Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN GIZI PADA

CRITICAL ILL
BEDAH DIGESTIF
DEWASA&ANAK
Kelompok 7 Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika 3B
Anggota Kelompok:

1. Ayu Zahara
2. Hanny Tri Anysha Pinem
3. Putri Ayu Lestari
01 Pengertian
Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif
dengan cara membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani melalui
sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka, di mana pada masa setelah
operasi terjadi suatu fase metabolisme baik anabolisme maupun katabolisme (Susetyowati,
dkk. 2010).
Bedah digestif atau bedah perut dan saluran cerna adalah cabang keilmuan bedah
atau bedah umum yang lebih spesifik menangani masalah, komplikasi atau problematika
penyakit pada perut/dinding perut, organ cerna dan saluran cerna. Perkembangan keilmuan
ini dihadirkan bagi pasien atau masyarakat yang emerlukan informasi, konsultasi dan
pelayanan kesehatan tindakan operasi khusus pada perut serta saluran cerna secara
paripura, dilakukan dengan keilmuan dan teknik operasi yang terkini, dengan kualitas
terbaik menekan risiko serendah mungkin dengan mengutamakan keselamatan pasien
(Yuda Handaya, Adeodatus. 2017),
01 Lanjutan
saluran cerna adalah suatu organ berbentuk pipa atau rongga dari mulut sampai ke anus dengan
traktur anatomi dan fisiologi yang mirip. Saluran cerna mempunyai tiga fungsi penting, yaitu
transportasi, pencernaan, dan penyerpan makanan. Organ rongga perut yang mendukung proses
pencernaan, yaitu hati, pankreas, dan kantong empedu (Yuda Handaya. Adeodatus. 2017).
Terdapat banyak kasus operasi digestif yang berlaku di dunia termasuk Indonesia. Tindakan
operatif merupakan satu intervensi medis yang memerlukan keterampilan yang khusus untuk
menangani kasus-kasus tertentu seperti penyakit saluran cema. Umumnya, penyakit gastrointestinal
(GI) seringkali dapat dikaitkan dengan perubahan faktor lingkungan yang disebabkan oleh
industrialisasi, perubahan pola makan, perbaikan sanitasi, dan peningkatan penggunaan antibiotik.
Antara penyakit GI yang sering terjadi termasuk kanker kolorektal. penyakit refluks gastroesofagus,
kolitis ulserativa (UC), penyakit usus inflamasi (IBD), dan penyakit Crohn (CD).
Ruang Lingkup bedah anak
Pembagian kategori gawat darurat bidang bedah anak berdasar umur,
sesuai Depkes RI (2009) dan World Health Organization (WHO) adalah sebagai
berikut:
– neonatus (0–1 bulan),
– batita dan balita (young child) (1–5 tahun),
– anak-anak (5–11 tahun), dan
– remaja/adolescent (12–18 tahun).
Ruang lingkup berdasar sistem organ, terutama yang berhubungan
dengan bidang bedah anak penulis membaginya sebagai berikut:
1. sistem pencernaan/gastroenterologi dan hepatobilier;
2. sistem urogenital/saluran kencing dan alat kelamin; dan
3. kelainan di dinding abdomen
Kasus kegawatdaruratan abdomen pada bayi dan anak dikenali dari
adanya tanda-tanda akut abdomen. Gejala klinis yang paling banyak dijumpai
pada akut abdomen adalah nyeri perut. Nyeri perut ini seringkali disertai
keluhan penyerta berupa muntah, distensi perut, dan gangguan buang air
besar, dan flatus. Kondisi akut abdomen pada pasien bayi dan anak-anak ini
merupakan manifestasi dari beberapa kondisi patologis intraabdomen, yang
banyak dijumpai antara lain
1. inflamasi organ intraabdomen dengan atau tanpa disertai gejala
peritonitis;
2. obstruksi;
3. perforasi/ruptur organ berongga.
Nyeri perut pada pasien bedah
Secara klinis, nyeri perut dibagi menjadi tiga kategori, yaitu nyeri
visceral (splanchnic), parietal (somatic), dan reffered (nyeri alih). Nyeri visceral
biasanya terasa tumpul, sulit dilokalisasi, dan terasa di garis tengah. Kondisi
patologis yang menimbulkan nyeri visceral ini terdapat pada kondisi organ
intraabdomen yang mengalami edema, dilatasi, atau iskemia. Nyeri visceral
dapat dijumpai pada kasus appendicitis awal, gastroenteritis, konstipasi,
trauma abdomen, dan lainnya
Nyeri parietal biasanya terasa tajam, intens, terlokalisir dan dapat
diperberat dengan batuk atau pergerakan. Nyeri ini bersumber dari adanya
iskemik jaringan, inflamasi atau peregangan dari peritoneum parietal yang
ditransmisikan serat aferen ke dorsal root ganglia pada sisi level dermatom yang
sama. Kondisi ini dapat terjadi pada kerusakan/inflamasi organ lebih lanjut
dan strangulasi contohnya appendisitis akut, volvulus, dan hernia inkarserata
Nyeri perut pada pasien bedah
Nyeri alih/referred pain mempunyai karakteristik seperti nyeri parietal
tetapi terasa di daerah lain yang mempunyai dermatom persarafan yang
sama dengan organ yang mengalami cedera/inflamasi.
Nyeri yang khas untuk kelainan bedah yang lain adalah nyeri kolik. Nyeri
kolik disebabkan oleh regangan dari organ berongga, biasanya disebabkan
oleh adanya obstruksi sehingga organ berongga akan dilatasi dan adanya
gerak mendorong dari organ tersebut untuk melepaskan obstruksi. Nyeri
ini mempunyai ciri khas yang hilang timbul sesuai gerak peristalsis organ.
Rasanya tajam dan intens selama gelombang persitalsis muncul. Contoh dari
nyeri kolikter dapat pada kasus intususepsi, batu ureter, dan batu kandung
empedu
DIAGNOSA

Pada Esofagus, duodenum, Gaster Pada lever, Pankreas, dan Saluran Empedu
• Kanker esofagus • Abses hati
• Gerd • Kanker hati
• Kanker lambung • Kista hati
• Gastrointestinal Stroma Tumors (gists) • Kista pankreas
• Ampula Tumor • Batu pankreas
• Akalasia • Pankreatitis
Pada usus Halus dan Usus Besar • Batu empedu
• Fisura Perianal • Batu saluran empedu
• Appendisitis • cholangiocarcinoma
• Fistula Enterokutan (FEK)
• Kanker Usus Besar
Preskrepsi Gizi

Tujuan utama pemberian makan pasca operasi adalah untuk


meningkatkan fungsi imun danmempercepat penyembuhan luka yang
meminimalisir ketidakseimbangan metabolik (Afiqah,Nur Binti Abdi.2017).
Pemberian suplemen vitamin dan mineral diperlukan pada pasien bedah.
Vitamin C dengan takaran 500-1000 mg per hari diperlukan untuk pembentukan
kolagen bagi proses kesembuhan luka. Kalium ekstraseluler merupakan fraksi
kecil dari kandungan totalsel tubuh. Sebagian besar sel mengandung konsentrasi
kalium yang konstan (150 mmol/air intrasel), tetapi pada penyakit bedah dan
selama pemulihan, kalium sel bisa sangat bervariasi. Deplesi dapat terjadi
apabila kalium yang terdapat dalam sel hilang bersama dengan rusaknya sel
pada saat pembedahan. Normalnya pasien-pasien bedah harus mengkonsumsi
100 mmol atau sekitar 3900 mg kalium per hari (Putu, Ni Ayu Devy Ningrum
dkk. 2018).
Diet Yang Diberikan
1. Diet Pra Bedah
Diet pra-bedah adalah yang pada pengaturan makan yang diberikan kepada pasien akan
menjalani pembedahan. Pemberian diet pra-bedah bergantung Keadaan umum pasien,
seperti kesadaran, status gizi, kadar gula darah, tekanan darah, ritme jantung, denyut
nadi, fungsi ginjal dan suhu tubuh 2. Macam pembedahana.
a. Bedah minor atau bedah kecil, seperti tindakan insisi, ekstirpasi dan sirkumsisi.
b. Bedah mayor atau bedah besar, yang dibedakan dalam bedah pada saluran cerna
(lambung, usus halus, usus besar, kandung empedu, pankreas) dan bedah di luar
saluran cerna (jantung, ginjal, paru, saluran kemih, tulang dan sebagainya).
Tujuan Diet Tujuan diet pra-bedah adalah mengusahakan agar status gizi pasien dalam
keadaan optimal pada saat pembedahan sehingga tersedia cadangan untuk mengatasi
stres dan penyembuhan luka.
Lanjutan…

2. Diet Pasca Bedah


Diet pasca-bedah adalah makanan yang diberikan kepada pasien
setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah
pembedahan bergantung pada macam pembedahan dan jenis penyakit
penyerta (lih. Diet Pra-bedah).
TujuanTujuan diet pasca-bedah adalah mengupayakan agar status
gizi pasien segera kembali normal untuk mempercepat proses
penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien dengan
cara, sebagai berikut.
• Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein).
• Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi dan zat gizi lain.
• Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
Lanjutan…

Diet pasca bedah di bagi menjadi beberapa :


• Diet Pasca Bedah I
Diberikan pada semua pasien pasca bedah: setelah pasien sadar atau rasa
mualhilang serta bising usus.
• Diet Pasca Bedah II
Diberikan kepada pasien pasca bedah digestif sebagai perpindahan dari diet pasca
bedah 1 ke pasca bedah 2.
• Diet Pasca Bedah III
Perpindahan dari diet pasca bedah 2 berupa makanan saring ditambah susus dan
biskuit, diusahakan cairan
• Diet Pasca Bedah IV
Perpindahan dari diet pasca bedah 1 (bedah minor), atau pasca bedah 3
(bedahmayor.
Aspek penting terapi nutrisi pada pembedahan
• Hindari puasa yang berkepanjangan padapreoperative (kecuali operasi gaster dan
esophagus)
• Berikan makanan per oral sesegera mungkin pasca operasi
• Mulai terapi nutrisi sejak dini, setelah segera risiko malnutrisi diketahui
• Kendalikan metabolik, seperti kadar glukosa darah
• Turunkan faktor-faktor yang memperberat stressmetabolik
• Mobilisasi sedini mungkin untuk mempertahankan sintesis protein dan fungsi otot
Kandungan Yang Baik untuk pasien Bedah Digestif

● Arginin, glutamin dan omega 3 memberi dampak positif bagi pasien


● Biasanya menggunkaan produk komersil dengan kandungan arginin, glutamin dan omega 3
dengan dosis 500 - 1000 ml pre op 5 hari sblm op abdominal. 5-7 hari pascaop lagi
● Kalo tidak ada produk komersil bisa menggunakan local food atau real food (bahan makanan
yang mengandung banyak arginin, glutamin, omega
● Apabila mau memberikan susu bisa ditambahkan minyak kanola (sumber omega 3, poaching
putih telur, dll shg bisa memenuhi IMN pasien)
GIZI ENTERAL DAN PARENTERAL
1. Gizi Enteral
Dalam hal nutrisi enteral, pemberian makanan harus dimulai dalam waktu24-48
jam pertama setelah masuk untuk memfasilitasi toleransi diet, mengurangi risiko
disfungsi dan infeksi penghalang usus, dan mengurangi lama tinggal diruah sakit dan
ventilasi mekanis (Afiqah, Nur Abdi, 2017).
Jalur pemberian diet secara enteral diberikan dalam bentuk makanan cair atau
formula peroral, diberikan apabila makanan peroral tidak adekuat atau ditujukan
sebagai suplemen atau pengganti makanan. Pemberian makanan diberikan melalui
saluran cerna dengan jalur pipa atau kateter (Nuryati,2013). Rata-rata formula enteral
standar memberikan kurang lebih 1,0 hingga 1,2 kkal/ml dan 14% hingga 16% kalori
dari protein (Putu, Ni Ayu Devy Ningrum dkk. 2018). Ada bukti bahwa enteral feeding
dalam 24 jam memiliki manfaat signifikan dibandingkan parenteral feeding dan enteral
yang terlambat. (Afiqah, Nur Binti Abdi.2017).
Lanjutan…

Formula enteral untuk pasien bedah dapat dibedakan menjadi:


1. Formula Blender
Formula Blender Dikembangkan untuk individu dengan intoleransi - semi-
synthetic. Formula ini dibuat dari cairan makanan sesungguhnya spt ayam, kacang-
kacangan, wortel, tomat & jus berri. Formula yg sama dpt dbuat drumah ttp berisiko
kontaminasi bakteri. Contoh: Compleat

2. Polimerik/standar
Polimerik/standar Dibagi menjadi: komplit & inkomplit
• Polimerik komplit makana
• Dan pengganti (meal replacement)
• Polimerik inkomplit makanan tambahan (suplemen) •
• Dibuat dr intact protein, carbohydrates, long chain triglycerides, vitamins and
minerals, fiber. Membtuhkan proses cerna sblm diabsorpsi.
Lanjutan…
Contoh: Jevity 1 Cal, Osmolite 1.2 Cal, Promote with Fiber, Nutren Replete,
Nutren Replete with fiber

Osmolite Promote
Jevity 1 Cal 1.2 Cal with Fiber

Nutren
Nutren
Replete with
Replete
fiber
Lanjutan…

3. Padat Kalori

Kandungan kalori >> produk standar,> 1.5 kcal /cc → vitamin, mineral, protein,
carbohydrates, LCT, serat.
Contoh: ensure, nutren

ensure nutren
Lanjutan…

4. Elemental & semi-elemental

• Formula Elemental formula dgn kandungan gizi yg siap serap →


amino acid, glucose polymers, rendah lemak (2%-3% total kalori dr
LCT, > MCT)
• Semi-elemental: sbgian kandungannya masih memerlukan proses
cerna → peptida dgn beragam panjang rantai, gula sederhana, glucose
polymers dan lemak (MCT).

Contoh : peptamen
5.Spesifik/PenyakitTertentu 6. Modular/Incomplete
Spesifik/penyakit tertentu merupakan • Zat gizi kurang lengkap (Incomplete)
Zat gizi lengkapdibuat untuk pasien dengan • Dibuat untuk memenuhi kebutuhan
penyakit diabetes, gagal ginjal, gangguan terhadap zat gizi tertentu
hati, gangguan pernafasan, penyembuhan • Tidak dibuat untuk memenuhi 100%
luka. Mengandung zat aktif / zat gzi khusus kebutuhan gizi, tetapi dapat
spt glutamine, arginine, nucleotides or menambah asupan kalori/protein/
essential fatty acids. lemak.
Contoh: Diabetisource AC, Glucerna, Nepro • Bisa digunakan tunggal/ dicampur
with Carb Steady, produk lain.
Contoh: Duocal, Polycose, Benecalorie,
Promod, Beneprotein, MCT oil, Microlipid,
Juven

Diabetiso
Glucerna Nepro with
urce AC
Carb Steady
Benecalorie Duocal
2. Gizi Parenteral
Jalur Pemberian diet secara parenteral diberikan melalui pembuluh vena perifer
(Nuryati, 2013). Makanan parenteral biasanya mengandung dekstrosa 10% hingga sekitar
25% dari total kebutuhan, sumber protein pada formula parenteral terdapat dalam bentuk
campuran asam amino esensial dan non esensial yang konsentrasinya berkisar dari 5%
hingga 15% dari total kebutuhan, dan mengandung lemak 30% dari total kebutuhan (Putu,
Ni Ayu Devy Ningrum dkk. 2018). Ada sedikit bukti bahwa nutrisi parenteral lebih efektif
daripada enteral, namun lebih mahal dan dikaitkan dengan resiko lebih tinggi komplikasi
serius, khususnya infeksi (Afiqah, Nur Binti Abdi.2017).
Isi parenteral standart terdiri dari:
• Sodium: 25 meq
• Potassium: 40.6 meq
• Calcium : 5 meq
• Magnesium: 8 meq
• Acetate: 33.5 meq
• Gluconate: 5 meq
• Chloride: 40.6 meq
Estimasi Kebutuhan Energi dan Protein

intervensi nutrisi hanya bisa efektif jika kebutuhan energi secara akurat diperhitungka
kemudian dicapai. Pendekatan standar adalah dengan memperkirakan kebutuhan energi dari
basal energi expenditure, menggunakan regression equations dan faktor stres dan aktivitas
(lihat rumus di bawah). Kebutuhan energi berkisar antara 85-150 kJ/kg. Kebutuhan protein
biasanya diset antara 7-8% kebutuhan energi, meskipun pasien yangsakit parah atau injury
mungkin membutuhkan 15- 20% energi mereka dalam bentuk protein

Estimasi Basal Energy Expenditure dan Total Energy Requiretment

Estimasi kebutuhan energy (kalori/hari) = basal energi expenditure + faktor aktivitas

+ faktor stres
Basal energi expenditure (menurut Harris-Benedict Equations) :
Laki-laki (kalori/24 jam) = 13.8(W) + 5 (H) – 6.8(A) + 66,5
Perempuan (kalori/24 jam) = 9,6(W) + 1.8(H) – 4,7(A) + 65,5

A = age (tahun)
W = weight (kg)
H = height (m)

Faktor aktifitas (persentase dari basal energi expenditure) :


Berbaring, immobilisasi + 10%
Berbaring, duduk + 15 – 20%
Beraktivitas di bangsal + 25%
Faktor stres (persentase dari basal energy expenditure)
o Pembedahan, single fraktur + 10%
o Pembedahan mayor, trauma + 20%
o Infeksi + 10 – 30%
o Multiple fraktur, sepsis berat, multiple trauma + 20 – 50%
Kebutuhan Energi (Kalori) : BMR x Faktor Aktifitas x Faktor Stress

Rumus BMR (Menggunakan Rumus Harris Benedict, 1919)


Laki-laki : 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) - (6,8 x U)
Perempuan : 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) - (4,7 x U)

Keterangan :
BB : Berat badan dalam kg
TB : Tinggi badan dalam cmU : Umur dalam tahun
Faktor Aktifitas Fisik (AF)

Laki-laki Perempuan
Sangat ringan : 1,30 Sangat ringan : 1,30
Ringan : 1,65 Ringan : 1,55
Sedang : 1,76 Sedang : 1,70
Berat : 2,10 Berat : 2,00
Sedangkan berdasarkan patologis dari karakteristik pasien, berikut merupakan faktor stress yang
dapat digunakan untuk perhitungan kebutuhan energi :
1. Puasa sedang : 0,85 – 1
2. Pasca bedah tanpa komplikasi 1,00 – 1,05
3. Kanker : 1,10 – 1,45
4. Infeksi berat/trauma : 1,30 – 1,55
5. Luka bakar : 1,50 – 1,70
Setelah proses kebutuhan kalori dan pemberian makanan pasien pasca bedah
sudah ditentukan dan di berikan kepada pasien. Maka hal yang perlu dilakukan
dalam hal ini adalah monitoring dan evaluasi. Dalam hal ini, yang perlu dilakukan
antara lain :
1. Toleransi bentuk dan asupan makanan
2. Cairan lambung yang keluar terkait dengan intake yang akan di masukkan
3. Keseimbangan cairan elektrolit
4. Keseimbangan nitrogen (UUN)
5. Hasil laboratorium terkait dengan operas pascabedah
6. Kondisi klinis, mual/muntah, diare, ada tidaknya dehidrasi atau retensi cairan
7. Antropometri pasien (berat badan atau lingkar lengan atas)
8. Feses dan stool pasien
Jenis & Kasus Bedah Digestif
1.Rekonstruksi Saluran Cerna Pasca Reseksi Esophagus

Pada keadaan tertentu esophagus tidak dapat berfungsi mengantar makanan ke


lambung karena kelainan yang disebabkan penyakit (infeksi, kanker) atau trauma
(kecelakaan, zat korosif). Bila esofagus rusak, tersumbat dan tidak bisa
dipertahankan tindakan operasi diperlukan untuk membuat saluran alternatif. Pada
kanker esofagus tindakan operatif tergantung keadaan penderita dan eksistensi
tumor. Untuk kanker yang 'resectable' dilakukan reseksi/mengangkat esophagus
kemudian. di ganti dengan lambung, jejunum atau kolon. Untuk Kanker yang
'unresectable' dilakukan tindakan paliatif membuat saluran cerna langsung ke
lambung dengan gastrostomi atau pemasangan 'stenting" untuk mempertahankan
lumen esofagus. Cara lain dilakukan by pass' esofagus proksimal obstruksi kesaluran
cerna distal obstruksi.
● Nutrisi yang diberikan :

Nutrisi enteral pasca bedah mulai diberikan 2 hari pasca bedah, secara
bertahap mulai 5 kcal/kg/hari sampai 30 kcal/kg/ hari disamping
pemberian parenteral. Sehingga kebutuhan nutrisi tercapai seperti
dilaporkan oleh K Aoki, K Ikeda et all, K Otsuda, K 6.7 Ikeda et all.
Kasus kanker esophagus lain dilaporkan oleh M.Lörken, M. Jansen, V.
Schumpelickm, seorang laki-laki 71 th pasca laringektomi 16 tahun
sebelumnya karena kanker laring, dilakukan reseksi dan transposisi
lambung dengan hasil baik termasuk restorasi 'esophageal speech'
kembali maksimal.
2.Rekonstruksi Saluran Cerna Pasca Gastrektomi
Total
Terapi bedah pengangkatan lambung merupakan tindakan kuratif pada
setiap keganasan di lambung. Sejak 1881 dikenal beberapa tehnik
operasi, oleh Wolfler dan rekannya, Theodor Billroth di Vienna. Mereka
berhasil melakukan pylorectomies pada kanker lambung prepylorus.
Kemudian dilanjutkan rekonstruksi gastroduodenostomi yang dikenal
sampai sekarang sebagai Billroth I, Tahun 1882 von Rydigier
melakukan operasi yang lebih luas dari operasi pylorus yang dikerjakan
Billroth dan dikenal sebagai subtotal gastrektomi, tindakan ini
dikerjakan pertama untuk ulkus dilambung.
● Nutrisi yang diberikan :

Pasca bedah saat penderita dalam kondisi stabil, intake


melalui nasogastrik tube yang dipasang melewati
anastomosis, diberikan mulai hari ke 2-4 berupa diet cair
mulai air tawar dilanjutkan diet cair 400 kalori meningkat
sampai 1800 kalori. Intake oral mulai diberikan hari ke 10
berupa diet saring 1800 kalori, tiap hari ditingkatkan diet
lunak, diet tim dan makanan standard.
3.Karsinoma Pankreas
Secara klinis gejala malnutrisi, anoreksia, turunnya berat
badan dan diabetes mellitus dijumpai pada 80% penderita.
Gejala ikterus, sebagai komplikasi tersumbatnya duktus
choledochus, dijumpai pada 70% kasus keganasan kaput
pankreas. Untuk tindakan operasi diperlukan pemeriksaan
penunjang lain seperti, fungsi jantung paru, fungsi hati,
fungsi ginjal dan petanda tumor Ca
● Nutrisi yang diberikan :

Setelah glukosa darah normal dapat dikendalikan dengan


diet 1200-1800 kalori saja tanpa insulin. Kebutuhan insulin
dan enzim pencernaan pasca pankreatektomi total dapat
teratasi tanpa suplemen.
Pembahasan Kasus dan
Nutrisi Enteral Dini
Pasca Rekonstruksi GI
Proksimal
Pembahasan
● Kebutuhan protein kalori lemak dan elektrolit sangat diperlukan untuk
kebugaran fisik dan penyembuhan luka pasca bedah. Puasa lebih dari 24
jam terjadi proses katabolik yang menghabiskan cadangan glicogen hati
dan otot, badan manusia tanpa asupan nutrisi membutuhkan 25
kkal/kg/hari (kilokalori). Jika cadangan habis terjadi gluconeogenesis
yang diambil dari proteolisis otot. juga dari protein viseral yang
mengakibatkan menurunnya integritas sel, sistem imunitas dan enzim.
Puasa panjang dengan mengistirahatkan sistem gastro intestinal (GI),
diperlukan asupan nutrisi dalam bentuk parenteral nutrisi (PN).
Pembahasan
Cara ini tidak bisa mengganti kebutuhan nutrisi maksimal untuk
waktu lama. Tidak ditemukan perbedaan permeabilitas mukosa pada
penderita yang dipuasakan atau diberi nutrisi enteral (NE). Akan
tetapi pemberian NE akan meningkatkan integritas mukosa sehingga
pernyerapan makanan lebih baik. Pemberian NE dini pasca bedah
langsung ke jejunum dapat dimulai 24 jam pascabedah, dengan
asumsi gerakan peristaltic dan fungsi penyerapan usus sudah
berfungsi pada saat itu (4-8 jam pasca bedah fungsi usus normal
kembali).
Laporan kasus dari RS Kanker Dharmais oleh Dr. Dukut Respati Kastomo,
SpB.KBD
(Dokter Spesial Bedah Digestif RS Kanker Dharmais)
TERIMAKASIH
Daftar Pustaka

● Buku gawat darurat medis dan Bedah rumah sakit universitas airlangga
● Buku ajar criticall ill 2020
● Leung, KCA., and Sigalet, LD. 2003. Acute Abdominal Pain in Children. American
Family Physician, vol. 67, no. 11, pp. 2321–7
● Ademuyiwa, OA., Bode, OC., Adesanya, AO., et al. 2012. Non-trauma related
paediatric abdominal surgical emergencies in Lagos, Nigeria: epidemiology
and indicators of survival. Niger Med J, vol. 53, pp. 76–9
● Yuda Handaya, Adeodatus, 2017. Deteksi Dini & Atasi 31 Penyakit Bedah Saluran Cerna
(Digestif).Yogyakarta: Rapha Publishing
● Anggraeni, A.C. 2012. Nutrtional Care Process. Yogyakarta : Graha Ilmu.
● Fahmida, U dan Dillon, D. 2007. Handbook Nutritional Assessment. Jakarta : SEAMEO
TROPMED RCCN.
● Supariasa, IDN, dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penebit EGC Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai