Anda di halaman 1dari 40

Konsep Patofisiologi Dan

Askep Pada Anak Dengan


Gangguan Degestive
Febriyanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep
BAB
01 ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK DENGAN DIARE

02 ASUHAN KEPERAWATAN PADA


ANAK DENGAN DEMAM
THYPOID
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare
Definisi
Diare adalah buang .air besar (defikasi) -dengan
tinja berbentuk -cairan atau setengah cairan,
sehingga kandungan air pada tinja lebih banyak
dari keadaan normal, yaitu 100 - 200 ml sekali
defikasi.
Diare adalah defikasi encer lebih dari 3 kali sehari
tanpa/ dengan daerah/ sendiri didaJam tinja.
Diare adalah keadaan frekuensi buang air bssar
lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak dengan konsistensi faeces encer, dapat
berwama hijau atau bercampur lendir dan darah.
Etiologi
• Faktor infeksi
• Faktor Malabsorpsi
• Faktor makanan
• Lain-lain
a. Imunodefisiensi
b. Gangguan psikologis (cemas dan takut)
c. Faktor-faktor langsung:
- KKP (Kurang Kalori Protein)
- Kesehatan pribadi dan lingkungan
- Sosioekonomi
GEJALA KLINIS

mula‑mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu


tubuh biasanya meningkat kemudian timbul diare

tinja cair, mungkin disertai lendir atau darah, warna tinja


makin lama berubah menjadi kehijauan karena bercampur
dengan empedu

anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja


yang asam

Tanda-tanda dehidrasi, syok


Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare:


1. Diare osmotik :
akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap usus
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus
meningkat
menyerap air dan elektrolit kedalam rongga usus
terjadi diare
2. Diare sekresi :
akibat rangsangan tertentu (toksin) pada dinding usus
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam
rongga usus
terjadi diare

3. Gangguan motilitas usus


hiperperistaltik  penyerapan makanan <  diare
hypoperistaltik  overgrowth bakteri  diare
Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/
hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia/ dengan gejala meteorismus, hipotoni otot,
lemah, takikardia,perubahan EKG)
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus
dan defisiensi enzim laktosa
6. Kejang, pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein (muntah dan mual bila lama/
kronik)
Derajat Dehidrasi

• Kehilangan BB
1. Tidak ada dehidrasi : menurun BB < 2 %
2. Dehidrasi ringan : menurun BB 2 - 5%
3. Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%
4. Dehidrasi berat : menurun BB 10%

• Meurice King
PENATALAKSANAAN N
Dasar penatalaksanaan diare adalah :
a. Pemberian cairan
b. Dietetik (pemberian makanan)
c. Obat-obatan
d. Obat penyakit penyerta

PEMBERIAN CAIRAN
Perlu diperhatikan 4 J pd pemberian cairan, yaitu :
a. Jenis cairan
b. Jalan pemberian
c. Jumlah cairan
d. Jadwal (kecepatan) pemberian cairan
TERAPI REHIDRASI
Tujuan / terapi rehidrasi yang disebabkan diare :
1. Mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara
cepat (terapi rehidrasi)

2. Mengganti cairan yang hilang sampai diare berhenti


(terapi rumatan)
Kehilangan cairan dan elektrolit ini dapat diganti
baik secara oral maupun intravena
Rehidrasi intravena biasanya untuk rehidrasi
penderita dehidrasi berat
Komposisi cairan oralit yang dianjurkan WHO / UNICEF
Kandungan Jumlah Ion Konsentrasi
g/l mmol/l

Natrium klorida 3,5 Natirum 90

Trinatrium sitrat, 2,9 Sitrat 10*


dihidrat

Kalium clorida 1,5 Kalium 80


clorida

Glukosa (anhidrous) 20,0 Glukosa 111

* Natrium bikarbonat 2,5 g – bikarbonat 30 mmol/L


JUMLAH ORALIT YANG HARUS DIBERIKAN PADA PENDERITA DIARE :

1. DIARE TANPA DEHIDRASI


Berikan oralit dosis pemeliharaan seperti dibawah ini
(untuk mencegah dehidrasi), sampai diare berhenti

Jumlah oralit yang diberikan tiap b.a.b.


Umur
ml Gelas

Dibawah 1 thn 50 – 100 ml ½ gelas

1 – 4 thn 100 – 200 ml 1 gelas

5 – 12 thn 200 – 300 ml 1 ½ gelas

Dewasa 300 – 400 ml 2 gelas


2. DIARE DENGAN DEHIDRASI RINGAN-SEDANG

Berikan oralit seperti dibawah ini, untuk mencegah dehidrasi :


1. a. Terapi dehidrasi : BB x 75 ml, habiskan 3 jam
b. Terapi rumatan : BB x 10 ml, setiap anak b.a.b.,
berikan terus sampai diare berhenti
2. a. Terapi dehidrasi

Jumlah oralit yang diberikan dlm 3 jam


Umur ml Gelas

Dibawah 1 thn 300 ml 1 ½ gelas


1 – 4 thn 600 ml 3 gelas
5 – 12 thn 1200 ml 6 gelas
Dewasa b. Terapi rumatan = lihat
2400 mldiatas
tabel 12 gelas

Pemberian oralit sebaiknya menggunakan sendok


REHIDRASI INTRA VENA :
PEMBERIAN CAIRAN PADA NEONATUS :
Macam cairan :
NaCl 0,18% = ¼ IVFD : Glucosa 10%
Glucosa
NSD : Glucosa 5%
Bila ada acidosis ……….NaBic 2%.....8 cc/kgBB/hari
Bila ada hipokalemia …..KCl 15%…..1 cc/kgBB/hari
Oral KCl 3%…..2,5 cc/kgBB/hari
DEHIDRASI BERAT :
2 jam pertama 5 tetes/kgBB/menit I.V.
(Bila ada shock, darah 10 cc/kgBB dalam spluit)

22 jam berikutnya 3 tetes/kgBB/menit …….. I.V.

DEHIDRASI SEDANG :
3 tetes/kgBB/menit ……….. I.V./NSD
merata dalam 24 jam

DEHIDRASI RINGAN :
2 tetes/kgBB/menit ……………. NSD
merata dalam 24 jam, atau

150 cc/kgBB/hari ………………. Oral


PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pemeriksaan tinja
makroskopik dan mikroskopik
pH, dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest, bila diduga terdapat intoleransi laktosa
bila pedu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
(culture dan sensitivity test)
2. Pemeriksaan analisa gas darah
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal
ginjal
4. Pemeriksaan serum elektrolit terutama kadar natrium, kalium,
calsium dan fosfor (terutama pada penderita diare yang disertai
kejang)
5. Pemeriksaan kadar glukosa darah bila terdapat tanda-tanda
hipoglikemia
Asuhan Kperawatan
Pengkajian
Riwayat
• Diare : sejak kapan, frekuensi, konsistensi,
warna,bau,ada/tdk lendir, anggota klg lain diare
• Muntah : frekuensi, jumlah
• Kencing
• Penyakit lain yg menyertai misal batuk pilek, otitis
media, campak
• Makan minum sebelum & selama diare
• Tindakan yg telah dilakukan ibu selama anak diare
• Riwayat imunisasi
Pemeriksaan fisik
• Periksa apakah ada tanda-tanda dehidrasi
• Tentukan apakah diare tanpa dehidrasi,
dehidrasi ringan,sedang atau berat
• Periksa apakah ada penyakit lain
• Perika & tentukan status gizinya
Diagnosa Keperawatan

• Kekurangan volume cairan b/d kehilangan kelebihan melalui faeces


dan . muntah serta intake terbatas (mual).
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.ii
• Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perektal
• Resiko gg integiritas kulit b/d seringnya buang air besar
• Kecemasan anak/ orang tua b/d perubahan status, kesehatan anaknya
• Kurang pengetahuan tentang penyakit
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Demam Thypoid
DEFINISI
• Nama Lain: Tifus, Typhus abdominalis, Typhoid fever, enteric fever.
• Penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna,
disebabkan oleh bakteri Salmonella Thyphi, dengan gejala demam
selama satu minggu atau lebih dengan disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
ETIOLOGI

S. Typhi, S. Paratyphi (A,B,& C), S. Schottmuelleri,


dan S. Hirschfeldii
PENULARAN
PATOFISIOLOGI
• Salmonella Typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal akan ditelan
oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa. Sebagian dari
Salmonella Typhi ada yang dapat masuk melalui usus halus
mengadakan invaginasi ke jaringan limfoid usus halus. Kemudian
Salmonella Typhi, masuk melalui folikel limpa ke saluran limpatik dan
sirkulasi darah sistemik sehingga terjadi bakterimia. Bakterimia
pertama-tama menyerang system retikulo endothelial (RES) selanjutnya
akan di kolonisasi melalui saluran limfe.
Patofisiologi
• Limfe yang mengalir duktus torasikus menghantarkan organisme
masuk melalui aliran darah, dari sini terjadi desminasi ke seluruh organ
jauh. Sel retikulo di sumsum tulang, hati, dan limpa meamakan
bakteri yang menyebar secara hematogen, yang kadang menimbulkan
fokus infeksi. Organisme yang menyebar melalui darah kemudian
selanjutnya mengenai seluruh organ didalam tubuh seperti di sitem
saraf pusat, ginjal, dan jaringan limpa.
MANIFESTASI KLINIS

• Demam tinggi  39°-40 °C lebih dair 7 hari dan


terus meningkat
• Tubuh menggigil terutama pada malam hari 
• Gejala gastrointestinal: Nyeri perut, kembung,
mual, muntah, diare, konstipasi, hepatomegali,
splenomegali, dan lidah kotor
Manifestasi Klinis
• Kelemahan
• Denyut jantung lemah (bradikardi)
• Sakit kepala
• Nyeri otot
• Penurunan kesadaran (delirium, apatis, somnolen, sopor bahkan
koma)
• Pada kasus tertentu muncul penyebaran flek merah muda (“rose
spots”)
KOMPLIKASI
• Komplikasi intestinal
• Perdarahan usus
• Perforasi usus
• Ileus paralitik
• Komplikasi ekstraintetstinal
• Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer
(renjatan/sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
• Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia dan
atau koagulasi intravaskular diseminata dan sindrom uremia
hemoltilik.
Komplikasi
• Komplikasi paru: penuomonia, empiema dan peluritis.
• Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.
• Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.
• Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis.
• Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, mengingismus, meningitis, polineuritis
perifer, sindrim Guillain-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Hitung sel darah tepi: ditemukan leukopenia, limfositosis relatif dan
aneosinofilia pada permulaan sakit. Mungkin terdapat anemia dan
trimbositopenia pada tifoid berat.
• Uji serologis: berupa uji Widal; tes TUBEX®; metode enzyme
immunoassay (EIA), metode enzyme-linked immunosorbent assay
(ELISA),dan pemeriksaan dipstik.
PENANGANAN
• Istirahat bertujuan untuk mencegah
komplikasi dan mempercepat penyembuhan.
Pasien harus tirah baring absolut sampai
minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih
selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap,
sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
• Diet dan terapi penunjang dilakukan dengan
pertama memberikan bubur saring, kemudian
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan
tingkat kesembuhan pasien. Pemberian
makanan tingkat dini yaitu nasi dengan lauk
pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan
serat kasar) dapat diberikan dengan aman. Juga
perlu diberikan vitamin dan mineral untuk
mendukung keadaan umum pasien.
• Antibiotika, seperti ampicillin, kloramfenikol,
trimethoprim-sulfamethoxazole, dan
ciproloxacin sering digunakan untuk merawat
demam tipoid. Obat-obat pilihan pertama
adalah kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin
dan kotrimoksasol. Obat pilihan kedua adalah
sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan
ketiga adalah meropenem, azithromisin dan
fluorokuinolon. 
DIAGNOSA KEPERAWATAN

• Hipertermi b.d proses penyakit.


• Defisit volume cairan b.d kehilangan volume cairan secara aktif
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
ketidakmampuan untuk memasukan atau mencerna nutrisi oleh faktor
fisiologis.
• Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (biologi, kimia,
fisik, psikologis), kerusakan jaringan.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai