Oleh :
• Bentuk pencegahan yang berhubungan dengan kondisi ekonomi dan lingkungan dengan
penyebab penyakit dengan membuat dan memelihara kondisi yang dapat meminimalkan
bahaya terhadap Kesehatan.
• Sangat erat hubungannya dengan kehidupan social budaya serta kebiasaan hidup
masyarakat tertentu.
• Sasarannya adalah populasi atau sekelompok penduduk khusus yang dicapai melalui
kebijakan Kesehatan masyarakat dan promosi Kesehatan.
Pencegahan Tingkat Primer
• Upaya untuk mempertahankan orang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang
sehat menjadi sakit, dengan memutus mata rantai infeksi “agent-host-environment”.
• Pencegahan terhadap gangguan Kesehatan secara umum dan terhadap penyebab khusus.
• Sasaran : populasi dan individu
• Kegiatannya dengan proteksi Kesehatan melalui usaha peningkatan derajat Kesehatan
masyarakat secara umum seperti perbaikan sanitasi lingkungan, perbaikan gizi, serta
program KB, secara khusus seperti imunisasi, pemberian vitamin A, pemberian garam
beryodium.
Pencegahan Sekunder
• Mencegah atau mengurangi kematian dan mencegah cacat yang lebih berat dan
meningkatkan usaha rehabilitasi serta perbaikan fungsi setelah sembuh.
• Sasaran : penderita
• Kegiatannya : terapi ekstremitas pada penderita kusta untuk mencegah kecacatan,
perawatan kaki rutin pasien diabetes, memasang handrail di rumah orang yang mudah
jatuh, memberi matras khusus dan reposisi pada pasien dengan decubitus.
Tabel Tingkat Pencegahan
Tingkat Tahap Penyakit Tujuan Tindakan Target
Pencegahan
Premordial Ekonomi, dan keadaan Mempertahankan Tindakan yang Keseluruhan penduduk
lingkungan yang mengatur keadaan menghambat bahaya atau kelompok tertentu.
berhubungan dengan yang dapat lingkungan, ekonomi,
penyebab meminimalkan bahaya dan kondisi perilaku.
Kesehatan.
Tingkat Pertama Faktor penyebab yang Menurunkan insidensis Perindungan Kesehatan Berhasil melalui
(primary) spesifik penyakit oleh usaha individual kebijakan Kesehatan
dan komunitas seperti masyarakat
peningkatan status gizi,
melaksanakan
imunisasi dan
mengurangi risiko
lingkungan.
Tingkat Pencegahan Tahap Penyakit Tujuan Tindakan Target
Tingkat Kedua Stadium dini Menurunkan Memungkinkan Seluruh penduduk
(secondary) penyakit prevalensi penyakit Tindakan pada atau kelompok
dengan individual atau tertentu dan individu
memperpendek masa komunitas untuk dengan resiko tinggi.
sakit deteksi dini dan Dicapai melalui
intervensi yang tepat program Kesehatan
untuk mencegah masyarakat
penyakit dan individual yang
meminimalkan menderita penyakit.b
kecacatan
(umpamanya
penyaringan).
Tingkat Ketiga Stadium lambat dari Mengurangi jumlah Tindakan bertujuan Dicapai melalui
(tertiary) penyakit (pengobatan pengaruh komplikasi mengurangi dampak diagnose dini dan
dan rehabilitasi) penyakit yang lama pengobatan yang
dan kecacatan. tepat penderita,
Mengurangi dicapai melalui
penderitaan, program rehabilitasi.
memaksimalkan
waktu potensial
dalam kehidupan
yang berguna.
Surveilans Pencegahan
• Hal yang perlu disiapkan untuk melakukan analisis situasi masalah Kesehatan adalah :
a. Profil kabupaten/kota (jumlah penduduk, rasio penduduk berdasarkan jenis kelamin, kelompok usia, tingkat
Pendidikan, dll)
b. Profil Kesehatan kabupaten/kota
c. Profil puskesmas yang ada di kabupaten/kota
d. Dokumen-dokumen lainnya.
Analisis Situasi Masalah Kesehatan
Sumber Daya Manusia Kesehatan
• Jumlah, jenis, kualitas dan distribusi merata.
Pemberdayaan Masyarakat
• untuk mengoptimalkan upaya kesehatan
Pembiayaan Kesehatan
• Mengidentifikasi ketersediaan pembiayaan kesehatan (jumlah dan
pemanfaatannya) serta sumber pembiayaan.
Analisis Situasi Masalah Kesehatan
Upaya Kesehatan
• memetakan akses masyarakat terhadap pelayanan dan kinerja berbagai jenis fasilitas
pelayanan kesehatan. Upaya ini diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat atau
swasta melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan atau
pemulihan kesehatan.
Analisis Situasi Masalah Kesehatan
Karakteristik Lokasi dan Wilayah
• Luas dan batas wilayah administrasi
• Letak dan kondisi geografis kondisi, Kawasan, pedalaman, terpencil, pesisir, pegunungan dan kepulauan.
• Topografi seperti kemiringan lahan dan ketinggian lahan
• Geologi seperti struktur dan karakteristik
• Hidrologi seperti daerah aliran sungai, danau, rawa dan debit.
• Klimatologi seperti tipe, curah hujan, suhu dan kelembaban
• Penggunaan lahan seperti Kawasan budidaya dan Kawasan lindung.
Rawan Bencana
• identifikasi terhadap wilayah yang berpotensi rawan bencana alam seperti banjir, tsunami, abrasi, longsor, kebakaran,
gempa tektonil, vulkanik, dan lain-lain. Untuk mementukan upaya pengurangan resiko banana dan kesiapsiagaan sector
Kesehatan dan menghadapi bencana.
Perencanaan Pencegahan Penyakit
Identifikasi Masalah
• pengumpulan data
Menetapkan Tujuan
• analisis situasi
• tujuan program harus realistis berdasarkan sumber yang ada serta selaras dengan tujuan lain dan sektor pelayanan kesehatan.
• Harus relevan, konsisten dari berbagai tingkat mulai daerah hingga nasional.
• perencanaan , pendahuluan pengorganisasian dan administrasi, memilih kelompok sasaran, estimasi kebutuhan sumber tenaga dan
biaya.
Evaluasi
• Membandingkan tujuan dengan hasil yang dicapai, memakai kriteria dan indeks yang sama yang dipakai pada waktu awal
perencanaan.
• Evaluasi harus masuk 3 kriteria yaitu : materi validitas dan kelayakan, proses dan hasil.
Upaya Pencegahan di Indonesia
• 1655 : Pemerintah Hindia Belanda mendirika leprazerie di Kepulauan Seribu sebagai penampungan penderita kusta.
• 1770 : peraturan pengasingan penderita kusta yang ada di daerah, dan hingga abad 19 mengambangkan leprazerie di
berbagai daerah seperti Ambon, Banda, Ternate, Gorontalo, Riau, Bangka, Bengkulu.
• 1811-1816 : Thomas Stanford Raffless mengembangakn pemberian vaksin cacar di Jawa yang dilakukan oleh juru cacar
pribumi yang dilatih di beberapa rumah sakit tantara.
• 1820 : dikeluarkan peraturan pelaksanaan vaksinasi termasuk pelaporannya.
• 1890 : didirikan Lembaga pembuatan vaksin cacar di Batavia
• 1896 : didirikan Lembaga pembuatan vaksin cacar di Bandung
• 1911 : Dilakukan vaksinasi kolera.
• 1911 : pembentukan panitia hygiene di Batavia
• 1911-1929 : upaya penyelidikan dan pemebrantasan malaria. Upaya yang dilakukana dalah pembunuhan dan pencegahan
berkembangnyajentik di sarang nyamuk, kininisasi, penggunaan kelambu, pemeliharaan tambak secara higienis, merubah
kolanm ikan menjadi sawah, memasukkan ikan tawes dan ikan kepala timah dalam kolam, pemeliharaan saluran air.
• 1915 : dinas pemberantasan PES dibentuk sebagai upaya mencegah perluasan penyakit PES yang ditemukan di Jawa
Timur. Dilakukan usaha perbaikan rumah dan vaksin Haffkine, selanjutnya vaksin Otten (1934) dan mampu menurunkan
20% angka kematian dari angka semula.
• 1916 : sudah ada Jawatan Kesehatan Sipil
• 1917 : dibentuk panitia khusus menyelidiki tuberculosis, sudah ada sanatorium.
Upaya Pencegahan di Indonesia
• 1918 : didirikan Yayasan “Stitching der Centrale Vereeniging tot Bestrijding der Tuberculose”, mengusahakan
perawatan penderita di rumah dan hygiene sekolah.
• 1924 : Dibentuk Dinas Hygiene, Langkah pertamanya adalah pemberantasan cacing tambang di Banten, dengan
mendirikan kakus sederhana serta mengajarkan masyarakat menggunakannya.
• 1932 : Gr. I.J Sitanala menerapkan upaya 3 Langkah yaitu eksplorasi (awal surveilans kusta), pengobatan dan
pemisahan.
• 1933 : Organisasi hygiene membentuk percontohan dinas Kesehatan kabupaten , kegiatannya kekarantinaan seperti
isolasi, observasi, desinfeksi, penyelidikan epidemiologi, Tindakan perlindungan untuk wabah, kemudian Tindakan
preventif terhadap penyakit rakyat seperti membangun assainering/penyehatan malaria, pengawasan air minum,
mengadakan kuruss dukun untuk menghadapi kematian ibu dan bayi, Pendidikan Kesehatan bagi rakyat untuk guru
dan perkumpulan swasta
• 1934 : dr. Kodiyat memberikan obat secara rutin tuntuk penderita frambusia.
• 1950 : pemerintah meberikan vaksin TCD (typhus, cholera, dysentri) kepada anggota perang dan anak-anak sekolah.
• 1951 : vaksin cacar massal di Jawa, Sumatera (smallpox programme)., hingga 1974 WHO menyatakn Indonesia bebas
cacar.
• 1950 : dilakukan pemberian vaksin BCG sebagai pencegahan TBC.
• 1952 : Pemerintah Indonesia, WHO, UNICEF menandatangani persetujuan memulai program percontohan dan
Latihan pemberantasan TBC.
Upaya Pencegahan di Indonesia
• 1959 : Menteri muda Kesehatan (Kolonel Prof Dr. Satrio) telah berdiri Lembaga Kesehatan di berbagai daerah,
Lembaga Eijkman /(Jakarta), Lembaga Pasteur (Bandung), Pemberantasan penyakit Kelamin (Surabaya),
Pemberantasan Penyakt Mata (Semarang), Pemberantasan penyakit Rakyat (Yogyakarta), depkes bertugas
mengelolanya termasuk sekolah dan kursus bidang Kesehatan, pengawas perusahaan farmasi, kedinasan , rumahs akit
serta balai pengobatan.
• 1959 : Pemerintah Indonesia, WHO, USAID menandatangani persetujuan Pembasmmian Malaria dengan
penyemprotan, penemuan penderita, penyelidikan entomologi dan penataran.
• 1962 : pemberian vaksin Chotipa (Cholerae, thypus dan parathypus), atau pemebrian ring vaksinasi di Semarang.
• 1966-1975 : Terdapat Ditjen P3M dengan tugas-tugasnya perumusan keijakan, pelaksanaan, pemerantasan penyakit
dan hygiene sanitasi, dalam sub bagiannya dilakukan penelitian keadaan penyakit dan pola penyebarannya,
pembangunan unit pengamatan, pemeriksaan laboratorium, kekarantinaan guna mencegah keluar-masuk penyakit,
hygiene dan sanitasi, penkes terhadap masyarakat. Ini dilakukan untuk berbagai penyakit seperti malaria, DB,
filariasis, rabies, TBC, PES, Kolera, Frambusia, Kusta, Cacar, Penyakit Kelamin.
• 1974 : Inpres Samijaga (sarana air minum dan jamban keluarga) untuk memeprcepat akses masyarakat akan kebutuhan
sanitasi.
• 1975 : Penyempurnaan pelaporan
• 1978 kegiatan penaggulangan penyakit kolera dan gastroenteritis
• 1970-an : pengembangan berbagai program imunisasi
Upaya Pencegahan di Indonesia
• 200—2007 : Timbul new emerging disease seperti SARS, Avian Influenza, Meningitis, Zoonosis ( Hanta virus, Nipah
virus), sehingga dibentuk Ditjen PP dan PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) dengan tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pengendalian penyakit dan peneyhatan
lingkungan mencakup seluruh Indonesia dibantu UPT, KKP, BTKLPPM serta Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr.
Sulianti Saroso. Programnya diantaranya lima inusisasi dasar dan tambahan , MTBS untuk penyakit seperti ISPA,
Pneumonia, diare. strategi DOTS (directly observed treatment, shortcourse chemoteraphy) untuk penderita TB,
• 2007-sekarang : pemerintah masih melakukan berbagai survei, serta upaya2 lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko&Anggraeni. 2013. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : EGC
Nyoman, Kandun. 2007. Sejarah Pemberantasan Penyakit di Indonesia. Jakarta : Ditjen PP&PL
Ryadi, A/L Slamet &Wijayanti. 2004. Dasar-Dasar Epidemiologi Edisi ke-2. Jakarta : Salemba Medika
TERIMAKASIH