Anda di halaman 1dari 134

Shandy Janifer Matitaputty

 Definisi Ilmu Ekonomi :


Economics is the study of how societies use
scarce resource to produce valuable
commodities and distribute them among
different people. (Samuelson, Nordhaus,
1995 : 4)  Kelangkaan VS Kebutuhan
 Ilmu Ekonomi sejak tahun 1930an:
~ Ilmu Ekonomi Mikro
~ Ilmu Ekonomi Makro
PENGERTIAN ILMU EKONOMI
STUDI EKONOMI SELALU
DIHUBUNGAKAN DENGAN
KETIDAKSEIMBANGAN ANTARA:
1. KEMAMPUAN FAKTOR-FAKTOR
PRODUKSI UNTUK MENGHASILKAN
BARANG DAN JASA
2. KEINGINAN MASYARAKAT UNTUK
MENDAPATKAN BARANG DAN JASA
ILMU EKONOMI

Adalah Suatu Studi Mengenai Individu-individu


Dan Masyarakat Membuat Pilihan, Dengan Atau
Tanpa Penggunaan Uang, Dengan Menggunakan
Sumberdaya Terbatas – Tetapi Dapat Digunakan
Dalam Berbagai Cara Untuk Menghasilkan
Berbagai Jenis Barang & Jasa Serta
Mendistribusikannya Untuk Kebutuhan Konsumsi,
Sekarang Dan Di Masa Datang, Kepada
Bergabagai Individu Dan Golongan Masyarakat
(Prof. Paul. A. Samuelson)
JENIS-JENIS ANALISIS EKONOMI

JENIS ANALISIS
EKONOMI

EKONOMI
EKONOMI TEORI
TERAPAN/
DESKRIPTIF EKONOMI
APLIKASI
 Ek Mikro : cabang dr ilmu ek. Yang
menelaah perilaku dari unit-unit ekonomi
individual (Samuelson & Nordhaus, 1995 :
5)

 Ek Makro : cabang dr ilmu ek. Yang


menelaah perilaku dari perekonomian
secara keseluruhan (Samuelson &
Nordhaus, 1995 : 5)
Permasalahan Ekonomi
- Komoditi apa yg harus diproduksi dan berapa
banyaknya
- Bagaimana komoditi tsb (barang dan jasa)
harus diproduksi
- Bagi siapa berbagai komoditi tsb diproduksi
Permasalahan ekonomi di atas masuk dalam
Ruang lingkup teori ekonomi mikro.
Permasalahan utama: keinginan tidak terbatas,
tetapi sumberdaya terbatas.
1. Kemiskinan
2. Pengangguran

3. Pertumbuhan Ekonomi

4. Stabilitas Harga/ Inflasi


Ekonomi Makro Ekonomi Mikro
Mazhab Ekonomi Perilaku Konsumen
Pertumbuhan Ekonomi - Nilai Guna (utility)
Pendapatan Nasional - Pilihan (preperensi)
Permintaan & Penawaran - Permintaan (demand)
- Elastisitas
Agregate
Perilaku Produsen
- Pasar Barang
- Teori Produksi
- Pasar Uang (IS-LM)
- Biaya Produksi
- Export – Import
- Maximize Profit
- Inflasi
- Penawaran (supply)
 Public Policy
Mekanisme Pasar
- Subsidi
Struktur Pasar
- Harga
- Proteksi
 Sebelum 1930 –an ,
Adam Smith
~mikro
~ekulibrium
~no intervensi

 Sesudah 1936 :
J.M. Keynes dengan buku The General Theory
of Employment, Interest, and Money
ILMU EKONOMI

Ekonomi Ekonomi
Deskriptif Teori Terapan
Ekonomi
Ekonomi Makro
Ekonomi Mikro
(Teori Pendapatan
(Teori Harga)
Nasional)

Bagaimana cara menggunakan faktor2


produksi yg tersedia scr efisien agar
kemakmuran masyarakat dpt maksimum

ASUMSI:
Semua faktor produksi yang tersedia
digunakan secara penuh

MEMPELAJARI:
• Perilaku konsumen dan produsen
• Interaksi pd pasar produk/faktor Prod
11
Ilmu Ekonomi mempelajari segala aktivitas
manusia dlm memanfaatkan sumberdaya yg
terbatas utk memenuhi kebutuhan manusia yg
tdk terbatas agar tercapai kemakmuran.

Berhubungan dengan:
 masalah kelangkaan sumberdaya
 masalah pilihan alternatif

Ekonomi Deskriptif menggambarkan


keadaan aktual yang terjadi dalam
perekonomian secara deskriptif

Ekonomi Terapan (Teori Kebijakan Ekonomi)


mempelajari ttg kebijakan yg perlu dilaksana-
kan utk memecahkan masalah2 ekonomi.
13
Teori Ekonomi
 Mempelajari aktivitas ekonomi dengan
menggunakan metoda2 analisis tertentu shg
dapat ditarik kesimpulan tentang hal2 yang
berhubungan dengan aktivitas tsb.
 Pandangan-pandangan yang
menggambarkan sifat hubungan yang terjadi
dalam kegiatan ekonomi dan ramalan
tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu
keadaan yang mempengaruhinya mengalami
perubahan.

Ekonomi Mikro

Ekonomi Makro
14
 Kegiatan Ekonomi; 3 macam kegiatan pokok
ekonomi/ aktivitas ekonomi, (Boediono, 1982);
1. Konsumsi
2. Produksi
3. Pertukaran
 Sumberdaya Ekonomi; Sumberdaya adalah input
(faktor-faktor) yang digunakan dalam proses
produksi untuk menghasilkan barang atau jasa yang
diinginkan, terdiri:
1. Sumberdaya Alam, contoh: tanah, cadangan mineral
2. Sumberdaya Manusia, contoh: tenaga kerja dan
enterpreneurship
3. Sumberdaya Modal, contoh: peralatan phisik, mesin,
bangunan, komputer
 Barang ekonomi:
Barang yang membutuhkan pengorbanan
jika ingin memperolehnya

 Barang bebas:
Barang yang untuk memperolehnya tidak
memerlukan pengorbanan
 Kebutuhan Ekonomi, sifatnya tidak
terbatas
 Kelangkaan (Scarcity), ketersediaannya
terbatas
 Pilihan (Alternatif)/ Opportunity cost,
penggunaan sumberdaya untuk tujuan
tertentu
 Konsep Ekonomi, dibedakan antara
kebutuhan (need) dan Keinginan (want)
 KITA SELALU MENGHADAPI TRADE OFF
 BIAYA ADLH APA YG DIKORBANKAN UNTUK
MEMPEROLEH SESUATU  OPPORTNITY
COST
 ORANG RASIONAL BERPIKIR PADA SUATU
MARJIN
 KITA BEREKASI TERHADAP INSENTIF
 PERDAGANGAN DAPAT MENGUNTUNGKAN
SEMUA PIHAK – SPESIALISASI
 PASAR SECARA UMUM ADALAH WAHANA
YANG BAIK UNTUK MENGORGANISASIKAN
KEGIATAN EKONOMI ~ INVISIBLE HAND
 PEMERINTAH ADAKLANYA DAPAT MEMPERBAIKI
HASIL-HASIL MEKANISME PASAR – EFISIENSI,
PEMERATAAN (KRN ADA KEGAGALAN PASAR YG
DIAKIBATKAN DR EKSTERNALITAS, KUASA PASAR
 STANDAR HIDUP DI SUATU NEGARA TERGANTUNG
PADA KEMAMPUANNYA MEMPRODUKSI BAANG
DAN JASA
 HARGA-HARGA MENINGKAT JIKA PEMERINTAH
MENCETAK UANG TERLALU BANYAK
 MASYARAKAT MENGHADAPI TRADEOFF JANKA
PENDEK ANTARA IFLASI DAN PENGANGGURAN
 Jelaskan Pengertian Ilmu Ekonomi dan
perbedaan ekonomi mikro dan makro
(gambarkan dalam diagram bila bisa)
 Jelaskan sejarah munculnya ilmu ekonomi
makro
 Jelaskan mengenai barang ekonomi dan
kegiatan ekonomi
 Jelaskan 4 faktor penggerak kegiatan
ekonomi
 Jelaskan 10 prinsip dalam ekonomi
KEUNTUNGAN PERDAGANGAN
Dan BIAYA OPORTUNITAS
KEMUNGKINAN PRODUKSI

WAKTU YANG JUMLAH (PON) YANG


DIPERLUKAN UNTUK DIPRODUKSI DALAM 40
MEMPRODUKSI 1 PON JAM
DAGING KENTANG DAGING KENTANG
PETANI 20 10 2 4

PETERNAK 1 8 40 5
Spesialisasi dan keuntungan perdagangan
Hasil Tanpa Hasil Dari Perdagangan Keuntunga
Perdgangan n
Perdagang
an

Yang Yang Yang Yang Peningkata


diproduksi Diproduksi Diperdagan Dikonsumsi n Konsumsi
dan gkan
dikonsumsi

Petani 1 pon daging 0 pon 1 pon 3 pon 2 pon


dan 2 pon daging, 4 kentang kentang, 3 daging, 1
kentang pon ditukar dgn pon daging pon
3 pon dging kentang

Peternak 20 pon 24 pon dgg, 3 pon dgg 21 pon dgg, 1 pon dgg,
daging, 2,5 2 pon ditukar dgn 3 pon 0,5 pon
pon kentang kentang 1 pon kentang kentang
kentang
BIAYA OPORTUNITAS

1 PON DAGING 1 PON KENTANG

PETANI 2 PON KENTANG ½ PON DAGING

PETERNAK 1/8 PON KENTANG 8 PON DAGING


 Tinjaulah sekali lagi kasus petani dan
peternak yang telah dibahas :
 Seandainya kemajuan teknologi mampu
memperbaiki produsi daginng sehingga si
petani sekarang hanya membutuhkan
waktu 2 jam untuk menghasilkan 1 pon
daging.
 1. Apakah harga 1 kentang=3 daging
masih memungkinkan untuk perdagangan?
 2. Bila tidak, temukan harga perdagangan
yang baru!
Apakah transaksi yang diajukan oleh si
peternak  3 pon daging untuk 1 pon
kentang masih menguntungkan bagi si
petani? Jelaskan

Ajukan transaksi lain yang mungkin pada


akhirnya dapat disepakati oleh petani
dan peternak
 Keunggulan absolut: perbandingan antara
produsen suatu barang menurut tingkat
produktivitas mereka.
Pada contoh di atas Peternak memiliki
keunggulan absolut dibanding etani
karena memiliki biaya yang lebih rendah.
 Keunggulan komparatif: perbandingan
antara produsen suatu barang menurut
biaya kesempatan mereka.
 Tabel berikut menunjukkan
kemungkinan-kemungkinan produksi
dua kota :
Tanpa adanya perdagangan, berapa
harga kaus kaki putih (dalam sauan kaus
kaki merah) di Boson? Berapa harga kaus
kaki putih (dalam satuan kaus kaki
merah) di Chicago?
Kota mana yang memiliki keunggulan
absolut dalam memproduksi masing-
masing dari kedua macam kaus kaki
tersebut?
Kota mana yang memiliki keunggulan
komparatif dalam memproduksi masing-
masing dari kedua macam kaus kaki
tersebut?
Jika kedua kota tersebut kemudian
membangun hubungan perdagangan,
kaus kaki warna apa yang akan
diserahkan oleh Boston dan oleh
Chicago?
Berapa rentang harga yang
memungkinkan berlangsungnya
perdagangan itu?
Jumlah pasang Jumlah pasang
kaus kaki merah kaus kaki putih
per pekerja per per pekerja per
jam jam

BOSTON 3 3

CHICAGO 2 1
33
1. Pendekatan nilai guna (Utiliti) kardinal
Yaitu kenikmatan konsumen dapat
dinyatakan secara kuantitatif
2. Pendekatan nilai guna (Utiliti) ordinal
Yaitu kenikmatan konsumen tidak dapat
dinyatakan secara kuantitatif/ sifatnya
kualitatif
1. Pendekatan Marginal Utility/Kardinal
 Pendekatan ini bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan
(atau utility) setiap konsumen dapat diukur secara kuantitatif.

Asumsi Penggunaan Pendekatan:


 Konsisten dalam preferensi
 More is better
 Hukum Gossen (Law of Diminishing Marginal Utility)
berlaku, yaitu bahwa semakin banyak sesuatu barang
dikonsumsikan, maka tambahan kepuasan (marginal utility)
yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang
dikonsumsikan akan menurun.
 Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total yang
maksimum.
 Utility adalah kepuasan yang diperoleh dalam
mengkosumsi barang dan jasa.
 Total Utility adalah kepuasan total dalam
mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa.
 Marginal utility dalah tambahan kepuasan yang
diperoleh dalam menambah satu satuan
barang/jasa yang dikonsumsi
 The law of diminishing marginal utility:
The more of one good consumed in a given period, the
less satisfaction (utility) generated by consuming each
additional (marginal) unit of the same good.---Semakin
banyak barang/jasa dikonsumsi pada suatu periode
tertentu, semakin menurun tambahan kepuasan (MU)
Total Utility and Marginal Utility of
Trips to the Club Per Week
TRIPS TO TOTAL MARGINAL
CLUB UTILITY UTILITY
1 12 12
2 22 10
3 28 6
4 32 4
5 34 2
6 34 0

 Total utility increases at a


decreasing rate, while marginal
utility decreases.
 Kepuasan Total Maksimum tercapai bila:
TU TU
MU X  MU Y 
X Y
MU X
dan Px = MUx, atau 1
PX

 Perhatikan bahwa dengan pendekatan Marginal


Utility ini, kurva Marginal Utility (yang diukur
dengan uang) tidak lain adalah Kurva
Permintaan Konsumen, karena menunjukkan
tingkat pembeliannya (atau jumlah yang ia
minta) pada berbagai tingkat harga.

39
 Untuk kasus di mana konsumen menghadapi beberapa macam
barang yang dibeli, maka posisi equilibrium konsumen adalah:
MU X MU Y MU Z
  ........... 1
PX PY PZ
 Syarat ini bisa dicapai dengan anggapan bahwa konsumen
mempunyai uang (atau penghasilan atau ‘budget’) yang cukup
untuk dibelanjakan bagi setiap barang sampai Marginal Utility
setiap barang sama dengan harga masing-masing barang. Bila
kita menganggap suatu kasus yang lebih realistis di mana
konsumen hanya mempunyai sejumlah uang yang tertentu yang
tidak cukup untuk membeli barang sampai pada tingkat MU = P
untuk setiap barang, maka dibuktikanbawa dengan uang yang
terbatas tersebut ia bisa mencapai kepuasan total yang paling
tinggi bila ia mengalokasikan pembelanjaannya sehingga
memenuhi syarat:
MU X MU Y MU Z
  ........... 1
PX PY PZ

40
2. Pendekatan Indifference Curve
a. Indifference Curve
 Dengan cara kedua, yaitu mendasari penentuan tingkat
kepuasan menggunakan metode ordinal; tingkat kepuasan
diukur melalui order atau rangking tetapi tidak disebutkan
nilai gunanya secara pasti.
 Misalnya kita ambil contoh dua komoditas yaitu buah jeruk
(X) dan apel (Y). Untuk mendapatkan X dan Y konsumen
dihadapkan pada kendala keterbatasan dana. Karena itu
konsumen dapat mengubah-ubah kombinasi X dan Y yang
dibeli sedemikian rupa sehingga jika salah satu diperbanyak
jumlahnya maka yang lain mestilah dikurangi agar kepuasan
yang diperoleh konsumen tetap sama. Fenomena ini
dinyatakan dengan kurva kepuasan sama atau indifference
curve.

41
 Definisi indifference curve: adalah kurva yang
menghubungkan titik-titik kombinasi dari konsumsi
(atau pembelian) barang-barang yang menghasilkan
tingkat kepuasan yang sama.
 Indifference curve memperlihatkan semua
kombinasi dari pilihan konsumen yang memberikan
tingkat kepuasan atau utility yang sama bagi
seseorang atau konsumen

42
X

B
50
Preferred

D
40
F

A
30

Not Preferred C
20
E IC

0 20 30 40 50
Y

Gambar: Kurva Indiferen

43
 Secara teoritis suatu indifference curve memenuhi
syarat-syarat berikut:
 Konsisten (prinsip transitivity); Jika dikatakan
kombinasi A lebih disukai dari B dan B lebih disukai
dari C, maka A mestilah lebih disukai dari C. Dengan
dalil ini maka kurva indifferen tidak ada yang
berpotongan

44
Pakaian

C IC2
A
B IC1

0 Makanan
Gambar . Kurva Indiferens tidak
berpotongan
45
 Banyak lebih disukai dari sedikit (more is
better) juga merupakan alasan rasional
sehingga kurva indiferen yang berada pada
sisi kanan lebih disukai

46
Pakaian

C
B
A
IC3
IC2
IC1

0 Makanan
ambar 9. Kurva Indiferens Menjauhi Titik Origin

47
 Jika konsumen dapat menukar kombinasi komoditas X dan
Y untuk satu utilitas yang sama, maka dalam hal ini
sebenarnya konsumen menukar nilai kepuasan dari barang
X dan Y.

 Menambah atau mengurangi konsumsi komoditas X berarti


menambah atau mengurangi total kepuasan barang X; yang
berdampak pada adanya perubahan marginal utilitinya
(MU). Jadi perubahan jumlah X dan Y sama dengan
perubahan MU. Kemiringan (slope) kurva indiferens
adalah:

TU
Y MU X
 X   MRS
X TU MU Y
Y

48
 Persamaan di atas dikenal sebagai Marginal Rate of
Substitution (MRS), yang sebenarnya
menunjukkan kemiringan dari kurva indiferens.

 MRS selalu negatif dan mengukur pertukaran


(trade-off) dua komoditas ada kondisi utilitas
konsumen yang tidak berubah.

 Karena prinsip inilah maka kurva indiferens


mempunyai kecenderungan cembung terhadap titik
asal (convex to origin)

49
b. Budget Line
 Untuk membangun konsep mengenai preferensi, pertama-tama
dibutuhkan mengembangkan konsep apa pilihan yang dibuat
oleh konsumen. Daerah yang feasible ditentukan oleh
pendapatan konsumen dan harga barang-barang yang di
konsumsi. Oleh sebab itu untuk mengkaji secara teoritis tentang
kemampuan konsumen dalam mengkonsumsi barang atau jasa,
faktor-faktor utama berikut ini yang harus diketahui:
Px = harga produk X
Py = harga produk Y
M = pendapatan konsumen

Nilai konsumsi harus kurang atau sama dengan jumlah pendapatan


konsumen.

PxX + PyY  M

50
 Daerah feasibel bagi konsumen dalam
mengkonsumsi suatu barang adalah sebagai berikut:
 Jika diketahui masing-masing variabel:
Px = Rp. 500 per unit
Py = Rp. 250 per unit
M = Rp. 10.000.-
Berapa jumlah X dan Y dapat dibeli?
Titik A = M/Py = 10.000/250 = 40 unit
Titik B = M/Px= 10.000/500 = 20 unit

51
Pend. Marginal Utlity
Y Pend. Indifference Curve
a. Indifference Curve
A b. Budget Line
M/Py c. Keseimbangan

Feasibl
e
set

Daerah
anggaran

0 M/Px
X

Gambar Garis Anggaran


52
 Garis AB dibuat dengan mengasumsi fungsi
pendapatan dibuat dalam bentuk persamaan yang
dalam ilmu ekonomi disebut dengan Budget Line
(garis anggaran). Budget line ini mempunyai
kemiringan (slope) sama dengan rasio harga.

dy/dx = - Px/Py

 Garis anggaran adalah garis yang menunjukkan


jumlah barang yang dapat dibeli dengan sejumlah
pendapatan atau anggaran tertentu, pada tingkat
harga tertentu.

