Dir. PPKP Bahan Pencegahan Tangerang 081121
Dir. PPKP Bahan Pencegahan Tangerang 081121
Kota Tangerang
11.540 kasus
Sengketa
Jumlah Bidang Bersertipikat sd 2021 • Selesai 6.411 (55,5%)
37 % • Proses 5.129 (44,5%)
853 kasus
Konflik
±126 juta ± 57 % Telah Bersertipikat
2,7 % • Selesai 144 (16,88%)
bidang Jumlah bersertipikat 72 juta
• Proses 709 (83,12%)
tanah bidang
seluruh Jumlah belum bersertipikat 54 Sumber Data : Justisia
Indonesia juta bidang
19.140 kasus
Perkara
31.228 kasus sd 2020 Putus 3.269
Selesai 44,4%
60 % Menang 2.505 (damai
0,042 % dari
jumlah tanah dicabut,dismissal,NO,
bersertipikat gugatan ditolak, gugur)
Kalah 764 (gugatan
dikabulkan)
Proses 15.871
MELAYANI, PROFESIONAL, TERPERCAYA 2
BERDASARKAN TIPOLOGI KASUS
Direktorat Jenderal Penanganan Konflik dan Direktorat Pencegahan dan Penanganan Konflik
Sengketa Pertanahan, mempunyai tugas Pertanahan, menyelenggarakan fungsi diantaranya :
menyelenggarakan perumusan kebijakan di bidang 1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang
penanganan dan pencegahan sengketa dan konflik pencegahan sengketa, konflik dan perkara pertanahan;
pertanahan, serta penanganan perkara pertanahan .
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- 2. pelaksanaan identifikasi dan pemetaan pencegahan
undangan. (PASAL 440) sengketa, konflik dan perkara pertanahan;
3. pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dengan
Direktorat Penanganan Direktorat Penanganan instansi atau lembaga terkait dalam rangka
Sengketa Pertanahan, Perkara Pertanahan, pencegahan, serta penanganan dan penyelesaian
menyelenggarakan fungsi menyelenggarakan fungsi konflik kelompok masyarakat dan tanah ulayat, konflik
diantaranya pelaksanaan diantaranya pelaksanaan instansi pemerintah/ pemerintah daerah/BUMN/BUMD;
identifikasi, pengkajian dan identifikasi, pengkajian dan 4. pelaksanaaan koordinasi dan kerja sama dengan
pemetaan masalah dalam upaya pemetaan masalah dalam instansi atau lembaga terkait untuk pengumpulan data
mencari akar masalah sebagai upaya mencari akar informasi strategis dalam rangka pencegahan
bahan penyusunan kebijakan masalah sebagai bahan sengketa, konflik dan perkara pertanahan;
pencegahan sengketa penetapan penyusunan kebijakan 5. pelaksanaaan koordinasi dan kerja sama dengan
hak dan pendaftaran tanah, pencegahan perkara instansi atau lembaga terkait dalam upaya melakukan
sengketa batas tanah, sengketa pertanahan; langkah-langkah pencegahan sengketa, konflik dan
penguasaan dan pemilikan tanah; (PASAL 465) perkara pertanahan.
(PASAL 455) (PASAL 475)
MELAYANI, PROFESIONAL, TERPERCAYA 8
STRATEGI PENCEGAHAN TIMBULNYA KASUS PERTANAHAN
Pencegahan dilakukan agar kasus Sengketa, Konflik dan Perkara (SKP) tidak terulang
kembali dengan cara :
1.Melakukan pemetaan potensi kasus berdasarkan tipologi kasus dan dilakukan kajian
ilmiah/akademis maupun kajian praktis terhadap penyebab terjadinya kasus/akar
masalah serta strategi penyelesaiannya maupun pencegahan kasus baru;
2.Pencegahan terlebih daulu diprioritaskan pada SKP dengan trend tertinggi ;
3.Menguatkan kerja sama dan koordinasi dengan Instansi Pemerintah, K/L, perguruan
tinggi, APH, stakeholder terkait dan masyarakat dalam bentuk membangun kesadaran
bersama dan penyusunan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan pecegahan kasus
pertanahan;
4.Optimalisasi penggunaan sistem informasi elektronik sengketa, konflik dan pertanahan
(SKP), dan Justisia untuk perencanaan, analisis kebijakan, penanganan serta pencegahan
kasus pertanahan;
MELAYANI, PROFESIONAL, TERPERCAYA 9
KEGIATAN PENCEGAHAN KASUS PERTANAHAN
Klasifikasi
Pemetaan dan
Potensi Identifikasi Mencari Pemetaan Masalah dan
Kasus Kasus 2015- Tren Akar Masalah Kasus
Pertanahan 2020 Kasus Pertanahan
Pengkajian
Akar Masalah
Berkurangnya
Kasus
Pertanahan
Evaluasi Oleh
Rekomendasi
Ditjen Teknis Sosialisasi Kebijakan
Pencegahan Kasus Pencegahan
Regulasi Itjen
Sengketa Konflik dan
Kebijakan Ditjen PSKP Internal & Eksternal Perkara Pertanahan
MELAYANI, PROFESIONAL, TERPERCAYA 10
PEMETAAN KASUS PERTANAHAN
Output
Pencegahan SKP
Ditjen Ditjen
1 4
Ditjen
DITJEN Preventif (Internal) 2
Ditjen Ditjen
5 7
VII
Ditjen Ditjen
3 6
DPR
PPSDM KSP
Kementeria Ombudsma
n ATR/BPN n
Direktorat Jenderal
Penanganan Sengketa
dan Konflik Kementeria
PPSK
Pertanahan n Lembaga
Kementeria
n ATR/BPN Terkait
Pemerintah
Kantor Daerah
Pertanahan
BUMN/
Kantor CSO
Masyarakat Media BUMD
Wilayah
Kerjasama
1. Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Agraria dan 2. Perjanjian Kerja Sama Antara Direktorat Jenderal
Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan
dengan Universitas Indonesia Nomor 17/SKB/I/2018 dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nomor 1/NKB/R/UI/2018 tentang Pendidikan, Penelitian, Nasional dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Pengabdian Kepada Masyarakat, serta Peningkatan dan tentang Penyusunan Kebiijakan dalam Rangka Pencegahan
Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia. dan Percepatan Penyelesaian Kasus Pertanahan Nomor
02/SKB-HK.03.01/II/2021 dan Nomor
Output dari Kegiatan Kerjasama ini adalah berupa : 36/UN2.F5.D/HKP.05.02/2021.
1. Kajian akar masalah dan penyebab kasus pertanahan;
2. Rekomendasi Penyelesaian Kasus Pertanahan;
3. Rapermen Pencegahan Kasus Pertanahan;
4. Peningkatan kemampuan SDM Ditjen VII dalam penyelesaian kasus pertanahan
1. Tidak ada sarana control keabsahan girik. Buku C Desa, tidak terpelihara , sementara Dirjen
Pajak telah menegaskan tidak lagi mengeluarkan Riwayat girik;
2. Pengadilan menerima Girik sebagai bukti hak;
3. Masyarakat, APH, Hakim menerima surat keterangan Garapan (yang sejenis) sebagai bukti
alas hak;
4. Masyarakat masih menerima SK Redis yang lama, sebagai bukti pemberian hak dan dapat
1 diwaris turun temurun;
5. Penerbitan ijin di bidang pertanahan diterbitkan oleh instansi yang berbeda beda (Ijin Lokasi
Penguasaan oleh Bupati, IUP oleh Gubernur),
Pemilikan Tanah 6. Rencana Tata Ruang dan Planologi tidak sinkron;
7. Perbedaan data status tanah di BPN dan LHK
8. Kemendes : Transmigrasi yang telah terbit HPL tidak dimanfaatkan (dikuasasi masyarakat
diperjual belikan) terbit HGU;
9. Tidak ada kejelasan status tanah yang telah diterbitkan sertipikat dan ditinggalkan pemegang
haknya.
10. Dinas Transmigrasi membatalkan nama peserta trans, Ketika sertipikat telah diterbitkan dan
diserahkan.
11. Dasar perolehan tanah instansi pemerintah tidak jelas, tidak terdapat dokumen perolehan
tanahnya.
3
1. Panitia A/B/C tidak teliti, tidak menggambarkan kondisi yang
Penetapan Hak dan sebenarnya;
Pendaftaran Tanah 2. SK Pemberian Hak diberikan dengan bersyarat
3. Keliru penerapan UU