Anda di halaman 1dari 27

Aplikasi Matriks

1. ANALISIS INPUT OUTPUT


2. PERUBAHAN PERMINTAAN AKHIR, PDB DAN KESEMPATAN KERJA
Analisis Input Output

Analisis input-output (I-O), yaitu suatu model matematis untuk


menelaah keterkaitan antar sektor dalam suatu
perekonomian.
Alat analisis ini, pertama kali dikembangkan oleh Wassily
Leontief pada tahun 1930-an.
Tujuan utama dari analisis input-output ini adalah untuk
meramalkan (memprediksi) tingkat output yang harus
disediakan (diproduksi) oleh masing-masing sektor untuk
memenuhi tingkat permintaan akhir.
Untuk dapat memahami dengan baik analisis input-output ini,
diperlukan pengetahuan yang memadai tentang operasi
matriks, determinan, invers suatu matriks, dan persamaan
linear.
Tabel input-output ini, memuat keterangan-keterangan tentang
output suatu sektor yang didistribusikan ke sektor-sektor lain
sebagai input dan ke pemakai akhir sebagai barang konsumsi,
di samping dipakai oleh dirinya sendiri sebagai input.
Satuan datanya dapat dalam satuan nilai uang ataupun dalam
satuan Fisik
Tabel input -output sering juga disebut tabel transaksi.
Untuk lebih jelasnya di bawah ini diberikan contoh tabel input – output untuk suatu perekonomian tiga sektor.

Cara Membaca tabel tersebut adalah :


Baris pertama: menunjukkan bahwa, dari seluruh output (keluaran) sektor pertanian senilai 15 triliun rupaih, 4
triliun rupiah digunakan oleh sektor pertanian sendiri sebagai input, 5 triliun rupiah digunakan oleh sektor Industri
sebagai input, 1 triliun rupiah digunakan oleh sektor jasa, juga sebagai input. Sisanya sebesar 5 triliun dibeli oleh
konsumen akhir sebagai barang konsumsi.
 Baris kedua: menunjukkan bahwa, dari seluruh output (keluaran) sector industri sebesar 40 triliun rupiah, 6 triliun
rupiah digunakan oleh sector pertanian sebagai input, 10 triliun rupiah digunakan sendiri oleh sector industri
sebagai input, 4 triliun rupiah digunakan oleh sektor jasa,juga sebagai input. Sisanya sebesar 20 triliun rupiah
dibeli oleh konsumen akhir sebagai barang konsumsi.
 Baris ketiga dapat dibaca dengan cara yang sama, seperti membaca baris pertama dan kedua.
 Baris keempat: menunjukkan nilai tambah yang dihasilkan oleh masingmasing sektor. Sektor pertanian
menghasilkan nilai tambah 4 triliun rupiah, sektor Industri menghasilkan 18 triliun rupiah dan sektor jasa
menghasilkan 10 triliun rupiah.
 Kolom pertama: menunjukkan bahwa, dari 15 triliun rupiah seluruh input (total input) sektor pertanian, 4 triliun
rupiah input dari sektor pertanian sendiri, 6 triliun rupiah berupa input dari sektor industri, 1 triliun rupiah
merupakan input dari sektor jasa, dan sisanya sebesar 4 triliun rupiah merupakan nilai tambah bagi sektor
pertanian.
 Nilai tambah ini sering juga disebut input primer. Nilai tambah merupakan selisih dari nilai total output suatu
sector dengan nilai inputnya. Kolom lainnya dapat dibaca dengan cara yang sama seperti membaca kolom pertama.
 Kolom yang terakhir: menunjukkan nilai total output masing-masing sektor, dan baris yang terakhir:
menunjukkan nilai total input masing- masing sektor.
 Nilai total input masing-masing sektor harus sama dengan nilai total outputnya masing–masing.
Bentuk Umum Tabel Transaksi Input - Output
Agar lebih jelas mengenai analisis input–output, di bawah ini diberikan contoh berikut :

Contoh
Hubungan input-output antar sektor dalam perekonomian sebuah negara, ditunjukkan oleh tabel transaksi
berikut (triliun rupiah)
Berdasakan data dalam tabel,
(a) Hitunglah nilai tambah masing-masing sektor.
(b) Susunlah koefisien matriks inputnya
(c) Prediksilah output total yang harus disediakan atau diproduksi oleh masing-masing sektor bila
ditargetkan/diharapkan permintaan akhir untuk sektor pertanian 100, sektor industri 120, dan sektor jasa
130.

Penyelesaian
(a) Untuk menghitung nilai tambah masing-masing sektor, tabel tersebut dilengkapi terlebih dahulu, sebagai
berikut:
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa,
Nilai tambah di sektor pertanian = {150 – (50 + 60 + 40)} = 0.
Nilai tambah di sektor industri = {200 – (30 + 20 + 10)} = 140 triliun rupiah.
Nilai tambah di sektor jasa = {180 – (10 + 30 + 50)} = 90 triliun rupiah.
(Ketiga nilai ini yaitu 0, 140 dan 90 terdapat pada baris kedua dari bawah
yaitu pada baris nilai tambah).

(b) Dihitung terlebih dahulu koefisien input masing-masing elemen berdasarkan rumus (5.2) sebagai berikut:
- Jadi matriks koefisien inputnya adalah :

(c) Untuk dapat memprediksi output total yang harus disediakan/diproduksi oleh masing-masing sektor untuk memenuhi
permintaan akhir, secara bertahap dicari terlebih dahulu
Jadi, prediksi output total yang disediakan di sektor pertanian senilai
244,60 triliun rupiah, di sektor industri senilai 293,80 triliun rupiah, dan
di sektor jasa senilai 289,80 triliun rupiah.
Latihan 1
Hubungan input-output di antara sektor perekonomian suatu negara pada tahun t ditunjukkan oleh tabel
transaksi berikut (satuan data dalam triliun rupiah)

Berdasarkan data yang terdapat dalam tabel,


(a) Tentukanlah nilai tambah di masing-masing sektor.
(b) Susunlah koefisien matriks inputnya
(c) Perkirakanlah output total dimasing-masing sektor yang harus diproduksi/ disediakan bila permintaan akhir di
sektor A naik 80, di sektor B tetap (0) dan di sektor C naik 100.
Perubahan Permintaan Akhir, PDB dan Kesempatan Kerja
 Nilai Tambah. Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa selisih antara nilai output di suatu sektor dengan nilai
inputnya disebut nilai tambah (Value added).
 Jumlah nilai tambah yang tercipta di semua sektor perekonomian disebut Produk Domestik Bruto (PDB) atau
Gross Domestic Brutto (GDB).
 Perubahan permintaan akhir menyebabkan perubahan output, lebih lanjut perubahan output mempengaruhi
nilai tambah dan kesempatan kerja (tenaga kerja yang diserap).
Kaitan antara perubahan permintaan dengan perubahan output, perubahan output dengan perubahan nilai tambah
dan perubahan kesempatan kerja yang tercipta, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Contoh
Hubungan antar sektor perekonomian suatu negara yang terdiri atas sektor
A dan B (perekonomian sederhana) pada tahun t dinyatakan dalam tabel
transaksi berikut (satuan data dalam triliun rupiah),
Maka Koefisien Nilai tambah
masing-masing sector adalah :
Selanjutnya kenaikan nilai tambah di masing-masing sektor dapat dihitung
per rumus 5.7 sebagai berikut:

Jadi, kenaikkan nilai tambahnya, V =  GDB


Latihan 2
Suatu perekonomian sederhana yang terdiri atas 2 sektor yaitu sector A dan sektor B yang dinyatakan oleh tabel
transaksi berikut ini (data dalam triliun rupiah).

Anda mungkin juga menyukai