Sosialisasi Pencegahan Kasus Pertanahan
Sosialisasi Pencegahan Kasus Pertanahan
5. Masalah Pelaksanaan Putusan Pengadilan sebanyak 763 kasus (5, 77 %), urutan VI.
Sengketa pelaksanaan putusan pengadilan adalah perbedaan pendapat/persepsi mengenai dapat atau tidak dapatnya, atau menyangkut putusan
mana yang akan akan dilaksanakan, atau bagaimana seharusnya melaksanakan putusan pengadilan.
meliputi:
b. adanya lebih dari satu putusan yang memeriksa kasus yang sama pada obyek yang sama dengan subyek yang berbeda maupun pihak yang
sama;
c. Ada lebih dari satu putusan yang memeriksa kasus yang sama dari kamar yang berbeda;
d. Tafsiran mengenai bunyi amar Putusan pengadilan;
e. Putusan pengadilan menyangkut aset instansi pemerintah atau BUMN
f. Obyek eksekusi berbeda dengan obyek perkara
SEBARAN SENGKETA KONFLIK BERDASARKAN TIPOLOGI
3000
870
800
2015 110 18,8% 10 1,7% 215 36,7% 160 27,3% 91 15,5% 586
600
2016 208 15,9% 19 1,5% 538 41,2% 340 26,0% 201 15,4% 1306
538
514 502
2017 276 13,8% 31 1,5% 971 48,4% 514 25,6% 214 10,7% 2006
400
2018 276 14,6% 34 1,8% 870 45,9% 502 26,5% 213 11,2% 1895 340
276 276
2019 0 0,0% 0 0,0% 15 71,4% 3 14,3% 3 14,3% 21 200 215 208 214 213
201
160
2021 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 110 91
0 19 31 34
10
2015 2016 2017 2018 15 3 3
0 02019 0 02020
0 0 0
Grand
Total 870 15,0% 94 1,6% 2609 44,9% 1519 26,1% 722 12,4% 5814
Antar Kel Masy BH dgn BH Masy dgn Pem/BUMN
Orng dgn BH Org dgn Org
SUBYEK DENGAN TIPOLOGI PERKARA
Dilihat dari table di atas , dapat terlihat:
1. Pihak yang berpekara, terbanyak adalah masyarakat dengan instansi pemerintah : 2069 kasus (49
%), Perorangan dengan Badan Hukum : 1.219 Kasus (26,1 %),
2. Menunjukan bahwa :
a. Tanah instansi pemerintah tidak terjaga dengan baik
b. Bidang tanah terdaftar kurang
c. Dasar perolehan yang tidak sah
d. Masyarakat tidak dapat memperoleh keadilan tanpa melalui pengadilan atas
tanahnya yang terhisap kedalam tanah instansi pemerintah;
e. “Pihak pihak tertentu” yang memanfaatkan tidak tertibnya pemeliharaan tanah pemerintah
untuk digugat di pengadilan.
3. Hal yang diuraikan di atas tampak, dari perkara yang terbanyak menyangkut tipologi penguasaan
pemilikan tanah sebanyak 6.452 kasus.
1. kl
JUMLAH PERKARA BERDASARKAN TIPOLOGI
2,500
2,000
1,500
1,000
500
Axis Title
-
h
eli
r n h n h rm at k
ana k dila ana ilika ana fo lay Ha
T r ti ga T m T r e U an
ng xP
a n an Pe an d
na
h la ih
da Pe da n ar Lan r
i e n a a ft Ta Pe
kB na
h sa en
g d
nd
a
ye
k h n
eta Ta utu P a an e b ala ra
s/
L gi P lah as P O as a
ta an gu an na
h M aft
a Ru na asa n k d a nd
B nti sa M Pe Ha
T P e
Ga le ak la ah n alah
P as pa as
a h M e ta M
al Pe
n
as r
M du
ose
Pr
la ah
as
M
574 56 799 352 6.452 2.885 29 1.021 1.942
PROSENTASE PERKARA BERDASARKAN TIPOLOGI
0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% 80.0% 90.0%
Tipologi dan akar masalah
•1 1. Tidak ada sarana control keabsahan girik. Buku C Desa, tidak terpelihara ,
sementara Dirjen Pajak telah menegaskan tidak lagi mengeluarkan Riwayat girik;
2. Pengadilan menerima Girik sebagai bukti hak;
3. Masyarakat, APH, Hakim menerima surat keterangan Garapan (yang sejenis)
sebagai bukti alas hak;
4. Masyarakat masih menerima SK Redis yang lama, sebagai bukti pemberian hak
dan dapat diwaris turun temurun;
5. Penerbitan ijin di bidang pertanahan diterbitkan oleh instansi yang berbeda beda
(Ijin Lokasi oleh Bupati, IUP oleh Gubernur),
Penguasaan 6. Rencana Tata Ruang dan Planologi tidak sinkron;
Pemilikan Tanah 7. Perbedaan data status tanah di BPN dan LHK
8. Kemendes : Transmigrasi yang telah terbit HPL tidak dimanfaatkan (dikuasasi
masyarakat diperjual belikan) terbit HGU;
9. Tidak ada kejelasan status tanah yang telah diterbitkan sertipikat dan
ditinggalkan pemegang haknya.
10. Dinas Transmigrasi membatalkan nama peserta trans, Ketika sertipikat telah
diterbitkan dan diserahkan.
11. Dasar perolehan tanah instansi pemerintah tidak jelas, tidak terdapat dokumen
perolehan tanahnya.
Tipologi dan akar masalah
•2
•3
•4
5.
6.
7.
8.
1. SK Penegasan TOL yang belum dilaksanakan dilaksanakan
dengan memindahkan tempat ke lokasi lain (Kawasan
hutan);
2. Penerima Redistribusi fiktif;
3. Penerima Redis, tidak menerima SK Redis, melainkan
Sengketa Tanah dipergang oleh Kades dan bekas pemilik sertipkat;
Obyek Landreform 4. Pemilik tanah kelebihan yang diambil pemerintan belum
(TOL)
dibayar ganti rugi, tetapi tanah telah di redistribusi.
5. Tanah redistribusi di alihkan kepada bekas pihak lain yang
tidak memenuhi syarat sebagai penerima redis.
6. Redistribusi diajukan keberatan oleh pihak lain yang merasa
lebih berhak menerima tanah Redistribusi
TERIMA KASIH