Anda di halaman 1dari 71

Konsep Patofisiologi dan Asuhan Keperawatan Pada Anak

Dengan Gangguan Sistem Neurologi


Febriyanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan:

01 Kejang Demam

02 Hidrocephalus

03 Meningitis

04 Enchephalitis
Kejang Demam
PENGERTIAN
Kejang demam adalah gangguan kejang yang paling lazim
pada masa anak-anak dengan prognosis yang sangat baik secara
seragam.
KLASIFIKASI
a.Kejang Demam Sederhana
1. Kejang berlangsung singkat
2. Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu < 10
menit
3. Tidak berulang dalam waktu 24 jam

b. Kejang Demam Kompleks


1. Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit.
2. Kejang fokal/persial satu sisi/kejang umum di dahului
kejang persial.
3. Kejang berulang 2 kali/lebih lama dalam 24 jam.
ETIOLOGI

Kejang demam disebabkan oleh


hipertermia yang muncul secara cepat yang
berkaitan dengan infeksi virus dan bakteri.
Umumnya berlangsung singkat dan beberapa
kejadian dapat berlangsung melewati masa
anak-anak dan mungkin mengalami kejang
non demam pada kehidupan selanjutnya.
MANIFESTASI KLINIK

1. Kejang umumnya bisa diawali kejang tonik kemudian klonik


berlangsung 10 – 15 menit, bisa juga lebih.

2. Takikardia : pada bayi frekuensi sering diatas 150 – 200/mnt.

3. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai
akibat menurunnya curah jantung.

4. Gejala bendungan system vena : Hepatomegali, peningkatan tekanan


vena jungularis.
PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak
diperlukan energi yang didapat dari metabolisme, bahan baku penting
untuk metabolisme otak adalah glukosa.

Peningkatan O2 dan energy kontraksi otot skelet oleh karena


metabolisme antipotensi arterial dengan disertai denyut yang
meningkatkan metabolisme otak. Rangkaian ini merupakan suatu faktor
penyebab hngga terjadinya kerusakan neuron otak selama teradi kejang
lama, factor terpenting adalah gangguan peredaran darah otak sehingga
menyebabkan hipoksia, meningkatkan permeabilitas kapiler otak.
KOMPLIKASI
1. Kejang demam berulang.

2. Epilepsi

3. Kerusakan sel otak

4. Kelumpuhan

5. Gangguan mental

6. Kelainan motorik
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan elektrolit dan glukosa darah dapat dilakukan
walaupun sedang tidak menunjukkan kelainan yang berarti.

2. Pemeriksaan EKG

3. Pemeriksaan foto kepala, CT-scan/ MRI


PENATALAKSANAAN MEDIS

Pengelolahan rutin normal yang menderita kejang demam


sederhana meliputi pencarian yang teliti penyebab demam,
cara-cara aktif untuk mengembalikan demam dengan cara
penggunanna antipiretik.
Yang harus dilakukan pada pasien kejang :
1. Semua pakaian ketat dibuka
2. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah
aspirasi isi lambung.
3. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin
kebutuhan oksigen bila perlu dilakukan
intubasi/trakeostomi.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
N DIAGNOSA
HYD
O KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL

1 Hipertermi Mendemo 1. Kaji KU dan 1. Mengetahui


berhubungan dengan strasikan keadaan anak keadaan klien untuk
proses inflamasi suhu menentukan intervensi
ditandai dengan : tubuh 2. Observasi TTV selanjutnya
DS : dalam secara periodik 2. Peningkatan suhu
- OT mengatakan batas terutama suhu tubuh sebagai salah
anak demam sejak normal, tubuh. satu indikator
kemarin dalam 3. Beri kompres terjadinya kejang
- OT mengatakan jangka untuk air hangat 3. Air hangat dapat
badan anak teraba waktu 2 x pada dahi. membantu vasolidatasi
panas. 24 jam 4. Anjurkan pada pembuluh darah dan
- OT mengatakan dengan orang tua untuk dapat mengurangi
anak rewel. kriteria : rajin beri air minum demam.
DO : - KU sedikit demi sedikit 4. Cairan yang cukup
- KU anak sakit anak baik 5. Anjurkan OT untuk mencegah dehidrnkan
sedang -Suhu mengenakan anak suasi dn membantu
- Badan teraba panas tubuh pakaian yang tipis menurunkan suhu.
- Obs TTV : TD : normal dan menyerap 5.Pakaian yang tipis
( 36ᴼC – keringat. membantu terjadinya
100/70 mmHg 37ᴼC) 6. Kolaborasi dengan evaporasi
S : 39,4◦C - Anak tidak
N : 116x/mnt dokter tentang 6. Membantu dalam
rewel pemberian menurunkan suhu
P : 26 x/mnt
antipiretik tubuh dan proses
HARI/ NO JAM IMPLEMENTASI PARAF
TANGGAL DP
JUMAT 1.1 14.30 Mengobservasi KU dan mengkaji keluhan pasien
24 JUNI 2016
-KU anak sakit sedang, badan teraba panas D
disertai muntah. W
- Infus terpasang dengan RL 15 tts/mnt I
- Mengobservasi TTV K
1.2 A
TD=100/70 mmHg, S = 39,4 ͦ c/,
N=116×/menit, P=26×/menit
- Menganjurkan orang tua untuk memberi anak F
E
1.4 banyak air minum ± 1000 cc/hari serta
B
menyampaikan kepada ibu untuk menggunakan R
1.5 pakaian yang menyerah keringat. I
15.00 Mengobservasi TTV S
S = 39,1ºc, N = 116×/menit, P = 28×/menit K
- Memberikan kompres air hangat kepada ibu A
17.00 Mengontrol keadaan pasien
- Pasien sementara berbaring
17.30 Memberikan makan pada pasien
18.00 Mengkaji pola makan pasien
- Anak makan ¼ porsi makanan
Memberikan therapy (sirup)
18.30 - Sporetik 2 x ½ sendok teh
HARI/ NO JAM IMPLEMENTASI PARAF
TANGGAL DP
JUMAT, 19.00 Mengontrol keadaan pasien D
24 JUNI 2016
- pasien tampak bermain bersama ibu W
I
Mengobservasi TTV pasien
K
TD : 90/60 mmHg
A
S : 38,6ᴼC
N : 112 x/mnt
F
P : 24 x/mnt
E
20.00 Mengontrol keadaan pasien
B
- Pasien tampak tidur
R
I
S
K
A
HARI/ DX EVALUASI PARAF
TANGGAL

Sabtu 25 Juni DP 1 S : OT mengatakan anak demam D


2016 sejak kemarin W
O : KU anak sedang, I
Badan teraba panas (S : 38,4ᴼC) K
A : Masalah belum teratasi A
P : Intervensi dilanjutkan
3 . Beri kompres air hangat
Hidrocephalus
PENGERTIAN

• Hidrosefalus adalah pembesaran ventrikulus otak sebagai akibat


peningkatan jumlah cairan serebrospinal (CSS) yang disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara produksi, sirkulasi dan
absorbsinya.

• Hidrocephalus adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan


tekanan intrkranial yang disebabkan karena adanya penumpukan
cerebrospinal fluid didalam ventrikel otak.
KLASIFIKASI

Hidrosefalus Patologi dapat dikelompokkan sebagai :

• Obstruktif (non-communicating) - terjadi akibat penyumbatan sirkulasi CSS yang

disebabkan oleh kista, tumor, pendarahan, infeksi, cacat bawaan dan paling umum,

stenosis aqueductal atau penyumbatan saluran otak.

• Non – obstruktif (communicating) - dapat disebabkan oleh gangguan keseimbangan

CSS, dan juga oleh komplikasi setelah infeksi atau komplikasi hemoragik.
Lanjutan Klasifikasi

Hidrosefalus Etiologi dapat dikelompokkan sebagai :

• Bawaan (congenital) - sering terjadi pada neonatus atau berkembang selama intra-uterin.

• Diperoleh (acquired) – Kondisi ini diderita oleh anak-anak dan orang dewasa, disebabkan oleh

pendarahan subarachnoid, pendarahan intraventrikular, trauma, infeksi (meningitis), tumor, komplikasi

operasi atau trauma hebat di kepala.

• Tekanan normal hidrosefalus (NPH), Kondisi ini umumnya dialami oleh lansia (di atas 60 tahun).

Ditandai dengan gejala yang spesifik: gangguan gaya berjalan, penurunan kognitif dan inkontinensia

urin (Trias Adam & Hakim).


ETIOLOGI
1. Kelainan Bawaaan

• Stenosis Akuaduktus Sylvius, merupakan penyebab terbanyak pada

hidrosefalus bayi dan anak ( 60-90% ). Akuaduktus dapat merupakan saluran

buntu atau abnormal lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus

terlihat sejak lahir atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah

lahir.

• Spina bifida dan cranium bifida, hidrosefalus pada kelainan ini biasanya

berhubungan dengan sindroma Arnord-Chiari akibat tertariknya medulla spinalis,


2. Infeksi

akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga terjadi obliterasi

ruang subarachnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis

purulenta terjadi bila aliran cairan serebrospinal terganggu oleh obstruksi

mekanik eksudat purulen di akuaduktus Sylvius atau sisterna basalis.

Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan

sesudah sembuh dari meningitisnya. Secara patologis terlihat penebalan

jaringan piamater dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain.

Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat

di daerah basal sekitar sisterna kiasmatika dan interpendunkularis,


3. Neoplasma

hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap

tempat aliran cairan serebrospinal. Pengobatan dalam hal ini

ditujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak bisa

dioperasi,maka dapat dilakukan tindakan paliatif dengan

mengalirkan cairan serebrospinal melalui saluran buatan atau pirau.

Pada anak, kasus terbanyak yang menyebabkan penyumbatan

ventrikel IV dan akuaduktus Sylvius bagian terakhir biasanya suatu

glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan penyumbatan

bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu


4. Perdarahan

telah banyak dibuktikan bahwa perdarahn sebelum dan

sesudah lahir dalam otak dapat menyebabkan fibrosis

leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain

penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu

sendiri.
PATOFISIOLOGI
Secara teoritis hidrosefalus terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu;

produksi liquor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran liquor,

peningkatan tekanan sinus venosa. Sebagai konsekuensi dari tiga mekanisme

diatas adalah peningkatan tekanan intrakranial sebagai upaya

mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya

dilatasi ventrikel masih belum dipahami dengan jelas, namun hal ini

bukanlah hal yang sederhana sebagaimana akumulasi akibat dari

ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi. Produksi liquor yang

berlebihan hampir semua disebabkan oleh tumor pleksus khoroid (papiloma

dan karsinoma).
Lanjutan
Adanya produksi yang berlebihan akan menyebabkan tekanan intrakranial

meningkat dalam mempertahankan keseimbangan antara sekresi dan absorbsi

liquor, sehingga akhirnya ventrikel akan membesar. Adapula beberapa laporan

mengenai produksi liquor yang berlebihan tanpa adanya tumor pada pleksus

khoroid. Gangguan aliran liquor merupakan awal dari kebanyakan dari kasus

hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan oleh gangguan aliran

akan meningkatkan tekanan liquor secara proporsional dalam upaya

mempertahankan resorbsi yang seimbang. Derajat peningkatan resistensi aliran

cairan liquor ada kecepatan perkembangan gangguan hidrodinamik

berpengaruh pada penampilan klinis


DIAGNOSIS

• Neonatus

Gejala hidrosefalus yang paling umum dijumpai pada neonatus adalah iritabilitas. Sering

kali anak tidak mau makan dan minum, mata kearah bawah (setting-sun sign) : skelera

yang berwarna putih akan tampak diatas iris. , kepala membesar, kadang-kadang

kesadaran menurun kearah letargi. Anak kadang-kadang muntah, jarang yang bersifat

proyektil. Pada masa neonatus ini gejala-gejala lainnya belum tampak, sehingga apabila

dijumpai gejala-gejala sepeti diatas, perlu dicurigai hidrosefalus.


• Anak berumur kurang dari 6 tahun

Pembesaran kepala ini harus dipantau dari waktu ke waktu, dengan mengukur lingkar

kepala. Pada hidrosefalus akan terdengar suara yang sangat mirip dengan suara ketuk pada

semangka masak. Pada anak lebih tua akan terdengar suara kendi retak (cracked-pot). Hal

ini menggambarkan adanya pelebaran sutura. Vena-vena di kulit kepala sangat menonjol,

terutama bila bayi menangis. Peningktan TIK akan mendesak darah vena dari alur normal di

basis otak menuju ke sistem kolateral.

• Dewasa

Gejala yang paling sering dijumpai adalah nyeri kepala. Sementara itu gangguan visus,

gangguan motorik/bejalan dan kejang terjadi pada 1/3 kasus hidrosefalus pada usia dewasa.
• Hidrosefalus tekanan normal

Hidrosefalus ini dicirikan dengan trias demensia, gangguan berjalan dan

inkontinensia urin, pada penderita dewasa. Gangguan berjalan dicirikan

oleh berjalan lambat, langkah pendek dengan pengurangan ketinggian

langkah dan ataksia dimana kaki diletakkan di permukaan jalan dengan

kekuatan yang bervarisasi. Pada saat mata tertutup akan tampak jelas

keidak stabilan postur tubuh. Tremor dan gangguan gerakan halus jari-

jari tangan akan mengganggu tulisan tangan penderita.


Gambaran Radiologi
• Foto Polos Kepala

Foto polos kepala dapat memberikan informasi penting seperti ukuran


tengkorak, tanda peningkatan TIK, massa pada fossa cranii serta kalsifikasi
abnormal.
• USG
Pada 6-12 bulan pertama kehidupan, diagnosis hidrosefalus dapat
ditegakkan degan USG.Pada USG akan tampak dilatasi dari ventrikel tetapi
USG sangat jarang digunakan dalam mendiagnosis hidrosefalus.

•  CT Scan
•  MRI

• Pemeriksaan Funduskopi

Evaluasi funduskopi dapat mengungkapkan papilledema bilateral ketika


tekanan intrakranial meningkat. Pemeriksaan mungkin normal, namun,
dengan hidrosefalus akut dapat memberikan penilaian palsu.
PENATALAKSANAAN

• Terapi konservatif medikamentosa

untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi


cairan dan pleksus choroid (asetazolamit 100 mg/kgBB/hari; furosemid 1,2
mg/kgBB/hari) atau upaya meningkatkan resorpsinya (isorbid). Terapi diatas
hanya bersifat sementara
• Ventriculoperitoneal shunting

Cara yang paling umum untuk mengobati hidrosefalus. Dalam


ventriculoperitoneal (VP) shunting, tube dimasukkan melalui lubang
kecil di tengkorak ke dalam ruang (ventrikel) dari otak yang berisi
cairan serebrospinal (CSF). Tube ini terhubung ke tube lain yang
berjalan di bawah kulit sampai ke perut, di mana ia memasuki rongga
perut (rongga peritoneal). Shunt memungkinkan CSS mengalir keluar
dari ventrikel dan ke rongga perut di mana ia diserap. Biasanya, katup
dalam sistem membantu mengatur aliran cairan.

Shunt yang dipasangkan pada bayi dan anak-anak umumnya perlu


diganti seiring pertumbuhan agar sesuai dengan fisik mereka yang
makin besar. Diperkirakan sebanyak dua kali prosedur
TINDAKAN PERAWAT DAN PENCEGAHAN
HIDROSEFALUS
TiKetika pasien datang ke perawat dengan hasil pemeriksaan sebagai berikut :
• B1 ( Breath )
Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas.
• B2 ( Blood )
Pucat, peningkatan systole tekanan darah, penurunan nadi.
• B3 ( Brain )
Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan  mengkilat, pembesaran kepala, perubahan pupil, penglihatan ganda,
kontruksi penglihatan perifer, strabismus ( juling ), tidak dapat melihat keatas “ sunset eyes ”, kejang.
• B4 ( Bladder )
Oliguria
• B5 ( Bowel ) 
Mual, muntah, malas makan
• B6 ( Bone )   
Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstrimitas
• Observasi tanda – tanda vital   
Peningkatan systole tekanan darah, penurunan nadi / bradikardia, peningkatan frekuensi pernapasan.
Pencegahan kasus hidrosefalus adalah dengan beberapa pendidikan kesehatan
sebaga berikut  :
• Mengajurkan para Ibu utnuk menjaga kesehatan kehamilan.
• Mennganjurkan para Ibu untuk memperhatikan Gizi dan makanan.
•  Jika mengetahui tanda – tanda hidrosefalus pada anak, segera periksa ke
Dokter dan tangani secara tuntas.
• Sebaiknya para Ibu jangan terlalu banyak melakukan pekerjaan yang berat-
berat.
• Menganjurkan Para Ibu untuk memberikan makanan yang bergizi pada anak
• Konseling pranikah tentang faktor genetis yang mungkin dapat menyebabkan
kelainan kongenital.
• Konseling gizi seimbang untuk mencegah kelainan yang dapat menjadi faktor
predisposisi hidrosefalus.
• Menjaga kondisi tubuh tetap fit selama hamil.
• Menganjurkan calon ibu untuk menjaga kehamilannya dan menghindari hal-hal
yang dapat membahayakan kehamilannya
Meningitis
PENGERTIAN
Meningitis adalah inflamasi
lapisan disekeliling otak dan
medula spinalis yang
disebabkan oleh bakteria
atau virus

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang


mengelilingi otak dan medulla spinalis) dan disebabkan
oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur
KLASIFIKASI MENINGITIS DIBAGI
MENJADI 3 :
Meningitis Bakterial
(Meningitis sepsis)

Meningitis Virus
(Meningitisaseptic) Meningitis Jamur
1. Meningitis Bakterial
(Meningitis sepsis)

Sering terjadi pada musim dingin dan saat


terjadi infeksi saluran pernafasan. Jenis
organisme yang sering menyebabkan
meningitis bacterial adalah streptokokus
pneumonia dan neisseria meningitis.
Meningitis bacterial yang sering terjadi
pada daerah penduduk yang padat.
2. Meningitis Virus
(Meningitisaseptic)
Meningitis virus adalah infeksi pada
meningen cenderung jinak dan bisa sembuh
sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri
ditempat terjadinya infeksi awal (misalnya
sistem nasofaring dan saluran cerna)dan
kemudian menyebar kesistem saraf pusat
melalui sistem vaskuler. Ini terjadi pada
penyakit yang disebabkan oleh virus spt:
campak, mumps, herpes simplek dan herpes
zoster.
Meningitis Cryptococcal adalah
infeksi
3. Meningitis Jamur
jamur Yang mempengaruhi sistem
saraf
pusat pada Klien dengan AIDS.
Gejala
klinisnya bervariasi Tergantung
Dari System
kekebalan tubuh yang akan
berefek pada
Respo inflamasi. Respon inflamasi
yang
Ditimbulkan Pada klien dengan
menurunnya
sistem imun Antara lain: bisa
demam/tidak,
ETIOLOGI
1. Bakteri
 Haemophillus 2. Virus
 Virus herpes
influenzae
 Nesseria meningitides  Arbo virus
 Campak dan
(meningococcal)
 Diplococcus varicela
 Coxsacqy
pneumoniae
(pneumococcal)
 Streptococcus, grup A
3. Jamur
 Staphylococcus
aureus
 Escherichia coli
 Klebsiella
4. Protozoa
 Proteus
 Pseudomonas
MANIFESTASI
KLINIS
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan
peningkatan TIK :
 Sakit kepala dan demam (gejala awal yang
sering)
 Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi
letargik, tidak responsif, dan koma.
 Iritasi meningen
 Mengalami foto fobia, atau sensitif yang
berlebihan pada cahaya.
 Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan
peningkatan TIK
 Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada
meningitis meningokokal.
 Infeksi fulminating dengan tanda-tanda
septikimia
PATOFISIOLOGI

Organisme masuk ke dalam aliran darah dan


menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di
bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan
penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral
mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat
meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen
dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis.
Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel
serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan
perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari
peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan
otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri
sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien
ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil
( infeksi bakteri )
5. Elektrolit darah : Abnormal .
6. ESR/LED :  meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine dapat mengindikasikan
daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8. MRI/ scan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi,
melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral,
hemoragik atau tumor .
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber
infeksi intra kranial.
PENATALAKS
ANAAN
1. Umum
a) di rawat di rumah sakit
b) diberikan cairan infus dalam jumlah yang cukup dan
tidak berlebihan
c) bila pasien gelisah, diberikan sedative, seperti
fenobarbital atau penenang
d) nyeri kepala dapat diatasi dengan pemberian analgetik
e) Panas, diturunkan dengan kompres es, pemberian
parasetamol, atau asam salisilat
f) kejang-kejang dapat diatasi dengan memberikan :
diazepam dengan dosis 10-20 mg intravena,
fenobarbital dengan dosis, 6-120 mg per hari secara
oral, atau divenilhidantoin dengan dosis, 300 mg
perhari secara oral.
g) sumber infeksi yang menimbulkan meningitis
purulenta dapat diberantas dengan obat-obatan atau
operasi
h) peningkatan TIK, dapat diatasi dengan :
manitol dengan dosis, 1-1,5 mg/kg BB IV, dalam waktu 30-
60 menit dan dapat diulangi 2 kali dalam jarak 4 jam
kortikosteroid, biasanya dipakai dexamethasone IV dengan
dosis pertama 10 mg, diulangi dengan 4 mg setiap 6 jam
mengatur pernapasan sebaik mungkin dengan
membersihkan jalan nafas
bila ada hidrosefalus obstruktif dapat dilakukan
pemasangan pirau (shunting)
efusi subdural pada anak dikeluarkan 25-30 cc tiap hari
selama 2-3 minggu, bila gagal dilakukan operasi
fisioterapi diberikan untuk mencegah cacat
2. Antibiotik
Organisme Antibiotik Dosis

Pneumokok atau ampisilin 8-12 g/hari (dibagi 4 kali)


meningokok

Haemophylus influinza Kombinasi : 8-12 g/hari (dibagi 4 kali)


 ampisilin 4-8 g/hari (dibagi 4 kali)
 kloramfenikol
(kloramfenikol
diberikan 30 menit
setelah ampisilin)

Enterobacteriaceae sefotaksim 1-2 g tiap 8 jam

Staphylococcus aerus yang Sefotaksim atau 6-12 g


resisten terhadap seftrioakson
penicillin
PENCEGAHAN
Meningitis yang disebabkan oleh
meningokokus dan hemofilus influenza tipe
B bisa menular pada anak dan orang dewasa
yang berhubungan erat dengan penderita,
yaitu yang tinggal dan makan dalam 1
gedung yang sama. Oleh karena itu, perlu
dilakukan upaya pencegahan antara lain :
1. penderita diisolasi
2. pemberian faksinasi
3. pemberian obat-obatan
Enchephalitis
DEFINISI

Ensefalitis adalah inflamasi parenkim


otak yang dapat disebabkan oleh
infeksi berbagai mikroorganisme
seperti bakteri, virus, parasit,fungus
dan riketsia.
ETIOLOGI

BANYAK JARANG

• Herpes simpleks • Enterovirus


• arbovirus (Coxsackie dan
• Eastern and Echovirus)
Western Equine, • parotitis
La Crosse • Lassa virus
• St. Louis • rabies
encephalitis • cytomegalovirus
(CMV)
FAKTOR YANG BERPERAN

Lokasi
musim geografi
usia
Sistem imun
iklim tubuh
PATOGENESIS

Virus menyebar ke SSP


melalui dua mekanisme
utama
Penyeba
ran
hematog
en
Penyeba
ran
neuronal
PENYEBARAN VIRUS

Hemato
Setempa gen
t
1st

Hemato
gen saraf
2nd
1. Setempat: virus hanya terbatas menginfeksi
selaput lendir permukaan atau organ tertentu.

2. Penyebaran hematogen primer: virus masuk


ke dalam darah kemudian menyebar ke organ
dan berkembang biak di organ-organ tersebut.
3. Penyebaran hematogen sekunder: virus
berkembang biak di daerah pertama kali masuk
(permukaan selaput lendir) kemudian menyebar ke
organ lain.

4. Penyebaran melalui saraf: virus berkembang biak di


permukaan selaput lendir dan menyebar melalui
sistem saraf.
MANIFESTASI KLINIS
Kesadar
an
↓↓
kejang demam

kha
s
MANIFESTASI KLINIS TERGANTUNG

1. Berat dan lokasi anatomi susunan saraf yang


terlibat, misalnya :
- Virus Herpes simpleks yang kerapkali
menyerang korteks serebri, terutama lobus
temporalis
- Virus ARBO cenderung menyerang seluruh
otak.
2. Patogenesis agen yang menyerang.
3. Kekebalan dan mekanisme reaktif lain
penderita.
 
DIAGNOSIS

dx
radiolo
Klinis Lab gi
•Demam akut non • Analisis LCS • CT scan
spesifik
• kultur
•Tanda-tanda • PCR • MRI
neuroloogis
• EEG
KLINIS
LAB

- - ploesitosis - + > awal


darahsukar (5-1000 -97%
-feces  +ve sel/mm3) sensitivitas
virus -glukosa N -100%
enterovirus -Protein ↑ spesifisitas
Ct scan

• edema otak dan hemoragik setelah satu minggu.

virus Herpes
• lesi berdensitas rendah pada lobus temporal, namun gambaran tidak
tampak 3 hingga 4 hari setelah onset.
• CT-scan tidak membantu dalam membedakan berbagai ensefalitis virus.
PENATALAKSANAAN

• Dirawat
• Penanganan tidak spesifik 
mempertahankan fungsi organ
mengusahakan jalan napas tetap terbuka pemberian makanan secara
enteral atau parenteral
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit koreksi terhadap gangguan
asam basa darah
• Diazepam 0,3-0,5
kejang mg/kgBB IV
• fenobarbital.

• antipiretik
demam • Paracetamol 10
mg/kgBB
• Dexamethasone 1 mg/kgBB/hari
• dilanjutkan pemberian 0,25-0,5

TIK ↑ mg/kgBB/hari
• Mannitol juga dapat diberikan
dengan dosis 1,5-2 mg/kgBB IV
dalam periode 8-12 jam

Ganggu • drainase postural

an • aspirasi mekanis yang periodik

menela
n
KOMPLIKASI

Dapat menyebabkan kerusakan otak permanen dan


komplikasi tetap seperti
• kesulitan belajar
• masalah berbicara
• kehilangan memori
• berkurangnya kontrol otot
PENCEGAHAN
• Early treatment pada
1 demam tinggi atau infeksi

• Hindari menghabiskan
2 waktu di luar rumah pada
waktu senja
• Pengendalian nyamuk
3 atau surveilans melalui
penyemprotan
4 • Indikasi seksio sesar jika ibu memiliki
lesi aktif herpes

5 • Imunisasi/vaksin anak terhadap virus


yang dapat menyebabkan ensefalitis

• Japanese Encephalitis dapat dicegah

6 dengan 3 dosis vaksin ketika akan


berpergian ke daerah dimana virus
penyebab penyakit ini berada.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai