Anda di halaman 1dari 14

I.

LAPISAN PONDASI AGREGAT KELAS B Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan bahan untuk pelaksanaan lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal dan suatu lapis permukaan sementara pada permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah yang telah disiapkan. Pemasokan bahan akan mencakup, jika perlu, pemecahan, pengayakan, pencampuran dan operasioperasi lainnya yang diperlukan, untuk memperoleh bahan yang memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini. 1. Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Gambar, dengan toleransi di bawah ini :

2.

Pada permukaan semua Lapis Pondasi Agregat tidak boleh terdapat ketidak-rataan yang dapat menampung air dan semua punggung (camber) permukaan itu harus sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Gambar.

3.

Tebal total minimum Lapis Pondasi Agregat Kelas A dan Kelas B tidak boleh kurang satu sentimeter dari tebal yang disyaratkan.

4.

Tebal minimum Lapis Pondasi Agregat Kelas A tidak boleh kurang satu sentimeter dari tebal yang disyaratkan.

5.

Pada permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A yang disiapkan untuk lapisan resap pengikat atau pelaburan permukaan, bilamana semua bahan yang terlepas harus dibuang dengan sikat yang keras, maka penyimpangan maksimum pada kerataan permukaan yang diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m, diletakkan sejajar atau melintang sumbu jalan, maksimum satu sentimeter.

6.

Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan hal-hal di bawah ini paling sedikit 21 hari sebelum tanggal yang diusulkan dalam

penggunaan setiap bahan untuk pertama kalinya sebagai Lapis Pondasi Agregat dua contoh masing-masing 50 kg bahan, satu disimpan oleh Direksi. 7. Pernyataan perihal asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk Lapis Pondasi Agregat, bersama dengan hasil pengujian laboratorium yang membuktikan bahwa sifat-sifat bahan yang ditentukan. 8. Lapis Pondasi Agregat tidak boleh ditempatkan, dihampar, atau dipadatkan sewaktu turun hujan, dan pemadatan tidak boleh dilakukan setelah hujan atau bila kadar air bahan jadi tidak berada dalam rentang yang ditentukan. 9. Seluruh lubang pada pekerjaan yang telah selesai dikerjakan akibat pengujian kepadatan atau lainnya harus segera ditutup kembali oleh Kontraktor dengan bahan Lapis Pondasi Agregat, diikuti pemeriksaan oleh Direksi Pekerjaan dan dipadatkan sampai memenuhi kepadatan dan toleransi permukaan yang ditentukan. 10. Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Bahan yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh digunakan. Bilamana digunakan untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A maka untuk agregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari 100 % berat agregat kasar ini harus mempunyai paling sedikit satu bidang pecah. Sedangkan untuk Lapis Pondasi Agregat kelas B agregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari 50 % berat agregat kasar ini harus mempunyai paling sedikit satu bidang pecah. 11. Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan setelah dipadatkan harus memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan pengayakan secara basah) yang diberikan dalam Tabel di bawah ini

Tabel Gradasi Lapis Pondasi Agregat

Tabel Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat

12. Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dikerjakan di lokasi instalasi pemecah batu atau pencampur yang disetujui, dengan menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan. 13. Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu. 14. Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan lama atau tanah dasar baru yang disiapkan atau lapis pondasi yang disiapkan, maka lapisan ini harus diselesaikan

sepenuhnya. 15. Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat, harus disiapkan dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan paling sedikit 100 meter ke depan dari rencana akhir lokasi penghamparan Lapis Pondasi pada setiap saat. Untuk perbaikan

tempat-tempat yang kurang dari 100 meter panjangnya, seluruh formasi itu harus disiapkan dan disetujui sebelum lapis pondasi agregat dihampar. 16. Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar langsung di atas permukaan perkerasan aspal lama, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan dalam kondisi tidak rusak, maka harus diperlukan penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik. 17. Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan. Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata. 18. Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya. 19. Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik. 20. Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan. 21. Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D. 22. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin gilas

beroda karet digunakan untuk pemadatan akhir, bila mesin gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi berlebihan dari Lapis Pondasi Agregat. 23. Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada

dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar

air optimum, dimana kadar

air

optimum

adalah

seperti

yang

ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D. 24. Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang bersuperelevasi, penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata. 25. Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui.Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan awal harus seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, namun harus mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan minimum pada tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih untuk mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan tersebut. 26. Setelah persetujuan mutu bahan Lapis Pondasi Agregat yang diusulkan, selu-ruh jenis pengujian bahan akan diulangi lagi, bila menurut pendapat Direksi Pekerjaan, terdapat perubahan mutu bahan atau metode produksinya. 27. Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus dilaksanakan untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi peker-jaan. Pengujian lebih lanjut harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik bahan yang diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang dari lima (5) pengujian indeks plastisitas, lima (5) pengujian gradasi partikel, dan satu (1) penentuan kepadatan kering maksimum

menggunakan SNI 03-1743-1989, metode D. Pengujian CBR harus dilakukan dari waktu ke waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. 28. Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa, mengunakan SNI 03-2827-1992. Pengujian harus dilakukan

sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m.

II. LAPISAN PONDASI AGREGAT KELAS A a. UMUM 1. Uraian Pekerjaan ini harus meliputi pengadaan, dan pemrosesan, pemadatan

pengangkutan,

penghamparan,

pembasahan

agregat (batu pecah) yang telah

digradasi diatas permukaan yang

telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan perincian yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau sesuai dengan perintah Direksi Teknik, dan memelihara lapis pondasi atas klas A yang telah selesai sesuai dengan yang disyaratkan. Pemrosesan harus meliputi, bila perlu pemecahan, pengayakan, pemisahan,

pencampuran, dan operasi lain yang perlu untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi persyaratan dari Pekerjaan ini. 2. Toleransi Dimensi (a) Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Gambar Rencana, dengan toleransi dibawah ini : Material dan Lapis Pondasi Agregat Permukaan Agregat Kelas A untuk Lapis Resap Pengikat atau Pelaburan (Perkerasan atau bahu) Toleransi Tinggi Permukaan + 1 cm - 1 cm

(b) Permukaan-permukaan lapis pondasi atas klas A dari semua konstruksi tidak boleh ada yang tidak rata yang dapat menampung air dan semua punggung permukaan-permukaan itu harus sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar Rencana.

(c)

Tebal total minimum untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A tidak boleh kurang dari tebal yang disyaratkan kurang satu sentimeter.

(d) Untuk permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A untuk lapisan Resap Pengikat atau Pelaburan permukaan, apabila semua bahan yang terlepas dibuang dengan penyikat keras, deviasi maksimum yang diberikan untuk kerataan permukaan harus 1 (satu) sentimeter dengan mistar penyipat berukuran 3 (tiga) meter, diletakkan paralel atau melintang as jalan.

3.

Standar Rujukan SNI 03-1967-1990 SNI 03-1966-1990 SNI 03-2417-1991 Penentuan Batas Cair dari tanah Penentuan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas tanah Ketahanan terhadap abrasi dari agregat kasar berukuran kecil dengan menggunakan mesin Los Angeles Bongkahan lempung dan partikel yang dapat hancur dalam agregat Hubungan kepadatan dengan kelembaban dari tanah menggunakan palu 4.54 kg dan tinggi jatuh 457 mm Kepadatan tanah di tempat menggunakan metode kerucut pasir The California Bearing Ratio dengan

AASHTO T 112-78 SNI 03-1743-1989

SNI 03-2828-1992 SNI 03-1738-1989

4.

Pembatasan oleh Cuaca Lapis Pondasi Agregat tidak boleh dipasang, dihampar, atau dipadatkan sewaktu turun hujan, dan pemadatan tidak boleh dilakukan setelah hujan atau bila kadar air dari bahan tidak berada dalam rentang yang ditentukan dalam.

5.

Perbaikan dari Lapis Pondasi Agregat yang Tidak Memuaskan (a) Tempat dengan tebal atau kerataan permukaan yang tidak memenuhi toleransi yang disyaratkan, atau yang

permukaannya berkembang menjadi tidak rata, baik selama konstruksi atau setelah konstruksi, harus diperbaiki dengan menggaru permukaan dan membuang atau menambah bahan sebagaimana diperlukan, yang selanjutnya dibentuk dan dipadatkan kembali. (b) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu kering untuk pemadatan dalam hal batas kadar airnya seperti yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan Direksi Teknik, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut yang dilanjutkan dengan penyiraman sejumlah air yang cukup dan mencampur dengan baik. (c) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti yang ditetapkan dalam batas kadar air yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan Direksi Teknik, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut yang dilanjutkan dengan pengerjaan berulang-ulang peralatan yang disetujui, dengan selang waktu istirahat dalam cuaca kering. Cara lain, bila pengeringan yang memadai tidak dapat diperoleh dengan cara tersebut diatas, Direksi Teknik dapat memerintahkan bahan tersebut dibuang dan diganti dengan bahan kering yang memenuhi. (d) Perbaikan dari Lapis Pondasi Agregat yang tidak memenuhi kepadatan atau sifat bahan yang dibutuhkan dalam Pekerjaan ini harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik dan dapat meliputi pemadatan tambahan, penggaruan yang

dilanjutkan oleh pengaturan kadar air dan pemadatan kembali, pemindahan dan penggantian bahan, atau menambah tebal bahan itu. 6. Pengembalian Bentuk Menyusul Pengujian Seluruh lubang diakibatkan pada pekerjaan yang telah selesai yang

oleh pengujian kepadatan atau yang lainnya harus

segera diurug kembali dengan bahan Lapis Pondasi Agregat oleh Kontraktor setelah diperiksa Direksi Teknik dan dipadatkan sehingga

persyaratan

kepadatan

dan

toleransi

permukaan

memenuhi

persyaratan dari Pekerjaan ini. b. MATERIAL 1. Sumber Material Material Lapis Pondasi Agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui oleh Direksi Teknik dan sesuai dengan persyaratan. 2. Kelas Lapis Pondasi Agregat Klas A Umumnya Lapis Pondasi Agregat Kelas A ialah mutu lapis pondasi untuk permukaan dibawah lapisan bitumen. 3. Fraksi Agregat Kasar Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel yang keras, awet atau pecahan dari padas atau pecahan dari kerikil. Bahan yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan harus tidak boleh digunakan. 4. Fraksi Agregat Halus Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami atau pasir pecah serta bahan mineral halus lainnya. 5. Sifat Material yang disyaratkan Seluruh Lapis Pondasi Agregat Klas A harus bebas dari bendabenda organis dan gumpalan lempung atau benda yang tidak berguna lainnya dan harus memenuhi kebutuhan gradasi yang diberikan dalam Tabel (a) dan sifat yang diberikan dalam Tabel (b).

6.

Pencampuran Material Lapis Pondasi Agregat Pencampuran material untuk memenuhi persyaratan yang

ditentukan dalam paragraf tersebut diatas, harus dikerjakan di unit pemecah atau di unit pencampur yang disetujui, menggunakan pengumpan mekanis yang telah dikalibrasi dengan aliran menerus dari komponen campuran dengan proporsi yang benar. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan.

Tabel (a) Gradasi Lapis Pondasi Agregat Ukuran Ayakan (mm) 63 37,5 19 9,5 4,75 2,36 1,18 0,425 0,075 Persen Berat Lolos 100 100 65 81 42 60 27 45 18 33 11 25 6 16 08

Tabel (b) Sifat Lapis Pondasi Agregat Sifat Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 03-2417-1991) Indek Plastisitas (SNI 03-1966-1990) Hasil Kali Indeks Plastisitas dengan Persentase lolos 75 micron Batas Cair (SNI 03-1967-1990) Bagian yang Lunak (AASHTO T112 78) CBR (SNI 03-1738-1989) Rongga dalam Agregat pada Kepadatan Maksimum c. Kelas A 0 40 % 06% 25 maks 0 35 % 05% 80 % min 14 % min

PEMASANGAN DAN PEMADATAN LAPIS PONDASI AGREGAT 1. Penyiapan Formasi untuk Lapis Pondasi (a) Apabila Lapis Pondasi Agregat akan dipasang pada

perkerasan atau bahu yang ada, semua kerusakan pada perkerasan atau bahu harus diperbaiki. (b) Apabila Lapis Pondasi Agregat akan dipasang pada

permukaan tanah dasar atau pondasi bawah yang ada atau yang baru disiapkan, maka lapisan tersebut harus sepenuhnya selesai dan sesuai yang disyaratkan. (c) Pada tempat yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapis Pondasi Agregat sesuai dengan paragraf diatas, harus disiapkan dan mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknik untuk sekurang-kurangnya 100 m ke depan dari pemasangan lapis pondasi. Untuk perbaikan tempat-tempat yang kurang

dari 100 m panjangnya, seluruh formasi itu harus disiapkan dan disetujui sebelum pondasi baru dipasang. (d) Dimana Lapis Pondasi Agregat Klas A dipasang langsung diatas perkerasan jalan aspal yang ada, maka penggaruan biasanya tidak diperlukan atau diperkenankan. 2. Penghamparan (a) Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke tempat pada badan jalan sebagai campuran yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan. Kelembaban dalam bahan harus tersebar secara merata. (b) Masing-masing lapisan harus dihampar pada satu operasi pada tingkat yang merata yang akan menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Bila lebih dari satu lapis akan dipasang, lapis-lapis tersebut harus diusahakan sama tebalnya. (c) Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode yang disetujui yang tidak menyebabkan segregasi dari partikel agregat kasar dan partikel agregat halus. Material yang tersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik. (d) Tebal minimum lapisan lepas untuk setiap lapisan konstruksi harus dua kali lipat ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal maksimum lapisan lepas tidak boleh melebihi 15 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik. 3. Pemadatan (a) Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, masingmasing lapis harus dipadatkan menyeluruh dengan peralatan pemadatan yang cocok dan memadai yang disetujui oleh Direksi Teknik, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum modified seperti yang

ditentukan oleh SNI 03-1971-1990. (b) Direksi Teknik boleh memerintahkan bahwa mesin gilas beroda karet digunakan untuk pemadatan lapisan akhir, bila mesin

gilas static beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi berlebihan dari pondasi agregat. (c) Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 3 % kurang dari kadar air optimum sampai 1 % lebih dari kadar air optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modified yang ditentukan oleh 1990), metode D. (d) Operasi penggilasan harus dimulai sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang bersuper elevasi, (SNI 03-1971-

penggilasan harus dimulai pada bagian rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah bagian yang tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas mesin gilas menjadi tak tampak dan lapis tersebut terpadatkan merata. (e) Material sepanjang kerb, batu tepi, tembok, dan pada tempattempat yang tak terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau pemadat lainnya yang disetujui.

4.

Pengujian (a) Jumlah dari data pendukung pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal dari bahan akan seperti yang diperintahkan Direksi Teknik, tetapi akan mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan pada paling sedikit 3 (tiga) contoh yang mewakili dari sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih untuk mewakili mutu rentang dari bahan yang cenderung akan diperoleh dari sumber tersebut. (b) Menyusul persetujuan mengenai mutu dari bahan Lapis Pondasi Agregat yang diusulkan, seluruh rentang pengujian bahan yang dilakukan selanjutnya harus diulang atas

pertimbangan Direksi Teknik dalam hal tampak perubahan

dalam bahan atau dari sumbernya, atau dalam metode produksinya. (c) Suatu program pengujian pengendalian mutu bahan secara rutin harus dilaksanakan untuk mengendalikan ketidak

seragaman bahan yang dibawa ke tempat pekerjaan. Cakupan dari pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik tetapi untuk setiap 1000 meter kubik bahan yang diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang dari 5 (lima) pengujian indeks plastisitas, 5 (lima) pengujian gradasi partikel, dan 1 (satu) penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 03-1971-1990, metode D. Pengujian CBR

harus dilakukan pada waktu-waktu tertentu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik. (d) Kepadatan dan kadar air dari bahan yang dipadatkan harus secara rutin ditentukan, menggunakan SNI 03-2828-1992. Pengujian harus dilakukan sampai keseluruhan kedalaman dari lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m.

Anda mungkin juga menyukai