Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

Di dalam mata kuliah hukum tata negara ini banyak sekali persoalanpersoalan yang dibahas,namun pada makalah ini hanya akan dibahas tentang Kekhalifahan dan Pemerintahan di Indonesia. Dimana yang dipandang dari bentuk negara dan sistem pemerintahan Indinesia dan Kekhalifahan. Di dalamnya kita akan mengetahui tentang bagaiman munculnyabentuk negara dan sistem pemerintahan itu sendiri. Dan prinsip-prinsip islampun akan diketahui didalamnya,yang mana akan adanya kemaslahatan bagi masyarakat atau rakyatnya. Kekuasaan dalam negara sangat penting karena untuk mengatur badanbadan negara itu sendiri. Begitupun dalam islam negara merupakan instrumen kekuasaan untuk menegakkan syariat islam. Serta dari penafsiran lain negara hanyalah intrumen politik untuk menegakkan etika islam yang bersifat universal.Dari perbedaan ini semua tujuannya sama untuk kesejahteraan rakyat ,dalam membangun sistem pemerintahan yang baik.

BAB II PEMBAHASAN A. Khalifah 1. Pengertian Khalifah Secara etimologis kata kekhalifahan (khalifah) berarti menggantikan seseorang. Tetapi dalam semboyan politik Islam Sunni, kata itu merujuk kepada seseorang yang berfungsi sebagai pengganti Nabi dalam kapasitasnya sebagai pemimpin masyarakat, namun bukan dalam fungsi kenabiannya1. Kata imam juga pernah digunakan para penulis muslim dengan arti serupa kecuali golongan Syiah yang memeakainya dalam arti yang Khusus Seperti terurai di muka 2. Kata Imamah biasanya merujuk pada negara islam dalam arti yang uum dan dianggap mencerminkan masa pemerintahan Nabi yang sesudahnya. Anmun ada juga yang mengajukan pendapat bahwa istilah itu secara tegas merupakan periode kedua3. Sedang mereka yang dianggap mengembangkan teori Sunni tentang kekhalifahan nyaris selalu mengemukakan istilah tersebut sebagai cermin pemerintahan Islam pasca Nabi. 2. Rumusan Kekhalifahan Ada tiga bentuk rumusan tentang kekhalifahan yang diajukan Ann Lambton. Rumusan-rumusan itu adalah: 1). Rumusan para ahli (Fuqaha).
2). Rumusan para penasehat khalifah (kadang-kadang disebut kaum moralis

atau para realis politik).


1 Khalid ibrahim Jindan, Teori Pemerintahan Islam Menurut Ibnu Taimiyah, 1994, jakarta, PT. RINEKA CIPTA, hal 9 2 Khalid ibrahim Jindan, Teori Pemerintahan Islam Menurut Ibnu Taimiyah, 1994, jakarta, PT. RINEKA CIPTA, hal 9 3 Dalam kajian ini, kata imamah dan khalifah (dan asal katanya, yakni imamah dan khalifah) dapat digunakan secara timbal balik kecuali yang memerlukan penjelasan khusus.

3). Rumusan para filosof4.

1) Rumusan Para Ahli (Fuqaha) Teori Islam klasik tentang kekhalifahan lahir dari para ahli hukum Islam (fuqaha), bukan para moralis ataupun para filosof. Andaikan tulisantulisan para moralis dan para filosof memperkaya khasanah pemikiran politik islam, maka tulisan tulisan fuqaha Sunni yang bemila sejak abad 5 H kian menyemarakan dan merincikan kekayaan literatur disekitar masalah kekhalifahan. Kaum fuqaha terlibat dalam penyajian itu karena ada kenyataan bahwa batas-batas antara teologi Islam begitu kabur dan pencantuman masalah-masalah hukum-hukum politik dalam berbagai karya teologi dianggap sebagai hal yang biasa. Al-Syafii (772-826 M), misalnya, dianggap sebagai pemula dalam tradisi tulisan semisal itu lantaran mencantumkan satu bab tentang imamah dalam tulisannya, Al-Mabsut. Meskipun demikian, sebelum memasuki abad VII M kaum fuqaha mulai melahirkan tulisan tulisan yang rinci yang luas tentang masalah pmerintahan salam berbagai karya yang terpisahkan. Dalam karya-karya itu mereka mengupas aneka ragam persoalan yang berkaitan dengan persoalan yang berkaitan dengan kekhalifahan sebagai dasar institusi undang-undang yang ada, proses terwujudnya konstitusi, syarat-syarat dan tugas-tugas khalifah serta legalitas pemerintah yang berkuasa. Yang mashur diantara karya-karya tersebut adalah Al-Ahkam al Sulthaniyah, tulisan Abu al-Hasan al-Mawardi (994-1058 M). Buku ini telah lama dianggap sebagai dokumen kunci dalam pemikiran politik Islam5. Dengan segala keterbatasan bahwa makna teori yang tersaji lebih rendah nilainya, buku tersebut merupakan karya tulis teotitis dalam memandang sekup dan pendekatan sisstematisnya terhadap masalah

4 Ann Lambton, Islamic Political Thought, dikutip dari Khalid ibrahim Jindan, Teori Pemerintahan Islam Menurut Ibnu Taimiyah, 1994, jakarta, PT. RINEKA CIPTA, hal 10 5 Khalid ibrahim Jindan, Teori Pemerintahan Islam Menurut Ibnu Taimiyah, 1994, jakarta, PT. RINEKA CIPTA yang mengutip dari Donald Little, A New Look at al-Akham al-Sultaniya, 1941, hal 13

kekhalifahan. Berikut adalah satu sketsa garis besar al-Mawardi6: a. Landasan Konstitusional: Menurut al-Mawardi lembaga kekhalifahan dianggap sebagai suatu tumtutan syariah, bukan kehendak akal manusia. b. Proses Konstitusi: i.Lembaga pemilihan, kekhalifahan namun diatur dengan itu tata cara pada

pemilihan

terbatas

(dikalangan) dewan pemilihan yang terdiri orang-orang dengan syarat-syarat berikut : jujur, luar pengetahuan dan adil. ii.Hak mengajukan pendapat tidak hanya dinikmati oleh penduduk ibkota, tetapi karena alasan praktis, secara tradisional khalifah dipilih di kota. iii.Dibenarkannya adanya pemilihan calon yang kurang memenuhi syarat meski ada calon lain yang memenuhinya. iv.Terlepas dari proses pemilihan, seorang khalifah dapat dipilih dan dilantik karena ia ditunjuk oleh khalifah yang sedang berkuasa. Calon pengganti yang ditunjuk itu dikenal dengan sebutan Wali al-Ahdi. v.Sekali dipilih dan dilantik, maka khalifah telah

mengikat diri dengan umat melelui perjanjian yang menjamin kesetiaan dalam memenuhi segenap tugas dan menerima janji setia kepatuhan secara timbal balik.

6 Khalid ibrahim Jindan, Teori Pemerintahan Islam Menurut Ibnu Taimiyah, 1994, jakarta, PT. RINEKA CIPTA yang mengutip dari Qomaruddin Khan, alMawardis Theory of the state, 1955. Hal 13

c. Berbagai syarat dan kewajiban Untuk mengendalikan pemerintahan secara efisien dan membela iman, khalifah harus memenuhi tujuh kriteria; adil, berpengetahuan luas, sehat mental dan fisik, berani, cepat mengambil keputusan dan berasal dari suku Quraisy7. Seorang khalifah atau imam disyaratkan juga harus mampu melaksanakan 10 tugas pokoknya8; a) Membela dan mempertahankan prinsip-prinsip agama. b) Mengutamakan keadilan yang segaris dengan syariah. c) Memelihara hukum dan tata tertib. d) Memasyarakatkan hukun-hukum Quran. e) Mengorganisir dan melaksanakan jihad. f) Menagkal serbuan musuh dari luar. g) Menghimpun pajak menurut syariah h) Memungut uang dan bea dari Bait al-Mal (kas negara/rakyat) untuk dibagikan kepada mereka yang berhak menerimanya. i) Menunjukan para pegawai pemerintah yang jujur dan tulus. j) Memberikan supervisi.
7 Mehdi Muzzafari, Kekuasaan dalam Islam, 1994, Jakarta, Pustaka Panjimas, hal 34 8 Khalid ibrahim Jindan, Teori Pemerintahan Islam Menurut Ibnu Taimiyah, 1994, jakarta, PT. RINEKA CIPTA yang mengutip dari Qomaruddin Khan, alMawardis Theory of the state, 1955. Hal 14

petunjuk

dan

melaksanakan

d. Hak untuk Menentang Kekuasaan Bila seorang khalifah terpilih dan memegang kekuasaan, maka kepatuhan kepadanya tidak hanya dalam tugas politik, tetapi juga dalam kewajiban agama. Nmun seorang khalifah juga dapat kehilangan kekuasaannya atau psikologis9. 2) Rumusan Para Penasihat Raja (Khalifah) Tulisan-tulisan yang paling awal tentang pemerintahan Islam muncul dalam bentuk risalah-risalah politik10. Para penulis biasanya berperan sebagai penasihat khalifah atau pemimpin umat islam. Mungkin saja contoh terbaik dari sekian tulisan itu adalah kitab al-Sahabah, karya Ibn al-Muqaffa, seorang peneliti dan pujangga dan cendikia pada tahun-tahun pertama kekhalifahan Abbasiyah di sekitar abad 8. Dalam tulisannya ia menerangkan bahwa khalifah memegang keputusan terakhir dalam segala permasalahan karena al-Quran dan as-Sunnah qauli tidak menyajikan keputusan yang tegas11. Ia menyarankan agar khalifah turut memikirkan kodifikasi hukum yang berasal dari haditshadits Nabi seraya membuka pintu lebar-lebar bagi adanya pendapat perorangan dan merumuskan undang-undang yang dapat dipertanggungjawabkan kepada amandemen-amandemen dikemudian hari. Dalam bidang administrasi, khalifah disarankan untuk mempromosikan sistem yang didasarkan pada prinsip/asas jasa dan syarat-syarat lain, bukan favoritisme dan kemanjaan (spoils)12.
9 Khalid ibrahim Jindan, Teori Pemerintahan Islam Menurut Ibnu Taimiyah, 1994, jakarta, PT. RINEKA CIPTA, hal 15 10 Khalid ibrahim Jindan, Teori Pemerintahan Islam Menurut Ibnu Taimiyah, 1994, jakarta, PT. RINEKA CIPTA, hal 10 11 Khalid ibrahim Jindan, Teori Pemerintahan Islam Menurut Ibnu Taimiyah, 1994, jakarta, PT. RINEKA CIPTA yang mengutip dari D. Gatein, A Tunning Point in the Muslim State, hal 10 12 Ann Lambton, Islamic Political Thought, dikutip dari Khalid ibrahim Jindan, Teori Pemerintahan Islam Menurut Ibnu Taimiyah, 1994, jakarta, PT. RINEKA CIPTA, hal 11

jika

terdapat

perubahan

moral

yang

mengikis

kepribadiannya atau keimamannya, ataupun ia mendapatkan kendala fisik

3) Rumusan Para Filosof Rumusan ini menunjukan adanya pengaruh filsafat Yunani terhadap para filosof muslim seperti al-Farabi, Ibn sina dan Ibn Rusyd. Pemikiran para filosof itu merupakan bagian dari filsafat mereka secara umum dengan masalah pokok; upaya mendamaikan wahyu dan akal. Menurut Edwin Rosenthal. Para filosof muslim memiliki kesempatan yang memadai untuk menegakan rekonsiliasi tersebut dalam bidang politik. Dala proses rekonsiliasi itu muncul pemikiran bahwa konsep hukun yang merupakam tema sentral bagi Plato dan Aristoteles serta para filosof muslim dapat memberikan landasan yang umum bagio teori negara yang ideal. Dalam teori tersebut terdapat kesepakatan bahwa tenpa hukum tidak akan mungkin ada negara dan setiap perlakuan yang tidak berdasarkan hukum harus diganjar dengan hukum yang sepada demi keselamatan masyarakat, moral, keyakinan dan kepercayaan yang benar13. 3. Cara-cara pemilihan Khalifah Agama Islam, dalam bentuk asalnya, tidak menetapkan suatu cara atau prosedur tertentu dalam memilih seorang khalifah, pengganti Rosulullah. Kenyataan ini dalam berbagai hal, adalah suatu opini yang dipegang oleh jumhur ulama Islam, dalam madzhab Sunni14. Tak adanya suatu nash yang yang memberikan instruksi tentang cara-cara pemilihan seorang pemimpin ini, menimbulkan berbagai cara dan prosedur. Empat Khulafaurasyidin pun masing-masing berbeda cara pemilihannya. Jika menambahkan aspek keturunan (irth), selain keempat cara itu, maka kita akan menemukan lima cara dalam memilih seorang khalifah, sebagai berikut15;
13 Khalid ibrahim Jindan, Teori Pemerintahan Islam Menurut Ibnu Taimiyah, 1994, jakarta, PT. RINEKA CIPTA, hal 12 14 Mehdi Muzzafari, Kekuasaan dalam Islam, 1994, Jakarta, Pustaka Panjimas, hal 36 15 Mehdi Muzzafari, Kekuasaan dalam Islam, 1994, Jakarta, Pustaka Panjimas, hal 36-39

a. Pertimbangan Di Sebuah Majlis (Saqifa) b. Pilihan dari seorang yang berkuasa (Ahd) c. Pilihan melalui musyawarah sahabat tertentu (Syura) d. Khalifah yang diangkat setelah penberontakan (Fitnah) e. Pemilihan Berdasarkan Keturunan (Irth) Selama kekhalifahan Hassan (anak terbesar Ali) yang sangat pendek, maka Muawiyah bin Sufyan dari keluarga bani Umayyah naik menjadi khalifah. Dan seterusnya khalifahan dipegang oleh keluarga Muawiyah sampai digantikan oleh bani Abbasiyah, dst. Kelima cara pemilihan klasik ini dalam meneruskan kekuasaan telah didasarkan atas prinsip pernyataan kebulatan tekad (Bayah), kecuali kedaulatan Utsmaniyah, Menurut Ibn Khaldun16; pernyataan kebulatan tekad (bayah) adalah memberikan penghormatan kepatuhan. Seseorang yang memberikan bayahnya, melakukan semasam kontrak dengan penguasa (amir), yang menjalankan semua persoalan pemerintahan dan umat Islam. Seorang itu, setuju untuk mengakui wibawa seorang amir, dan bersedia menjalankan semua instruksinya, lepas dari disenanginya atau tidak.

B. Perbandingan dengan Pemerintahan Indonesia 1. Bentuk Negara Undang-undang dasar 1945 baik dalam pembukaan maupun batang tubuhnya pada pasal 1 ayat (1) tidak menunujukan adanya persamaan pengertian dalam menggunakan istilah bentuk Negara. Dalam pembukaannya dinyatakan
16 Mehdi Muzzafari, Kekuasaan dalam Islam, 1994, Jakarta, Pustaka Panjimas, yang mengutip dari Ibnu Khaldun, Muqaddimah, hal 39

sebagai berikut: .., maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam susunan negara republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada. Selanjutnya dalam pasal 1 ayat (1) dirumuskan sebagai berikut: Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Jadi perbedaannya dengan negara yang berasaskan kekhalifahan adalah dari segi kepemimpinannya yaitu jika Indonesia kekuasaan ditangan rakyat dan kekhalifahan ditangan imam. 2. Sistem Pemerintahan Indonesia adalah negara demokrasi, yang menganut sistem presidensil17 yang mana seorang presiden bukan hanya symbol Negara tetapi juga kepala pemerintahan. Pada negara yang berdasarkan kekhalifahan aturan dan system pemerintahannya diatur oleh al-Quran, as-sunnah dan ijtihad sahabat. Di Indonesia menganut seluruh system hukum sedangkan Negara kekhalifahan cenderung menganut system anglo saxon yaitu keputusan-keputusan para sahabat yang lalu tetap diberlakukan sampai ada ketetapan yang menggantinya. 3. Badan-badan Negara Indonesia mengenal badan eksekutif, yudikatif, legislatif yang masingmasing badan itu merupakan badan-badan yang terpisah dan dipimpimpin oleh seorang pemimpin. Pada negara kekhalifan semua badan itu dikuasai oleh seorang imam tetapi kedepannya ada lembaga-lembaga yang mengurus badan-badan tersebut. 4. Sistem pemilihan
17 Moh. Kusnardi, S.H., Harmaily Ibrahim, S.H., Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia 165-171

Di Indonesia system pemilihan yang sekarang adalah langsung dilakukan oleh rakyat yang mana rakyat itu langsung memilih sendiri. Pada pemerintahan kekhalifahan dapat dilihat pada halaman 6. BAB III KESIMPULAN

Sistem pemerintahan Islam adalah sistem pemerintahan sentralisasi, dimana penguasa tertinggi berada di pusat. Pemerintahan pusat mempunyai otoritas yang penuh terhadap seluruh wilayah negara, baik dalam masalahmasalah yang kecil maupun yang besar. Sistem pemerintahan indonesia lebih menekankan kepada otonomi daerah dengan ketentuan pemerintahan di daerah silakukan oleh mandiri oleh daerah masing-masing. Tetapi pada urusan lain, wajib lapor kepada pemerintahan pusat. Sistem pemilihannya berbeda antara lndonesia dan Negara kekhalifahan, bila Indonesia mengusung pemilihan lansung pemimpin, bila Negara kekhalifahan lebih ke pemilihan secara tak langsung yaitu ada yang dengan cara pilihan majlis, pilihan pemilik kekuasaan dan pemilihan berdasarkan keturunan.

DAFTAR PUSTAKA

Khalid ibrahim Jindan, Teori Pemerintahan Islam Menurut Ibnu Taimiyah, 1994, jakarta, PT. RINEKA CIPTA Mehdi Muzzafari, Kekuasaan dalam Islam, 1994, Jakarta, Pustaka Panjimas Moh. Kusnardi, S.H., Harmaily Ibrahim, S.H., Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, 1979, Jakarta, PDm Budi Caniago DR. H. Deddy Ismatullah, S.H., M. Hum., A. A. Sahid Gatara, M. Si, Ilmu Negara Dalam Multi Perspektif, 2007, Bandung, CV Pustaka Setia DR. Musdah Mulia, MA, Negara Islam, 2001, Jakarta, Paramadina

11

Anda mungkin juga menyukai