Materi Ibu Purwanti Susantini
Materi Ibu Purwanti Susantini
0
Sng Krs & Krs BB lbh & Obes
Sumber: Riskesdas 2018 2018
Prevalensi Stunting di Indonesia
PENGERTIAN ANEMIA DAN STUNTING
ANEMIA STUNTING
• Kondisi di mana konsentrasi • Stunting /pendek adalah
hemoglobin (Hb) dan / atau kondisi gagal tumbuh akibat
jumlah sel darah merah kekurangan gizi kronis
(RBC) lebih rendah dari • Kategori sangat pendek dan
biasanya dan tidak cukup pendek
untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis individu
Cut Off Point
ANEMIA STUNTING
• Pendek : TB -3 SD - < - 2 SD
• Sangat Pendek : TB < - 3 SD
Sumber: PMK no 2 Th 2020
1.1. iron depletion atau store iron deficiency,
Ditandai dengan berkurangnya cadangan besi atau tidak adanya cadangan
besi/ terjadi penurunan kadar feritin, kadar Hb masih normal
3Tahap
2. iron deficient erythropoietin atau iron limited erythropoiesis
Suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang eritropoisis nilai serum besi
menurun dan saturasi transferin menurun, sedangkan TIBC meningkat dan
free erythrocyte porphrin (FEP) meningkat.
Defisiensi
Zat Besi
3. iron deficiency anemia
Keadaan ini terjadi bila besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup
sehingga menyebabkan penurunan kadar Hb.
Adapted from USAID. Conceptual Frameworks. Multisectoral Anemia Partners Meeting, hosted by the USAID Anemia
Task Force held
Penyebab Langsung Anemia di Asia Tenggara
• Pola makan yang tidak adekuat
• Infeksi, terutama penyakit parasit dan virus (malaria , cacing, TB, HIV,
diare, pneumonia, infeksi kulit)
• Bioavailabilitas zat besi yang rendah
• Gangguan genetik seperti talasemia
• Pola makan orang Asia yang sebagian besar didasarkan pada bahan
pokok dengan asupan makanan hewani rendah
• Kurangnya vitamin B12, asam folat, dan kekurangan mineral lainnya
termasuk seng dan tembaga
• Malnutrisi energi protein yang parah
• Sanitasi yang buruk, ketersediaan air bersih kurang
• WHO memperkirakan 50% malnutrisi adalah terkait dengan diare
berulang atau infeksi cacing usus dari air yang tidak aman atau
sanitasi atau kebersihan yang buruk.
• Haemoglobinopathies, paling umum adalah α dan β-thalassaemias,
dan hemoglobin (Hb) frekuensi gen α-thalassemia sekitar 30-40%
Mengapa remaja risiko anemia?
• Kebutuhan zat besi mencapai puncaknya selama masa remaja karena
pubertas yang cepat pertumbuhan
• Asupan makanan yang rendah dan ketersediaan zat besi yang
kurang, (India menunjukkan > 50% remaja putri mengonsumsi kurang
dari 50% AKG untuk energi dan 70% anak perempuan mengonsumsi
kurang dari 50% AKG zat besi)
• Bioavailabilitas zat besi yang dikonsumsi rendah smakanan utamanya
adalah sereal dengan sedikit daging atau sayuran
• Penyakit infeksi dan parasit. Infeksi mengganggu asupan makanan,
penyerapan, penyimpanan dan penggunaan banyak nutrisi seperti zat
besi, vitamin B, folat 12 asam, vitamin C, vitamin A dll yang
berkontribusi pada anemia
• Penyakit menular dan infeksi parasit
• Berdasarkan baseline survey UNICEF pada tahun 2017, ditemukan
adanya perubahan pola makan dan aktivitas fisik pada remaja.
Sebagian besar remaja menggunakan waktu luang mereka untuk
kegiatan tidak aktif, sepertiga remaja makan cemilan buatan pabrik
atau makanan olahan, sedangkan sepertiga lainnya rutin
mengonsumsi kue basah, roti basah, gorengan, dan kerupuk
Persen Penyerapan Zat Besi
Wanita dg Hb
Pria dg Hb normal Anemia
Normal
• Hem (20 %) • Hem 31 % • Hem (47%)
• Non Hem (2,5%) • Non Hem (7,5 %) • Non Hem (21 %)
Cook, 1990
HUBUNGAN ANEMIA PADA
REMAJA DENGAN STUNTING
• Wanita anemia, akan meningkatkan risiko melahirkan prematur,
karena Fe selama kehamilan dibutuhkan untuk peningkatan produksi
erythrocyte agar mengirim oksigen yang dibutuhkan untuk
perkembangan
• Jika zat besi cukup dalam plasenta maka janin akan lahir dengan
cukup bulan dan berat normal
• Zat besi diperlukan untuk pertumbuhan setelah melahirkan, karena
meningkatkan volume sel darah merah dan membangun massa tubuh
WHO/UNICEF/UNU 1996
Tablet Fe yg di Indonesia
Strategi untuk Menurunkan Anemia pada Remaja Putri
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
WHO/UNICEF/UNU
DAFTAR PUSTAKA
• Fikawati, Sandra , Ahmad Syafiq, Sri Nurjuaida. 2011. Pengaruh suplementasi zat
besi satu dan dua kali per minggu terhadap kadar hemoglobin pada siswi yang
menderita anemia, Universa Medicina , Vol.24 No.4
• Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2011. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
Suplementasi Besi Untuk Anak. Badan Penerbit IDAI,
• Kementrian Kesehatan RI, 2018. Hasil Riskesdas 2018, Badan penelitian dan
pengambangan Kesehatan Jakarta
• Kementrian Kesehatan RI, 2018. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan
Anemia pada remaja Putri dan WUS,
• Permaesih Dewi, Susilowai Herman. 2005. Faktor-Faktor yang mempengaruhi
anemia pada remaja. Pulitbang Gizi dan Makanan, Badan Litbangkes
• Susanti, Yeti, Dodik Briawan, Drajat Martianto. 2016. Suplementasi Besi
Mingguan meningkatkan Hemoglobin sama efektif dengan kombinasi Mingguan
dan Harian pada Remaja Putri, J. Gizi Pangan, Maret 2016, 11(1):27-34
• WHO, 2010. Nutrition Landscape Information System (NLIS) Country Profile
indiCators, Geneva
• WHO, 2011. PREVENTION OF DEFICIENCY ANAEMIA IN ADOLESCENTS ROLE OF
WEEKLY IRON AND FOLIC ACID SUPPLEMENTATION IRON PREVENTION OF
DEFICIENCY ANAEMIA IN ADOLESCENTS
• WHO, 2016. Strategies to prevent anaemia: Recommendations from an Expert
Group Consultation, India