Anda di halaman 1dari 23

PENCEGAHAN (Preventive)

Mata Kuliah : Epidemiologi Klinik


Dosen : Abdiana, S.KM., M.Epid.

Oleh :

Bintari Tri Anggraeni (2320332002)

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER KEBIDANAN UNIVERSITAS ANDALAS
2023
Pencegahan penyakit adalah tindakan yang
Pencegahan adalah mengambil suatu ditujukan untuk mencegah, menunda,
Upaya preventif/pencegahan adaah sebuah
tindakan sebelum kejadian, dengan mengurangi, membasmi, mengeliminasi
usaha yang dilakukan individu dalam
didasarkan pada data/keterangan yang penyakit dan kecacatan dengan menerapkan
mencegah terjadinya sesuatu yang tidak
bersumber dari hasil analisis epidemiologi sebuah atau sejumlah intervensi yang telah
diinginkan.
(Nasry, 2006). dibuktikan efektif (Kleinbaum,et al, 1982;
Last, 2001).

Prevensi diartikan sebagai upaya secara


Prevensi secara etimologi berasal dari sengaja dilakukan untuk mencegah
bahasa latin "praevenire" yang artinya terjadinya gangguan, kerusakan atau
datang sebelum atau antisipasi. kerugian bagi seseorang atau masyarakat
(Notosoedirjo dan Latipun, 2005:145).
Tujuan
• Menghalangi perkembangan
penyakit dan kesakitan sebelum
sempat berlanjut
• Menyelesaikan masalah kesehatan
di masyarakat dan menghasilkan
derajat kesehatan setinggi-
tingginya.
Peran epidemiologi dalam pencegahan >> identifikasi factor resiko yang dapat
dimodifikasi >> konsep dasar penyakit >> upaya pencegahan sesuai dengan Riwayat
alamiah penyakit.

Prepatogenesis • Pencegahan Prmordial


• Pencegahan Primer

Patogenesis • Pencegahan Sekunder

Postpatogenesis • Pencegahan Tersier


Pencegahan Pimordial

• Bentuk pencegahan yang berhubungan dengan kondisi ekonomi dan lingkungan dengan
penyebab penyakit dengan membuat dan memelihara kondisi yang dapat meminimalkan
bahaya terhadap Kesehatan.
• Sangat erat hubungannya dengan kehidupan social budaya serta kebiasaan hidup
masyarakat tertentu.
• Sasarannya adalah populasi atau sekelompok penduduk khusus yang dicapai melalui
kebijakan Kesehatan masyarakat dan promosi Kesehatan.
Pencegahan Tingkat Primer

• Upaya untuk mempertahankan orang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang
sehat menjadi sakit, dengan memutus mata rantai infeksi “agent-host-environment”.
• Pencegahan terhadap gangguan Kesehatan secara umum dan terhadap penyebab khusus.
• Sasaran : populasi dan individu
• Kegiatannya dengan proteksi Kesehatan melalui usaha peningkatan derajat Kesehatan
masyarakat secara umum seperti perbaikan sanitasi lingkungan, perbaikan gizi, serta
program KB, secara khusus seperti imunisasi, pemberian vitamin A, pemberian garam
beryodium.
Pencegahan Sekunder

• Menceah orang yang sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit,


menghindarkan komplikasi dan mengurangi ketidak mampuan.
• Mengurangi masa sakit dan mencegah penyakit menjadi lebih berat atau menjadi meluas
melalui diagnose dini dan intervensi yang cepat dan tepat.
• Sasaran dapat perorangan maupun komunitas
• Kegiatannya : PAPSMEAR untuk deteksi kanker serviks, Test serologi untuk deteksi
sifilis pada tahap infeksi preklinis, mamografi untuk skrining kanker payudara.
Pencegahan Tersier

• Mencegah atau mengurangi kematian dan mencegah cacat yang lebih berat dan
meningkatkan usaha rehabilitasi serta perbaikan fungsi setelah sembuh.
• Sasaran : penderita
• Kegiatannya : terapi ekstremitas pada penderita kusta untuk mencegah kecacatan,
perawatan kaki rutin pasien diabetes, memasang handrail di rumah orang yang mudah
jatuh, memberi matras khusus dan reposisi pada pasien dengan decubitus.
Tabel Tingkat Pencegahan
Tingkat Tahap Penyakit Tujuan Tindakan Target
Pencegahan
Premordial Ekonomi, dan keadaan Mempertahankan Tindakan yang Keseluruhan penduduk
lingkungan yang mengatur keadaan menghambat bahaya atau kelompok tertentu.
berhubungan dengan yang dapat lingkungan, ekonomi,
penyebab meminimalkan bahaya dan kondisi perilaku.
Kesehatan.

Tingkat Pertama Faktor penyebab yang Menurunkan insidensis Perindungan Kesehatan Berhasil melalui
(primary) spesifik penyakit oleh usaha individual kebijakan Kesehatan
dan komunitas seperti masyarakat
peningkatan status gizi,
melaksanakan
imunisasi dan
mengurangi risiko
lingkungan.
Tingkat Pencegahan Tahap Penyakit Tujuan Tindakan Target
Tingkat Kedua Stadium dini Menurunkan Memungkinkan Seluruh penduduk
(secondary) penyakit prevalensi penyakit Tindakan pada atau kelompok
dengan individual atau tertentu dan individu
memperpendek masa komunitas untuk dengan resiko tinggi.
sakit deteksi dini dan Dicapai melalui
intervensi yang tepat program Kesehatan
untuk mencegah masyarakat
penyakit dan individual yang
meminimalkan menderita penyakit.b
kecacatan
(umpamanya
penyaringan).
Tingkat Ketiga Stadium lambat dari Mengurangi jumlah Tindakan bertujuan Dicapai melalui
(tertiary) penyakit (pengobatan pengaruh komplikasi mengurangi dampak diagnose dini dan
dan rehabilitasi) penyakit yang lama pengobatan yang
dan kecacatan. tepat penderita,
Mengurangi dicapai melalui
penderitaan, program rehabilitasi.
memaksimalkan
waktu potensial
dalam kehidupan
yang berguna.
Surveilans  Pencegahan

• Sistem Surveilans memegang peranan penting pada setiap tingkat pencegahan.


a. Premordial : mengurangi polusi, perbaikan pendapatan keluarga, peningkatan tingkat
kehidupan masyarakat
b. Primer : usaha promosi Kesehatan, perbaikan gizi keluarga, perbaikan sanitasi.
c. Sekunder : surveilens kejadian penyakit, mis :kanker serviks. Selanjutnya dilakukan
iva test/pap smear.
d. Tersier : laporan penyakit khusus, kemudian dilakukan Tindakan untuk mencegah.
Garis Besar Metode Surveilens
1. Laporan Petugas Pelayanan Kesehatan : petugas pelayanan Kesehatan di faskes mengumpulkan data secara berkala
sesuai dengan format tertentu. Walaupun pada umumnya tidak didasarkan pada diagnose dengan bantuan alat canggih,
data ini tetap digunakan untuk melihat potensi terjadinya masalah.
2. Laporan Laboratorium : didasarkan terhadap hasil pemeriksaan laboratirum. Pelaporan ini lebih spesifik dan telitit untuk
mendeteksi proporsi atau kasus. Hasil pelaporan tetap terkait dengan jumlah sampel, kualitas sampel, jalur komunikasi
yang jelas dan dana.
3. Surveilans sentinel : pengamatan terhadap kasus atau keadaan yang menjadi perhatian, di dasarkan pada sampel
sebelumnya oleh petugas pelayanan kesehata yang mneyetujui untuk melaporkan semua kasus pada keadaan khusus.
Pemberian data pada sentinel adalah klinik, rumah sakit, atau dokter praktik. Pelaporan cukup efektif untuk
memperkirakan besarnya dan kecenderungannya penyakit.
4. Survei Prevalensi berkala atau yang sedang berlangsung : survei berkala dari suatu sampel yang representative dari
suatu populasi tertentu dapat menyiapkan inforasi yang sangat berguna tentang prevalensi dari factor resiko perilaku,
dan digunakan untuk menilai tingkat usaha pencegahan, kejadian keterpaparan.
5. Statistik Vital : melakukan registrasi atau pencatatan adalah usaha untuk mendokumentasikan alur peristiwa kejadian
atau perorangan dalam satu periode waktu tertentu.
6. Analisis sekunder dari pengumpulan set data untuk kepentingan lain : pengumpulan data dari data lain.
Analisis Situasi Masalah Kesehatan
• Tahap analisis situasi merupakan upaya daerah untuk mengenali, mencatat, mengidentifikasi masalah Kesehatan dan
menentukan arah pembangunan Kesehatan. Pendekatan yang digunakan adalah SKN (Sistem Kesehatan Nasional).
Analisis Kesehatan dibagi menjadi analisis Kesehatan berdasarkan subisstem Kesehatan yang tertuang dalam SKN
(analisis internal bidang Kesehatan) dan analisis non Kesehatan (eksternal bidang Kesehatan).

