Anda di halaman 1dari 7

KEPMENHUB NO.

31
TAHUN 1995
TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

ADINDA PARAMITHA PERTIWI PUTRI


236060100111024
 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan
Lalu Lintas Jalan telah diatur ketentuan mengenai penyelenggaraan
terminal
 Mengingat UU NO 13 Tahun 1980 tentang jalan; UU No 14 Tahun
1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; UU No 24 Tahun
1992 tentang Penataan Ruang; Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 1985 tentang jalan; Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
1990 tentang penyeraan sebagian urusan pemerintah dalam bidang
lalu lintas dan angkutan jalan kepada daerah tingkat I dan daerah
tingkat II
 Terminal penumpang adalah prasaran transportasi untuk menurunkan dan
menaikkan penumpang, perpindahan intra dan antar moda transportasi serta
mengatur keberangkatan dan pemberangkatan kendaraan umum.
 Terminal barang adalah prasarana trasnprtasi jalan untuk keperluan
membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan antar moda
trasnportasi.
 Jalur pemeberangkatan kendaraan umum; jalur kedatangan kendaraan umum;
serta tempat tunggu kendaraan umum; tempat isirahat kendaraan; tempat
bongkar muat barang; tempat tunggu penumpang;Gudang atau lapangan
penumpukan barang.
 Berdasarkan klasifikasi dsn area pelayanan dalam Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 31 Tahun 1995, penentuan lokasi terminal daalah sebagai berikut:
 Persyaratan lokasi terminal tipe A
 Terletak di Ibukota Provinsi, Kota atau Kabupaten dalam jaringan trayek antar
kota antar provinsi dan atau angkutan lintas batas negara.
 Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIA.
 Jarak antara dua terminal penumpang tipe A sekurang-kurangnya 20 km di Pulau
Jawa, 30 km di Pulau Sumatera dan 50 km di pulau lainnya.
 Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal sekurang-
kurangnya berjarak 100 meter di Pulau Jawa dan 50 meter di pulau lainnya.
 Persyaratan lokasi terminal tipe B
 Terletak di Kota atau Kabupaten dan dalam jaringan trayek angkutan koya
dalam provinsi.
 Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang- kurangnya
kelas IIIB.
 Jarak antara dua terminal penumpang tipe B dengan terminal tipe A sekurang-
kurangnya 15 km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau lainnya.
 Tersedia luas lahan sekurang-kurangnya 3 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan
Sumatera, 2 ha di pulau lainnya.
 Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal sekurang-
kurangnya berjarak 50 meter di Pulau Jawa dan 30 meter di Pulau lainnya.
 Persyaratan lokasi terminal tipe C :
 Terletak di dalam wilayah Kabupaten dan dalam jaringan trayek angkutan pedesaan.
 Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi IIIA, tersedia lahan yang
sesuai dengan permintaan angkutan.
 Mempunyai jalan akses masuk atau keluar ke dan dari terminal sesuai kebutuhan untuk
kelancaran lalu lintas dan di sekitar terminal.
 Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi terminal, yaitu :
 Aksesbilitas, yaitu tingkat kemudahan untuk pencapaian yang dapat
dinyatakan dengan jarak fisik, waktu tempuh atau biaya angkutan.
 Rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK). Penentuan lokasi ini harus
mempedomani struktur tata ruang wilayah/kota.
 Lalulintas, terminal merupakan sumber pembangkit angkutan, dengan
demikian merupakan pembangkit lalu lintas. Penentuan lokasi terminal
harus tidak boleh menimbulkan persoalan lalu lintas, tetapi justru harus
dapat mengurangi persoalan lalu lintas.
 Biaya konsumen, penentuan lokasi terminal perlu memperhatikan biaya
angkutan konsumen dalam arti mempertimbangkan besarnya biaya yang
harus dikeluarkan oleh konsumen untuk mencapai tempat tujuan tertentu
dengan menggunakan kendaraan umum secara cepat, aman dan murah.

Anda mungkin juga menyukai