Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH LINUX

1.1 SEJARAH LINUX DI DUNIA UNIX merupakan salah satu sistem operasi yang mengawali lahirnya Linux ke dunia ini. UNIX merupakan salah satu sistem operasi yang ada saat ini. Adapun UNIX merupakan salah satu sistem operasi populer selain keluarga raksasa microsoft (mulai dari DOS, MS 9x sampai Vista), Novell, OS/2, BeOS, MacOS dan lainnya. Sejarah kemunculan UNIX dimulai pada tahun 1965 ketika para ahli dari Bell Labs, sebuah laboratorium milik AT&T, bekerja sama dengan MIT dan General Electric membuat sistem operasi bernama Multics(sudah pernah dengar belum?). Nah, sistem operasi Multics ini awalnya didesain dengan harapan akan menciptakan beberapa keunggulan, seperti multiuser, multiprosesor, dan multilevel filesystem. Namun pada tahun 1969, AT&T akhirnya menghentikan proyek pembuatan Multics karena sistem operasi Multics ini sudah tidak memenuhi tujuan semula. Dengan kata lain, proyek ini mengalami hambatan karena dalam kenyataannya Multics banyak terdapat bugs dan sulit sekali dioperasikan. Beberapa programmer Bell Labs yang terlibat dalam pembuatan dan pengembangan Multics, yaitu Ken Thompson, Dennis Ritchie, Rudd Canaday, dan Doug Mcllroy, secara tidak resmi tetap meneruskan proyek pengembangan Multics. Dan akhirnya sampailah pada sebuah sistem operasi generasi penerus dari Multics bulan Januari 1970 yang diberi nama UNIX. Adapun generasi baru Multics ini memiliki lebih banyak keuggulan dibandingkan saudara tuanya. Nama UNIX diberikan oleh Brian

Kernighan untuk memberi penegasan bahwa UNIX bukanlah Multics (tidak sama). UNIX akhirnya memiliki keunggulan seperti yang diharapkan pada awal penciptaannya. Yaitu: 1. Multilevel Filesystem 2. Multiuser dan Multiprosesor 3. Desain arsitektur yang independen terhadap suatu hardware 4. Berbagai device dapat dianggap sebagai file khusus 5. Memiliki user interface yang sederhana 6. Cocok untuk lingkungan pemrograman 7. Memiliki utilitas yang dapat saling digabungkan Setahun setelahnya, UNIX dapat dijalankan pada komputer PDP-11 yang memiliki memory 16 KB dan sebuah disk berukuran 512 KB. Pada waktu itu source codenya UNIX masih ditulis dalam bahasa mesin (assembler). Kemudian pada tahun 1973, source code UNIX ditulis ulang dalam bahasa C yang dibuat oleh Dennis Ritchie. Tujuan Mr. Ritchie mengubah source code UNIX ke dalam bahasa C tak lain dan tak bukan karena bahasa C didesain multiplatform dan bersifat fleksibel. Dengan dirubahnya source code ke dalam bahasa C, maka UNIX dapat dikembangkan dan dikompilasi ulang ke berbagai jenis komputer. Sejak saat itu dibuatlah berbagai macam varian UNIX yang sengaja didesain untuk jenis komputer tertentu. Setahun kemudian, karena merasa UNIX sudah cukup matang, maka Thompson dan Ritchie mempublikasikan sebuah paper tentang UNIX. Ternyata UNIX mendapat sambutan yang sangat luar biasa dari lingkungan perguruan tinggi. Dan UNIX lah yang menjadi sistem operasi favorit di lingkungan perguruan tinggi. Awalnya, sistem operasi UNIX ini didistribusikan secara gratis di dunia pendidikan, namun setelah banyak digunakan oleh korporasi industri dan bisnis (karena kehandalannya menangani bidang jaringan (networking), UNIX akhirnya diperdagangkan dan dipatenkan). Dalam perkembangan selanjutnya, UNIX dan varian-variannya yang dikomersialkan

menjadi suatu sistem operasi yang cukup mahal pada saat itu(namun ada beberapa yang gratis karena dikembangkan dengan semangat openSource), hal ini disebabkan karena kestabilan, mampu mengerjakan program multitasking dan dapat digunakan oleh beberapa user secara bersamaan. Adapun varian UNIX yang dikomersialkan dan populer karena kehandalannya seperti BSD 4.1 (1980), SunOS, BSD 4.2, SysV(1983), UnixWare dan Solaris 2(1988), dan lainnya. Dan yang dikembangkan dengan semangat openSource atau free diantaranya : FreeBSD, OpenBSD, NetBSD, Mnix, Hurd. Nama sistem operasi Linux diambil dari nama seorang mahasiswa University of Helsinki, Linus yang kemudian disebut sebagai bapak sistem operasi linux. Linus dilahirkan di Helsinki, Finlandia pada tanggal 28 Desember 1969. Orang yang disebut sebagai Bapak Linux(LINus UniX) ini, sudah mengenal bahasa pemrograman pada umurnya yang ke 10. Saat itu ia sering mengutak-atik komputer kakeknya, Commodore VIC-20. Karena hobinya dalam dunia komputing, 1988 Linus diterima di Univerity of Helsinki dan pada tahun 1990, Linus memulai kelas pemrograman C pertamanya. Pada tahun 1991, Linus tidak puas terhadap sistem operasi yang ada pada PC pertamanya (MS-DOS atau Disk Operation System), OS buatan microsoft. Linus lebih cenderung untuk menggunakan sistem operasi UNIX seperti yang dipakai komputer milik universitasnya. Akhirnya ia mengganti sistem operasi openSource Minix yang berbasiskan UNIX. Adapun Minix ini merupakan sistem UNIX kecil yang dikembangkan oleh Andrew S. Tanenbaum, seorang professor yang menggeluti penelitian masalah OS dari Vrije Universiteit, Belanda. Adapun Minix ini digunakan untuk keperluan pengajaran dan pendidikan. Namun Linus merasa bahwa Minix masih memiliki banyak kelemahan. Dan mulai saat itu, di usianya yang ke-23, Linus mulai mengutak-atik kernel Minix. Dan ia mulai mengembangkan sistem yang kompatibel dengan IBM PC. Pada bulan Agustus 1991, lahirlah Linux 0.01 hasil oprekan Linus, dan pada tanggal 5 Oktober 1991, secara resmi Linus mengumumkan Linux 0.02 yang hanya dapat menjalankan BASH dan gcc compiler. Selain itu, Linus juga mempublikasikan sistem operasi buatannya tersebut lengkap dengan source codenya, yang ternyata disambut dengan sangat antusias oleh para programmer dan developer di seluruh dunia agar

dapat di develop bersama-sama. Sampai saat ini, Linux dibangun oleh berbagai macam komunitas dan jangan heran apabila banyak sekali distro-distro Linux yang beredar. Mulai dari yang berbayar sampai yang gratis, dari untuk pemula sampai tingkat lanjut, dan biasanya dengan banyaknya distro Linux yang beredar akan membuat orang awam bingung untuk memilih distro. Bayangkan, ada beratus-ratus distro yang tercipta atau bahkan beribu-ribu. Namun perlahan tapi pasti, diantara distro-distro Linux ini ada yang menyamai (atau bahkan) melebihi kemampuan dari Sistem Operasi keluarga raksasa (microsoft) dan dengan semakin mudahnya dan semakin lengkapnya dukungan Linux pada hardware, besar kemungkinan Linux akan menjadi alternatif (atau bahkan sistem operasi utama di dunia). Tentang Linux dan Linus Torvalds Pada tahun 1983 Richard M. Stallman mendirikan proyek GNU dengan tujuan mengadakan sebuah sistem operasi mirip UNIX dan kompatibel dengan POSIX. Dua tahun kemudian ia mendirikan yayasan Free Software Foundation (FSF) dan menciptakan GNU General Public License (GPL) sebagai pondasi hukum guna menjamin penyebaran software secara bebas. Atas dasar pondasi hukum itu, Software GNU telah tersebar luas dan banyak pengembang relawan dapat memberikan kontribusinya. Dalam waktu singkat telah tersedia banyak paket program dan jumlahnya terus meningkat. Pada awal 1990an pada prinsipnya telah tersedia cukup paket program bebas (GNU Software) yang dapat digunakan sebagai komponen membangun sebuah sistem operasi. Untuk itu ternyata masih tertinggal Kernel (Proyek GNU-Hurd) yang merupakan jantung dari sebuah sistem operasi yang pengembangannya masih terhambat. Microkernel yang dikembangkan untuk itu ternyata mengalami banyak

hambatan, terutama dalam hal melibas kecoa (bugs) dan sehubungan dengan arsitekturnya yang moderen tapi dianggap cukup ribet. Pada dasawarsa tahun 80an Universtas Berkeley juga mengembangkan sistem operasi bebas dengan distribusi bernama Berkeley Software Distribution (BSD). Proyek pengembangan BSD ini menggunakan versi Unix edisi 4 dari AT&T sebagai rujukan. Karena sistem operasi BSD saat itu belum 100% halal dan masih mengandung Code asal AT&Ts Unix, maka di tahun 1990an terjadi perselishan hukum antara AT&T dan Universitas Berkeley, yang menurunkan stamina para pengembangnya dan secara drastis menghambat pengembangannya. Dengan terhambatnya pengembangan BSD, maka pada awal tahun 1990an sebenarnya belum tersedia sistem operasi yang 100% bebas. Dan perselisihan hukum dengan AT&T membuat masa depan proyek BSD jadi tak menentu, sementara pengembangannya juga praktis dibekukan. Sementara itu, proyek GNU lainnya tetap berjalan dan jumlah paket software yang dihasilkan terus meningkat. Di tahun 1991 Linus Torvalds di Helsinki mulai mengembangkan sistem operasi yang belakangan dikenal dengan nama Linux. Mulanya sekedar emulasi terminal yang saat itu ia butuhkan untuk mengakses server UNIX di Universitas tempat ia menuntut ilmu. Torvalds menulis program dengan pendekatan yang berorientasi kepada hardware dan independen terhadap sistem operasi yang ada karena ia ingin menggunakan PC yang telah tertanam prosesor intel tipe 80386 secara optimal (keluarga x86 sampai saat ini telah menjadi standar). Sebagai rujukan Torvalds menggunakan Sistem Minix dan kompiler GNU-C-Compiler (GCC). Seperti ditulis dalam bukunya (bersama David Diamond, 2001), Torvalds kemudian menyadari bahwa apa yang dibuatnya itu ternyata merupakan basis sebuah sistem operasi. Pada hari bersejarah 25 Augustus 1991 ia kemudian memposting email ke milis pengguna Minix: comp.os.minix yang isinya selalu dikutip sebagai sebuah proklamasi lahirnya Linux :
Hello everybody out there using minix -

Im doing a (free) operating system (just a hobby, wont be big and professional like gnu) for 386(486) AT clones. This has been brewing since april, and is starting to get ready. Id like any feedback on things people like/dislike in minix, as my OS resembles it somewhat (same physical layout of the file-system (due to practical reasons) among other things). Ive currently ported bash(1.08) and gcc(1.40), and things seem to work. This implies that Ill get something practical within a few months, and Id like to know what features most people would want. Any suggestions are welcome, but I wont promise Ill implement them

Linus (torvalds@kruuna.helsinki.fi) PS. Yes its free of any minix code, and it has a multi-threaded fs. It is NOT portable (uses 386 task switching etc), and it probably never will support anything other than ATharddisks, as thats all I have .

Timeline: Keterkaitan Lahirnya Linux dari Lingkungan UNIX

Hari ini limabelas tahun lampau tanggal 17 September 1991 kode sumber Linux versi 0.01 untuk pertama kalinya tersedia di server FTP di Helsinki untuk dicoba dan dikembangkan lebih lanjut komunitas pengembang relawan. Versi Kernel Linux yang berlaku pada hari ini (2006) telah mencapai versi 2.6.17.13 dan versi 2.4.33.3. Linux vs. GNU/Linux. Sesungguhnya, bila mengikuti kata hati Linus Torvalds saat itu, nama sistem operasi atau tepatnya kernel yang dibidaninya, bukannya bernama Linux melainkan Freax. Sebuah kata berasal dari Free dan juga bisa dari kata Freak. Ditambahkan huruf x dibelakangnya seperti umumnya penamaan di lingkungan Unix. Karena itu awalnya selama enam bulan pertama, Torvalds masih sempat menyimpan karyanya di folder bernama Freax. Walaupun nama Linux pernah terlintas dalam pikirannya, tapi kata itu tidak pernah dilontarkan karena ia beranggapan hal itu terlalu egosentris.

Untuk memberikan akses kepada pengembang lain memungkinkan kontributor melakukan perbaikan maupun kontribusi termasuk saran dalam pengembangan lebih lanjut, ia harus meletakkan file tersebut di sebuah server FTP di (ftp.funet.fi) Helsinki University of Technology (HUT), seperti yang telah dilakukan pada hari bersejarah tanggal 17 September 1991. Penanggung jawab untuk server di HUT saat itu Ari Lemmke ternyata tidak suka dengan nama Freax dan tanpa banyak diskusi langsung saja memberi nama Linux. Di kode sumber versi 0.01 masih dapat dibaca kalimat tertinggal yang menyebutkan Makefile for the FREAXkernel. Tanpa direncanakan, nyaris kebetulan, demikianlah nama Linux secara de facto digunakan sampai saat ini, dimana mana dan untuk segala hal yang erat kaitannya dengan Linux (termasuk GudangLinux). Sehubungan dengan lisensi, awalnya Torvalds menggunakan lisensi buatan sendiri, tapi kemudian memutuskan untuk memakai GPL. Hal itu diberlakukan untuk pertama kalinya bersamaan dengan rilis kernel versi 0.99.10 pada tanggal 7 Juni 1993 yang menggunakan lisensi GPL. Sejak itu pengembangan Linux tumbuh lebih cepat dan lebih efisien. Belakangan dalam sebuah wawancara Linus Torvalds mengakui bahwa pemberlakuan lisensi GPL untuk Linux merupakan keputusan yang paling baik yang pernah ia lakukan dalam hidupnya: Making Linux GPLd was definitely the best thing I ever did.. Mulanya istilah Linux bagi Torvalds adalah untuk Kernel saja, yaitu jantung dari sebuah sistem operasi. Kemudian ia berkembang menjadi distribusi yang mengemas paket program lain terutama dari proyek GNU, dan itu hampir semuanya menggunakan kata Linux untuk nama distribusinya. Realita ini telah membangkitkan permasalahan yang mempertanyakan penggunaan kata GNU/Linux ketimbang hanya Linux saja. GNU sahabat Linux. Sementara itu Richard Stallman sebagai tokoh utama proyek GNU berupaya untuk mensosialisasikan agar sistem operasi yang menanamkan Linux sebagai Kernel sebaiknya membubuhkan nama GNU/Linux. Apa yang telah terjadi saat ini, dari ratusan distro yang ada, hanya beberapa distribusi saja, salah satunya

yang terbesar adalah Debian GNU/Linux, yang mematuhi keinginan Stallman. Perbedaan pendapat juga diperluas karena kondisi distribusi dewasa ini yang tidak sekedar mengemas kernel Linux dan program dari proyek GNU saja, melainkan juga program-program dari sumber bebas pihak ketiga lainnya. Perjuangan mencapai 1.0 Pecinta dan pengembang Linux sejak mula berkumpul dan berdiskusi di Minix Newsgroup yang jumlahnya baik dari sisi peserta maupun topik yang dibahas kian hari terus meningkat. Pada awal 1992, pendiri Minix Profesor Andrew Tanenbaum kewalahan dengan dimensi threads tentang Linux yang dibahas di milis Minix dan ia merasa hal itu sudah berlebihan. Dalam sebuah postingnya yang terkenal LINUX is obsolete (Linux adalah kadaluarsa), Profesor Tanenbaum melontarkan kritik yang menjadi awal dari perseteruan dengan kelompok Linux. Ia menyebutkan bahwa kernel Linux yang monolithic adalah kuno dan sebuah sistem operasi yang moderen seharusnya merujuk kepada teknologi microkernel. Selain itu dikatakan bahwa Linux telah menyatu dengan arsitektur prosesor x86, sedangkan menurut Tanenbaum sebuah sistem operasi yang baik harus portable. Diskusi berkelanjutan memanas dan posting Torvalds menjawab hal itu mulai emosional melampaui batas teknis sampai menyinggung pribadi. Hal terakhir kemudian diluruskan dengan permintaan maaf. Sebagai konsekuensi dari tawuran elektronik tersebut, kelompok kubu Linux meninggalkan milis minix dan membentuk sebuah newsgroup baru: comp.os.linux.
In article <1992Jan29.231426.20469@klaava.Helsinki.FI> I wrote: >Well, with a subject like this, Im afraid Ill have to reply. And reply I did, with complete abandon, and no thought for good taste and netiquette. Apologies to ast, and thanks to John Nall for a friendy thats not how

its done-letter. I over-reacted, and am now composing a (much less acerbic) personal letter to ast. Hope nobody was turned away from linux due to it being (a) possibly obsolete (I still think thats not the case, although some of the criticisms are valid) and (b) written by a hothead Linus my first, and hopefully last flamefest Torvalds

Usaha implementasi sistem X-Window dilakukan pada tahun yang sama, memberikan Linux tidak hanya sebuah antarmuka grafis (GUI) melainkan juga kemampuan networking di tengah sistem operasi dengan x-clients dan x-server via socket domain. Selain itu kemampuan networking dengan dunia luar yang menjadi keharusan sebuah sistem ala Unix, juga saat itu dianggap nyaris rampung. Tanpa ragu Torvalds membuat lompatan dengan meningkatkan versi Linux dari 0.95 menjadi 1.0, sebuah status bagi pengembang mengekspresikan apa yang direncanakan sudah jadi. Namun apa yang terjadi sebagai realita yang harus dihadapi sehubungan dengan networking ternyata tidak semudah itu. Hampir dua tahun dibutuhkan tim pengembangan sampai akhirnya versi 1.0 benar-benar berfungsi. Kernel Linux kemudian untuk pertama kalinya mendapatkan driver untuk SCSI dan sound, termasuk sistem file ext2. Dengan sistem X-window yang telah dimilikinya, dimungkinkan portasi programprogram jang jalan untuk X11 termasuk yang berasal dari SCO Unix, semuanya telah memperluas penawaran aplikasi yang bisa digunakan untuk Linux. Linux mulai belajar mencetak via port paralel berkat portasi dari sistem cetak BSD, membuat ia mulai bisa digunakan. Sebagai distribusi Linux pertama, di akhir tahun 1992 telah tersedia distro Yggdrasil yang bisa di instalasi menggunakan CDROM. Distribusi generasi awal lainnya yang masih ditemukan piawai sampai hari ini (2006) adalah Slackware Linux yang ada sejak awal tahun 1993 dan Debian GNU/Linux dimulai pada pertengahan tahun yang sama.

Pada bulam Maret 1994 akhirnya Torvalds meluncurkan Linux 1.0. Dimensi kode sumber untuk kernel Linux saat itu mencapai lebih dari 170.000 baris, dimana separuhnya terdiri dari hardware drivers. Sejumlah elemen yang senantiasa diperbaiki sampai saat ini, masih bisa ditemukan dalam versi Linux terbaru. Tercatat saat itu, sekitar seratus pemrogram relawan yang aktif dan tersebar diseluruh dunia, bahu membahu membangun Linux, termasuk pemrogram prominen seperti Alan Cox dan Donald Becker. Jumlah pengguna sistem operasi Linux dimasa yang sama di-estimasikan sekitar seratus ribuan. Jalan menuju Komersialisasi. Bersama dengan ketersediaan versi 1.0, pengembang kernel mulai

memberlakukan ketentuan baru untuk seterusnya dengan memisahkan versi untuk pengguna dan versi untuk pengembang dengan kode genap (stabil) dan ganjil (tidak stabil, sedang dikembangkan). Semua fitur-fitur terkini diujicoba pada kernel 1.1 (ganjil atau minor version number), sementara untuk versi 1.0 (genap) disediakan perbaikan bugfixes dengan melibas semua kecoa-kecoa (bugs) setiap kali bila ditemukan. Hanya fitur-fitur yang telah teruji dengan baik disertakan bersama versi stabil untuk produksi. Pengembangan kernel berlangsung berkesinambungan dan satu tahun kemudian ia mampu membuat sebuah lompatan bersama rilis kernel Linux 1.2. Kode sumber yang diproduksi kini mencapai 300.000 baris atau hampir duakali lipat dari versi 1.0 sebelumnya. Ia juga menyertakan banyak hardware driver. Dan selain itu, untuk pertama kalinya tersedia edisi yang diportasi dan bisa jalan di arsitektur lain kecuali Intel termasuk prosesor Alpha, Mips dan SPARC. Peningkatan lainnya pada Linux 1.2 ini terutama untuk dukungan jaringan yang kini mendukung lebih banyak kartu jaringan dan berkat fitur IP-Forwarding, ia mudah dimanfaatkan sebagai Router termasuk Packet Filter Firewall. Protokolprotokol untuk jaringan seperti NFS, IPX atau AppleTalk dikuasai Linux dengan baik, dan membuka kemungkinan penerapan di lingkungan jaringan majemuk.

Dengan prakiraan pengguna Linux sekitar limaratus ribu sampai satu setengah juta saat itu, tersedia pasar yang serius dan mulai manarik untuk diexpoitasi perusahan yang bergerak di lingkungan Linux secara komersil. Distribusi komersil bermunculan mulai berusaha memperkuat keberadaannya termasuk distro-distro seperti Caldera, Red Hat dan SuSE. Banyak perusahan mulai menyadari manfaat dari software bebas, atau dengan formulasi lain banyak sysadmin yang mulai berkiprah berkat kebebasan dengan menerapkan fitur-fitur yang disediakan Linux kedalam lingkungan produksi. Bagaimanapun juga dimasa itu, Linux masih merupakan mainan para hacker yang masih tidak seberapa peduli dengan industri TI. Diantara fitur yang sering digunakan adalah Samba, sebuah paket software yang mampu membuat sistem Linux beroperasi di lingkungan jaringan Windows sebagai server file dan server printer. Disamping itu, bermodal aplikasi klasik dari lingkungan Unix, Linux dimanfaatkan sebagai webserver menggunakan Apache dan sebagai mailserver menggunakan sendmail sangat popular. Sampai dengan musim panas tahun 1996 telah dirilis sekitar 100 kali versi percobaan untuk kernel uijicoba 1.3 guna menyiapkan seri kernel berikutnya versi Linux 2.0. Dimensi kode sumber saat itu telah mencapai sekitar 800 000 baris, dua setengah kali dari versi 1.2. Dukungan untuk hardware juga meningkat signifikan termasuk penambahan portasi untuk arsitektur prosesor Motorola-68k dan PowerPC. Peningkatan cukup penting pada Linux 2.0 adalah dukungan untuk Multiprosesor (SMP) yang mampu menangani sampai dengan 16 CPU, walaupun fitur ini pada saat itu masih dalam status experimental. Tux: Maskot si Pinguin. Pada tahun 1996 Torvalds mengumumkan kebutuhan akan maskot untuk dijadikan simbol kegiatan Linux. Syaratnya adalah harus berbentuk seekor penguin, tapi bukan sembarang penguin. Seperti tertulis dalam buku biografinya

Just For Fun, persyaratan untuk si Pingu idamannya itu adalah: Seekor penguin yang tampil sangat happy, seperti baru saja menikmati segelas bir setelah mendapatkan sex terindah dalam hidupnya. Simbol penguin yang dianggap memenuhi persyaratan itu, telah digunakan secara luas untuk semua urusan yang terkait dengan Linux, merupakan hasil disain dibuat oleh Larry Ewing. Sedangkan nama Tux yang telah diusulkan James Hughes konon diturunkan dari kata Torvalds UniX. Atau barangkali dari tuxedo karena si Pinguin tampil seperti menggunakan baju jas smoking (dinner jacket atau black tie) yang formal dikenakan di Inggris. Apapun alasannya, Tux dengan penampilan yang cinta damai dan lucu itu, telah disambut oleh semuanya, tua dan muda mulai dari balita sampai manula di seluruh dunia. Ia juga merupakan bagian dari logo kebanyakan distribusi Linux yang ada. Replikasi Tux banyak dibuat guna memenuhi kebutuhan pencintanya, tersedia dalam segala jenis asesoris, terutama boneka segala ukuran Cerita dibalik digunakannya Pinguin sebagai maskot Linux Tentang Tux si Penguin Sketsa awal penguin yang menjadi maskot Linux ini mula-mula dikerjakan Larry Ewing, berdasarkan hasil diskusi di mailing-list kernel Linux. Mengapa justru penguin yang dipilih sendiri tidak lepas dari kegemaran Linus Torvalds, bapaknya Linux, dengan binatang kutub satu ini. Dalam buku biografinya Just For Fun, Linus memang mengaku penggemar berat penguin. Bahkan satu ketika pernah Linus digigit oleh penguin yang diajaknya bermain di sebuah kebun binatang Australia. Lepas dari berbagai kritikan awal tentang si Tux, setidaknya berkat Linux-lah, jenis fauna yang hanya ada 17 species ini cepat dicintai dan kini bisa dijumpai di mana- mana: kaos para geek, beragam mug, kaos dan T-shirt, mousepad, tato, LEGO, boneka, iklan IBM, ASCII art, skin-nya Quake, dan masih banyak. Mungil tetapi sedikit gendut, siapa yang sih tidak akan gemas ? Ada cerita menarik yang menyebabkan Linus Torvalds si pembuat sistem operasi Linux menggunakan penguin sebagai maskot logo dari sistem operasi yang

diciptakannya. Saat itu Torvalds sedang berjalan-jalan bersama Andrew TridgellVisualisasi logonya dikompetisikan kepada umum lewat diskusi pada mailing list Linux Kernel. Pencetusnya adalah Alan Cox, dan maskot logo yang terpilih diberi nama Tux, dibuat oleh Larry Ewing dan dipergunakan hingga sekarang. (penyusun Samba. Samba adalah sebuah program yang memungkinkan mesin Unix/Linux berkomunikasi dengan Windows dalam sebuah jaringan) disebuah taman. Tiba tiba Torvalds dipatok pinguin, dan semenjak itu ia mengalami demam selama berhari hari. Dia pikir, karakter ini cocok untuk mewakili Linux. Ia ingin pemakainya menjadi demam alias tergila-gila untuk menggunakan dan mengotak-atik Linux. Dan ternyata, apa yang dibayangkannya menjadi kenyataan. Hampir setiap pemakai saat pertama kali berkenalan dengan Linux menjadi susah tidur, dan menghabiskan waktunya berjam-jam didepan komputer untuk bermain main dengan Linux.

1.2 SEJARAH LINUX DI INDONESIA Era 1980-an merupakan akhir dari zaman keemasan komputer mini -komputer yang tidak secanggih "main-frame", namun setiap sistem terdiri dari bongkahan besar. Namanama besar pada zaman tersebut, seperti "DEC - Digital Equipment Corp.", "DG -- Data General", "HP -- Hewlett Packard", "Honeywell -- Bull", "Prime", dan beberapa nama lainnya. Setiap komputer mini ini, dijalankan dengan sistem operasi tersendiri. Setiap sistem operasi ini tidak cocok (kompatibel) dengan sistem operasi dari sistem lainnya. Sebuah program yang dikembangkan pada sistem tertentu, belum tentu dengan mudah dapat dijalankan pada sistem lainnya. Masalah ini mulai teratasi dengan sebuah sistem operasi yang lagi naik daun, yaitu UNIXTM. Sistem UNIX ini dapat dijalankan pada berbagai jenis komputer.

Selain beroperasi pada komputer mini, UNIX pun dapat dioperasikan pada sebuah generasi komputer "super mikro", yang berbasis prosesor 32 bit seperti Motorola MC68000. Ya: pada waktu itu, Motorola belum terkenal sebagai produser Hand Phone!

Sistem berbasis UNIX pertama di Universitas Indonesia (1983) ialah komputer "Dual 83/20" dengan sistem operasi UNIX versi 7, memori 1 Mbyte, serta disk (8") dengan kapasitas 20 Mbytes. Sistem tersebut tentunya sangat "terbatas" dibandingkan komputer zaman sekarang. Namun, penelitian dengan memanfaatkan komputer tersebut, menghasilkan puluhan sarjana S1 UI. Tema penelitian S1 pada saat tersebut berkisar dalam bidang jaringan komputer, seperti pengembangan email (PESAN), alih berkas (MIKAS), porting UUCP, X.25, LAN ethernet, network printer server, dan lainnya. Komputer "Dual 83/20" ini, kemudian lebih dikenal dengan nama "INDOGTW" (Indonesian Gateway), karena pada akhir tahun 1980-an digunakan "dedicated email" server ke luar negeri. Sistem INDOGTW ini beroperasi non-stop 24 jam sehari, 7 hari seminggu.

Fungsi riset sistem tersebut di atas, digantikan oleh komputer baru "INDOVAX", yaitu DEC VAX-11/750 dengan sistem unix 4.X BSD dengan memori 2 Mbytes, serta disk 300 Mbytes. Pada waktu itu, sanga lazim menamakan satu-satunya VAX pada setiap institusi, dengan akhiran "VAX". Contohnya: UCBVAX (Universitas Berkley), UNRVAX (Universitas Nevada Reno), DECVAX (DEC), ROSEVAX (Rosemount Inc), MCVAX (Amsterdam). Sistem ini pun kembali menghasilkan puluhan sarjana S1 UI untuk berbagai penelitian seperti rancangan VLSI, X.400, dan sejenisnya. Untuk mewadahi para pengguna dan penggemar UNIX yang mulai berkembang ini, dibentuk sebuah Kelompok Pengguna Unix (Unix Users Group) yaitu INDONIX. Kelompok yang dimotori oleh bapak "Didik" Partono Rudiarto (kini pimpinan INIXINDO) ini melakukan pertemuan secara teratur setiap bulan. Setiap pertemuan ini akan diisi dengan ceramah kiat dan trik UNIX, serta sebuah diskusi/ tanya-jawab.

Komputer mini -- yang UNIX mau pun yang bukan -- dominan hingga pertengahan tahun 1980-an. Komputer Personal (PC) masih sangat terbatas, baik kemampuannya, mau pun populasinya. Bahkan hingga akhir 1980-an, PC masih dapat dikatakan merupakan benda "langka" dan "mewah". Semenjak pertengahan 1980-an, muncul sistem komputer "super-mikro" berbasis prosesor Motorola MC68000 dan sistem operasi Unix. Sejalan dengan ini, juga muncul PC/AT berbasis prosesor Intel 80286 dan 80386 dengan sistem operasi XENIX/SCO UNIX. Kehadiran prosesor Intel 80286 (lalu 80386) telah mendorong pengembangan sistem operasi dengan nama "XENIX". Harga sistem yang relatif murah, berakibat kenaikan populasi sistem Unix yang cukup signifikan di Indonesia. Aplikasi yang populer untuk sistem ini ialah sistem basis data Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Pada awalnya, setiap sistem operasi Unix dilengkapi dengan kode sumber (source code). Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk negara non-US (terutama non Eropa) akibat regulasi ekspor US. Sebagai alternatif Prof. Andrew S. Tanenbaum dari VU (Belanda) mengedarkan sebuah sistem Operasi sederhana dengan nama "MINIX" (Mini Unix). Titik berat arah pengembangan MINIX ialah sesederhana mungkin agar dapat dipelajari dengan mudah dalam satu semester. Program Studi Ilmu Komputer Universitas Indonesia, tercatat pernah membeli source code MINIX dua kali, yaitu versi 1.2 (1987) dan versi 1.5 (1999). Sebagai penunjang mata kuliah Sistem Operasi, telah hadir MINIX (Mini Unix) yang bahkan dapat dijalankan pada PC biasa tanpa HardDisk! Namun, MINIX memiliki dua keterbatasan bawaan. Pertama, dititikberatkan agar mudah dipelajari untuk keperluan pendidikan. Akibatnya, dengan sengaja tidak dibuat canggih dan rumit. Kedua, (pada awalnya) MINIX harus dibeli dengan harga lebih dari USD 100 per paket. Harga ini tidak dapat dikatakan murah bahkan untuk ukuran kantong mahasiswa di luar negeri. Namun, MINIX telah digunakan di Program Studi Ilmu Komputer Universitas Indonesia FUSILKOM UI, FakUltas ILmu KOMputer UI) sebagai bagian dari kuliah sistem operasi menjelang akhir tahun 1990an. Besar kemungkinan, siapa pun pengguna MINIX saat itu (termasuk penulis), pernah memiliki angan-angan untuk merancang sebuah kernel "idaman" pengganti MINIX yang dapat -- "dioprek", "dipercanggih", dan "didistribusikan" -- secara bebas. Tidak heran, Linus B.

Torvalds mendapat sambutan hangat ketika tahun 1991 mengumumkan kehadiran sebuah kernel "idaman" melalui buletin USENET News "comp.os.minix". Kernel ini kemudian lebih dikenal dengan nama Linux. Namun, Linux tidak langsung mendapatkan perhatian di UI.

Era 1990an Belum jelas, siapa yang pertama kali membawa Linux ke Indonesia. Namun, yang pertama kali mengumumkan secara publik (melalui milis paumikro) ialah Paulus Suryono Adisoemarta dari Texas, USA, yang secara akrab dipanggil Bung Yono. Ketika 1992, bung Yono berkunjung ke Indonesia membawa distro SoftLanding System (SLS) dalam beberapa keping disket. Kernel Linux pada distro tersebut masih revisi 0.9X (alpha testing), dengan kemampuan dukungan jaringan yang sangat terbatas. Pada awal tahun 1990-an, kisaran harga sebuah ethernet board ialah USD 500; padahal dengan kinerja yang jauh dibawah board yang sekarang biasa berharga USD 5.-. Dengan harga semahal itu, dapat dimaklumi, jika masih jarang ada pengembang LINUX yang berkesempatan untuk mengembangkan driver ethernet.

Perioda 1992-1994 merupakan masa yang vakum. Secara sporadis, terdengar ada yang mendiskusikan "Linux", namun terbatas pada uji coba. Kernel Linux 1.0 keluar pada tahun 1994. Salah satu distro yang masuk ke Indonesia pada tahun tersebut ialah Slackware (kernel 1.0.. Distro tersebut cukup lengkap dan stabil sehingga merangsang tumbuhnya sebuah komunitas GNU/ Linux di lingkungan Universitas Indonesia. Pada umumnya, PC menggunakan prosesor 386 dan 486, dengan memori antara 4-8 Mbytes, dan hardisk 40 - 100 Mbyte. Biasanya hardisk tersebut dibuat "dual boot", yaitu dapat dalam mode DOS atau pun Linux. Slackware menjadi populer dikalangan para mahasiswa UI, karena pada waktu itu merupakan satu-satunya distribusi yang ada . Banyak hal-hal baru yang "dioprek"/ "setup". Umpama: yang pertama kali men-setup X11R4 Linux di UI ialah Ivan S. Chandra (1994). Tahun 1994 merupakan tahun penuh berkah. Tiga penyelenggara Internet sekali gus mulai beroperasi: IPTEKnet, INDOnet, dan RADnet. Pada

tahun berikutnya (1995), telah tercatat beberapa institusi/ organisasi mulai mengoperasikan GNU/Linux sebagai "production system", seperti BPPT (mimo.bppt.go.id), IndoInternet (kakitiga.indo.net.id), Sustainable Development Network (www.sdn.or.id dan sangam.sdn.or.id), dan Universitas Indonesia (haur.cs.ui.ac.id). Umpamanya, Sustainable Development Network Indonesia (sekarang diubah menjadi Sustainable Debian Network) menggunakan distribusi Slackware (kernel 1.0.9) pada mesin 486 33Mhz, 16 Mbyte RAM, 1 Gbyte disk. Namun sekarang, situs tersebut numpang webhost di IndoInternet.

Kehadiran internet di Indonesia merangsang tumbuhnya sebuah industri baru, yang dimotori oleh para enterpreneur muda. Mengingat GNU/ Linux merupakan salah satu pendukung dari Industri baru tersebut, tidak dapat disangkal bahwa ini merupakan faktor yang cukup menentukan perkembangan GNU/Linux di Indonesia. Selama perioda 1995-1997, GNU/Linux secara perlahan mulai menyebar ke seluruh pelosok Indonesia. Bahkan krismon 1997 pun tidak dapat menghentikan penyebaran ini.

Anda mungkin juga menyukai