• Hal yang perlu disiapkan untuk melakukan analisis situasi masalah Kesehatan adalah :
a. Profil kabupaten/kota (jumlah penduduk, rasio penduduk berdasarkan jenis kelamin, kelompok usia, tingkat
Pendidikan, dll)
b. Profil Kesehatan kabupaten/kota
c. Profil puskesmas yang ada di kabupaten/kota
d. Dokumen-dokumen lainnya.
Analisis Situasi Masalah Kesehatan
Sumber Daya Manusia Kesehatan
• Jumlah, jenis, kualitas dan distribusi merata.

Farmasi dan alat Kesehatan


• Menjamin aspek keamanan, khasiat dan mutu sediaan farmasi, alat Kesehatan
yang beredar, ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat di daerah

Pemberdayaan Masyarakat
• untuk mengoptimalkan upaya kesehatan

Pembiayaan Kesehatan
• Mengidentifikasi ketersediaan pembiayaan kesehatan (jumlah dan
pemanfaatannya) serta sumber pembiayaan.
Analisis Situasi Masalah Kesehatan

Manajemen Kesehatan, Informasi dan Regulasi Kesehatan


• memetakan regulasi dan kegiatan manajemen lainnya yang mendukung program teknis
pembangunan kesehatan di daerah.

Upaya Kesehatan
• memetakan akses masyarakat terhadap pelayanan dan kinerja berbagai jenis fasilitas
pelayanan kesehatan. Upaya ini diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat atau
swasta melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan atau
pemulihan kesehatan.
Analisis Situasi Masalah Kesehatan
Karakteristik Lokasi dan Wilayah
• Luas dan batas wilayah administrasi
• Letak dan kondisi geografis kondisi, Kawasan, pedalaman, terpencil, pesisir, pegunungan dan kepulauan.
• Topografi seperti kemiringan lahan dan ketinggian lahan
• Geologi seperti struktur dan karakteristik
• Hidrologi seperti daerah aliran sungai, danau, rawa dan debit.
• Klimatologi seperti tipe, curah hujan, suhu dan kelembaban
• Penggunaan lahan seperti Kawasan budidaya dan Kawasan lindung.

Potensi pengembangan wilayah


• potensi perikanan, pertanian, wisata industri, pertambangan dan lainnya. perlu dianalsisis dampaknya terhadap
kesehatan masyarakat.

Rawan Bencana
• identifikasi terhadap wilayah yang berpotensi rawan bencana alam seperti banjir, tsunami, abrasi, longsor, kebakaran,
gempa tektonil, vulkanik, dan lain-lain. Untuk mementukan upaya pengurangan resiko banana dan kesiapsiagaan sector
Kesehatan dan menghadapi bencana.
Perencanaan Pencegahan Penyakit
Identifikasi Masalah

• pengumpulan data

Menetapkan Tujuan

• analisis situasi
• tujuan program harus realistis berdasarkan sumber yang ada serta selaras dengan tujuan lain dan sektor pelayanan kesehatan.

Memilih tindakan alternatif

• Harus relevan, konsisten dari berbagai tingkat mulai daerah hingga nasional.

Melaksanakan progam Pencegahan

• perencanaan , pendahuluan pengorganisasian dan administrasi, memilih kelompok sasaran, estimasi kebutuhan sumber tenaga dan
biaya.

Evaluasi

• Membandingkan tujuan dengan hasil yang dicapai, memakai kriteria dan indeks yang sama yang dipakai pada waktu awal
perencanaan.
• Evaluasi harus masuk 3 kriteria yaitu : materi validitas dan kelayakan, proses dan hasil.
Upaya Pencegahan di Indonesia
• 1655 : Pemerintah Hindia Belanda mendirika leprazerie di Kepulauan Seribu sebagai penampungan penderita kusta.
• 1770 : peraturan pengasingan penderita kusta yang ada di daerah, dan hingga abad 19 mengambangkan leprazerie di
berbagai daerah seperti Ambon, Banda, Ternate, Gorontalo, Riau, Bangka, Bengkulu.
• 1811-1816 : Thomas Stanford Raffless mengembangakn pemberian vaksin cacar di Jawa yang dilakukan oleh juru cacar
pribumi yang dilatih di beberapa rumah sakit tantara.
• 1820 : dikeluarkan peraturan pelaksanaan vaksinasi termasuk pelaporannya.
• 1890 : didirikan Lembaga pembuatan vaksin cacar di Batavia
• 1896 : didirikan Lembaga pembuatan vaksin cacar di Bandung
• 1911 : Dilakukan vaksinasi kolera.
• 1911 : pembentukan panitia hygiene di Batavia
• 1911-1929 : upaya penyelidikan dan pemebrantasan malaria. Upaya yang dilakukana dalah pembunuhan dan pencegahan
berkembangnyajentik di sarang nyamuk, kininisasi, penggunaan kelambu, pemeliharaan tambak secara higienis, merubah
kolanm ikan menjadi sawah, memasukkan ikan tawes dan ikan kepala timah dalam kolam, pemeliharaan saluran air.
• 1915 : dinas pemberantasan PES dibentuk sebagai upaya mencegah perluasan penyakit PES yang ditemukan di Jawa
Timur. Dilakukan usaha perbaikan rumah dan vaksin Haffkine, selanjutnya vaksin Otten (1934) dan mampu menurunkan
20% angka kematian dari angka semula.
• 1916 : sudah ada Jawatan Kesehatan Sipil
• 1917 : dibentuk panitia khusus menyelidiki tuberculosis, sudah ada sanatorium.
Upaya Pencegahan di Indonesia
• 1918 : didirikan Yayasan “Stitching der Centrale Vereeniging tot Bestrijding der Tuberculose”, mengusahakan
perawatan penderita di rumah dan hygiene sekolah.
• 1924 : Dibentuk Dinas Hygiene, Langkah pertamanya adalah pemberantasan cacing tambang di Banten, dengan
mendirikan kakus sederhana serta mengajarkan masyarakat menggunakannya.
• 1932 : Gr. I.J Sitanala menerapkan upaya 3 Langkah yaitu eksplorasi (awal surveilans kusta), pengobatan dan
pemisahan.
• 1933 : Organisasi hygiene membentuk percontohan dinas Kesehatan kabupaten , kegiatannya kekarantinaan seperti
isolasi, observasi, desinfeksi, penyelidikan epidemiologi, Tindakan perlindungan untuk wabah, kemudian Tindakan
preventif terhadap penyakit rakyat seperti membangun assainering/penyehatan malaria, pengawasan air minum,
mengadakan kuruss dukun untuk menghadapi kematian ibu dan bayi, Pendidikan Kesehatan bagi rakyat untuk guru
dan perkumpulan swasta
• 1934 : dr. Kodiyat memberikan obat secara rutin tuntuk penderita frambusia.
• 1950 : pemerintah meberikan vaksin TCD (typhus, cholera, dysentri) kepada anggota perang dan anak-anak sekolah.
• 1951 : vaksin cacar massal di Jawa, Sumatera (smallpox programme)., hingga 1974 WHO menyatakn Indonesia bebas
cacar.
• 1950 : dilakukan pemberian vaksin BCG sebagai pencegahan TBC.
• 1952 : Pemerintah Indonesia, WHO, UNICEF menandatangani persetujuan memulai program percontohan dan
Latihan pemberantasan TBC.
Upaya Pencegahan di Indonesia
• 1959 : Menteri muda Kesehatan (Kolonel Prof Dr. Satrio) telah berdiri Lembaga Kesehatan di berbagai daerah,
Lembaga Eijkman /(Jakarta), Lembaga Pasteur (Bandung), Pemberantasan penyakit Kelamin (Surabaya),
Pemberantasan Penyakt Mata (Semarang), Pemberantasan penyakit Rakyat (Yogyakarta), depkes bertugas
mengelolanya termasuk sekolah dan kursus bidang Kesehatan, pengawas perusahaan farmasi, kedinasan , rumahs akit
serta balai pengobatan.
• 1959 : Pemerintah Indonesia, WHO, USAID menandatangani persetujuan Pembasmmian Malaria dengan
penyemprotan, penemuan penderita, penyelidikan entomologi dan penataran.
• 1962 : pemberian vaksin Chotipa (Cholerae, thypus dan parathypus), atau pemebrian ring vaksinasi di Semarang.
• 1966-1975 : Terdapat Ditjen P3M dengan tugas-tugasnya perumusan keijakan, pelaksanaan, pemerantasan penyakit
dan hygiene sanitasi, dalam sub bagiannya dilakukan penelitian keadaan penyakit dan pola penyebarannya,
pembangunan unit pengamatan, pemeriksaan laboratorium, kekarantinaan guna mencegah keluar-masuk penyakit,
hygiene dan sanitasi, penkes terhadap masyarakat. Ini dilakukan untuk berbagai penyakit seperti malaria, DB,
filariasis, rabies, TBC, PES, Kolera, Frambusia, Kusta, Cacar, Penyakit Kelamin.
• 1974 : Inpres Samijaga (sarana air minum dan jamban keluarga) untuk memeprcepat akses masyarakat akan kebutuhan
sanitasi.
• 1975 : Penyempurnaan pelaporan
• 1978 kegiatan penaggulangan penyakit kolera dan gastroenteritis
• 1970-an : pengembangan berbagai program imunisasi
Upaya Pencegahan di Indonesia
• 200—2007 : Timbul new emerging disease seperti SARS, Avian Influenza, Meningitis, Zoonosis ( Hanta virus, Nipah
virus), sehingga dibentuk Ditjen PP dan PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) dengan tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pengendalian penyakit dan peneyhatan
lingkungan mencakup seluruh Indonesia dibantu UPT, KKP, BTKLPPM serta Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr.
Sulianti Saroso. Programnya diantaranya lima inusisasi dasar dan tambahan , MTBS untuk penyakit seperti ISPA,
Pneumonia, diare. strategi DOTS (directly observed treatment, shortcourse chemoteraphy) untuk penderita TB,
• 2007-sekarang : pemerintah masih melakukan berbagai survei, serta upaya2 lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko&Anggraeni. 2013. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : EGC

Nyoman, Kandun. 2007. Sejarah Pemberantasan Penyakit di Indonesia. Jakarta : Ditjen PP&PL

Notosoedirjo&Latipun. 2005.Kesehtan Mental, Konsep, dan Penerapan. Jakarta : UMM Press

Noor, Nur Nasry. 2008. Jakarta : Rineka Cipta.

Ryadi, A/L Slamet &Wijayanti. 2004. Dasar-Dasar Epidemiologi Edisi ke-2. Jakarta : Salemba Medika
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai