),
maka R1  R2, R1  R2, R1 – R2, dan R1 (a, d)}
 R2 juga adalah relasi dari A ke B. R1 − R2 = {(b, b), (c, c)}
R2 − R1 = {(a, b), (a, c), (a, d)}
R1  R2 = {(b, b), (c, c), (a, b), (a, c), (a, d)}
Mengkombinasikan Relasi

 Jika relasi R1 dan R2 masing-masing dinyatakan dengan matriks MR1 dan


MR2, maka matriks yang menyatakan gabungan dan irisan dari kedua relasi
tersebut adalah

MR1  R2 = MR1  MR2 dan MR1  R2 = MR1  MR2


Mengkombinasikan Relasi

Contoh : Misalkan bahwa relasi R1 dan R2 pada himpunan A dinyatakan oleh


matriks

R1= Maka : MR1  R2 = MR1  MR2 =

MR1  R2 = MR1  MR2 =


R2=
Komposisi Relasi
• Misalkan R adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B, dan S adalah
relasi dari himpunan B ke himpunan C. Komposisi R dan S, dinotasikan
dengan S o R, adalah relasi dari A ke C yang didefinisikan oleh

S o R = {(a, c) | a ∈ A, c ∈ C, dan untuk beberapa b ∈ B, (a, b) ∈ R dan (b,


c) ∈ S }
Komposisi Relasi
Contoh : Misalkan
R = {(1, 2), (1, 6), (2, 4), (3, 4), (3, 6), (3, 8)}
adalah relasi dari himpunan {1, 2, 3} ke himpunan {2, 4, 6, 8} dan
S = {(2, u), (4, s), (4, t), (6, t), (8, u)}
adalah relasi dari himpunan {2, 4, 6, 8} ke himpunan {s, t, u}.

Maka komposisi relasi R dan S adalah :


S o R = {(1, u), (1, t), (2, s), (2, t), (3, s), (3, t), (3, u) }
Komposisi Relasi
Komposisi relasi R dan S lebih jelas jika diperagakan dengan diagram panah:

2

4
1 ⚫ ⚫ s

2 ⚫ ⚫ t
6
3 ⚫ ⚫ u

8

A B
Komposisi Relasi
Jika relasi R1 dan R2 masing-masing dinyatakan dengan matriks MR1 dan
MR2, maka matriks yang menyatakan komposisi dari kedua relasi tersebut
adalah
MR2 o R1 = MR1  MR2
yang dalam hal ini operator “.” sama seperti pada perkalian matriks biasa,
tetapi dengan mengganti tanda kali dengan “” dan tanda tambah dengan “”.
Komposisi Relasi
Contoh : Misalkan bahwa relasi R1 dan R2 pada himpunan A dinyatakan oleh matriks

Maka matriks yang menyatakan R2 o R1 adalah R1=


MR2 o R1 = MR1  MR2

R2=

=
Relasi Ekivalen
Relasi ekivalen digunakan untuk merelasikan obyek-obyek yang memiliki kemiripan dalam
suatu hal tertentu.
Relasi R pada himpunan A disebut relasi ekivalen (equivalence relation) jika ia refleksif,
setangkup dan menghantar.
• Secara intuitif, di dalam relasi ekivalen, dua benda berhubungan jika keduanya memiliki
beberapa sifat yang sama atau memenuhi beberapa persyaratan yang sama.
• Dua elemen A yang dihubungkan dengan relasi kesetaraan dinamakan setara (equivalent).
Relasi Ekivalen

Sifat relasi ekivalen


• Karena R refleksif, setiap elemen ekivalen terhadap dirinya sendiri
• Karena R simetris, a ekivalen dengan b setiap kali b ekivalen dengan a
• Karena R transitif, jika a dan b ekivalen serta b dan c ekivalen, maka a
dan c juga ekivalen
Relasi Ekivalen
Contoh:
A = himpunan mahasiswa,
R relasi pada A: (a, b) R jika a satu angkatan dengan b.
• R dikatakan refleksif: setiap mahasiswa seangkatan dengan dirinya sendiri.
• R dikatakan simetris: jika a seangkatan dengan b, maka b pasti seangkatan
dengan a.
• R dikatakan transitif: jika a seangkatan dengan b dan b seangkatan dengan c,
maka pastilah a seangkatan dengan c.
Dengan demikian, R adalah relasi kesetaraan.
Kelas Ekivalen
Definisi.
Misalkan R relasi ekivalen pada himpunan A.
Himpunan semua anggota yang berelasi oleh R dengan suatu anggota a di A disebut kelas
ekivalen dari a.
Kelas ekivalen dari a dengan memandang relasi R dinotasikan oleh [a] R

[a]R= {s | (a,s) R}

Jika hanya ada satu relasi yang dipertimbangkan, penulisan R biasanya dihapus sehingga hanya
ditulis [a]
Jika b [a]R, b dikatakan sebagai representasi dari kelas ekivalen tersebut
Kelas Ekivalen
Contoh.
A adalah himpunan semua mahasiswa yang merupakan lulusan dari
berbagai SMU. Misal relasi R pada A adalah semua pasangan(x,y) dimana x
dan y adalah lulusan dari SMU yg sama. Untuk seorang mahasiswa x, dapat
dibentuk himpunan semua mahasiswa yang ekivalen dengan x. Himpunan
tersebut terdiri dari semua mahasiswa yang lulus dari SMU yg sama dengan
x. Himpunan ini disebut kelas ekivalen dari relasi R
Kelas Ekivalen dan Partisi
Teorema

Misalkan R relasi Ekivalen pada himpunan S.


Maka kelas ekivalen dari R membentuk suatu
partisi dari S.
Kelas Ekivalen dan Partisi
Contoh:
Misalkan Asep, Euis dan Cucu tinggal di Garut, Stephanie dan Max di Bremen, serta Akiko di
Yokohama.
Misalkan R relasi ekivalen
{(a, b) | a dan b tinggal di kota yang sama}
pada himpunan P = {Asep, Euis, Cucu, Stephanie, Max, Akiko}.
Maka
R = {(Asep,Asep), (Asep,Euis),(Asep,Cucu), (Euis,Asep), (Euis,Euis), (Euis,Cucu),
(Cucu,Asep), (Cucu,Euis), (Cucu,Cucu), (Stephanie,Stephanie), (Stephanie,Max),
(Max,Stephanie), (Max, Max), (Akiko, Akiko)}.
Kelas Ekivalen dan Partisi
Contoh
Kelas ekivalen dari R adalah:
{{Asep, Euis, Cucu }, {Stephanie, Max}, {Akiko}}.
Yang juga merupakan partisi dari P.

Kelas ekivalen dari setiap relasi ekivalen R pada himpunan S membentuk suatu partisi pada S,
karena setiap anggota S dihubungkan dengan tepat satu kelas ekivalen.
Relasi Pengurutan Parsial
 Definisi. Relasi R pada himpunan S dikatakan relasi pengurutan parsial (partial ordering
relation) jika ia refleksif, tolak-setangkup, dan menghantar.
 Himpunan S bersama-sama dengan relasi R disebut himpunan terurut secara parsial
(partially ordered set, atau poset), dan dilambangkan dengan (S, R).
 Ada juga kemungkinan dua buah benda di dalam himpunan tidak berhubungan dalam
suatu relasi pengurutan parsial. Dalam hal demikian, kita tidak dapat membandingkan
keduanya sehingga tidak dapat diidentifikasi mana yang lebih besar atau lebih kecil.
ltulah alasan digunakan istilah pengurutan parsial atau pengurutan tak-lengkap.
Relasi Pengurutan Parsial
Contoh:
Relasi “x habis membagi y” pada himpunan A= {1, 2, 3, 4, 6}

R = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), (1, 4), (1, 6), (2, 2), (2, 4), (2, 6), (3, 3), (3, 6), (4, 4), (6, 6)}
Pengurutan Total
Jika (S, ≼) poset dan setiap dua anggota dalam S dapat dibandingkan, maka S disebut
himpunan terurut total atau himpunan terurut linear atau rantai, dan disebut urutan total atau
urutan linear.
Contoh:
1. (P(Z), ) tidak terurut total
2. (Z+, |) tidak terurut total
3. (Z, ) terurut total
Diagram Hasse
Diagram yang memuat informasi yang diperlukan untuk menemukan suatu pengurutan parsial
R.

Diagram Hasse dikonstruksi dengan prosedur berikut


1. Gambarkan di graf untuk relasi R.
2. Hapus semua loop.
3. Hapus semua sisi yang terjadi karena sifat transitif.
4. Atur setiap sisi sehingga verteks awal berada di bawah verteks akhir.
5. Hapus semua panah pada sisi.
Diagram Hasse

Contoh:
Relasi “x habis membagi y” pada himpunan A=
{1, 2, 3, 4, 6} buat diagram hasse nya
Klosur relasi
Klosur relasi adalah sebuah konsep dalam teori himpunan dan matematika diskrit yang
digunakan untuk menjelaskan relasi antara unsur-unsur dalam suatu himpunan. Secara
formal, klosur relasi didefinisikan sebagai himpunan semua elemen dalam himpunan
tertentu yang dapat dihubungkan dengan elemen lain dalam himpunan tersebut melalui
relasi yang diberikan.
Klosur relasi
Contoh 1 : Contoh 2 :

Relasi R = {(1, 1), (1, 3), (2, 3), (3, 2)} Relasi R = {(1, 3), (1, 2), (2, 1), (3,2), (3,
pada himpunan A= {1, 2, 3} tidak 3)} pada himpunan A= {1, 2, 3} tidak
refleksif. setangkup.

• Bagaimana membuat relasi refleksif yang • Bagaimana membuat relasi setangkup


sesedikit mungkin dan mengandung R? yang sesedikit mungkin dan mengandung
R?
Klosur relasi
Contoh 1 :
kita perlu menambahkan (2, 2) dan (3, 3) ke dalam R untuk membuatnya refleksif. Setelah
ditambahkan, relasi baru S yang mengandung R adalah sebagai berikut:
S = {(1, 1), (1, 3), (2, 3), (3, 2), (2, 2), (3, 3), (2, 2), (3, 3)}

Namun, karena kita telah menambahkan elemen diagonal yang sebenarnya sudah ada di
dalam R, maka kita perlu menghilangkan duplikasi tersebut. Setelah duplikasi dihilangkan,
maka relasi S menjadi:
S = {(1, 1), (1, 3), (2, 2), (2, 3), (3, 2), (3, 3)}

Relasi S disebut klosur refleksif (reflexive closure) dari R karena merupakan relasi
refleksif terkecil yang mengandung R.
Klosur relasi
Contoh 2 :
Tambahkan (3, 1) dan (2, 3) ke dalam R
(karena dua elemen relasi ini yang belum terdapat di dalam S agar S menjadi
setangkup).
• Relasi baru, S, mengandung R:
S = {(1, 3), (3, 1), (1, 2), (2, 1), (3, 2), (2, 3), (3, 3)}
• Relasi S disebut klosur setangkup (symmetric closure) dari R
Klosur reflektif

Klosur reflektif adalah relasi reflektif terkecil yang mengandung R. Dalam kata lain, klosur
reflektif adalah relasi reflektif yang terbentuk dari R dengan menambahkan semua pasangan
berurutan (a, a) di mana a adalah elemen dari A.

Klosur refleksif dari R adalah R U L\, yang dalam hal ini L\ = {(a, a) I a E A}.
Klosur reflektif
Contoh :
R = {(1, 1), (1, 3), (2, 3), (3, 2)} adalah relasi pada A= {1, 2, 3}
maka L\ = {(1, 1), (2, 2), (3, 3)},
sehingga klosur refleksif dari R adalah

Ru L\ = {(1, 1), (1, 3), (2, 3), (3, 2)} u {(1, 1), (2, 2), (3, 3)}
= {(1, 1), (1, 3), (2, 2), (2, 3), (3, 2), (3, 3)}
Klosur setangkup
Klosur setangkup adalah relasi terkecil yang mengandung relasi awal dan bersifat setangkup.
Misalkan R adalah sebuah relasi pada himpunan A. Klosur setangkup dari R adalah R ∪ R ’,
yang dalam hal ini R’ = { (b, a) | (a, b) ∈ R }. Dengan kata lain, klosur setangkup adalah relasi
yang terbentuk dari relasi awal dengan menambahkan pasangan (a, b) untuk setiap pasangan
(b, a) pada relasi awal.

Misalkan terdapat relasi R = { (1, 2), (2, 3), (3, 4) } pada himpunan A = { 1, 2, 3, 4 }.
Maka, R-1 = { (2, 1), (3, 2), (4, 3) } dan R ∪ R^-1 = { (1, 2), (2, 1), (2, 3), (3, 2), (3, 4), (4, 3) }.
Klosur setangkup
Contoh Soal :
R = {(1, 3), (1, 2), (2, 1), (3, 2), (3, 3)} adalah relasi pada A= {1, 2, 3}, maka
R"1 = {(3, 1), (2, 1), (1, 2), (2, 3), (3, 3)}
sehingga klosur setangkup dari R adalah
R U R"1 = {(1, 3), (1, 2), (2, 1), (3, 2), (3, 3)} U {(3, 1), (2, 1), (1, 2), (2, 3), (3, 3)}
= {(1, 3), (3, 1), (1, 2), (2, 1), (3, 2), (2, 3), (3, 3)}
Klosur menghantar

Klosur menghantar adalah relasi yang paling minimal yang berisi semua pasangan pusat data
yang mempunyai link langsung atau tidak langsung dan mengandung relasi awal R. Dalam hal
ini, R adalah relasi yang menggambarkan bagaimana pesan dapat dikirim dari satu kota ke kota
lain baik melalui hubungan komunikasi langsung atau melalui kota antara sebanyak mungkin2.
Klosur menghantar
Contoh Soal :
Misalkan R = {(1, 1), (1, 3), (2, 2), (3, 1), (3, 2)} adalah relasi pada himpunan
A= {1, 2, 3}. Tentukan klosur menghantar dari R.

MR=
Klosur menghantar
Maka, matriks klosur menghantar dari R adalah
MR* = MR V MR ^2 V MR ^3
MR ^2 = MR x MR

x =
MR ^3 = MR ^2 x MR
x =

Dengan demikian, R* adalah gabungan dari R1,


Maka MR * = MR V MR ^2 V MR ^3 R2,dan R3 yaitu:

VV
R* = {(1,1),(1,2),(1,3),(2,2),(3,1),(3,2),(3,3)}

=
Relasi n-ary
• Relasi yang menghubungan lebih dari dua buah himpunan disebut dengan relasi n-
ary.

• Relasi yang hanya menghubungkan antara dua buah himpunan disebut relasi biner

• Relasi n-ary mempunyai terapan penting di dalam dunia basisdata

• Misalkan A1, A2, …, An Adalah himpunan

• Relasi n-ary R pada himpunan-himpunan tersebut adalah himpunan bagian dari A 1 x


A2 x … x An , dengan notasi R ⊆ A1 x A2 x … x An
• A1, A2, …, An : domain relasi; dan n disebut derajat
Relasi n-ary
Contoh.
NIM = {221511035, 221511040, 221511046, 221511054, 221511055, 221511058}
Nama = {Adinda, Fauzy, Danendra, Mahesya, Mahira, Ikhsan}
Matkul = {Matematika Diskrit, Struktur Data, Dasar Komunikasi, Bahasa Inggris}
Nilai = {A, B, C, D, E}

Dapat dibentuk relasi MHS yang menyatakan sebuah nim milik seorang mahasiswa yang mengambil
mata kuliah tertentu dan mendapat nilai tertentu dari mata kuliah tersebut
Relasi MHS terdiri dari 4-tupel/baris (NIM, Nama, Matkul, Nilai):
MHS ⊆ NIM x Nama x Matkul x Nilai
contoh elemen relasi yang bernama MHS adalah
MHS = { (221511035, Adinda, Matematika Diskrit, A),
(221511035, Adinda, Bahasa Inggris, B),
(221511040, Fauzy, Matematika Diskrit, B),
(221511046, Danendra, Struktur Data, C),
(221511046, Danendra, Bahasa Inggris, B),
}

NIM Nama Matkul Nilai

Relasi MHS juga 221511035 Adinda Matematika Diskrit A


dapat ditulis 221511035 Adinda Bahasa Inggris B
dalam bentuk 221511040 Fauzy Matematika Diskrit B
tabel 221511046 Danendra Struktur Data C
221511046 Danendra Bahasa Inggris B
Basisdata
- Basisdata (database) adalah kumpulan tabel

- Salah satu model basisdata adalah model basisdata relasional (relational database)
yang didasari oleh konsep relasi n-ary

- Pada basisdata relasional, satu tabel menyatakan satu relasi. Setiap kolom pada tabel
disebut atribut.

- Daerah asal dari atribut adalah himpunan tempat semua anggota atribut tersebut
berada.
Basisdata
- Setiap Tabel pada basisdata diimplementasikan secara fisik sebagai sebuah file

- Satu baris data pada tabel menyatakan sebuah record, dan setiap atribut menyatakan
sebuah field

- Atribut khusus pada tabel yang mengidentifikasikan secara unik elemen relasi
disebut kunci (key)

- Basisdata adalah kumpulan file, sedangkan file adalah kumpulan record, setiap
record terdiri atas sejumlah field.
Operasi pada Basisdata Relasional
- Operasi yang dilakukan terhadap basisdata dilakukan dengan perintah pertanyaan yang di
sebut dengan query
Contoh Query:
“Tampilkan semua mahasiswa yang mengambil mata kuliah matematika diskrit”
“Tampilkan daftar nilai mahasiswa dengan nim “221511035”
“tampilkan daftar mahasiswa yang terdiri atas NIM dan mata kuliah yang di ambil”

- Query terhadap basis data relasional dapat dinyatakan secara abstrak dengan operasi pada
relasi n-ary

- Operasi yang dapat digunakan diantaranya seleksi, proyeksi dan Join


Seleksi

Operasi seleksi memilih baris tertentu dari suatu tabel yang


memenuhi persyaratan tertentu.

Operator:  (sigma)
Seleksi
Contoh. Misalkan untuk relasi MHS kita ingin menampilkan daftar mahasiswa yang
mengambil mata kuliah Matematika Diskrit. Operasi seleksinya adalah
Matkul = ”Matematika Diskrit” (MHS)
NIM Nama Matkul Nilai
221511035 Adinda Matematika Diskrit A
221511035 Adinda Bahasa Inggris B
221511040 Fauzy Matematika Diskrit B
221511046 Danendra Struktur Data C
221511046 Danendra Bahasa Inggris B

Hasil: (221511035, Adinda, Matematika Diskrit, A) dan


(221511040, Fauzy, Matematika Diskrit, B)
Proyeksi
Operasi proyeksi memilih kolom tertentu dari suatu tabel. Jika ada beberapa baris yang sama
nilainya, maka hanya diambil satu kali.
Operator: 
Contoh Operasi Proyeksi
 Nama, Matkul, Nilai (MHS)

menghasilkan Tabel D. Sedangkan operasi proyeksi

 NIM, Nama (MHS)

menghasilkan Tabel E.
Tabel C: Relasi MHS
NIM Nama Matkul Nilai
221511035 Adinda Matematika Diskrit A
221511035 Adinda Bahasa Inggris B
221511040 Fauzy Matematika Diskrit B
221511046 Danendra Struktur Data C
221511046 Danendra Bahasa Inggris B

Tabel D: operasi  Nama, Matkul, Nilai (MHS)


Tabel E:  NIM, Nama (MHS)
Nama Matkul Nilai
NIM Nama
Adinda Matematika Diskrit A
221511035 Adinda
Adinda Bahasa Inggris B
Fauzy Matematika Diskrit B 221511040 Fauzy

Danendra Struktur Data C 221511046 Danendra


Danendra Bahasa Inggris B
Join
Operasi join menggabungkan dua buah tabel menjadi satu bila kedua tabel mempunyai atribut
yang sama.

Operator:  (tau)
Contoh. Misalkan relasi MHS1 dinyatakan dengan Tabel F dan relasi MHS2 dinyatakan
dengan Tabel G, menghasilkan Tabel H. Sedangkan operasi proyeksi

NIM, Nama (MHS1, MHS2)


menghasilkan Tabel H.
Tabel F Relasi MHS1 Tabel G Relasi MHS2
NIM Nama JK NIM Nama Matkul Nilai
221511035 Adinda P 221511035 Adinda Matematika Diskrit A
221511040 Fauzy L 221511035 Adinda Bahasa Inggris B
221511046 Danendra L 221511040 Fauzy Matematika Diskrit B

221511054 Mahesya L 221511046 Danendra Struktur Data C

221511055 Mahira P 221511046 Danendra Bahasa Inggris B

Tabel H Hasil operasi NIM, Nama (MHS1, MHS2)


NIM Nama JK Matkul Nilai
221511035 Adinda P Matematika Diskrit A
221511035 Adinda P Bahasa Inggris B
221511040 Fauzy L Matematika Diskrit B
221511046 Danendra L Struktur Data C
221511046 Danendra L Struktur Data A
SQL
Bahasa khusus untuk Query di dalam basisdata disebut SQL (Structured Query Language)
Bahasa ini dirancang agar dapat merealisasikan query abstrak yang sudah dijelaskan misalnya,
SELECT NIM, NAMA, MATKUL, NILAI
FROM MHS
WHERE MATKUL =“Matematika Diskrit”
Adalah Bahasa SQL yang bersesuaian untuk query absrak

 NIM, Nama (MHS1, MHS2)


Hasil: (221511035, Adinda, Matematika Diskrit, A) dan
(221511040, Fauzy, Matematika Diskrit, B)
03
Apa itu Fungsi?
Jika A dan B adalah himpunan, di mana
terdapat relasi (f) dari A ke B dengan A B
setiap elemen di A dihubungkan dengan
tepat satu elemen di B, maka itu disebut f
fungsi. ● ●
a b = f(a)
• A disebut daerah asal (domain) dari f
f
• B disebut daerah kawan
• (co-domain) dari f.
f: A → B
Jika f(a) = b, maka b dinamakan bayangan yang artinya f memetakan A ke B.
(image) dari a dan a dinamakan pra-
bayangan (pre-image) dari b.
Himpunan yang berisi semua nilai pemetaan f disebut jelajah (range) dari f. Perhatikan bahwa jelajah
dari f adalah himpunan bagian (mungkin proper subset) dari B.

Contoh:

Daerah asal atau domain adalah:


A = {Mahesya, Mahira, Adinda, Danendra,
Mahesya ⚫ ⚫ A
Fauzy}
Mahira ⚫ ⚫ AB
Adinda ⚫ ⚫ B Daerah kawan atau co-domain adalah:
B = {A, AB, B, BC, C}
Danendra ⚫ ⚫ BC
Fauzy ⚫ ⚫ C Daerah hasil atau range adalah:
f(a) = {A, AB, B, C}

A B
Menyatakan Suatu Fungsi
1. Himpunan pasangan terurut seperti pada 3. Diagram Kartesius
relasi.
Misalnya: y=B
f = {(2, 5), (3, 2), (1, 3), (4, 1)}
5
2. Diagram Panah
4

3
2 ⚫ ⚫ 2
3 ⚫ ⚫ 1 2
1 ⚫ ⚫ 5 1
4 ⚫ ⚫ 3
x=A
0 1 2 3 4
A B
Menyatakan Suatu Fungsi
4. Formula pengisian nilai (assignment)
a. Suatu pemetaan t: x → 3x+5, disertai daerah asal dan daerah hasil.
Maka, t(x) = 3x+5 disebut rumus fungsi, y = 3x+5 disebut persamaan grafik.
b. f(x) = x2
c. f(x) =
Contoh Soal
a. Relasi dari A ke B yang manakah yang merupakan fungsi?

A B A B A B A B

⚫p ⚫p ⚫p ⚫p
a⚫ a⚫ a⚫ a⚫
⚫q ⚫q ⚫q ⚫q
b⚫ b⚫ b⚫ b⚫
⚫r ⚫r ⚫r ⚫r
c⚫ c⚫ c⚫ c⚫
⚫s ⚫s ⚫s ⚫s

(a) (b) (c) (d)


b. Jika A = (a, b, c, d) dan B = (1, 2, 3). Grafik manakah yang menunjukkan fungsi dari A ke
B.

B B B

3 3 3

2 2 2

1 1 1
A A A
0 a b c d 0 a b c d 0 a b c d

(a) (b) (c)


c. Tunjukkan suatu fungsi f : A → R yang dirumuskan oleh f(x) = 2x jika
A = {1, 2, 3, 4}
1) Dengan diagram panah
2) Dengan diagram kartesius
3) Dengan menyatakan sebagai pasangan berurut

Penyelesaian:
Daerah asal fungsi adalah A = {1, 2, 3, 4}
Gantilah x berturut-turut dengan 1, 2, 3, dan 4, maka didapat
f(1) = 2, f(2) = 4, f(3) = 6, f(4) = 8
2) Diagram Kartesius
1) Diagram Panah
f(x)
x f(x)

8
1⚫ ⚫2
7
2⚫ ⚫4
6
3⚫ ⚫6
5
4⚫ ⚫8
4

3
3) Pasangan berurut
2
Anggota daerah asal sebagai unsur pertama sedang
anggota daerah hasil sebagai unsur kedua. 1
Jadi : f = {(1, 2), (2, 4), (3, 6), (4, 8)}
x
0 1 2 3 4
d. A = {x | -2 < x < 2, x ϵ R} dan f : A → R ditentukan oleh f(x) = x 2 + 3
1) Tentukan f(-2), f(0) dan f(2)
2) Lukis grafik f
3) Tentukan daerah hasil dari f
2) Grafik f ditunjukkan oleh kurva
Penyelesaian: 30
4) f(x) = x + 3 f(-2) = 4 + 3 = 7
2

f(0) = 0 + 3 = 3 25

f(2) = 4 + 3 = 7 20
Jadi titik-titik (-2, 7), (0, 3), (2, 7)
dilalui grafik f. 15

10

3) Daerah hasil dari f ialah : {y | y ≥ 3} 5

0
-6 -4 -2 0 2 4 6
Contoh
1. Relasi f = {(1, u), (2, v), (3, w)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} adalah fungsi dari A ke
B. Di sini f(1) = u, f(2) = v, dan f(3) = w. Daerah asal dari f adalah A dan daerah kawan
adalah B. Jelajah dari f adalah (u, v, w) yang dalam hal ini sama dengan himpunan B.
2. Relasi f = {(1, u), (2, u), (3, v)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} adalah fungsi dari A ke
B, meskipun u merupakan bayangan dari dua elemen A. Daerah asal fungsi adalah A,
daerah kawannya adalah B, dan jelajah fungsi adalah (u, v).
3. Relasi f = {(1, u), (2, r), (3, w)} dari A = {1, 2, 3, 4} ke B = {r, u, v, w} bukan fungsi,
karena tidak semua elemen A dipetakan ke B.
4. Relasi f = {(1, u), (1, r), (2, v), (3, w)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {r, u, v, w} bukan fungsi,
karena 1 dipetakan ke dua buah elemen B, yaitu u dan r.
5. Misalkan f : Z → Z didefinisikan oleh f(x) = X. Daerah asal dan daerah hasil dari f adalah
himpunan bilangan bulat, dan jelajah dari f adalah himpunan bilangan bulat tidak-negatif.
Fungsi satu-ke-satu (one-to-one function)
Suatu f: A → B dikatakan fungsi satu-ke-satu atau injektif (injective), jika dan hanya jika f(x) =
f(y), maka x = y untuk semua x, y ϵ A.

Dengan kata Iain fungsi f dikatakan injektif jika tidak ada dua elemen himpunan A yang
memiliki bayangan sama.

fungsi injektif Bukan fungsi injektif

⚫ 1 a ⚫ ⚫ 1
a ⚫
⚫ 2 b ⚫ ⚫ 2
b ⚫
⚫ 3 c ⚫ ⚫ 3
c ⚫
⚫ 4 d ⚫ ⚫ 4
d ⚫
⚫ 5 e ⚫ ⚫ 5

A B A B
Contoh
1. Relasi f = {(1, w), (2, u), (3, v)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w, x) adalah fungsi satu-ke-
satu,
Tetapi
relasi f = {(1, u), (2, u), (3, v)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} bukan fungsi satu-ke-satu,
karena f(1) = f(2) = u.

2. Misalkan f : Z → Z. Tentukan apakah f(x) = x2 + 1 dan f(x) = x - 1 merupakan fungsi satu-ke-


satu?

Penyelesaian:
i. f(x) = x2 + 1 bukan fungsi satu-ke-satu, karena untuk dua x yang bernilai mutlak sama
tetapi tandanya berbeda nilai fungsinya sama, misalnya f(2) = f(-2) = 5 padahal –2 ≠ 2.
ii. f(x) = x – 1 adalah fungsi satu-ke-satu karena untuk a ≠ b, a – 1 ≠ b – 1. Misalnya untuk
x = 2, f(2) = 1 dan untuk x = -2, f(-2) = -3.
Arti Geometri
Setiap garis yang sejajar sumbu x akan memotong grafik fungsi satu-ke-satu paling banyak di
satu titik. Perhatikan gambar di bawah.

150

100

50

0
-6 -4 -2 0 2 4 6
-50

-100

-150
Fungsi pada (onto function)
Suatu f: A → B dikatakan fungsi pada (onto) atau surjektif (surjective), jika dan hanya jika
untuk setiap elemen y ϵ B, setidak-tidaknya terdapat satu x ϵ A, sedemikian sehingga f(x) = y.

Dengan kata Iain fungsi f dikatakan dipetakan pada jika setiap anggota himpunan B merupakan
bayangan dari satu atau lebih anggota himpunan A.

a ⚫
⚫ 1
b ⚫
⚫ 2
c ⚫
⚫ 3
d ⚫
⚫ 5
e ⚫

A B
Contoh
1. Relasi f = {(1, u), (2, u), (3, v)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} bukan fungsi pada
karena w tidak termasuk jelajah dari f.
2. Relasi f = {(1, w), (2, u), (3, v)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} merupakan fungsi pada
karena semua anggota B merupakan jelajah dari f.

3. Misalkan f : Z → Z. Tentukan apakah f(x) = x2 + 1 dan f(x) = x - 1 merupakan fungsi pada?

Penyelesaian:
i. f(x) = x2 + 1 bukan fungsi pada, karena tidak semua nilai bilangan bulat merupakan
jelajah dari f.
ii. f(x) = x – 1 adalah fungsi pada karena untuk setiap bilangan bulat y, selalu ada nilai x
yang memenuhi, yaitu y = x – 1 akan dipenuhi untuk x = y + 1.
Fungsi satu-ke-satu dan pada (dyecfion function)
Suatu f: A → B dikatakan fungsi satu-ke-satu dan pada (onto) atau bijeksi (surjective), jika dan
hanya jika setiap anggota B berelasi satu-satu dengan setiap anggota A.

Dengan kata Iain fungsi f dikatakan berkoresponden satu-ke-satu jika ia fungsi satu-ke-satu dan
juga fungsi pada.

a ⚫ ⚫ 1
b ⚫ ⚫ 2
c ⚫ ⚫ 3
d ⚫ ⚫ 4
e ⚫ ⚫ 5

A B
Contoh

1. Relasi f = {(1, u), (2, w), (3, v)} dari A= {1, 2, 3} ke B= {u, v, w} adalah fungsi yang
berkoresponden satu-ke-satu, karena f adalah fungsi satu-ke-satu maupun fungsi pada.

2. Fungsi f(x) = x – 1 merupakan fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu, karena f adalah


fungsi satu-ke-satu maupun fungsi pada.
Contoh

⚫ 1 a ⚫
a ⚫ ⚫ 1
⚫ 2 b ⚫
b ⚫ ⚫ 2
⚫ 3 c ⚫
c ⚫ ⚫ 3
⚫ 4 d ⚫

A B A B
Fungsi satu-ke-satu, Fungsi pada,
bukan pada bukan satu-ke-satu
Contoh

a ⚫ ⚫ 1 a ⚫ ⚫ 1
b ⚫ ⚫ 2 b ⚫ ⚫ 2
c ⚫ ⚫ 3 c ⚫ ⚫ 3
d ⚫ ⚫ 4 d ⚫ ⚫ 4

A B A B

Buka fungsi satu-ke-satu Bukan fungsi


maupun pada
Komposisi Fungsi

Fungsi komposisi adalah susunan dari beberapa fungsi yang terhubung dan berkaitan. 
Fungsi komposisi menggabungkan dua jenis fungsi seperti fungsi f(x) dan g(x) yang
disimbolkan "o".
Rumus Komposisi Fungsi
Fungsi f : A → B dan g : B → C
f memetakan a ke b dan g memetakan b ke c
Karena b = f(a) dan c = g(b) = g(f(a)), maka secara umum :
fungsi h : A → C(B(A)) ditentukan oleh rumus h(x) = g(f(x)), dibaca “g f x”.
h ialah komposisi dari fungsi f dan g dinyatakan dengan h = g o f didefinisikan sebagai h(x) = (g o f)(x)
= g(f(x))

a b(a) c(b(a))
f g

h
Komposisi Fungsi
Contoh:
Cari (g o f)(4)
f(x) = 3x
g(x) = x+10

1. Untuk x e R, maka f(x) = 3x dan g(3x) = 3x + 10.


2. Maka h(x) = 3x + 10.
3. Untuk menggabungkan fungsi tersebut, kerjakan f nya terlebih dahulu.
4. X nya adalah 4, maka f(4) = 3 x 4 = 12
5. lalu hasilnya masukkan ke fungsi kedua, g(12) = 12 + 10 = 22.
6. Dapat dibuktikan dengan h(4) = 3 x 4 + 10 = 22.

h disebut sebagai komposisi f dan g dan ditulis g o f (dibaca “g bundaran f”)


Fungsi Invers
Jika f adalah fungsi berkoresponden satu-ke-satu dari A ke B, maka kita dapat menemukan
balikan (invers) dari f.

f
A B
g adalah invers dari f dan f adalah invers dari g

Balikan fungsi dilambangkan dengan f -1. Misalkan a


x y adalah anggota himpunan A dan b adalah anggota
himpunan B, maka f-1(b) = a jika f(a) = b.

g
Fungsi Invers
Fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu sering dinamakan juga fungsi yang invertible
(dapat dibalikkan), karena kita dapat mendefinisikan fungsi balikannya.

Sebuah fungsi dikatakan not invertible (tidak dapat dibalikkan) jika ia bukan fungsi
yang berkoresponden satu-ke-satu, karena fungsi balikannya tidak ada.
Contoh
1. Relasi f = {(1, u), (2, w), (3, v)} dari A = (1, 2, 3) ke B = (u, v, w) adalah fungsi yang
berkoresponden satu-ke-satu. Balikan fungsi f adalah
f -1 = {(u, 1), (w, 2), (v, 3)}. Jadi, f adalah fungsi invertible (dapat dibalikan).
2. Tentukan balikan fungsi f(x) = x - 1.
Penyelesaian:
Fungsi f(x) = x - 1 adalah fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu, jadi balikan fungsi
tersebut ada.
Misalkan f(x) = y, sehingga y = x - 1, maka x = y + 1. Jadi, balikan fungsi balikannya
adalah f-1(y) = y + 1.
3. Tentukan balikan fungsi f(x) = x2 + 1.
Penyelesaian:
Fungsi f(x) = x2 + 1 bukan fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu, sehingga fungsi
balikannya tidak ada.
Jadi, f(x) = x2 + 1 adalah fungsi yang not invertible (tidak dapat dibalikan).
Menentukan Contoh:
a) Jika f : R → R dan f ditentukan oleh
Rumus Invers f(x) = 2x + 5 maka tentukan rumus f-1.
Penyelesaian:
Jika f-1 merupakan fungsi invers dari f
dengan f(a) = b, maka f-1(b) = a. f(x) = y
2x + 5 = y
A B 2x = y - 5
f-1
x =
⚫ f ⚫
a = f-1(b) f-1(y) =
f-1
Menentukan Rumus Invers

Karena y hanya sebuah pemisalan saja, maka f-1(y) = , biasanya ditulis


f-1(x) =

Cara Iain
f(x) = 2x + 5 dianggap komposisi fungsi g(x) = 2x dan h(x) = x + 5. Jadi
f(x) = (h o g)(x) dan perhatikan gambar setelah ini.
Menentukan Rumus Invers
f(x) = (h o g)(x) = 2x + 5

kalikan dengan 2 tambahkan dengan 5


g h

x 2x 2x + 5 = y

g-1 ⚫ h-1

bagikan dengan 2 kurangkan dengan 5

f-1(y) = (g-1 o h-1)(y) =


Menentukan Rumus Invers
Contoh:
b) Jika A = {x | x ϵ R dan x ≠ 3}, B = {x | x ϵ R dan x ≠ 1}, sedang f : A → B dirumuskan
oleh f(x) = . Tentukan rumus f-1(x).
Penyelesaian:
f(x) = y
=y
x – 2 = y(x – 3)
x – 2 = xy – 3y
X – xy = 2 – 3y
x(1 – y) = 2 – 3y
f-1(y) = atau f-1(x) =
Menentukan Rumus Invers
Contoh:
c) Jika f = {(2, 5), (3, 1), (4, 2), (2, 3)} maka f-1 = {(5, 2), (1, 3), (2, 4), (3, 2)}. Gambarkan f
dan f-1 dalam suatu salib sumbu. Apakah yang dapat disimpulkan?
y
8
Grafik f dan f—' digambar pada
7 satu salib sumbu, ternyata mereka
6 f(x) ... terhadap garis y = x.
5
4
3
2 f-1(x)
1
0
x
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Menentukan Rumus Invers
Contoh:
d) Gambarlah grafik f : R → R yang ditentukan oleh f(x) = x2
1) Apakah sebabnya tidak terdapat fungsi invers?
2) Tentukan daerah asal yang terbatas untuk f sehingga ada fungsi invers!
3) Berilah rumus f-1 dan gambarlah grafiknya! f(x)
30
Penyelesaian: f(x) = x2
25
4) Tidak terdapat fungsi invers, karena
ketika x < 0 tidak dapat diakarkan. Hal ini 20
fungsi menjadi bilangan imajiner. 15

10

0
x
-6 -4 -2 0 2 4 6
Menentukan Rumus Invers
Contoh:
Penyelesaian:
1) Ada fungsi invers untuk x = 0 saja, atau untuk x > 0 saja. Dengan notasi lain f-1(x) = {x
| x ≥ 0}.
f(x)
2) Masing-masing f-1(x) =
4.5
dan f-1(x) = f-1(x) =
4
3) f-1(x) = 3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
x
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Fungsi Konstan
Fungsi f : x → k di mana k konstanta, disebut fungsi konstan. f memasangkan setiap x dengan
k
Fungsi Konstan f(x) = k

Contoh :
f(x) = 3
daerah asal A = (x |—3 ≤ x ≤ 3, x e R)
Jadi : f(—3) = 3, f(—2) = 3, f(—1) = 3, f(0) = 3, f(1) = 3, f(2) = 3, f(3)= 3
Dinyatakan daerah hasil A = {3,3,3,3,3,3,3}
Fungsi Konstan
3.5

2.5

1.5

0.5

0
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Fungsi Kesatuan (Identitas)

Fungsi f : x → x disebut fungsi kesatuan. f memasangkan setiap elemen dari daerah asalnya
dengan dirinya sendiri

Contoh :
f(x) = x
daerah asal A = (x |—3 ≤ x ≤ 3, x e R)
Jadi: f(—3) = -3, f(—2) = -2, f(—1) = -1, f(0) = 0, f(1) = 1, f(2) = 2, f(3)= 3
Dinyatakan daerah hasil A = {-3,-2,-1,0,1,2,3}
Fungsi Kesatuan (Identitas)
4
3
2
1
0
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
-1
-2
-3
-4
Fungsi Dengan Nilai Mutlak
Nilai mutlak dari bilangan real x, ditulis |x| ditentukan dengan:
| x | = x jika x ≥ 0,
| x | = -x jika x < 0.
Arti geometri |x| adalah jarak dari x ke 0 pada garis bilangan

Contoh:
Gambarlah grafik dari h : x → x + |x| ; untuk A = (x |—3 ≤ x ≤ 3, x e R)

x -3 -2 -1 0 1 2 3

x + |x| 0 0 0 0 2 4 6

Dinyatakan daerah hasil A = {0,0,0,0,2,4,6}


Fungsi Dengan Nilai Mutlak
7

0
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Fungsi Dengan Banyak Persamaan
Fungsi yang didefinisikan oleh rumus yang berbeda pada selang yang berbeda

Contoh

daerah asal A = (x |—3 < x ≤ 3, x e R)


Jadi : f(—2) = 1 ; f(—1) = 1 ; f(0) = 1 , f(1) = 2 ; f(2) = 3; f(3) = 4
Daerah hasil A = {1,1,1,2,3,4}
Fungsi Dengan Banyak Persamaan
4.5

3.5

2.5

1.5

0.5

0
-3 -2 -1 0 1 2 3 4
Fungsi Bilangan Bulat terbesar
(Floor dan Ceiling)
Misalkan x adalah bilangan riil, berarti x berada di antara dua bilangan bulat.

Fungsi floor dari x:


menyatakan nilai bilangan bulat terbesar yang lebih kecil atau sama dengan x
Fungsi ceiling dari x:
menyatakan bilangan bulat terkecil yang lebih besar atau sama dengan x

Dengan kata lain, fungsi floor membulatkan x ke bawah, sedangkan fungsi ceiling
membulatkan x ke atas.
Fungsi Bilangan Bulat terbesar
(Floor dan Ceiling)
Contoh 1 Contoh 2
Di dalam komputer, data dikodekan dalam untaian
=3 =4 byte, satu byte terdiri atas 8 bit. Jika panjang data 125
=0 =1 bit, maka jumlah byte yang diperlukan untuk
=4 =5 merepresentasikan data adalah = 16 byte.
= -1 = 0 Perhatikanlah bahwa 16 x 8 = 128 bit, sehingga untuk
= -4 = -3 byte yang terakhir perlu ditambahkan 3 bit ekstra agar
satu byte tetap 8 bit (bit ekstra yang ditambahkan
untuk menggenapi 8 bit disebut padding bits).
Fungsi Genap
Jika dari suatu fungsi f : A → B, berlaku f(—x) = f(x), maka f(x) adalah fungsi genap.

Contoh
f(x) =

f(-x) =
f(-x) = (-x)(-x)
f(-x) =
f(-x) = f(x)

Oleh karena itu, f(x) = merupakan fungsi genap


Fungsi Genap
Fungsi Ganjil
Jika dari suatu fungsi f : A —+ B, berlaku f(—x) = —f(x), maka f(x) adalah fungsi ganjil.

Contoh:
f(x) = - x

f(-x) = ( - (-x)
f(-x) = () + x
f(-x) = - ( - x)
f(-x) = - f(x)

Oleh karena itu, f(x) = - x merupakan fungsi ganjil


Fungsi Ganjil
Fungsi Modulo
Misalkan a adalah sembarang bilangan bulat dan b adalah bilangan bulat positif.
a mod b memberikan sisa pembagian bilangan bulat bila a dibagi dengan b
a mod b = c sedemikian sehingga a = bq + c,
dengan 0 ≤ c < b, q disebut hasil bagi

Contoh Fungsi Modulo adalah sebagai berikut:


25 mod 7 = 4
15 mod 4 = 3
3612 mod 45 = 12
0 mod 5 = 0
–25 mod 7 = 3 (sebab –25 = 7 x (–4) + 3)
Fungsi Faktorial
Fungsi faktorial (dituliskan dengan simbol "!" setelah sebuah bilangan bulat) adalah fungsi matematika
yang menghasilkan hasil perkalian dari bilangan bulat positif dari satu hingga bilangan yang diberikan.

{
n != 1                          ,  n  = 0
1  x  2  x   …   x  ( n −1)  x   n  ,  n  > 0
Fungsi Eksponensial
Fungsi Eksponensial terdiri dari suku persamaan dengan eksponen yang berisi variabel bebas,
fungsi ini berbentuk: f(x) = dengan a sebagai basis dan x adalah eksponen.

pada fungsi f(x) = variabel "a" harus lebih besar dari 0 dan bukan 1.

n
Untuk kasus perpangkatan negatif

=
Fungsi Logaritmik
Fungsi logaritmik adalah fungsi yang mengandung logaritma. Secara konsep, fungsi logaritma adalah kebalikan
dari fungsi eksponensial.

Y=a
log x <-> x =
a merupakan nilai basis logaritma. Nilai a harus lebih besar dari 0 tetapi tidak boleh sama dengan 1.
Fungsi Logaritmik
Fungsi Rekursif
Fungsi f dikatakan fungsi rekursif jika definisi Fungsi rekursif disusun oleh dua bagian: 
fungsinya mengacu padadirinya sendiri. 1. Basis  
Bagian yang berisi nilai awal yang tidak
Contoh : mengacu pada dirinya sendiri.

2. Rekurens
Bagian ini mendefinisikan argumen fungsi
dalam terminologi dirinya sendiri. Setiap
kali fungsi mengacu pada dirinya sendiri,
argumen dari fungsi harus lebih dekat ke
nilai awal (basis). 
Contoh​
Contoh Rekursif dari factorial
Basis:
n! = 1 , jika n = 0 
Rekurens: 
n! = n x (n -1)! , jika n > 0

5! dihitung dengan langkah berikut:


(1) 5! = 5 x 4! (6’) 0! = 1
(2) 4! = 4 x 3! (5’) 1! = 1 • 0! = 1 • 1 = 1
(3) 3! = 3 x 2! (4') 2! = 2 • 1! = 2 • 1 = 2 
(4) 2! = 2 x 1! (3') 3! = 3 • 2! = 3 • 2 = 6 
(5) 1! = 1 x 0! (2') 4! = 4 • 3! = 4 • 6 = 24 
(6) 0! = 1 (1') 5! = 5 • 4! = 5 • 24 = 120

jadi 5! Adalah 120


Contoh​
Contoh Rekursif lainnya
1. f(x) =

2. Fungsi chebysev
T(n,x) =

3. Fungsi Fibonacci
f(n) =
Fungsi Aljabar
Fungsi yang diperoleh melalui sejumlah berhingga operasi aljabar (penjumlahan, pengurangan,
perkalian, pembagian, dan penarikan akar) terhadap fungsi konstan dan fungsi kesatuan.

Fungsi aljabar terdiri dari: 


a. Suku banyak : fungsi linear, kuadrat, kubik, kuartik, kuintik, .... 
b. Fungsi rasional (hasil bagi dua polinom) 
c. Fungsi irasional (akar dari fungsi rasional)
Fungsi Trasenden
Fungsi elementer yang bukan fungsi aljabar

Contoh: 
Fungsi f(x) = sin x, f(x) = tan x

Fungsi transenden terdiri dari:


a. Fungsi trigonometri (sin, cos, tan, cot, sec, cosec) 
b. Invers fungsi trigonometri
c. Fungsi hiperbolik
d. Invers fungsi hiperbolik 
Kesamaan Dua Fungsi
Jika dua fungsi terdefinisi pada himpunan yang sama dan nilai fungsinya juga sama pada
himpunan itu, maka kedua fungsi itu kita katakan sama.

Definisi:
Fungsi f dan g yang terdefinisi pada himpunan D dikatakan sama jika
f(x) = g(x), V x ϵ D

Contoh:
a. Fungsi f(x) = 1 dan g(x) = -1/x
Kedua fungsi ini tidak sama karena tidak terdefinisi pada himpunan yang sama. Tetapi
bila daerah definisinya dibatasi pada selang (0, + ), maka f(x) = g(x), V x e (0, +a), sehingga f -
g pada (0, +a) 

b. Fungsi f(x) = cos2x dan g(x) = 1 — sin2x


 sama karena Di= Dg - R dan f(x) = g(x) V x e R
Operasi Aljabar pada Fungsi
Operasi aljabar pada dua fungsi, yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian dengan
skalar, perkalian dan pembagian

Definisi
Misalkan fungsi f dan g terdefinisi pada himpunan D.
1. 1. Jumlah f dan g, ditulis f + g, adalah suatu fungsi yang didefinisikan oleh (f + g)(x) = f(x)
+ g(x), ‘V’ x ϵ D 

2. Selisih f dan g, ditulis f — g, adalah suatu fungsi yang didefinisikan oleh (f — g)(x) = f(x)
— g(x), 'V’ x ϵ D 

3. Hasil kali f dengan skalar c, ditulis cf, adalah suatu tungsi yang didefinisikan oleh (cf)(x) =
cf(x), 'V’ x ϵ D 
Operasi Aljabar pada Fungsi
4. 4. Hasil kali t dan g,ditulis fg, adalah suatu fungsi yang didefinisikan oleh (f.g)(x) =
f(x).g(x), V x ϵ D 

5. Hasil bagi f dan g, ditulis adalah suatu fungsi yang didefinisikan oleh
g(x) = , V x ϵ D — (x g(x) = 0) g(x)

Arti geometri dari operasi aljabar pada tungsi adalah sketsa grafik hasil operasinya dapat
dibuat titik demi titik sepanjang himpunan D.
Contoh :
Jika f(x) = x2 dan g(x) = -2x, maka f + g adalah fungsi (f + g)(x) = x 2 - 2x.

40

30

20
f(x)=X^2
10

g(x)=-2x (f+g)(x)=X^2-2x
0
-6 -4 -2 0 2 4 6 8

-10

-20
Pergeseran Grafik Fungsi
Grafik fungsi y = f(x —a) + b, a dan b positif diperoleh dari grafik fungsi y = f(x) dengan cara
menggeserkannya sejauh a satuan ke kanan (ke arah sumbu x positif) dan b satuan ke atas (ke
arah sumbu y positif). 

Arah pergeseran grafik fungsi:


a > 0 dan b > 0 : ke kanan dan ke atas 
a < 0 dan b > 0 : ke kiri dan ke atas
a > 0 dan b < 0 : ke kanan dan ke bawah
a < 0 dan b < 0 : ke kiri dan ke bawah
Contoh:
Dari bentuk kesamaan f(x) = x2 - 2x = (x — 1)2 - 1, x ϵ R grafik fungsi f diperoleh dengan cara
menggeserkan grafik y = x2 sejauh 1 satuan ke kanan dan 1 satuan ke bawah.
5

0
-3 -2 -1 0 1 2 3 4

-1

-2

Anda mungkin juga menyukai