53
FAKTOR PRODUKSI

PENDAPATAN

(Y)
RUMAH TANGGA PERUSAHAAN

BARANG & JASA


KONSUMSI
(C )
FAKTOR PRODUKSI

PENDAPATAN

(Y)
RUMAH TANGGA PERUSAHAAN

BARANG & JASA


KONSUMSI
(C )
TABUNGAN
INVESTASI
(S) LEMBAGA KEUANGAN (I)
FAKTOR PRODUKSI

PENDAPATAN

(Y)
RUMAH TANGGA PERUSAHAAN

BARANG & JASA


KONSUMSI
(C )
TABUNGAN
INVESTASI
(S) LEMBAGA KEUANGAN (I)
Unsur-unsur Penting dlm Teori Ekonomi

57

 Suatu besaran yang nilainya dapat mengalami


perubahan

Model
 Abstraksi dari persoalan-persoalan ekonomi
secara matematis yang menunjukkan
hubungan atau keterkaitan antar variabel
dalam ekonomi.
Asumsi
 Pemisalan yang digunakan untuk menjelaskan
sifat-sifat kaitan diantara berbagai variabel
dalam teori ekonomi.
Unsur-unsur Penting dlm Teori Ekonomi

58
Hipotesis
 Kesimpulan sementara yang menyatakan
keterkaitan antar variabel dalam
perekonomian.

Kemampuan Meramal
 Validitas
dari suatu model ekonomi dalam
memprediksi dampak dari perubahan-
perubahan variabel dalam perekonomian.
Grafik
 Gambaran visual yang memperlihatkan sifat,
perilaku, hukum atau bentuk hubungan
antara dua variabel atau lebih.
 Contoh:
Output

input

59
 Matematika
 Aplikasi operasi matematika dalam merumuskan,
menurunkan atau menentukan besaran nilai atau fungsi
suatu variabel berdasarkan determinannya.
 Operasi matematika yang banyak digunakan adalah
differensial
 Contoh:
.

.
APP = 3X - 12X2
dAPP/dX = 3 – 24X

Y / Y Y X
p = = .
X / X X Y
60
 Statistika
 Pengujian keterkaitan atau pengaruh antar
variabel ekonomi.
 Prediksi nilai suatu variabel dari perilaku
variabel atau variabel-variabel lain yang
relevan.
 Peramalan nilai suatu variabel berdasarkan
data pada masa lampau.

61
- Stabilitas perekonomian: pendapatan,
kesempatan kerja, harga.
- Neraca pembayaran LN yang seimbang
- Distribusi pendapatan yang merata (terkait
dengan keadilan sosial)
 Hubungan antar variabel Makro
1. Hub. sebab akibat (kausalitas)
Mis: C = f (Y)
Konsumsi merupakan fungsi dari
pendapatan
Y = variabel bebas
C = variabel terikat
C = a + bY
a = konstanta = konsumsi minimal yang dikeluarkan
meskipun tidak memiliki penghasilan.
b = Marginal Propensity to Consume (MPC)
yakni perbandingan antara pertambahan C dengan
pertambahan Y (Δ C/∆ Y )
0<b<1
2.Hubungan fungsional
Berubahnya variabel yang satu otomatis merubah
variabel yang lain.
Y=C+S
Y = C + I maka S = I
- Jika Y dan C tetap, maka S akan bertambah
sebesar pertambahan Y
- Jika I sedangkan C tetap, maka Y yang
diakibatkan meningkatnya S

Teori Makro Klasik dan Modern


a. Klasik (Adam Smith, Say)
- Percaya keampuhan sistem ekonomi Liberal
(laissez faire) yng dianggap bisa
mensejahterakan masyarakat
- Campur tangan Pem. seminimal mungkin
- Dengan laissez faire akan terjadi tingkat
ekonomi yang optimal (full employment)
dan alokasi yang efisien. Ketidak
seimbangan dalam pasar barang, pasar
uang, dan pasar tenaga kerja, akan
kembali seperti semula.
- Campur tangan Pem. yang disetujui :
+ Menghapus monopoli dan hambatan
kelembagaan yang menghalangi fleksibi-
litas harga
+ Pengaturan terhadap uang yang beredar
Kritik:
- Perkembangan distribusi pendapatan yang
tidak sesuai dengan perkembangan GDP dan
tingkat harga, sehingga menimbulkan
masalah sosial.
- Krisis tahun 30-an tidak dapat diatasi dengan
mekanisme pasar sehingga perlu campur
tangan Pemerintah.
b. Modern (Keynesian)
- Sistem laissez faire harus dihilangkan
- Pemerintah harus lebih banyak campur
tangan
- Faktor produksi dan kegiatannya masih dapat
dilakukan swasta, tetapi Pem. melakukan
pengaturan makro.
- Pemerintah boleh menyerap TK yang
menganggur meskipun terpaksa harus defisit
anggaran
- Bila terjadi inflasi, Pemerintah harus
mengurangi anggaran
- Full employment hanya bisa dicapai dengan
tindakan yang terencana, bukan sesuatu yang
datang sendiri (supply create its own demand)
- Dalam kaitan dengan pasar uang, tidak
sependapat dengan Teori Kuantitas MV = PT
bahwa perubahan dalam jumlah uang yang
beredar menimbulkan perubahan yang sama
terhadap harga.
 Ada 4 variabel yang dominan dalam
Ekn.Makro:
1. Output (Produk Nasional Bruto)
2. Kesempatan kerja
3. Inflasi
4. Neraca pembayaran
 Tujuan perekonomian makro:
- Produk nasional yang tinggi dan laju
pertumbuh an ekonomi yang cepat
Tujuan perekonomian makro:
- Produk nasional yang tinggi dan laju
pertumbuhan ekonomi yang cepat
- Kesempatan kerja yang besar dan tingkat
pengangguran yang rendah
- Stabilitas harga dalam pasar bebas
- Keseimbangan neraca pembayaran LN dan
stabilitas nilai kurs valuta asing
Penciptaan kondisi:
- Kebijakan fiskal
- Kebijakan moneter, melalui pengendalian
jumlah uang yang beredar dan mempengaruhi
tingkat sukubunga
- Kebijakan pendapatan, dengan membuat
pedoman tingkat upah (sukarela) atau
pengendalian upah (paksaan)
- Kebijakan perekonomian LN, melalui kebijakan
perdagangan dan campurtangan atas nilai kurs
VA
 Dalam perekonomian moderen ada 4 sektor
perekonomian yan terlibat, yakni:
- Sektor RT (household sector)
- Sektor Perusahaan (business sector)
- Sektor Pemerintah (government sector)
- Sektor Luar negeri (Foreign sector)
Barang dan jasa mengalir dan berputar dalam
empat sektor tesebut tanpa berhenti. Inilah
yang dinamakan mesin perekonomian.
 Barang dan jasa yang dihasilkan sektor
perusahaan dan mengalir ke sektor lain,
harus dibayar oleh masing-masing sektor tsb.
Pembayaran tersebut dinamakan Belanja
atau Pengeluaran Nasional.
 Pengeluaran Nasional (National Expenditure):
pembayaran barang dan jasa yang dihasilkan
sektor perusahaan;
nilainya sama dengan :
Produk Domestik Bruto : nilai barang dan jasa
yang diproduksi dalam suatu negara dalam
jangka waktu tertentu
 Produk Nasional Bruto = Produk Domestik Bruto
dikurangi Pendapatan Neto terhadap LN
 Pendapatan Neto terhadap LN = hasil
penanaman modal di LN dikurangi hasil
penanaman modal asing di DN
 PNB (GNP) : salah satu ukuran kemakmuran
suatu negara
Perhitungan PDB dan PNB ada 2 cara:
1. Perhitungan atas dasar harga yang berlaku.
Kelemahan: tidak mungkin mengetahui
pertumbuhan yang sesungguhnya
2. Perhitungan atas dasar harga konstan, melalui
indeks harga yang ditetapkan pada satu tahun
tertentu
Besarnya Pendapatan Nasional dapat menggu -
nakan 3 pendekatan:
1. Pendekatan produksi : menghitung nilai akhir
barang dan jasa dari semua unit produksi
2. Pendekatan pendapatan: mengumpulkan data
pendapatan semua pemilik sumberdaya,
meliputi: upah dan gaji, sewa, bunga, laba.
3. Pendekatan pengeluaran, dengan
menjumlahkan seluruh pengeluaran dari 4
sektor perekonomian, yakni RT (konsumsi =
C), Perusahaan (investasi = I), Pemerintah
(G), Perdagangan LN (selisih ekspor – impor =
X – M)
Di Indonesia :
- Pendekatan produksi
- Pendekatan pengeluaran
Perhitungan :
(1)Produk Domestik Bruto Rp…………
Pendapatan neto thd LN Rp. ………. (-)
(2) Produk Nasional Bruto (GNP) Rp. ………..
Penyusutan Rp………….(-)
(3) Produk Nasional Neto (NNP) Rp. …………
Pajak tidak langsung Rp………….(-)
(4) Pendapatan Nasional (NI) Rp. ………..
dikurangi penjumlahan dari:
- Keuntungan perush.yg tdk dibagi
- Pajak yg dikenakan Pem.atas
keuntungan perusahaan
- Iuran yang dipungut perusahaan
untuk jaminan sosial Rp. …………(-)
Rp. ………..
Rp. …………..
Pembayaran transfer Rp…………… (+)
(5) Pendapatan Personal (PI) Rp. ………….
dikurangi
Pajak perseorangan (pajak penda-
patan, pajak kekayaan, dll) Rp…………… (-)
(6) Pendapatan disposabel Rp. ………….
Catatan :
- Pembayaran transfer terdiri atas:
+ Uang pensiun yang dibayarkan
+ Bantuan Pem. (veteran, penderita cacat, bencana
alam)
+ Beasiswa
- Pendapatan Personal : semua jenis pendapatan
yang diterima oleh penduduk suatu negara atau
sektor RT
- Pendapatan Disposabel : pendapatan yang siap
dibelanjakan oleh sektor RT, dan sisanya
ditabung
 Hubungan antara Pendapatan (Y)
dengan Konsumsi (C) dan Tabungan (S)
dijelaskan oleh Keynes dengan hukum
Psychological Law of Consumption
- Bila Y maka C , tetapi tidak
sebanyak tambahan pendapatan
- Setiap tambahan kenaikan pendapatan
akan digunakan untuk C dan S
- Setiap kenaikan pendapatan jarang
menurunkan C dan S
Contoh
Y C S
10 11,5 -1,5
12 13,0 -1,0
15 15 -
20 18 2
25 22 3
Hubungan antara Konsumsi dengan Pendapatan
disebut Hasrat Konsumsi (Propensity to
Consume) atau Fungsi Konsumsi
Fungsi Konsumsi : fungsi yang menghubungkan
laju pengeluaran konsumsi dg tkt pendapatan
c,s
D
22
C
18

15
B
13
11,5

S
O Y
10 12 15 20 25
S
 Garis OBD – scale line : garis yang menunjuk-
kan bahwa titik tsb besarnya Y = C
 Titik B – break even point : titik yg
menunjukkan besarnya C =Y
 FC – garis fungsi konsumsi :garis yg menunjuk-
kan besarnya konsumsi pada berbagai tingkat Y
 Daerah FBO : daerah dissaving (utang)
Daerah DBC: daerah saving
 SS – garis fungsi saving : garis yang menunjuk-
kan besarnya S pada berbagai tingkat Y
 Tertutup : perek. yg tdk mengenal hub
ekon dg negara lain
 Sederhana: tdk ada transaksi ekonomi
yang melibatkan pemerintah
Bentuk umum Fungsi Konsumsi:
C=a+cY
(1)
a = nilai konstan, yakni besarnya C pd Y
sebesar
Nol
c = Marginal Propensity to Consume (MPC), yakni:
perbandingan antara besarnya ∆ C dengan
besarnya ∆ Y
c = MPC = ∆ C / ∆ Y (2)
Angka MPC umumnya < 1, tetapi > 0,5. Yang pasti
positif
MPC <1: penggunaan ΔY tdk seluruhnya utk C
MPC > 0,5 : penggunaan ΔY sebagian besar
digunakan utk C

 Average Propensity to Consume (APC) :


perbandingan antara besarnya C pd suatu tkt Y
APC = C/Y (3)
Bila APC dan MPC diketahui, maka persamaan fungsi
konsumsi bisa ditentukan, yakni :
C = (APCn – MPC) Yn + MPC. Y (4)
Contoh: Bila Y = Rp.200 T - C = Rp.180 T
dan
Y = Rp.220 T - C = Rp.195 T
Tentukan: a. Persamaan fungsi C
b. Letak BEP
Jawab : APC200 = C/Y = 180/200 = 0,90
APC220 = 195/220
MPC = Δ C / Δ Y = 15/20 = 0,75
C = (APCn – MPC) Yn + MPC.Y
= (0,90 – 0,75) 200 + 0,75 Y
= (0,15) 200 + 0,75 Y
C = 0,75 Y + 30 Jadi C = 0,75 Y + Rp. 30 T
b. Terjadi BEP bila Y = C atau Y – C = 0
Y - (0,75 Y + 30 ) = 0
Y - 0,75Y – 30 = 0
0,25 Y = 30 maka Y = 120
Jadi BEP pada Rp.120 T per tahun
 Fungsi Saving
Saving adalah bagian dari Y yang tidak
dikonsumsi
S=Y–C (5)
Bila dihubungkan dengan persamaan Fungsi C,
maka :
S=Y–C }
C = a + cY }
S = Y – (a + cY)
= Y – a – cY
S = (1 – c) Y – a
atau S = (1 – MPC) Y – a (6)
Contoh: Bila C = 0,75Y + Rp.30 T
Hitung dan gambarkan fungsi Saving
Jawab: S = (1 - c) Y – a
= (1 – 0,75) Y – 30
S = 0,25 Y – 30
Mencari titik BEP:
Y–C=0
Y – (0,75 Y + 30) = 0
Y – 0,75 Y – 30 = 0
0,25 Y = 30
Y = 120
Jadi Titik BEP pada Y = Rp. 120 T
C,S

C = 0,75 Y + 30

30 S = 0,25 Y - 30

O Y
120

- 30
 Marginal Propensity to Save (MPS)
MPS : perbandingan antara besarnya Δ S
dengan besarnya Δ Y
s = MPS = Δ S / Δ Y (7)
Ciri : untuk fungsi S yang berbentuk garis lurus,
besarnya nilai s pada semua tingkat Y adalah
sama
 Average Propensity to Save (APS)
APS : perbandingan antara besarnya S dengan
besarnya Y
APSn = Sn / Yn (8)
 Hubungan antara MPC dengan MPS dan APC dengan APS
a. MPC dengan MPS
MPC + MPS = 1 (9)
atau MPC = 1 – MPS
MPS = 1 - MPC
Pembuktian: Y = C + S
ΔY= ΔC+ ΔS
Bila ruas kiri dan kanan masing2 dibagi dg
Δ Y, maka : Δ Y / Δ Y = Δ C + Δ S
ΔY
1= ΔC/ ΔY +ΔS/ΔY
atau 1 = MPC + MPS
b. APC dengan APS
APC + APS = 1 (10)
atau APC = 1 – APS
APS = 1 - APC
Pembuktian: Y = C + S , maka Yn = Cn + Sn
Bila ruas kiri dan kanan masing2 dibagi dg Yn,
maka : Yn/ Yn = Cn + Sn
Yn
1 = Cn / Yn + Sn / Yn
1 = APCn + APSn
Contoh: Diketahui C = 0,75 Y + Rp. 20 T
Hitung : Fungsi S, APC, APS, MPC dan
MPS untuk berbagai tingkat Y
Tk.Y C S APC APS MPC MPS
0 20 -20 - - - -
20 35 -15 1,75 -0,75 0,75 0,25
40 50 -10 1,25 -0,25 0.75 0,25
60 65 - 5 1,1/12 -1/12 0,75 0,25
80 80 - 1 0 0,75 0,25

100 95 5 0,95 0,05 0,75 0,25


120 110 10 11/12 1/12 0,75 0,25
Pendapatan Nasional:
- Dari segi sumber : Y=C+I
- Dari segi penggunaan : Y = C + S
Hubungan C, I, S dan Y digambarkan sbb:
C1 + I1 = Y1 : sumber
Y1 = C2 + S2 : penggunaan
C 2 + I 2 = Y2
Y2 = C3 + S3
C3 + I3 = Y3 dst.
Bila Y1 =Y2 = Y3 maka Y dlm keadaan ekulibrium
 Y yang seimbang : tingkat Y di mana tidak ada
kekuatan ekonomi yang memiliki kemampuan
untuk mengubahnya; atau
Tingkat Y yang setiap kali ada gangguan akan
kembali ke arah tingkat semula.
 Keseimbangan disebabkan oleh berimbangnya
kekuatan konsumen yang membelanjakan
pendapatannya dengan produsen yang
menghasilkan barang dan jasa.
 Keseimbangan terjadi bila Cp (barang yg
diproduksi) = Ce (jumlah brg yg ingin dibeli
konsumen). Bila itu terjadi maka S = I
 Bila Cp > Ce berarti sejumlah barang tidak terjual
sehingga S > I. Produsen mengurangi
produksinya dan Y akan berkurang.
Berkurangnya Y akan mengurangi besarnya S dan
I secara bersama-sama. Keduanya akan kembali
pada tingkat semula asalkan S lebih cepat
daripada I.
 Bila Cp < Ce, penjualan barang akan lebih cepat.
Produsen akan menghasilkan barang lebih
banyak maka Y akan naik ke tingkat
keseimbangan.
C+I
710 Cp > C e
C
C,
,
C+I
650
E C
515
[
Ce > C p [
[

Y
475 650 750
 Titik keseimbangan E tercapai ketika
pendapatan = 650. Jadi Y = C + I = 650.
Y = C + I disebut Pendapatan Keseimbangan
 Bila Prod.Nas menjadi 750, maka besarnya
permintaan adalah 710 sehingga ada kelebihan
60 (Cp > Ce). Pengusaha akan mengurangi
produksi sehingga kembali sama dengan
permintaan yakni 650.
 Bila produk nasional 475, maka besarnya
permintaan 515 (Cp < Ce) sehingga kekurangan
60. Hal ini mendorong perusahaan memperluas
produksi sampai terjadi titik keseimbangan.
Menghitung tingkat pendapatan Ekuilibrium
1. Saving Invesment Approach (SIA)
S = I : Keseimbangan
Y–C=I
Y – (a+cY) = I
Y – a – cY = I
Y – cY = a + I
Y ( 1 – c) = a + I
Y=a+I
1–c
Y= 1 (a + I)
1-c
2. Consumption Invesment Approach (CIA)
Y=C+I }
C = a + cY }
Y = a + cY + I
Y – cY = a + I
Y (1 – c) = a + I
Y=a+I
1–c
Y = 1 (a + I)
1-c
Diket:
a. Fungsi C per tahun : C = 0,75 Y + Rp.25 T
b. Besarnya I per tahun: I = Rp. 60 T
Hitung : - Besarnya Y ekuilibrium
- Besarnya C ekuilibrium
- Besarnya S ekuilibrium
Jawab: a. Besarnya Y eq.
Y= 1 (a + I)
1–c
= 1 (25 + 60)
1 – 0.75
= 1 (85)
0,25
= 4 X Rp. 85
= Rp. 340 T
b. Besarnya C Eq.
C = 0,75 Y + 25
= 0,75 (340) + 25
= Rp. 280 T
c. Besarnya Saving Eq.
S=Y–C
= 340 – 280
= Rp. 60 T
 Tingkat keseimbangan Y dapat berubah
bilamana salah satu faktor ( I atau S)
karena sesuatu hal berubah, sehingga I
tidak sama dengan S. Perubahan itu akan
berlangsung sampai mencapai titik
keseimbangan baru
 Keseimbangan baru dapat lebih besar atau
lebih kecil dari sebelumnya, tergantung
perubahan I atau S.
Bila I atau S maka Y
Sebaliknya bila I dan S maka Y
 Keseimbangan pendapatan nasional tidak selalu
menguntungkan
 Faktor I lebih sering mengalami kegoncangan.
Hal itu disebabkan karena I banyak dipengaruhi
oleh faktor2 : Pengharapan, dugaan, serta
ramalan terhadap perek. Masa mendatang.
Sedangkan faktor S lebih bersifat konstan.
 Hubungan antara Δ I dan Δ Y yang
diakibatkan oleh perubahan I tersebut,
dijelaskan dengan konsep Multiplier (angka
pengganda)
 Multiplier adalah bilangan yang harus dikalikan
dengan perubahan I agar dapat mengetahui
besarnya perubahan Y yang disebabkan oleh
perubahan I tersebut; atau
Multiplier : angka pelipat yang menunjukkan
berapa besarnya Δ Y sebagai akibat dari Δ I
Δ I. k = Δ Y atau
k= ΔY/ΔI (11)
C1+ I1
C,I

C+I
B

O
Y Y1
 Pendapatan Nasional yang seimbang terletak
pada Y, dengan rencana konsumsi dan investasi
sebesar C + I
 Dengan penambahan investasi yang terus
menerus, ternyata C + I naik menjadi C1 + I1
sebanyak jarak AB. Pendapatan juga naik dari Y
ke Y1 yang besarnya berlipat kali AB
 Rumus : k = Δ Y

ΔI
Contoh: Diketahui Fungsi C = 0,75 Y + R.20 T
Pada periode I, besarnya I pertahun 40 T
Pada periode II, besar I per thn 80 T
Dengan Multiplier, hitunglah besarnya Y Eq.
pada periode ke 2
Jawab : k = 1 = 1 =4
1–c 1 – 0,75
Perubahan I = I2 – I1 = 80 -40 = 40
Y eq pada periode I :
Y1 = 1 (a + I)
1–c
= 1 (20 + 40)
1 – 0,75
= 4 (60) = 240
 Y eq pada periode II
Y2 = Y1 + Δ I
= Y1 + k. Δ I Ingat : k = Δ Y / Δ I
= 240 + 4 (40)
= 400
Proses bekerjanya multiplier
Peningkatan I dapat terjadi dalam 2 kemungkinan:
1. Terjadi dalam 1 kali saja, kemudian kembali
pada investasi sebelumnya
2. Terjadi terus menerus dalam jumlah yang sama
Proses Perubahan Y (dalam C = 0,75 Y + 20)
 Dengan satu kali perubahan

Periode C I Y
1 200 40 240
2 200 40 240
3 200 80 280
4 230 40 270
5 222,5 40 262,5
6 216,9 40 256,9

~ 200 40 240
(titik keseimbangan semula)

 Dengan perubahan I secara terus menerus
Periode C I Y
1 200 40 240
2 200 50 250
3 207,5 60 267,5
4 220,6 70 290,6
5 237,9 80 317,9
6 258,4 90 348,4
7 281,3 100 381,3
8 285,9 100 385,9
~ 100 ?
(titik keseimbangan baru)
Perubahan jumlah C dan jumlah S
Besarnya C dan S ditentukan Y
Karena itu bila Y berubah, maka C dan S juga
berubah
 Perubahan C

C1 = C0 + ΔC
Δ C = MPC. ΔY Ingat : MPC = ΔC/ΔY
Jadi C1 = C0 + MPC. ΔY (13)
 Perubahan S
S1 = S0 + ΔS
ΔS = ΔS .ΔY =MPS. ΔY -Ingat MPS =ΔS/ΔY
ΔY
Jadi S1 = S0 + MPS. ΔY
Karena MPS + MPC = 1 maka rumus tsb
dapat ditulis menjadi
S1 = S0 + (1 – MPC) ΔY
Contoh.
Diketahui:
1. Fungsi konsumsi: C = 0,75Y + Rp.20 T
2. Pada tahun 1970 besarnya I per tahun Rp. 40 T
3. Pada tahun 1971, besarnya I per tahun Rp.60 T
Soal: Dengan menggunakan Multiplier, hitunglah:
a. Y equlibrium yang baru
b. C equilibrium yang baru
c. S equilibrium yang baru
Jawaban
Besarnya Multiplier Investasi
k = 1 = 1 = 4
1 – c 1 – 0,75
ΔI = I1 - I0 = 60 – 40 = 20
a. Besarnya Y eq pada tahun 1970 (periode 0)
Y0 = 1 (a + I)Ingat Rumus (10)
(1 – c)
= 1 (20 + 40)
1 – 0,75
= 4 (60) = 240
Besarnya Y eq pada tahun 1971 (periode 1)
Y1 = Y0 + k1 . ΔI Ingat : Y1 = Y0 + ΔY
ΔY = k. ΔI
= 240 + 4 (20)
= 240 + 80 = 320
b. Konsumsi eq 1970
C0 = 0,75Y + 20
= 0,75 (240) + 20
= 180 + 20
= 200
Konsumsi eq 1971
C1 = C0 + MPC. ΔY Ingat rumus (13)
= 200 + 0,75 (320 – 240)
= 200 + 0,75 (80)
= 260
c. S eq 1970
S0 = (1 – c) Y – a Ingat Rumus (6)
= (1 – 0,75) 240 – 20
= 40
S eq tahun 1971
S1 = S0 + MPS. ΔY Ingat Rumus (14)
= 40 + (1 – 0,75) (320 – 240)
= 40 + 0,25 (80)
= 60
 Psychological Law of Consumption menyebutkan
bahwa bila Y bertambah maka C juga
bertambah.Dengan bertambahnya pengeluaran
konsumsi maka para pengusaha akan memperluas
produksinya. Untuk itu diperlukan barang-barang
modal atau investasi baru.
 Jelas bahwa perluasan investasi terjadi karena
ada pertambahan pendapatan dan pertambahan
konsumsi lebih dulu. Proses inilah yang disebut
Proses Akselerasi, yakni terjadinya investasi baru
karena adanya pertambahan konsumsi.
 Investasi yang terjadi karena proses akselerasi
ini disebut dengan Investasi Dorongan (induced
invesment). Sedangkan I yang ditentukan oleh
faktor lain yang mempengaruhi harapan
pengusaha disebut Investasi Otonom
(autonomous invesment).
 Besarnya pertambahan I sebagai akibat dari
pertambahan C tergantung pada koefisien
accelerator, yakni perbandingan antara
pertambahan I dengan pertambahan C
Acc = ΔI /ΔC (15)
Proses bekerjanya Akselerator
Soal :
Selama 5 periode, besarnya investasi otonom
berturut-turut adalah sama besarnya,
yakni 100. Bilamana besarnya MPC adalah
0,50 dan koefisien akselerator 2,
tentukan besarnya kenaikan Y dalam
kelima periode tersebut.
Jawab : I maka Y
Y maka C sesuai dengan MPC nya
C menyebabkan I yang tidak langsung
(induced I) yang besarnya tergantung
pada Acc.
Period I otonom C I dorongan Kenaikan Y
1 100 - - 1 100
2 100 50 100
2
3
250
3 100 125 150 375
4 100 187,5 125 412,5
5 100 206,25 37,5 343,75
Keterangan :
1. Y menyebabkan C sebesar 100 X MPC = 50
2. C menyebabkan I dorongan sebesar ΔC X Acc = 50 X 2 = 100
3. I otonom, kenaikan C dan I dorongan menyebabkan kenaikan Y
sebesar 250
Dst.
Komponen APBN terdiri dari :
 Penerimaan :
- Pajak
- Bukan pajak (hasil SDA, Laba BUMN,
lainnya)
 Pengeluaran :
- Pengeluaran Konsumsi Pem.(Government
Expenditure = Government Purchase)
- Pengeluaran pemerintah (Government
Transfer)
 Pajak (tax) : uang atau daya beli yang diserahkan oleh
masy. kepada pem di mana terhadap penyerahan uang
atau dayabeli tersebut pemerintah tidak memberikan
balas jasa yang langsung
Pajak digunakan untuk membiayai Pengel.Pem.
 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (G): semua
pengeluaran pemerintah di mana pemerintah secara
langsung menerima balas jasanya. Mis: gaji PNS,
pembelian barang dan jasa
 Transfer Pemerintah (Tr) : pengeluaran pemerintah di
mana pemerintah tidak menerima balas jasa langsung.
Mis sumbangan untuk bencana alam dan
penganggur,uang pensiun, beasiswa, subsidi BBM,dll.
 Konsumsi masyarakat ditentukan oleh tinggi
rendahnya Y yang siap dibelanjakan (disposable
income/takehome income).
Pendapatan Nasional Rp. …….
Transfer Pemerintah Rp. …….(+)
Rp. …….
Pajak Rp. …….(-)
Pendapatan disposabel Rp. …….
Yd = Y + T r - Tx
 Dalam perek tiga sektor, fungsi
C = a + cY diganti dengan C = a + cYd
Karena Yd = Y + Tr - Tx maka
C = a + c (Y + Tr – Tx) atau
C = a + cY + c Tr – c Tx
Sedangkan fungsi S menjadi:
S = Yd – C
= Yd – (a + c Yd )
= Yd – a – c Y d
S = (1 – c) Yd – a
atau S = (1 – c) (Y + Tr – Tx ) - a
Tugas.
Diketahui C = 0,75 Yd + 20 M
Tr = Rp.40 M
Tx = Rp.20 M
Carilah : 1. Fungsi C sebelum Tr dan Tx
2. Fungsi C sesudah Tr tetapi sebelum Tx
3. Fungsi C sesudah Tx tetapi sebelum Tr
4. Fungsi C sesudah Tr dan sesudah Tx
5. Fungsi S sesudah Tr dan sesudah Tx
Jawaban
1. C sebelum Tr dan sebelum Tx
C = 0,75 Yd + 20
= 0,75 (Y + Tr – Tx) + 20
= 0,75 (Y + 0 – 0) + 20
= 0,75 Y + 20
2. C sesudah Tr dan sebelum Tx
= 0,75 ( Y + 40 – 0) + 20
= 0,75 Y + 30 – 0 + 20
= 0,75 Y + 50
3. C sesudah Tx tetapi sebelum Tr
C = 0,75 (Y + 0 – 20) + 20
= 0,75 Y + 0 – 15 + 20
= 0,75 Y + 5
4. C sesudah Tr dan sesudah Tx
C = 0,75 (Y + 40 – 20) + 20
5. S sesudah Tr dan sesudah Tx
S = (1 - c) (Y + Tr - Tx ) – a
= (1 – 0,75) ( Y + 40 -20 ) -20
= 0,25 Y - 15
Pendapatan Nasional Ekulibrium
Y=C+I+G
C = a + c Yd
Yd = Y + Tr – Tx
Y=C+I+G
= a + c Yd + I + G
= a + c (Y + Tr – Tx) + I + G
= a + cY + c Tr – c Tx + I + G
Y-cY = a + cTr – cTx + I + G
(1 – c) Y = a + cTr – cTx + I + G
Y = a + c Tr – c Tx + I + G
1-c
Y=C+I+X-M
Y=C+S
C + S = C + I + X – M atau S + M = I + X
Jadi syarat Keseimbangan Perekonomian
Terbuka bukan lagi S = I

S = S0 + s Y S0 = besarnya S pd Y sebesar 0
s = MPS = Δ S/ ΔY
M = M0 + m Y M0 = besarnya M pd Y sebesar 0
m=ΔM/ ΔY
S0 + s Y + M0 + m Y = I + X
a Y + m Y = I + X – S0 – M0
Y (s + m) = I + X – S0 – M0

Y = I + X – S0 – M 0
s+m
Tugas.
Contoh: Diketahui S = - 40 + 0,3 Y
M = 20 + 0,2 Y
Pengeluaran I = 280
Pengeluaran X = 100
Hitunglah : Y eq, S eq, M eq, C eq, dan kondisi
neraca perdagangan
Jawaban :
(a) Pendapatan nasional ekuilibrium
I + X – S0 - M0
Y=
s+m
= 280 + 100 + 40 – 20 = 800
0,3 + 0,2
(b) S eq = -40 + 0,3 Y = -40 + 0,3 X 800
= -40 + 240 = 200
(c) M eq = 20 + 0,2 Y = 20 + 0,2 X 800
= 20 + 160 = 600
(d) C eq
Y=C+I+X–M
800 = C + 280 + 100 - 180
C = 800 – 200 = 600
atau
C=Y–S
= 800 – 200 = 600

Anda mungkin juga menyukai