Anda di halaman 1dari 10

Tugas Kelompok

Standardisasi OT
Dosen Pengampu : Apt. Rahayu Utami, M.Sc
KELOMPOK 6
1. Sella Hilmalia Nur Al Putri (2001079)

2. Sherly Rahmawati Bayu (2001080)

3. Silvia Sumbarita (2001081)

4. Siti Rahmatun Nur (2001083)

5. Syairah Afrani (2001084)

6. Thohira Ilyas (2001085)


kromatografi
Kromatografi ialah prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses
migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari 2 fase, yaitu
salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dengan
arah tertentu dan didalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan
mobalitas disebabkan adanya perbedaan dalam adsorbsi, partisi,
kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul, atau kerapatan muatan ion.
(farmakope herbal indonesia ed II tahun 2017)

fase-fase tersebut ialah fase diam dan fase gerak


-Fase gerak yaitu fase yang membawa zat terlarut melalui media,
hingga terpisah dari zat terlarut lainnya, yang tereluasi lebih awal atau
lebih akhir.
-Fase diam yaitu fase yang dapat bertindak sebagai zat penjerap dan
dapat bertindak melarutkan zat pelarut sehingga terjadi partisi antara
fase diam dan fase gerak
TUJUAN PENENTUAN POLA KROMATOGRAM DALAM STANDARDISASI OBAT
TRADISIONAL
Prinsip penentuan pola kro matogram adalah dengan mencanyari ekstrak menggunakan pelarut
tertentu, kemudian analisis dengan kromatografi.
Bertujuan untuk memberikan gambaran awal komposisi kandungaan kimia berdasar pola
kromatogram seperti (KLT,KCKT,KG)
Teknik pola kromatogram dengan menggunakan metode KCKT dengan kondisi yang optimum dapat
menghasilkan pola kromatograpi terbaik, yang dapat digunakan sebagai database yang diperoleh
melalui optimasi komposisi fase gerak dan panjang glombang analisis.
dengan teknik pola kromatogram KCKT menggunakan ukuran partikel yang lebih kecil dan tekanan
yang lebih tinggidapat memproleh hasil pemisahan yang lebih baik dan tepat.
Teknik kontrol kualitas dengan mengggunakan pola kromatogram penting untuk penentuan
karakteristik dari suatu tanaman obat .
Prosedur dan langkah kerja penentuan profil KLT
1. Potong plat sesuai ukuran (1 sampel 1cm)

2. Buat base line dibagian bawah ,sekitar 0,5cm dari ujung bawah plat, dan garis akhir bagian atas

3. Totolkan sampel cairan yang telah disiapkan sejajar, jika sampel padat larutkan pada pelarut tertentu.
Keringkan totolan

4. Masukkan masing-masing eluen kedalam chamber dan campurkan

5. Tempatkan chamber berisi eluen, base line jangan sampai tercelup. Tutup chamber

6. Tunggu eluen mengelusi sampel hingga mencapai garis akhir, dan pemisahan akan terlihat

7. Setelah mencapai garis akhir, angkat plat dengan pinset, keringan dan ukur jarak sampel. Jika tidak
terlihat gunakan lampu UV. Jika masih tidak terlihat, semprot dengan perwarna tertentu (kalium kromat,
asam sulfat pekat dalam alkohol96%, atau ninhidrin.
Tujuan penggunaan pembanding dalam uji KLT untuk penentuan pola kromatogram

Penggunaan pembanding dalam uji identifikasi dalam KLT, perbandingan jarak


rambat suatu senyawa tertentu terhadap jarak rambat gerak, diukur dari titik
penotolan sampai titik yang memberikan intensitas maksimum pada bercak,
dinatakan sebagai harga Rx. Harga Rf berubah sesuai kondisi percobaan yang
sama. Kromatogram dibuat dengan menotolkan larutan uji, larutan
pembanding, dan suatu campuran larutan uji dalam jumlah yang lebih kurang
sama pada lempeng lapis tipis, dalam satu garis lurus sejajar dengan tepi bawah
lempeng kromatografi. Penetapan letak bercak yang dihasilkan KLT letaknya
dapat ditetapkan dengan pengamatan langsung jika senyawanya tampak pada
cahaya tampak, ultraviolet gelombang pendek (254 nm) atau gelombang
Panjang (366 nm) , pengamatan dengan cahaya tampak atau ultraviolet setelah
disemprotkan dengan larutan penampak bercak. Identifikasi kromatografi
dengan metode ini pada kondisi tertentu memberikan petunjuk identitas yang
jelas namun tetap diperlukan konfirmasi lain untuk identifikasi yang absah.
POLA KROMATOGRAM DARI SIMPLISIA
Psidii guajavae folium

Pola kromatografi :
Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera Keterangan:
pada Kromatografi dengan parameter sebagai berikut: S: Simplisia daun jambu biji
P: Pembanding kuersetin
Fase gerak : Kloroform P-aseton P-asam format P (10:2:1) Rf pembanding kuersetin
Fase diam : Silika gel 60 F254 0,70
Larutan uji : 1% dalam etanol P, gunakan Larutan uji KLT Rf 1. 0,10
seperti tertera pada Kromatografi Rf 2. 0,25
Larutan pembanding : Kuersetin 0,1% dalam etanol P Rf 3. 0,45
Volume penotolan : 20 μL Larutan uji dan 2 μL Larutan pembanding Rf 4. 0,70
Rf 5. 0,90
Deteksi : Aluminium klorida LP
POLA KROMATOGRAM DARI SIMPLISIA
Cinnamomi burmanii cortex

Pola kromatografi : Keterangan:


S: Simplisia kulit kayu manis
Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera P: Pembanding
pada Kromatografi dengan parameter sebagai berikut: sinamaldehid
Rf pembanding
Fase gerak : n-Heksana P-etil asetat P (9:1) sinamaldehid pada 0,46
Fase diam : Silika gel 60 F254 Rf 1. 0,25
Rf 2. 0,28
Larutan uji : 5% dalam etanol P, Rf 3. 0,46
gunakan Larutan uji KLT seperti tertera pada kromatografi Rf 4. 0,66
Rf 5. 0,87
Larutan pembanding : Sinamaldehid 1% dalam etanol P
Volumen penotolan : 20 μL Larutan uji dan 5 μL
Deteksi : Anisaldehid-asam sulfat LP, panaskan lempeng pada suhu 100º
selama 5-10 menit dan sinar tampak
POLA KROMATOGRAM DARI SIMPLISI
Zingiberis officinalis var. Rubrum rhizoma

Pola kromatografi :
Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera Keterangan:
S: Simplisia jahe merah
pada Kromatografi dengan parameter sebagai berikut:
P: Pembanding eugenol
Fase gerak : Toluen P–aseton P (9:1) Rf pembanding eugenol 0,67
Fase diam : Silika gel 60 F254 Rx 1. 0,37
Larutan uji : 10% dalam etanol P, Rx 2. 0,45
gunakan Larutan uji KLT seperti tertera pada kromatografi Rx 3. 0,73
Larutan pembanding : Eugenol 0,2% dalam etanol P Rx 4. 0,82
Rx 5. 0,91
Volume penotolan : 30 L Larutan uji dan 3 L Larutan pembanding
Rx 6. 1,15
Deteksi : Anisaldehid-asam sulfat LP, panaskan lempeng pada suhu 100° Rx 7. 1,43
selama 5-10 menit dan sinar tampak
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai