Anda di halaman 1dari 42

Konsep Dasar Pendidikan

Karakter
Kelompok 6 :
Anggota Kelompok :
1. Rian Arya W. (2202101073)
2. Dhios Nomeda B. (2202101076)
3. Davista Daniella K.V.F. (2202101089)
Pembahasan Pendidikan Karakter
A. Konsep B. Tujuan C. Nilai-Nil
ai
s a t da n Peranan
D. P u

E.
n
Kompone

a t an i an P rasarana
F. Pendek G. Metode H. Evaluas I. Sarana d

e ntasi
J. Implem
A. Konsep Dasar Pendidikan Karakter

Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter?


Pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia
secara sadar dan terencana untuk mendidik dan
memberdayakan potensi peserta didik guna membangun
karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang
bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan
yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai
karakter tertentu kepada peserta didik yang di
dalamnya terdapat komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk
melakukan nilai-nilai tersebut.
B. TUJUAN PENDIDIKAN KARAKTER

Pendidikan karakter pada umumnya bertujuan untuk


membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak
mulia, bermoral bertoleran, bergotong-royong, berjiwa
patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semua dijiwai oleh iman
dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
pancasila.
Melalui pendidikan karakter, seorang anak akan
menjadi cerdas, tidak hanya otaknya namun juga
cerdas secara emosi. Kecerdasan emosi adalah bekal
terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong
masa depan. Dengan kecerdasan emosi, seseorang akan
dapat berhasil dalam menghadapi segala macam
tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara
akademis.
Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono merumuskan lima tujuan pendidikan
karakter, yaitu: 1.Membentuk manusia Indonesia yang
bermoral.
2.Membentuk manusian Indonesia yang cerdas dan rasional.
3.Membentuk manusia Indonesia yang inovatif dan suka
bekerja keras.
4.Membentuk manusia Indonesia yang optimis dan percaya
diri.
5.Membentuk manusia Indonesia yang berjiwa patriot
C. NILAI – NILAI PENDIDIKAN
KARAKTER
Nilai adalah suatu jenis kepercayaan seseorang, tentang bagaimana
seseorang sepatutnya, atau tidak sepatutnya dalam melakukan sesuatu,
atau tentang apa yang berharga untuk dicapai. Dalam pedidikan karakter,
nilai – nilai atau kebajikan merupakan dasar atribut dalam membentuk
karakter. Oleh karena itu, pendidikan karakter adalah pengembangan nilai
– nilai yang berasal dari pandangan ideology bangsa Indonesia, agama,
budaya, dan nilai – nilai dalam perumusan tujuan pendidikan nasional.
Selain dari keempat sumber nilai tersebut
sebenarnya bangsa Indonesia diharapkan
memiliki 18 nilai – nilai dalam pendidikan
karakter, diantaranya: No Nilai Karakter Pengertian

1 Religius Sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain
yang berbeda dari dirinya.

4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5 Kerja Keras Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8 Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.

9 Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.

10 Semangat Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan


Kebangsaan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11 Cinta Tanah Air Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

12 Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
13 Bersahabat/Komunikatif Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

14 Cinta Damai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

16 Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi.

17 Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.

18 Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa
D. PUSAT DAN PERANAN PENDIDIKAN
KARAKTER
Pusat pendidikan karakter memiliki tiga titik utama dalam
perkembangan peserta didik atau anak. Ketiganya bias dapat
diimplementasikan secara struktural dan kontekstual. Secara
struktural artinya membangun karakter dapat dimulai dari
lingkungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan informal,
sekolah sebagai pendidikan formal, dan lingkungan
masyarakat sebagai pendidikan nonformal. Sementara aspek
kontekstual terkait dengan nilai-nilai pokok yang diperlukan
untuk membentuk kekuatan karakter.
Adapun nilai-nilai pokok pendidikan karakter ini dapat
diinternalisasikan pada pusat-pusat pendidikan karakter
yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat.
A. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga dapat didefinisikan sebagai unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul serta tinggal di suatu tempat yang saling bergantung satu
sama lain. sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keluarga
adalah suatu kumpulan yang terdiri dari bapak, ibu, beserta anak-anaknya
dan seisi rumah.
Penanaman nilai-nilai karakter di lingkungan keluarga
dapat mengacu pada delapan belas nilai dengan
penjelasan sebagai berikut:

1. Nilai relegius

Nilai ini tidak cukup diberikan melalui pelajaran, pengertian,


penjelasan, dan pemahaman namun juga memerlukan
bimbingan, yaitu usaha untuk menuntun, mengarahkan
sekalingus mendampingi anak dalam hal-hal tertentu.
2. Jujur
Sifat ini merupakan sifat dasar yang harus dimiliki
anak namun seringkali orang tua mengabaikanya.
Sebagai refleksi, ada beberapa hal yang dapat
dilakukan orang tua untuk menumbuhkan kejujuran
pada anak yaitu: jangan membohongi anak, hargai
kejujuran anak, tanamkan kejujuran sejak dini, dan
selalu memotivasi anak berlaku jujur.
B. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah yang merupakan lingkungan pendidikan
formal, juga menentukan dalam perkembangan dan
pembinaan karakter peserta didik. Bahkan sekolah dapat
disebut sebagai lingkungan pendidikan kedua setelah keluarga
yang berperan dalam pendidikan karakter pada seorang
peserta didik. hal ini cukup beralasan karena sekolah
merupakan tempat khusus dalam menuntut berbagai ilmu
pengetahuan.
Ada beberapa aspek penting yeng
semestinya diperhatikan dalam pendidikan
karakter di lingkungan sekolah, yaitu:
Pembenahan kurikulum sekolah

Pengembangan pendidikan karakter di lingkungan sekolah pada


dasarnya adalah mengusahakan agar peserta didik mengenal dan
menerima nilai-nilai karakter sebagai milik mereka dan
bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui
tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian,
dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan
diri.
Memperbaiki kompetensi, kinerja, dan karakter guru/
kepala sekolah
Kompetensi merupakan keharusan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia berhasil
dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru. Menurut Asnawir dalam bukunya
Syamsul Kurniawan ada tiga kompetensi yang harus dan sudah dimiliki seorang guru, yaitu
pertama, kompetensi dibidang kognitif, yaitu kemampuan intelektual yang harus dimiliki oleh
seorang guru yang mencakup penguasaan materi pelajaran, pengetahuan cara mengajar dan
tingkah laku individu, pengetahuan tentang adminitrasi kelas, pengetahuan tentang cara
menilai hasil belajar murid, pengetahuan tentang kemasyarakatan, serta pengetahuan umum
lainnya.
Pengintegrasian dalam budaya sekolah

Sekolah adalah institusi sosial. Intuisi sosial adalah organisasi yang


dibangun masyarakat untuk memepertahankan dan meningkatkan taraf
hidupnya. Untuk itu, sekolah harus memiliki budaya sekolah yang
kondusif, yang dapat memberi ruang dan kesempatan bagi setiap warga
sekolah untuk mengoptimalkan potensi dirinya masing – masing.
Nilai relegius.

Kegiatan religious yang dapat diajarkan kepada peserta didik


di sekolah tersebut yang dapat dijadikan sebagai pembiasaan,
diantaranya:
1) berdoa atau bersyukur
2) melaksanakan kegiatan di musholla
3) merayakan hari raya keagamaan sesuai dengan agamanya
4) mengadakan kegiatan keagmaan sesuai dengan agamanya.
Jujur

Salah satu bentuk program yang dapat dilakukan


oleh sekolah untuk menumbuhkan kejujuran
pada peserta didik adalah, yaitu dengan
membuat kantin kejujuran. Kantin kejujuran
adalah tempat menjual minuman dan makanan di
sekolah kepada peserta didik dengan tujuan
untuk melatih kejujuran para peserta didik dalam
membayar makanan dan minuman yang mereka
ambil.
Toleransi.

Untuk membentuk peserta didik yang memiliki rasa toleransi terhadap


sesama tentu tidak mudah. Namun, ada beberapa poin penting yang dapat
dijadikan sebagai acuan dalam memulai dan berinovasi. Beberapa poin
yang dapat dijadikan acuan bagi guru dalam membentuk sikap toleransi
peserta didik, sebagai berikut:
1) memperhatikan ranah afektif
2) keteladanan guru
3) pembiasaan terhadap perbedaan
4) melatih heterogenitas dalam kelompok.
Menghargai prestasi.

Pendidikan adalah proses memindahkan ilmu pengetahuan


dan informasi dari guru ke peserta didik. Karena merupakan
proses maka harus ada tolak ukur prestasi dari proses yang
dilakukan tersebut, inilah mengapa diperlukan evaluasi
pembelajaran yang menjadi indicator keberhasilan
pendidikan di sekolah. Namun setiap hasil proses yang
diperoleh peserta didik perlu menghargainya, dengan sebuah
penghargaan, peserta didik akan lebih semangat dalam
belajar.
Gemar membaca.

Gemar membaca dapat ditumbuhkan melalui sebuah


kecintaan akan membaca. Dengan sebuah kecintaan ini kelak
peserta didik dapati sebagai sosok yang mencintai aktifitas
membaca. Aktifitas ini dapat dilakukan dengan memfasilitasi
perpustakaan dengan kreatifitas dan pelayanan yang baik.
C. Lingkungan Pendidikan Masyarakat
Sebagai lingkungan pendidikan nonformal,
masyarakat semestinya juga turut berperan
dalam terselenggaranya proses pendidikan
karakter. Setiap individu sebagai anggota dari
masyarakat tersebut harus bertanggung
jawab dalam menciptakan suasana yang
nyaman dan mendukung.
Dalam pendidikan anak, orang tua hendaknya memilih lingkungan yang
mendukung pendidikan anak dan menghindari lingkungan masyarakat yang
kurang baik. Sebab, ketika anak atau peserta didik berada di lingkungan
masyrakat yang kurang baik, perkembangan karakter atau kepribadian anak
tersebut dapat menjadi kurang baik. Orang tua harus memilih lingkungan
masyarakat yang sehat dan cocok sebagai tempat tinggal orang tua beserta
anaknya. Demikian pula sekolah sebagai lingkungan pendidikan formal,
juga perlu memilih lingkungan masyarakat yang baik sehingga ikut
mendukung proses pendidikan.
E. KOMPONEN PENDIDIKAN KARAKTER
Pada dasarnya dalam rangkaian suatu
proses pendidikan memiliki komponen yang
sama, yang membuat proses pendidikan itu
dapat berlangsung. Demikian pula halnya
dengan pendidikan karakter. Menurut
Syamsul Kurniawan ada tujuh
komponen dalam pendidikan karakter
diantaranya
1. Pendidik
Pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam
hal mendidik. Pendidik bisa berupa orang tua, guru,
maupun tokoh masyarakat atau sejenisnya. Karena
pelaksanaan pendidikan karakter menjadi tanggung jawab
bersama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat maka
semestinya tidak boleh ada yang menganggap bahwa
pendidikan hanya menjadi tanggung jawab lingkungan
sekolah saja.
2.Peserta Didik
Dalam masyarakat, ada beberapa istilah yang
digunakan untuk menyebut peserta didik,
seperti siswa, murid, santri, pelajar, mahasiswa, dan
sebagainya. Istilah siswa, murid, dan pelajar,
umumnya digunakan untuk menyatakan peserta
didik pada jenjang pendidikan dasar sampai sekolah
menengah. Sementara bagi peserta didik pada
tingkat pendidikan tinggi atau akademi,
disebut mahasiswa. Istilah santri digunakan untuk
mengatakan peserta didik yang menuntut ilmu di
pondok pesantren.
3. Kurikulum Pendidikan Karakter
Saat ini istilah kurikulum lebih lazim digunakan pada lingkungan
pendidikan formal, yaitu sekolah dari pada lingkungan pendidikan
informal atau di lingkungan pendidikan nonformal, untuk menyebut
seluruh program pendidikan yang ada didalamnya tercakup
masalah – masalah metode, tujuan, tingkat pengajaran, materi
pelajaran setiap tahun ajaran, topik – topik pelajaran, serta aktivitas
yang dilakukan setiap peserta didik pada setiap materi pelajaran
F. PENDEKATAN DALAM
PENDIDIKAN KARAKTER
Setiap institusi pendidikan baik informal, formal, maupun
nonformal niscaya mendambakan dan ikut serta berupaya
melahirkan generasi penerus (out put) yang selain memiliki
keunggulan bersaing (competitive advantage) untuk menjadi
subjek dalam percaturan di dunia kerja, juga memiliki karakter
yang baik sehingga dapat memakmurkan dan memuliakan
kehidupan material dan spiritual diri, keluarga, dan masyarakat.
G. METODE PENDIDIKAN KARAKTER
Metode pendidikan adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan atau pengajaran. Umumnya pendidik selain
guru (orang tua atau masyarakat) tidak mengenal nama – nama dan
jenis – jenis metode pendidikan, namun dari segi praktik yang mereka
lakukan tidak lain banyak yang sudah mengimplementasikan dari
metode pendidikan yang dilakukan atau yang dipelajari di sekolah.
H. EVALUASI PENDIDIKAN KARAKTER

Dalam pendidikan karakter, evaluasi mutlak dilakukan


karena bertujuan untuk mengukur dan menilai tingkat
pencapain tujuan – tujuan pendidikan karakter, untuk
selanjutnya menentukan langkah – langkah tindak lanjut
atau kebijakan berikutnya
I. SARANA PRASARANA DAN FASILITAS
PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan karakter memerlukan sarana dan fasilitas pendidikan
karakter. Sarana dan fasilitas pendidikan antara lain, dapat berupa
gedung dan ruang belajar, perpustakaan, laboratorium, peralatan
belajar, dan lain sebagainya, yang diperlukan sebagai sarana dan
prasarana penunjang kelancaran proses pembelajaran.
J. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN
KARAKTER
Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai proses penanaman nilai
esensial pada diri seseorang melalui serangkaian kegiatan
pembelajaran dan pendampingan sehingga seseorang sebagai
individu mampu memahami, mengalami, dan mengintegrasikan nilai
yang menjadi nilai inti (core values) dalam pendidikan yang
dijalaninya ke dalam kepribadiannya.
Adapun Muchlas Samani mengemukakan tentang beberapa
langkah yang dapat dikembangkan dalam melakukan proses
pembentukan karakter yang baik, dalam hal ini dapat dikaitkan
dalam pendidikan karakter dalam lingkungan sekolah agar peserta
ddiik lebih baik dan kompeten. Adapun langkah tersebut adalah
sebagai berikut:
 Menambahkan nilai kebaikan dalam diri peserta
didik (knowing the good)
 Menggunakan cara yang dapat membuat peserta didik
memiliki alasan atau keinginan untuk berbuat baik
(desiring the good)
 Dorongan untuk melakukan hal-hal yang baik dalam
diri peserta didik (doing the good)
Sementara Masnur Muslich memberikan formula
bahwa pendidikan karakter jika ingin efektif dan
utuh harus menyertakan tiga basis desain dalam
pemogramannya.
1) Desain pendidikan karakter berbasis kelas.

Desain ini berbasis pada relasi guru sebagai


pendidik dan peserta didik sebagai pembelajar di
dalam kelas. Konteks pendidikan karakter adalah
proses relasional komunitas kelas dalam konteks
pembelajaran. Relasi guru-pembelajar bukan
monolog, melainkan dialog dengan banyak arah
sebab komunitas kelas terdiri atas guru dan siswa
yang sama-sama berinteraksi dengan materi.
2) Desain pendidikan karakter berbasis kultur sekolah.

Desain ini mencoba membangun kultur sekolah yang mampu


membentuk karakter anak didik dengan bantuan pranata
sosial sekolah agar nilai tertentu terbentuk dan terbatinkan
dalam diri peserta didik.
3) Desain pendidikan karakter berbasis komunitas.

Dalam mendidik, komunitas sekolah tidak berjuang


sendirian.Masyarakat di luar lembaga pendidikan, seperti
keluarga, masyarakat umum, dan negara, juga memiliki
tanggung jawab moral untuk mengintegrasikan pembentukan
karakter dalam konteks kehidupan mereka.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai