Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

JIWA LANJUT PADA


PASIEN RESIKO
BUNUH DIRI
Nadya Karlina Megananda
(196070300111005)
Bahan Diskusi
1 Konsep Dasar Resiko Bunuh Diri

2 Pengkajian Pasien Resiko Bunuh Diri

3 Intervensi Pasien Resiko Bunuh Diri

4 Evaluasi dan Dokumentasi


1. Konsep Dasar Resiko Bunuh Diri

Cara Penguku-
Pengertian Proses Bunuh Rentang Re- Pengelmpokan ran Bunuh Diri
DIri spon Bunuh Diri
a. Pengertian

Resiko bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan disengaja untuk
mengakhiri kehidupan (Azizah dkk, 2016). Bunuh diri menurut Edwin Schneidman
dalam Kaplan (2015) adalah tindakan pembinasaan yang disadari dan ditimbulkan
diri sendiri, dipandang sebagai malaise multidimensional pada kebutuhan individual
yang menyebabkan suatu masalah di mana tindakan yang dirasakan sebagai
pemecahan yang terbaik.
b. Proses Bunuh Diri

Penjabaran Krisis Bunuh Tindakan


Motivasi Niat gagasan Diri bunuh Diri

Hidup atau Konsep bunuh • Jeritan minta tolong


mati diri • Catatan bunuh diri
c. Rentang Respon Bunuh Diri
1. Isyarat Bunuh Diri
d. Pengelompokan Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan
berperilaku secara tidak langsung
Bunuh Diri ingin bunuh diri, misalnya dengan
mengatakan “Tolong jaga anak-anak
karena saya akan pergi jauh!” atau
“Segala sesuatu akan lebih baik
tanpa saya.” Pada kondisi ini pasien
mungkin sudah memiliki ide untuk
2. Ancaman Bunuh Diri mengakhiri hidupnya, tetapi tidak
disertai dengan ancaman dan
Ancaman bunuh diri umumnya percobaan bunuh diri
diucapkan oleh pasien, yang
berisi keinginan untuk mati
disertai dengan rencana 3. Percobaan Bunuh Diri
untuk mengakhiri kehidupan tindakan pasien mencederai
dan persiapan alat untuk atau melukai diri untuk
melaksanakan rencana mengakhiri kehidupannya.
tersebut. Secara aktif pasien Pada kondisi ini, pasien aktif
telah memikirkan rencana mencoba bunuh diri
bunuh diri, tetapi tidak disertai
dengan percobaan bunuh diri
e. Cara Pengukuran Bunuh Diri

4 3 2 1
Aktiv men- Mengancam Memikirkan den- Ada ide, tidak
coba bunuh gan aktif, tidak ada percobaan,
diri ada percobaan tidak meren-
canakan.
i
2. Pengkajian Pasien Resiko Bunuh Diri eg
oi
a. Predisposisi Resiko Bunuh Diri sti

• G
Fa •Ke-
mara-
han
Fa c
• B
Fa
en kto
•Kepu-
kto
tusasaa
n dan
un kt
eti
k
r rasa
bersala
h
r uh
dir or
• N Bi- •Rasa
psi i
eu
malu
dan
al- So
ol- kol
terhina
ro tru
sb
•Riwayat
agresi
ki
ogi dan
ogi is-
ud
kek-
mi erasan tic
s
•Stres-
sor s • B
b. Presipitasi Resiko Bunuh Diri

 kehilangan hubungan
interpersonal
 gagal melakukan hubungan yang • stress berlebihan yang
berarti dialami oleh individu
 kegagalan beradaptasi • kejadian hidup yang
 sehinga tidak dapat menghadapi memalukan.
stress • membaca atau melihat
 perasaan marah atau • melalui media mengenai
bermusuhan dimana bunuh diri • orang yang telah
dapat merupakan hukuman bagi melakukan bunuh diri
diri sendiri Bagi individu yang
 cara untuk mengakhiri keputusan emsoinya labil, hal ini akan
menjadi sangat rentan.
c. Penilaian Terhadap Stresor
Fisiologis
merasa dada berdebar-debar, mengatakan tidak dapat tidur, mengatakan tidak selera
makan, tidak dapat tidur nyenyak, merasa letih, merasa lemas, menahan nafas,
tekanan darah meningkat, denyut nadi meningkat, frekuensi nadi meningkat.

Perilaku
Afektif gaduh gelisah, tidak mampu merawat
merasa malu, merasa kecewa, sedih, diri, menolak minum obat, banyak diam,
murung, marah, ketakutan, khawatir, menarik diri dari lingkungan, berbicara
curiga, afek datar/ tumpul, malu, kecewa seperlunya, menunjukkan perilaku
menunjukkan isyarat keinginan bunuh
diri

Kognitif : Sosial
mengungkapkan tidak berguna/ merasa mengatakan malas bicara, mengatakan
gagal, mengungkapkan putus asa/ tidak ada malas berinteraksi, acuh dengan
harapan, mengungkapkan ada keinginan lingkungan, mengurung diri, kontak mata
bunuh diri, mengungkapkan pernah mudah beralih
mencoba bunuh diri,
d. Sumber Koping

Social Support
keluarga, teman, kelompok, hubungan

02
antara individu, keluarga dan
Masyarakat, jaringan sosial dan
kader kesehatan
Material Asset
sumber finansial dan pribadi
(pekerjaan, tunjangan hari tua
atau aset yang miliki)
Personal ability kemampuan mengelola
kekayaan, tidak
Kemampuan individu untuk
menanggulangi stres berulang,
01 03 memiliki dana untuk berobat ke
pusat pelayanan kesehatan,
adanya tempat pelayanan
tingkat kemampuan individu dalam
melakukan kesehatan/PKM/RS.
kontrol impuls, kemampuan klien
dalam memecahkan
Positive Beliefe
masalah distres spiritual, motivasi untuk sembuh yang

04 tidak konsisten, penilaian terhadap


pelayanan kesehatan, tidak menganggap
apa yang dialami merupakan sebuah
masalah
atau gangguan
e. Mekanisme Koping

Mekanisme pertahanan ego Mekanisme Koping:


: denial rasionalisasi, intelektualisasi,
dan regresi.
Resiko cedera/kematian

f. Diagnosa
Keperawatan Resiko bunuh diri

Gangguan konsep diri : HDRK


g. Terapi Farmakologi
diberikan pada klien dengan sindrom Obat-obat antipsikotik efektif
depresi, selama paling sedikit 2 minggu mencegah menyebaran keadaan
dan hampir tiap hari mengalami ; akut dan mencegah relaps.
suasana hati yang buruk, sedih, Obat yang termasuk atipikal
kehilangan minat, hilang tenaga, malas antipsikosis yaitu clozapine,
beraktivitas, penurunan konsentrasi,
Anti Psikotik risperidone, olanzapine dan
merasa tidak berguna, gagasan
mencerderai diri atau bunuh diri,
quetiapine. Sedangkan yang
gangguan tidur dan gangguan nafsu termasuk jenis antipsikotik tipikal
makan. yaitu : antara lain haloperidol,
Anti depresi tetrasiklik contohnya Anti Depresi tiflourorazine, chlorpromazine (CPZ)
Maprotiline, Mianserin, Amoxapine. dan loxapine.
Antidepresi Efek samping neurologis meliputi
SSRI contohnya Sertraline, Paroxetine, gejala ekstrapiramidal (reaksi
Fluvoxamine, Efek saming distonia akut, akatisia, dan
Efek samping obat anti depresi antara lain Parkinson), kejang dan sindrom
; efek sedasi (rasa mengantuk, maligna neuroleptik. Efek samping
kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, kemampuan kognitif Efek Samping non neorologis mencakup sedasi,
fotosensitivitas, dan gejala
menurun), efek antikolinergik (mulut
kering, retensi urin, penglihatan kabur, antikolinergik (mulut kering,
konstipasi, sinus takikardia, dan lain-lain), pandangan kabur, kontsipasi,
efek anti- adrenergik alfa (perubahan retensi urin, dan hipotensi
EKG, hipotensi), dan efek neurotoksis ortostatik .
(tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia).
3. Intervensi Pasien Resiko Bunuh Diri

a.Psikoterapi
a) Individu : CBT
b) Keluarga : FPE
c) Kelompok : Supportive Therapy
b.Terapi Komplementer
c. Terapi Interpersonal
d.Terapi Psikodinamik
a. Psikoterapi
Individu Keluarga Kelompok

CBT bertujuan untuk menciptakan Family Psychoeducation yang bertujuan Terapi Suportif, merupakan sekumpulan
ketrampilan yang memungkinkan individu untuk mengurangi tingkat kekambuhan orang-orang yang berencana, mengatur dan
untuk meningkatkan kesadaran akan pikiran Dengan mengurangi stres yang timbul dari berespon secara langsung terhadap issue-issue dan
dan perasaannya, mengidentifikasi respons kritis dan perilaku yang terlalu tekanan yang khusus maupun keadaan yang
bagaimana situasi, pikiran dan perilaku terlibat melalui penyediaan pendidikan dan merugikan. Terapi ini bertujuan untuk memberikan
mempengaruhi perasaan dan meningkatkan pelatihan Keterampilan. terdiri dari 5 sesi. support terhadap keluarga sehingga mampu
kemampuan untuk merubah pikiran dan Setiap sesi dilakukan selama 45-60 menit. menyelesaikan krisis yang dihadapinya dengan
perilaku maladaptif dibagi dalam 5 sesi, Adapun urutan dari terapi ini adalah sebagai cara membangun hubungan yang bersifat suportif
setiap sesi dilaksanakan selama 30-45 berikut antara klien-terapis, meningkatkan kekuatan
menit untuk setiap klien keluarga, meningkatkan keterampilan koping
keluarga,

Sesi 1 CBT: Pengkajian Sesi 1: Pengkajian Masalah Keluarga Sesi 1 : Identifikasi Masalah Dan Sumber
Sesi 2 CBT: Terapi Kognitif Sesi 2 : Perawatan Klien Gangguan Jiwa Pendukung Yang Ada
Sesi 3 CBT: Terapi Perilaku Sesi 3 : Manajemen Stress Keluarga Sesi 2 : Cara menggunakan sistem pendukung
Sesi 4 CBT: Evaluasi Terapi Kognitif Dan Sesi 4: Manajemen Beban Keluarga internal
Terapi Perilaku Sesi 5: Pemberdayaan Komunitas Untuk Sesi 3 : Cara menggunakan sistem pendukung
Sesi 5 CBT : Kemampuan Merubah Membantu Keluarga eksternal
Pikiran Negatif Dan Perilaku Sesi 4 : Evaluasi
Maladaptif Untuk Mencegah Kekambuhan
Komplementer Interpersonal Psikodinamik

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh sebuat psikoterapu yang memiliki batasan suatu jenis psikoterapi dengan
Dewi (2017) tentang intervensi inovasi waktu yang jelas, berfokus pada hubungan tujuan mirip dengan tujuan
mendengarkan music terhadap gejala interpersonal dan memiliki tujuan untuk psikoanalisis, yaitu mempelajari
Resiko bunuh diri menyatakan bahwa menghilangkan gejala dan meningkatkan dinamika ketidaksadaran pada
Setelah dilakukan tindakan terapi music fungsi interpersonal individu kepribadian;
menunjukkan bahwa ada terjadi
Penurunan keinginan bunuh diri dari
rentang respon bunuh diri (maladaptif)
menjadi beresiko destruktif sampai
peningkatan diri (adaptif).
music memberikan rangsangan Sesi 1 : Initial assessment (tahap orientasi) Fase 1 (sesi 1-4)
pertumbuhan fungsi-fungsi otak seperti Sesi 2 : Initial session (Identifikasi) Melibatkan pasien dalam perawatan adalah
fungsi ingatan, belajar, mendengar, Sesi 3 : Middle session fokus pertama dari fase awal.
berbicara serta analisis intelek dan Sesi 4 : Conclusion/termination sessions Fase 2 (sesi 5-12)
fungsi kesadaran terdiri dari bekerja melalui rencana terapi
yang telah disusun di sesi awal dan
memperkuat kemajuan terapeutik.
Fase 3 (sesi 13-16)
Berfokus pada pemberdayaan pasien untuk
melanjutkan proses perubahan terapi
sendiri.
4. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi : Proses evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan dari
tindakan keperawatan dan strategi rencana tindakan keperawatan
selanjutnya. Evaluasi tindakan pada pasien untuk menilai adanya
penurunan atau peningkatan tanda dan gejala harga diri rendah pasien
serta kemampuan pasien dalam meningkatkan dan menyadari
kemampuan positif yang pasien miliki

Dokumentasi : Dokumentasi keperawatan pada catatan perkembangan perawatan sangat penting


dilakukan perawat. Dokumen ini merupakan bukti tertulis asuhan keperawatan yang dapat dipertanggung
jawabkan. Dokumen ini jga merupakan media komunikasi antara perawat maupun perawat- tenaga
kesehatan lainnya sebagai pertimbangan perencanaan tindakan selanjutnya
Thank you
Insert the title of your subtitle Here

Anda mungkin juga menyukai