Anda di halaman 1dari 13

MENYUSUN CERITA BAIK

(BEST PRACTICE) DENGAN


METODE STAR

Oleh:

DEWI RANI NOVIANTI, S.S


LK 3.1 Menyusun Best Practices

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode Star (Situasi,
Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil dan Dampak)
Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran

Lokasi MA Muhammadiyah Jakarta


Lingkup Pendidikan Madrasah Aliyah Kelas XI IPS Tahun Pelajaran 2022-2023
Tujuan yang ingin dicapai Melalui model pembelajaran PBL (Problem Based
Learning) dengan pendekatan TPACK, peserta didik
diharapkan secara
individu mampu menyebutkan kosakata bahasa Jepang dari
makanan-minuman dan jumlahnya, kemudian peserta didik
mampu membuat kalimat percakapan memesan makanan
dan/atau minuman dalam bahasa Jepang dan
dapat
mempraktekkan percakapan tersebut melalui skema roleplay
secara berkelompok dengan memperhatikan fungsi sosial,
struktur teks, dan unsur kebahasaan yang sesuai konteks
dengan benar serta diharapkan peserta didik
mampu
mengungkapkan persamaan dan perbedaan
dari makanan/minuman Jepang dan
Indonesia dan
mengungkapkan pengaruh dari kedua makanan/minuman
tersebut bagi kesehatan secara tertulis maupun lisan dengan
sikap percaya diri, tanggung jawab, disiplin dan bekerja
sama secara berkelompok.
Penulis Dewi Rani Novianti, S.S
Tanggal 5 Juli 2023
Situasi: Kondisi yang menjadi latar belakang masalah perlunya
Kondisi yang menjadi latar praktik ini dilakukan, antara lain:
belakang masalah, mengapa
praktik ini penting untuk 1. Kurangnya rasa kepercayaan diri siswa untuk
dibagikan, apa yang menjadi berbicara bahasa Jepang dalam kegiatan sehari-hari
peran dan tanggung jawab anda terutama di lingkungan sekolah.
dalam praktik ini. Hal ini dikarenakan perbedaan gramatikal antara
bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia, adanya
partikel, perubahan kata kerja dan
banyaknya kosakata dalam bahasa Jepang yang
membuat siswa
merasa kurang percaya diri untuk berbicara dalam
bahasa Jepang karena takut salah
dalam
penyampaiannya.
2. Rendahnya minat dan motivasi siswa untuk
mempraktekkan bahasa Jepang dalam kehidupan
sehari-hari.
Guru kurang memotivasi siswa untuk membiasakan
diri mempraktekkan berbicara bahasa Jepang dalam
pembelajaran sehari-hari sehingga siswa pun tidak
terbiasa untuk berbicara bahasa Jepang.
3. Pembelajaran yang konvensional (teacher center)
menyebabkan siswa kurang aktif dalam
pembelajaran.
Guru belum optimal dalam menerapkan model
pembelajaran yang inovatif karena keterbatasan
wawasan mengenai pembelajaran yang menarik bagi
siswa dan yang dapat merangsang keaktifan siswa
(student center) terutama yang menerapkan 4C
(Critical Thinking, Creative Thinking, Collaboration,
and Communication) yakni kemampuan untuk
berpikir kritis, berpikir kreatif, bekerja sama dengan
orang lain, dan berkomunikasi dengan baik.
4. Penggunaan media pembelajaran yang kurang
menarik.
Guru belum optimal memanfaatkan sarana dan
prasarana sekolah (smart TV) dalam menggunakan
media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
siswa di abad 21 (era digital) seperti PPT yang
terdapat audio untuk memudahkan siswa
mempelajari pelafalan bahasa Jepang dengan
intonasi yang baik dan benar sesuai penutur aslinya,
video pembelajaran mengenai bahasa Jepang, kartu
gambar, games dan lain-lain.

Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan tersebut


maka praktik ini penting untuk dibagikan karena:
1. Melalui pembelajaran inovatif dengan model PBL
(Problem Based Learning) ini dapat melatih
kemampuan siswa dalam berpikir kritis, berpikir
kreatif, bekerja sama dengan orang lain, dan
berkomunikasi dengan baik dalam hal ini
mengungkapkan persamaan dan perbedaan makanan
Jepang dan Indonesia serta mengungkapkan
pengaruhnya bagi kesehatan.
2. Pembelajaran dengan pendekatan TPACK dengan
menggunakan media pembelajaran audio visual
seperti PPT mengenai kosakata makanan-minuman
dan jumlahnya serta contoh kalimat percakapan
memesan makanan/minuman yang terdapat audio
dan gambarnya, video pembelajaran mengenai
makanan dan minuman Jepang serta cara memesan
makanan-minuman dalam bahasa Jepang, kartu
gambar makanan-minuman dan penggunaan LKPD
dapat memudahkan guru memberikan materi
pembelajaran dan memudahkan siswa dalam
memahami materi yang diajarkan serta siswa dapat
mempraktekkan percakapan memesan makanan-
minuman dalam bahasa Jepang sesuai dengan pola
kalimat dan pelafalan yang telah dipelajari.
3. Dapat dijadikan referensi oleh sesama guru bahasa
yang memiliki permasalahan yang sama yakni
melatih kepercayaan diri
mempraktekkan
siswa berbicara bahasa dalam
asing kehidupan sehari-hari.
dalam
4. Memotivasi guru untuk konsisten
menerapkan pembelajaran yang
inovatif sehingga tercipta
pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Peran dan tanggung jawab guru dalam praktik ini adalah


sebagai fasilitator yang merancang pembelajaran inovatif
dengan model PBL (Problem Based Learning) untuk melatih
nalar siswa untuk berfikir kritis, kreatif, berdiskusi dan
mengkomunikasikan hasil diskusinya dengan baik serta
menerapkan pendekatan TPACK untuk memudahkan siswa
memahami materi pembelajaran, sebagai motivator agar
siswa percaya diri dalam mengucapkan kata/kalimat dalam
bahasa Jepang dengan mempraktekkan percakapan
memesan makanan-minuman dengan roleplay, dan sebagai
evaluator yang mengevaluasi dan menilai hasil kerja siswa
selama pembelajaran untuk mengukur keberhasilan dari
praktik pembelajaran yang telah dilakukan.

Tantangan : Tantangan yang dihadapi dalam praktik pembelajaran ini


Apa saja yang menjadi tantangan antara lain:
untuk mencapai tujuan tersebut?
Siapa saja yang terlibat? 1. Merancang model pembelajaran PBL (Problem
Based Learning) membutuhkan persiapan yang
cukup lama dan matang; diantaranya mencari
permasalahan yang relevan dengan materi
pembelajaran, menyiapkan media pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik siswa dan dapat dengan
mudah dipahami oleh siswa
2. Guru maupun siswa belum terbiasa dengan model
pembelajaran ini karena terbiasa dengan metode
ceramah
3. Kemampuan guru dalam mengatur waktu
pembelajaran dengan menyesuaikan dengan sintak
pada pembelajaran PBL agar
tersampaikan seluruhnya dalam alokasi waktu yang
terbatas (1 x 40
menit)
4. Memanfaatkan kondisi ruang belajar yang kondusif
yang disertai dengan sarana prasarana yang
menunjang penggunaan media pembelajaran
5. Koordinasi dengan pihak sekolah, siswa dan juru
kamera serta editor yakni menentukan jadwal
pelaksanaan praktik pembelajaran

Pihak yang terlibat dalam praktik pembelajaran ini adalah:


6. Kepala Madrasah (memberikan dukungan dan
pemberian izin penggunaan sarana prasarana
sekolah)
7. Siswa Kelas XI IPS (sebagai peserta didik dalam
pembelajaran Koora wa arimasu ka)
3. Alumni (yang membantu menjadi juru kamera
sekaligus editor video praktik pembelajaran)
Aksi : Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi
Langkah-langkah apa yang tantangan tersebut yakni antara lain:
dilakukan untuk menghadapi
tantangan tersebut/strategi apa 1. Merancang perangkat pembelajaran yang meliputi
yang digunakan/bagaimana pengembangan RPP, Media ajar, Bahan ajar, LKPD
prosesnya, siapa saja yang dan instrumen penilaian (penilaian sikap,
terlibat /Apa saja sumber daya pengetahuan dan ketrampilan).
atau materi yang diperlukan 2. Mendiskusikan perangkat pembelajaran yang telah
untuk melaksanakan strategi ini disusun dengan dosen, guru pamong dan teman
sejawat untuk mendapatkan saran dan masukan agar
perangkat pembelajaran yang akan disajikan ke
siswa sudah layak untuk dipraktikkan.
3. Mempelajari langkah-langkah pembelajaran yang
sesuai dengan sintak pembelajaran yang terdapat
dalam model pembelajaran PBL agar tersampaikan
dalam proses pembelajaran.

Strategi yang digunakan dalam praktik pembelajaran ini:

1. Model Pembelajaran : Problem Based Learning


2. Pendekatan : TPACK
3. Metode : tanya jawab, diskusi dan role play

Proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam model


pembelajaran PBL ini antara lain:
1. Orientasi Masalah (sintak 1)
 Peserta menyimak gambar 1 makanan Indonesia
dan 1 makanan Jepang

 Guru memberikan pertanyaan stimulus yaitu


 Apa nama makanan tersebut?
 Darimana asal makanan tersebut?
 Apa persamaan dan perbedaan dari
makanan tersebut?
 Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
guru
2. Mengorganisasi Siswa (sintak 2)
 Siswa menyimak video pembelajaran yang
diambil dari YouTube tentang 12 makanan khas
Jepang serta penjelasannya
https://youtu.be/nYIfBOvk4rs

 Guru menginstruksikan siswa untuk menyatakan


kosakata makanan Jepang yang diamati dari
video pembelajaran yang telah ditampilkan serta
menanyakan apa saja makanan Jepang yang
memiliki persamaan dengan makanan Indonesia
 Guru mengetes kemampuan siswa mengenai
kosakata bahasa Jepang makanan melalui drill
dengan kartu gambar makanan

 Guru menampilkan gambar minuman dan


memberikan drill kepada siswa untuk
mengucapkan kosakata bahasa Jepang dari
minuman yang ditampilkan di PPT.

 Guru memberikan ice breaking berupa video


pembelajaran berupa lagu mengenai kosakata
bahasa Jepang jumlah benda (hitotsu, futatsu,
mittsu, dll) dalam huruf Hiragana

https://youtu.be/bLVG4KQCGRA
 Siswa mengidentifikasi kosakata bahasa Jepang
sesuai yang mereka dengar dari video
pembelajaran
 Guru menampilkan pola kalimat mengenai
kesediaan makanan dan minuman serta contoh
kalimat memesan makanan dan minuman

 Guru mengkonfirmasi pemahaman siswa melalui


drill latihan membuat kalimat ketersediaan
makanan/minuman dan memesan
makanan/minuman secara lisan
 Menentukan kelompok
 Guru membagikan LKPD

3. Membimbing penyelidikan individu dan


kelompok (sintak 3)
 Guru menjelaskan LK yang harus dikerjakan
pada LKPD
 Siswa mengerjakan LKPD secara individu
dengan duduk berkelompok yang terdiri dari 3
kelompok

 Guru membimbing dengan menjelaskan jika ada


siswa yang kurang paham dari dan memantau
pekerjaan siswa dan keterlibatan siswa dalam
kelompoknya

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya


(sintak 4)
 Membahas hasil kerja siswa pada LKPD dengan
tanya-jawab
 Mempraktekkan percakapan memesan makanan-
minuman dengan role play secara berkelompok
 Mengungkapkan hasil diskusi tentang
persamaan dan perbedaan makanan Jepang dan
makanan Indonesia serta pengaruhnya terhadap
kesehatan

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses


pemecahan masalah (sintak 5)
 Guru menilai hasil kerja siswa pada LKPD dan
menilai ketrampilan siswa dalam percakapan
memesan makanan-minuman
Pihak yang terlibat dalam praktik pembelajaran ini:
6. Kepala Madrasah (memberikan dukungan dan
pemberian izin penggunaan sarana prasarana
sekolah)
7. Siswa-siswi sebanyak 9 anak (sebagai peserta didik
dalam pembelajaran Koora wa arimasu ka
Bahan ajar yang digunakan:
8. Media:
 PPT yang berisi video pembelajaran
dari YouTube sebagai materi pembelajaran
dan ice breaking yang berkaitan dengan
materi pembelajaran,
 slide materi kosakata makanan-minuman dan
jumlahnya serta pola kalimatnya,
 kartu gambar makanan,
 LKPD.
9. Alat:
 Laptop,
 Smart TV.
10. Sumber Pembelajaran:
 Buku Pelajaran Sakura 2,
 Video dari YouTube.

Refleksi Hasil dan dampak Dampak dari aksi langkah-langkah pembelajaran yang
Bagaimana dampak dari aksi dilakukan:
dari Langkah-langkah 1. Dengan model pembelajaran PBL dapat menjadi
yang dilakukan? Apakah wawasan bagi guru untuk
hasilnya efektif? Atau tidak menerapkan model
efektif? Mengapa? Bagaimana
pembelajaran yang dapat melatih nalar siswa dalam
respon orang lain terkait dengan
strategi yang dilakukan, Apa berfikir kritis, melatih kerjasama siswa
yang menjadi faktor dalam
keberhasilan atau berdiskusi dan melatih siswa
ketidakberhasilan dari strategi untuk dapat mengungkapkan
yang dilakukan? Apa pendapatnya mengenai masalah
pembelajaran dari keseluruhan yang dimunculkan dalam pembelajaran
proses tersebut 2. Siswa menjadi aktif dalam berdiskusi dan berani
mengungkapkan pendapatnya dan berani tampil
untuk berkomunikasi dalam bahasa Jepang melalui
percakapan
3. Dengan penggunaan media pembelajaran yang
menarik bagi siswa yaitu berupa PPT, video
pembelajaran, siswa menjadi lebih mudah
memahami materi pembelajaran bahasa Jepang dari
apa yang mereka lihat dan mereka dengar
4. Setelah pembelajaran siswa jadi lebih sering
menerapkan kosakata/kalimat sederhana bahasa
Jepang di lingkungan sekolah

Hasilnya efektif
Hasil pembelajaran dengan model PBL dan pendekatan
TPACK ini sangat efektif karena dapat membuat siswa aktif
dalam pembelajaran seperti tanya-jawab, mengidentifikasi
kosakata, membuat kalimat, dan berdiskusi serta percaya
diri untuk tampil melakukan percakapan memesan
makanan- minuman dan mengungkapkan pendapatnya.

Respon yang diperoleh dari praktik pembelajaran ini


antara lain:
Siswa merasa pembelajaran dengan model PBL menarik
karena mereka merasa dilibatkan dalam pembelajaran
sehingga pembelajarannya interaktif dan adanya ice
breaking berupa lagu yang berhubungan dengan materi
pembelajaran membuat pembelajaran terasa lebih
menyenangkan sehingga siswa tidak merasa ngantuk/bosan.

Keberhasilan dalam praktik pembelajaran ini adalah:


1. Tujuan pembelajaran tercapai dan siswa memperoleh
nilai pengetahuan dan ketrampilan di atas KKM
serta tercapainya nilai sikap yang sangat baik.

Nilai Pengetahuan
Nilai Ketrampilan

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa:

100 % siswa memperoleh nilai di atas KKM dengan


perolehan rata-rata nilai = 95
Nilai Sikap

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada


pengamatan sikap sosial yakni percaya diri, bertanggung
jawab, disiplin, dan kerja sama menunjukkan bahwa :

78% siswa menerapkan sikap sosial dengan sangat baik,


dan 22% siswa menerapkan sikap sosial dengan baik.

2. Siswa aktif dalam pembelajaran karena media


pembelajaran yang digunakan membuat siswa lebih
mudah memahami materi pembelajaran yang
disampaikan
3. Siswa tertarik karena media pembelajarannya berupa
audio visual dan terdapat ice breakingnya
Ketidakberhasilan dalam praktik pembelajaran ini adalah:
1. Tidak adanya refleksi pada akhir pembelajaran
karena kurangnya manajemen waktu yang baik dari
guru saat penyampaian materi pada
sintak sebelumnya.
Pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut adalah:
Penggunaan model pembelajaran PBL melalui pendekatan
TPACK memberikan dampak positif bagi siswa untuk
menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa untuk aktif
berbicara kosakata maupun kalimat bahasa Jepang. Selain
itu, siswa lebih aktif dalam pembelajaran menggunakan
model pembelajaran yang kreatif dan inovatif dibandingkan
dengan pembelajaran-pembelajaran sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai