Anda di halaman 1dari 40

KEKURANGAN

ENERGI PROTEIN
(KEP)
Kelompok 6
DIPLOMA III GIZI
3B
Nama Kelompok
1. Inayah Amirah Zarah
2. Niken Shovianti
3. Ramtina Tamala
4. Viora Okto Nika
TOPIK

Terapi Gizi
Tanda dan Gejala
Pengertian KEP KEP

Etiologi KEP Pencegahan Gizi Buruk Terapi Dietetik

Faktor resiko terjadinya


Klasifikasi KEP Pemantauan
hambatan pertumbuhan

Patogenesis KEP Fase perawatan dan


Contoh menu
pengobatan
1. Pengertian KEP

Penyakit KEP diberi nama secara internasional yakni Calory Pro- tein
Malnutrition (CPM)dan kemudian diganti dengan istilah Protein Energy Malnutrition
(PEM) Penyakit ini mulai banyak diselidiki di Afrika, dan di benua tersebut KEP
dikenal dengan nama lokal kwashi-orkhor yang berarti penyakit rambut merah.
Marasmus sebagai salah satu bentuk dari KEP diakibatkan karena defisiensi energi
dan zat gizi, sedangkan kwashiorkhor lebih disebabkan karena defisiensi protein
Hepatomegali (pembesaran hepar) yang terjadi pada penderita KEP terlihat oleh para
ibu di Indonesia sebagai pembuncitan perut.

Sumber : “pengantar gizi masyarakat”


2. Etiologi KEP
a) defisiensi kalori maupun pro-tein, yang berarti kurangnya konsumsi makanan
yang mengandung kalori maupun protein
b) Hambatan utilisasi zat gizi
c) Adanya penyakit infeksi dan investasi cacing dapat memberikan hambatan
absorpsi dan hambatan utilisasi zat-zat gizi yang menjadi dasar timbulnya KEP
d) Pendapatan yang rendah
e) Rendahnya pendidikan umum dan pendidikan gizi
f) produksi pangan yang tidak mencukupi kebutuhan
g) Kondisi higiene yang kurang baik
h) Sistem perdagangan dan distribusi yang tidak lancar serta tidak merata

Sumber : “pengantar gizi masyarakat”


3. Klasifikasi KEP

Klasifikasi KEP Menurut Depkes RI (2002)


Penggolongan KEP berdasarkan baku antropometri
WHO-NCHSDepkes RI (2002) adalah:

- Gizi lebih : BB/U 2+2 SD baku WHO-NCHS-


- Gizi baik : BB/U 2-2 SD s/d + 2 SD baku WHO-
NCHS-
- Gizi kurang : BB/U <-2 SD s/d >-3 SD baku
WHO-NCHS-
- Gizi Buruk : BB/Us-3 SD baku WHO-NCHS

Sumber : “pengantar gizi masyarakat”


4. Patogenesis KEP
Protein merupakan zat pembangun,jika kekurangan protein dapat menganggu sintesis protein tubuh
dengan akibat:
1. Gangguan pertumbuhan
2. Atrofi otot
3. Penurunan kadar albumin serum-sembab (edema dan asites)
4. Hb rendah -anemia
5. Jumlah aktivitas fagosit turun—imunitas turun
6. Sintesa enzim turun—gangguan pencernaan dan metabolisme

Pemeriksaan laboratorium biokimia yang dapat dilakukan untuk menunjang penegakan diagnosa KEP,
yaitu hemoglobin, hematokrit, kadar total limfosit, serum iron, serum transferin, albumin. Semua
pemeriksaan laboratorium biokimia tersebut menggunakan sampel darah penderita. Dari semua hasil
pemeriksaan dan darah yang dilakukan, pada penderita KEP akan tampak nilai yang di bawah nilai
rujukan normal.
5. Tanda dan Gejala KEP

1. Pada Rambut terdapat tanda-tanda kurang bercahaya (lack of clustee)


rambut kusam dan kering, Rambut tipis dan jarang (thinness andaparseness), Rambut
kurang kuat/ mudah putus (straightness), Kekuranganpigmen rambut (dispigmentation),
berkilat terang, terang pada ujung,mengalami perubahan warna, coklat gelap/ terang,
coklat merah/ pirangdan kelabu, Tanda bendera (flag sign) dikarakteristikkan dengan
pitaselang-seling dari terang/ gelapnya warna sepanjang rambut danmencerminkan
episode selang-seling.

2. pada wajah diantaranya terjadi penurunanpigmentasi (defuse depigmentation) yang


tersebar berlebih apabiladisertai anemia.

3. Wajah seperti bulan (moon face), wajah menonjol ke luar, lipatan nasolabial;
Pengeringan selaput mata (conjunction xerosis); Bintik bilot(Bilot’s sport); Pengeringan
kornea (cornea xerosis).
Lanjutann....
4. pada Selaput mata pucat;Keratomalasia, keadaan permukaan halus/ lembut dari keseluruhan
bagiantebal atau keseluruhan kornea; Angular palpebritis. Sedangkan pada bibirterjadi Angular
stomatitis; Jaringan parut angular; Cheilosis

5. Tanda-tanda pada lidah, Edema dari lidah; Lidah mentah atau scarlet;Lidah magenta; Atrofi papila
(papilla atrophic).

6. Tanda-tanda pada gigi: Mottled enamel; Karies gigi; Pengikisan (attrition);Hipolasia enamel (enamel
hypoplasia); Erosi email (enamel erosion).

7. Tanda-tanda pada gusi : Spongy bleeding gums, yaitu bunga karangkeunguan atau merah yang
membengkak pada papila gigi bagian dalamdan atau tepi gusi.

8. Tanda pada Kulit, antara lain : Xerosis, yaitu keadaan kulit yangmengalami kekeringan tanpa
mengandung air;Follicular hyperkeratosis;Petechiae. Bintik haemorhagic kecil pada kulit atau membran
berlendiryang sulit dilihat pada orang kulit gelap; Pellagrous rash atau dermatosis(spermatitis).

9. pada kuku, diantaranya : Koilonychia, yaitukeadaan kuku bagian bilateral cacat berbentuk sendok
pada kuku orangdewasa atau karena sugestif anemia (kurang zat besi).
Lanjutann....

 Marasmus :
• Otot lemah lunakMerasa lapar dan cengeng
• Defisiensi mikronutrien yang berhubungan dengan pola diet
Gagalnya pertumbuhan
• Sering pada bayi < 12 bulan
• Tidak ada jaringan lemak bawah kulit
• Wajah tampak tua (monkey face).
• Tidak ada edema
• Warna rambut tidak berubahSering di sertai penyakit infeksi
umumnya kronis berulang dan diare
Lanjutan
 Kwashiorkhor
 Otot lemah lunak
 Sukar diberi makan dan cengeng
 Gejala anemia dan defisiensi nutrien.
 Pertumbuhan terhambatBiasa terjadi pada anak usia 1-3 bulan
 Wajah bulat (moon face). rasa sakit
 Masih ada jaringan lemak bawah kulit. Kelainan kulit berupa bercak merah muda
meluas dan berubah warna menjadi cokelat kehitaman dan terkelupas (Rambut
menjadi merah dan mudah rontok, mudah dicabut tanpa dermatosis)Sering
disertai-penyakit infeksi umumnya akut anemia diare
7. Pencegahan Gizi Buruk
 Prinsip umum pencegahan gizi buruk:
• Penyiapan kesehatan dan status gizi ibu hamil dilakukan sejak masa remaja dan selanjutnya saat
usia subur: Konsumsi tablet tambah darah
• Ibu hamil mendapat pelayanan antenatal care (ANC) terpadu berkualitas sesuai standar
• Peningkatan status gizi dan kesehatan, tumbuh kembang serta kelangsungan hidup anak melalui
strategi pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) yang dilakukan dengan praktik “Standar
Emas Makanan Bayi dan Anak”
• Penapisan massal untuk menemukan hambatan pertumbuhan dan perkembangan pada balita
ditingkat masyrakat
• Perhatikan khusus diberikan kepada bayi dan balita dengan faktor risiko akan mengalami gizi
• Dukungan program terkait dan dukungan lintas sektor

Sumber : pencegahan dan tatalaksana gizi buruk pada balita


dilayanan rawat jalan, Tahun 2020
8. Faktor resiko terjadinya hambatan
pertumbuhan
Anak Ibu Umum
• BBLR • Infeksi pada kehamilan • Faktor ekonomi
• Kesulitan dalam proses menyusu • Ibu usia remaja (terlalu muda) • Faktor pendidikan
• Menderita sakit ingfeksi • Pola asuh anak yang kurang baik • Akses kefasilitas kesehatan yang
• Kelainan kongenital • Ibu yang terpapar asap rokok saat sulit
• Terlambat atau terlalu dini hamil (perokok aktif atau pasti) • Kesehatan lingkungan dan praktek
memperkenalkan makanan padat • Ibu perkerja kebersihan diri yang tidak optimal
• Pemberian makan yang tidak
adekuat (kualitas dan kuantitas)
9. Fase perawatan dan pengobatan gizi buruk

 Fase stabilisasi merupakan perawatan umumnya berlangsung 1-2 hari tetapi dapat berlanjut
sesuai kondisi klinis.
 Fase transisi merupakan masa peralihan dari fase stabilitas ke fase rehabilitas dengan tujuan
memberi kesempatan tubuh untuk beradaptasi terhadap pemberian energi dan protein yang
semakin meningkat.
 Fase rehabilitas diberikan dilayanan rawat jalan maupun rawat inap. Fase ini adalah fase
pemberian makanan untuk tumbuh kejar.
 Fase tindak lanjut merupakan pemberian makanan untuk tumbuh kejar dengan pemberian
makanan krluarga dan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P)
10. Terapi Gizi
 Nama diet : TETP
 Tujuan diet
1. Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
2. Meningkatkan berat badan hingga mencapai status gizi normal
 Syarat diet
1. Energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/ kg BB
2. Protein tinggi, yaitu 2,0-2,5g/ kg BBLemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan
energi total
3. Karbohidrat cukup, yaitu sisa total energi (protein dan lemak)
4. Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan gizi atau angka kecukupan gizi
yang dianjurkan.
5. Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna.Untuk kondisi tertentu diet dapat
diberikan secara bertahap sesuai
Cara memesan diet:

Macam diet Indikasi


Diet Energi Tinggi Protein Tinggi I (ETPT Untuk kebutuhan protein 2g/kgBB
I)
Diet Energi Tinggi Protein Tinggi I (ETPT Untuk kebutuhan protein 2,5g/kgBB
II )
Makanan Yang dianjurkan dan tidak dianjurkan

Sumber Makanan yang dianjurkan Makanan yang tidak dianjurkan

Karbohidrat Nasi; roti, mi, makaroni dan hasil oleh tepung-


tepungan lain, seperti cake, tarcis, pudding, dan
pastri; dodol; ubi; karbohidrat sederhana seperti gula -
pasir
Protein Hewani Daging sapi, ayam, ikan, telur, susu dan hasil
olahannya, seperti keju, yoghurt dan es krim Makanan yang dimasak dengan banyak
minyak atau kelapa/santan kental

Protein Nabati Semua jenis kacang- kacangan dan hasil olahannya, Makanan yang dimasak dengan banyak
seperti tempe, tahu, dan pindakas minyak atau kelapa/santan kental

Sayuran Semua jenis sayuran, terutama jenis B, seperti Makanan yang dimasak dengan banyak
bayam, buncis, daun singkong, kacang panjang labu minyak atau kelapa/santan kental
siam dan wortel direbus dikukus dan ditumis
Buah-Buahan Semua jenis buah segar, buah kaleng, buah kering
dan jus buah -
Lemak dan Minyak Minyak goreng, Banyak minyak atau
mentega.margarin, santan kelapa/santan kental
encer, salad dressing

Minuman Teh, madu, sirup, minuman Minuman bergas, minuman tinggi


rendah energi dan kopi encer energi dan kopi kental

Bumbu Bumbu tidak tajam, seperti Bumbu yang tajam, seperti cabe,
bawang merah, bawang putih, merica, cuka, MSG
laos, salam, dan kecap
11. Terapi Dietetik
 Hanya F-100 yang dienceerkan yang digunakan
 Selama fase rehabilitasi, bayi mendapat formula terapeutik (F100 yang diencerkan)
sebanyak 2 kali jumlah yang diberikan pada fase stabilisasi.
 Tabel 19 digunakan untuk menentukan jumlah formula terapeutik yang diberikan paa
bayi yang tidak mendapat ASI.

Sumber: “bagian Terapi dietetik buku pedoman pencegahan dan


tatalaksana gizi buruk pada balita 2019"
12. Pemantauan
Pemantauan tidak berbeda baik pada Fase Stabilisasi, Transisi dan Rehabilitası, baik bagi
bayi dengan ASI maupun tanpa ASI. Parameter yang harus dipantau dan dicatat dalam
rekam medik
1. Berat badan.
2. Derajat edema (0 sampai +3)
3. Suhu tubuh (diukur 2 kali sehari)
4. Gejala klinis batuk, muntah, defekasi, dehidrasi, pernafasan, ukuran organ hati
5. Hal-hal lain yang perlu dicatat, misalnya menolak makan, rute asupan makanan
(oral, NCT atau parenteral), transfusi.

Sumber: “bagian pemantauan buku pedoman pencegahan dan tatalaksana


gizi buruk pada balita 2019"
13. Kriteria pemulangan anak dari ruang rawat inap
Persiapan untuk tindak lanjut di rumah dapat dilakukan sejak anak dalam perawatan, misalnya
melibatkan ibu dalam kegiatan merawat anaknya. Kriteria sembuh bila BB/TB atau BB/PB > -2
SD dan tidak ada gejala klinis.Anak dapat di pulangkan bila memenuhi kriteria pulang sebagai
berikut :
1) Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar dan aktif
2) BB/PB atau BB/TB > -3 SD
3) Komplikasi sudah teratasi
4) Ibu telah mendapat konseling gizi
5) Ada kenaikan BB sekitar 50 g/kg BB/minggu selama 2 minggu berturut-turut
6) Selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan.

Sumber : "bagan tatalaksana anak gizi buruk buku 1 tahun 2011"


14. Kriteria pindah ke layanan
 Kondisi klinis baik, bayi sadar dan tidak ada masalah medis
 Tidak ada eema
 Bayi dapat menyusul dengan baik atau mendapatkan asupan yang cukup
 Kenaikan berat badan cukup (>5 g/kgBB/hari) selama 3 hari berturut-turut

Kriteria bayi < 6 bulan bisa keluar dari semua layanan gizi buruk
 Bayi menyusui dengan baik atau mendapatkan pengganti ASI yang cukup
 Kenaikan berat badan yang cukup
 Z-Skor BB/PB 2-2 SD

Sumber: “bagian kriteria pindah ke layanan buku pedoman pencegahan dan


tatalaksana gizi buruk pada balita 2019"
15. Rawat Inap pada Bayi Gizi Buruk Usia Kurang
dari 6 Bulan
Bayi berusia kurang dari 6 bulan dengan gizi buruk harus mendapat layanan rawa inas
Tatalaksananya perlu perhatian khusus, karena:
a. seringkali ada penyebab organik, misalnya adanya penyakit atau gangguan yang terjadi
sejak di dalam kandungan, kelahiran prematur atau proses persalinan yang menimbulkan
gangguan kesehatan bayi baru lahir, di samping adanya masalah asupan gizi
b. fisiologi berbeda dari anak balita, sehingga F-100 harus diencerkan untuk
FaseRehabilitasi
c. menyusu merupakan bagian terpenting untuk rehabilitasi dan sebagai penunjang
kelangsungan hidup, karena itu kesehatan ibu merupakan hal yang sangat penting
d. rehabilitasi membutuhkan tenaga terampil dan supervisi yang lebih intensit

Sumber: “pencegahan dan tatalaksana gizi buruk pada balita di layanan


rawat jalan tahun 2020"
16. Tata laksana bayi kurang dari 6 bulan dengan gizi buruk
berdasarkan status pemberian ASI
a. Ada kemungkinan pemberian ASI:
 bayi masih mendapat ASI tapi kurang gizi
 bayi sudah tidak mendapat ASI tetapi ibu masih ingin menyusul
 bayi sudah berhenti menyusu (misalnya: ibu meninggal), tetapi ada ibu pesusuan.

b. TIDAK ada kemungkinan pemberian


 bayi tidak pernah mendapat ASI dan ibu tidak mau mencoba relaktasi
 bayi sudah berhenti menyusu dan ibu
 tidak mau relaktasi, tidak ada ibu besusuan tidak ada ibu dan ibu pesusuan.

Sumber: “pencegahan dan tatalaksana gizi buruk pada balita di layanan rawat
jalan tahun 2020"
17. ALUR PENAPISAN MASALAH GIZI
DANJENIS LAYANAN YANG DIPERLUKAN
Masalah gizi adalah suatu kondisi dimana terjadi
kekurangan,kelebihan atau ketidakseimbangan asupan kalori dan/ atau
zat gizi seseorang. Kekurangan gizi adalah suatu kondisiyang dapat
terjadi secara akut dan kronis disebabkan oleh asupan zat gizi yang tidak
memadai, gangguan penyerapan dan/ atau metabolisme zat gizi akibat
penyakit serta dipengaruhi juga oleh sanitasi yang buruk dan penanganan
pangan di rumah tangga yang tidakhigienis. Sedangkan kelebihan zat gizi
adalah suatukondisi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan asupan
energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy
expenditure) dalam waktu lama.

Sumber: “pencegahan dan tatalaksana gizi buruk pada balita di layanan rawat
jalan tahun 2020"
Berdasarkan klasifikasi WHO, kurang gizi akut.

1. Balita gizi kurang adalah balita dengan indeks


BB/PB atau BB/TB pada -3 SD sampai kurangdibagi menjadi:
berada di antara 11,5 cm sampai kurang dari 12,5 cm (usia 6-59
bulan)

2. Balita gizi buruk adalah balita dengan indeks dengan pengukuran


LiLA < 11,5 cm (usia 6 -59BB/PB (atau BB/TB) kurang dari -3
SD atau minimal pada kedua punggung kaki yaitu bila bulan) atau
adanya pitting edema bilateral daerah edema ditekan akan
menyebabkan lekukan dan secara perlahan akan kembali kondisi
awal.
Sumber: “pencegahan dan tatalaksana gizi buruk pada balita di layanan
rawat jalan tahun 2020"
Alur Penapisan Balita Gizi Buruk/Kurang dan Jenis Layanan yang diperlukan:
1. Rawat jalan untuk: balita usia 6-59 bulan dengan gizi buruk tanpa komplikasiLayanan
ini dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama/ Puskesmas.
2. Rawat inap untuk:
a. Bayi < 6 bulan dengan gizi buruk (dengan atau tanpa komplikasi);
b. Balita gizi buruk usia 6-59 bulan dengan komplikasi dan/ atau penyakit penyerta yang
memerlukan rawat inap
c. Semua balita diatas 6 bulan dengan berat badan < 4 kg.
Rawat inap dilakukan di Puskesmas perawatan yang mampu memberi pelayanan balita gizi
buruk dengan komplikasi (kecuali pada bayi < 6 bulan harus di rumah sakit)Therapeutic
Feeding Centre, RS pratama, serta RS tipe CB dan A. Pada rawat inap, keluarga tetap
berperan mendampingi balita yang dirawat

Sumber: “pencegahan dan tatalaksana gizi buruk pada balita di layanan


rawat jalan tahun 2020"
Perbandingan
kebutuhan
Tatalaksana Anak
Gizi Buruk:

Buku 1 tahun 2013


Contoh menu

Resep formula WHO F-75 dan F-100

Bahan Satuan
Susu skim bubuk gram 25 25 85
Gula pasir gram 100 70 50
Tepung beras/maizena gram - 35 -
Minyak sayur gram 27 27 60
Larutan elektrolit ml 20 20 20
Tambahan air s/d ml 1000 1000 1000
Energi kkal 750 750 1000
Protein gram 9 11 29
F-75 mengandung 75 kkal/100 ml dan
Laktosa gram 13 13 42 menormalkan kekurangan mikronutrien serta
Kalium mMol 40 42 63 gangguan fisiologi. F-75 dalam kemasan sudah
Natrium mMol 6 6 19 mengandung semua mikronutrien yang diperlukan
untuk stabilisasi, sehingga tambahan mikronutrien
Magnesium mMol 4.3 4.6 7.3 tidak diperlukan lagi. Bila tidak tersedia formula F-75
Seng mMol 20 20 23 siap pakai, maka F-75 dapat dibuat berdasarkan resep
formula WHO F-75. Resep F-75 dan F-100 dapat
Tembaga mg 2.5 2.5 2.5
dilihat pada Tabel 15 dan resep formula modifikasinya
% energi protein - 5 6 12 dapat dilihat pada Tabel 16.
% energi lemak - 32 32 53
osmolaritas mOsm/l 413 334 419
Resep formula modifikasi

Bahan Makanan F-75 F-75 F-75 F-100


(1) (II) (III)
Susu skim bubuk 25 -- -
Susu fukll cream - 35 - 110
Susu sapi segar - - 300 -
Gula pasir 70 70 70 50
Tepung beras 35 35 35 -
Minyak sayur 27 17 17 30
Margarin - - - -
Larutan elektrolit 20 20 20 20
Tambahan air 1000 1000 1000 1000
Larutan Pada Mineral

No Larutan Mineral
1. Air Putih
2. Air Kelapa
3. Oralit
4. Susu
Jika balita gizi buruk dalam keadaan syok atau dehidrasi berat tapi tidak memungkinkan untuk diberi
rehidrasi oral/melalui NGT, maka rehidrasi diberikan melalui infus cairan Ringer Laktat dan
Dextrosa/Glukosa 10% dengan perbandingan 1:1 (RLC 5%). Jumlahcairan yang diberikan sebanyak 15
ml/kg 88 selama 1 jam, atau 5 tetes/menit/kg BB (infus tetes makro 20 ml/menit).
Mineral-mix juga telah tersedia dalam bentuk sachet. Setiap sachet serbuk mineral-mix (8gram)
mengandung:

Kalium klorida 1,792 gram


Trikalium sitrat z(1H2O) 0,648 gram
Magnesium klorida (6H2O) 0,608 gram
Seng asetat (2H2O) 0,066 gram
Tembaga sulfat 0,011 gram
Bahan tambahan secukupnya

Cara membuat larutan mineral-mix/larutan elektrolit: 1 sachet mineral-mix ditambah air matang
menjadi larutan elektrolit 20 ml.
 Pemantauan
Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap 30 menit selama 2 jam pertama,
kemudian tiap jam sampai 10 jam berikutnya. Waspada terhadap gejala kelebihan cairan, yang sangat
berbahaya dan bisa mengakibatkan gagal jantung dan kematian.
Periksalah:
1. frekuensi napas dan nadi
2. frekuensi miksi dan jumlah produksi urin
3. frekuensi buang air besar dan muntah

Selama proses rehidrasi, frekuensi napas dan nadi akan berkurang dan mulai ada diuresis Tanda
membaiknya hidrasi antara lain: kembalinya air mata, mulut basah, cekung mata dan fontanel berkurang
dan turgor kulit membaik. Namun, pada anak gizi buruk tanda tersebut sering tidak ada, walaupun
rehidrasi penuh telah terjadi, karenaItu sangat penting untuk memantau berat badan. Bila ditemukan
tanda kelebihan cairan (frekuensi napas meningkat 5x/menit dan frekuensi nadi 15x/menit), hentikan
segera pemberian cairan ReSoMal dan lakukan penilaian ulang setelah 1 jam.
Cara membuat cairan ReSoMal bila larutan mineral-mix
tidak tersedia

Bahan Jumlah
Oralit 1 sachet (200 ml)
Gula pasir 10 g
Bubuk KCL 0,8 g
Ditambah air sampai menjadi 400 ml

Karena larutan pengganti tidak mengandung Mg, Zn, dan Cu, maka dapat diberikan makanan
sumber mineral tersebut. Dapat pula diberikan MgSO4 40% IM 1x/hari dengan dosis 0,3 ml/kg BB,
maksimum 2 ml/hari.
Larutan mineral-mix
Larutan ini digunakan untuk pembuatan F-75, F-100 dan ResoMal.

Bahan Jumlah
Kalium klorida (KCL) 89,5 g
Tripotassium citrate 32,4 g
Magnesium klorida (MgCI2 6H2O) 30,5 g
Seng asetat (Zn asetat 2H20) 3,3 g
Tembaga sulfat (CuSO4 5H2O) 0,56 g
Air: tambahkan menjadi 1000ml
Jika ada, tambahkan juga selenium (0,01 g natrium selenat, Nase04.10H20) dan lodium (0,005 g kalium
iodida) per 1000 ml.
1. Larutkan bahan ini dalam air matang yang sudah didinginkan
2. Simpan larutan dalam botol steril dan letakkan di dalam lemari es untuk menghambat kerusakan.
Buang jika berubah seperti berkabut. Buatlah larutan baru setiap bulan.
3. Tambahkan 20 ml larutan mineral-mix pada setiap pembuatan 1000 ml F-75/F-100.
4. Jika tidak mungkin untuk menyiapkan larutan mineral-mix dan juga tidak tersedia larutan siap
pakai, beri K. Mg dan Zn secara terpisah. Buat larutan KCI 10% (100 g dalam 1 liter air) dan larutan
1,5% song asetat (15 g dalam 1 liter air)
Untuk pembuatan ReSoMal, gunakan 45 ml larutan KCI 10% sebagai pengganti 40 mi larutan mineral-
mix, sedangkan untuk pembuatan F-75 dan F-100 gunakan 22,5 ml larutan KCI 10% sebagai pengganti
20 ml larutan mineral-mix. Berikan larutan Zn-asetat 1,5% secara oral dengan dosis 1 mi/kgBB/hari.
Beri MgSO4 50% IM, 1x/hari dengan dosis 0,3 ml/kgBB/ hari, maksimum 2 ml.

Sumber: pencegahan dan tatalaksana gizi buruk pada balita


Perbedaan antara ke 3 buku

Perbedaan buku 1 dan 2 Di dalam buku 2 terdapat cara pembuatan formula


seperti ReSoMal, Formula WHO, serta contoh Makanan Formula, di buku satu
tidak ada, tetapi di dalam buku 1 terdapat petunjuk pemberian F-75 dan F-100.
Sedangkan pada buku 3 terdapat materi yg menjelaskan ttg Pengelolaan Gizi
Buruk yg Terintegrasi, dan pengelolaan upaya penanggulangan gizi buruk pada
balita sedangkan di buku 1 dan 2 tidak ada.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai