Anda di halaman 1dari 29

BAB II LANDASAAN TEORI 2.

1 Pengertian Inverter
Inverter merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk mengubah tegangan searah menjadi tegangan bolak-balik dan frekuensinya dapat diatur. Inverter ini sendiri terdiri dari beberapa sirkuit penting yaitu sirkuit converter (yang berfungsi untuk mengubah daya komersial menjadi dc serta menghilangkan ripple atau kerut yang terjadi pada arus ini) serta sirkuit inverter (yang berfungsi untuk mengubah arus searah menjadi bolak-balik dengan frekuensi yang dapat diatur-atur). Inverter juga memiliki sebuah sirkuit pengontrol.

Unit Inverter Sirkuit Utama Sirkuit Konverter Sirkuit Inverter

Daya AC

Motor

Sirkuit Kontrol

Power supply 3 phasa

KONVERTER

Filter

Vdc

INVERTER

Motor induksi 3 phasa

Gambar 2.1 Blok Diagram Inverter

2.2
2.2.1

Prinsip Kerja Inverter


Inverter 1 Fasa Pada dasarnya inverter merupakan sebuah alat yang membuat tegangan

bolak-balik dari tegangan searah dengan cara pembentukan gelombang tegangan. Namun gelombang tegangan yang terbentuk dari inverter tidak berbentuk sinusoida melainkan berbentuk gelombang dengan persegi. Pembentukan tegangan AC tersebut dilakukan dengan menggunakan dua pasang saklar. Berikut ini merupakan gambar yang akan menerangkan prinsip kerja inverter dalam pembentukan gelombang tegangan persegi.

V S1 S3 A B

S2

Beban

S4

Gambar 2.2 Prinsip kerja inverter 1 Phasa Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa untuk menghasilkan arus bolakbalik, maka kerja saklar S1 sampai S4 yang disuplay oleh tegangan dc harus bergantian. Lalu bagaimanakah gelombang tegangan tersebut dapat terbentuk dari keempat buah saklar tersebut? Ketika saklar S1 dan S4 hidup maka arus akan mengalir dari titik A ke titik B sehingga terbentuklah tegangan positif. Setelah itu gentian saklar S2 dan S3 yang hidup dan arus akan mengalir dari tiitk B ke titik A sehingga terbentuklah tegangan negative.

Pembentukan gelombang hasil ON-OFF keempat saklar tersebut dapat terlihat dari gambar berikut:
+ S1 dan S4 On 0 S2 dan S3 On Waktu

Gambar 2.3 Bentuk gelombang tegangan Dengan mengubah arah arus yang mengalir ke beban (pada periode pertama arus mengalir dari titik A ke titik B dan pada periode kedua arus mengalir dari B ke A) maka akan didapatkan bentuk gelombang arus bolak-balik. Lalu bagaimana inverter dapat mengatur frekuensi keluarannya? Inverter mengatur frekuensi keluarnnya dengan cara mengatur waktu ON-OFF saklar-saklarnya. Sebagai contoh apabila S1 dan S4 ON selama 0,5 detik begitu juga dengan S2 dan S3 secara berganti-gantian maka akan dihasilkan gelombang bolak-balik dengan frekunsi 1 Hz. Pada dasarnya saklar S1-S4 dan S2-S3 dihidupkan dengan jangka waktu yang sama. Jadi apabila dalam satu periode To = 1 detik, maka S1-S4 ON selama 0,5 detik dan S2-S3 ON selam 0,5 detik dan didapatkan frekuensi sebesar 1 Hz.

0,5 detik
+ S1 dan S4 On 0

0,5 detik

S2 dan S3 On -

Waktu

Gambar 2.4 Bentuk gelombang tegangan AC dengan frekuensi 1 Hz

Jika dalam satu periode tersebut dinyatakan pada T maka nilai frekuensi yang dihasilkan adalah (F): F = 1/T Dimana: F = Frekuensi (Hertz) T = Periode (detik) 2.2.2 Inverter 3 fasa Pada dasarnya prinsip kerja pada inverter 3 Phasa sama dengan inverter 1 phasa. Yaitu dengan mengubah arus searah menjadi bolak-balik dengan frekuensi yang beragam. Dimana tegangan arus DC ini dihasilkan oleh sirkuit converter untuk kemudian diubah lagi menjadi arus AC oleh sirkuit inverter.

S1

S3

S5

VDC

S2

S4

S6

0 S1 S2 S3 S4 S5 S6

60

120

180

240

300

360

420

480

540

U-V

V-W

W-U

Gambar 2.5 Sirkuit pada inverter

Dari gambar 2.6 dapat dilihat bahwa inverter memiliki dua buah sirkut utama, yaitu sirkuit converter dan sirkuit inverter. Sirkuit converter berfungsi untuk mengubah daya komersial AC menjadi arus searah serta menghilangkan ripple akibat penyearahan yang akan dilakukan oleh dioda-dioda pada sirkuit converter ini dengan menggunakan kapasitor penghalus (C). Tegangan DC dari converter itu kemudian menjadi sumber tegangan untuk transistor-transistor pada sirkuit converter. Selain berfungsi untuk mengubah kembali tegangan DC menjadi tegangan AC kembali, transistor-transistor juga mempunyai fungsi utama untuk mengatur frekuensi keluaran inverter yang beragam.
Sirkuit Inverter

Sirkuit Konverter

D1

D2

D3 TR1 TR3 TR5

R S T

U V W

TR4 D4 D5 D6

TR6

TR2

Gambar 2.6 Sirkuit dasar inverter 3 phasa dengan transistor Inverter juga memiliki saklar-saklar seperti pada inverter 1 phasa yakni untuk membentuk tegangan bolak-balik juga mengatur frekuensi keluaran inverter yaitu S1-S6. Namun pada aplikasinya saklar-saklar ini diganti dengan menggunakan enam buah transistor. Hal imi disebabkan karena saklar konversional memiliki banyak kerugian diantaranya adalah pada kecepatan perpindahan saklar. Apabila saklar berubah-ubah dengan kecepatan tidak konstan untuk setiap perubahan tegangan (dari positif ke negative), tentunya frekuensi yang dihasilkan akan tidak konstan pula. Setelah itu transistor dihidup-matikan untuk menjalankan motor.

Hubungan antara tegangan inverter (VRO, VSO, VTO) dan tegangan output (VRS, VST, VTR) dapat diturunkan sebagai berikut: VRS = VRO-VSO VST = VSO-VTO VTR = VTO-VRO Tegangan phasa (VRN, VSN, VTN) diberikan oleh tegangan netral pada kumparan stator motor akan timbul tegangan relative terhadap titik nol inverter yaitu sebesar: VNO = VRO+VSO+VTO 0 3 Gambar dibawah ini menunjukan hubungan antara tegangan inverter serta urutan penyalaan. Pulsa-pulsa penyalaan yang identik dengan tegangan inverter adalah memiliki pilsa rate = 1 dengan pengeseran phasa 120 derajat, duty cycle 50 %.

30

60

90

120 150 180 210 240 270 300 330 360

vRO vSO

T1 ON

T4 ON

T5 ON T6 ON

T2 ON

T5 ON

vTO T3 ON

T3 ON

vRS vST

T1 T5 ON T2 T4 ON T2 T6 ON T5 T3 ON T5 T3 ON T6 T1 ON

vTR

Gambar 2.7 Hubungan Tegangan Antara Phasa Inverter Dan Urutan Penyalaan

10

Sedangkan untuk tegangan per phasa inverter dapat diturunkan menjadi persamaan persamaan berikut : VRN = 1/3 VRO 1/3 VSO -1/3 VTO VSN = 2/3 VSO 1/3 VRO -1/3 VTO VTN = 2/3 VTO 1/3 VSO -1/3 VRO 2.2.3 Pengendalian Tegangan Inverter Dalam beberapa pemakain di industri, sering dikehendaki untuk mengendalikan tegangan keluaran Inverter. Terdapat beberapa teknik untuk mengendalikan tegangan keluaran Inverter seperti ditunjukan pada gambar 2.7.
TIPE SUMBER TEGANGAN

SISTEM PAM

SISTEM PWM

PERKIRAAN GELOMBANG SINUS SISTEM PWM

Gambar 2.8 Teknik Mengeluarkan Tegangan Keluaran Inverter Pada umumnya teknik yang sering dipakai adalah sistem PWM (Pulse Width Modulation), sistem kontrol yang berbeda-beda ini menghasilkan karakteristik motor yang berbeda pula (seperti getaran, suara, riak arus motor, respon torsi).

11

Pada sistem PWM, beberapa pulsa hidup-mati dihasilkan dalam satu siklus dan lamanya juga beragam untuk mengubah-ubah tegangan output. Jumlah pulsa hidup-mati yang dihasilkan dalam satu detik disebut frekuensi pembawa. Pada sistem PWM ini, getaran motor dan kebisingan motor dari komponen frekuensi sebanding dengan frekuensi pembawa yang dihasilkan. Frekuensi pembawa dari sebuah Inverter bersuara akustik lebih rendah sangat tinggi, jadi pada Inverter dengan nilai frekuensi pembawa yang besar dapat menghaluskan suara bising dari motor listrik. Akan tetapi hal tersebut dapat membuat arus bocor yang terjadi antara motor dan Inverter menjadi lebih besar, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya arus lebih. Untuk kondisi seperti ini, pemilihan penghantar kebocoran ke bumi / cara pembumian harus dilakukan dengan benar.

2.3

Spesifikasi Inverter
Pada modul latih inverter ini kami menggunakan inverter LG type SV008

iC5A-1. Inverter ini dapat menggunakan sumber tegangan 1 phasa sebesar 200230V dengan frekuensi 0 Hz sampai 60 Hz, yang kemudian diubah menjadi tegangan 3 phasa dan menghasilkan frekuensi dan tegangan yang variable dimana frekuensi keluarannya mulai 0.1 sampai dengan 400Hz. Sedangakan kapasitas dayanya ialah sebesar 0.75 kW atau 1HP. Dimensi inverter ini 70 x 128 x 130 mm dengan berat 0.77 kg dan mampu bekerja pada suhu antara -10 C sampai 500 C. Interface inverter berupa keypad arah dengan tombol enter ditengah-tengah untuk memasukan parameter inverter dan tombol RUN dan STOP serta sebuah layer yang menampilkan 7 segment dengan 4 digit untuk memonitor kerja system.

Gambar 2.9 Tampilan Inverter LG SV008 iC5A-1 12

2.4 Setting Parameter


Sebelum mengunakan inverter sebagai pengatur kecepatan motor maka hal pertama yang harus kita lakukan ialah memprogram parameter dari inverter tersebut agar bekerja sesuai dengan kita inginkan. Hal ini disebut dengan setting parameter kita dapat mengendalikan motor mulai dari motor tersebut start sampai ketika motor stop. Kita juga dapat menentukan pengaman motor dan inverter itu sendiri sehingga ketika terjadi gangguan pada motor maka inverter akan mati. Di dalam parameter inverter terdapat empat grup dimana tiap-tiap grup memiliki fungsi yang berbeda-beda. Diantaranya ialah: Drive Group, Function Group 1, Function Group 2, dan I/O group.

Gambar 2.10 Grup pada parameter inverter 2.4.1 Drive Group Dalam Drive Group berisikan parameter-paremeter dasar untuk mengoperasikan inverter. Diantaranya adalah Accel Time yang berfungsi untuk mengatur kenaikan kecepatan motor. Drive Mode untuk memilih mode pengeoperasian inverter apakah dari keypad inverter, terminal inverter atau port komunikasi RS485. Frequency Setting Methode yang berfungsi untuk memilih apakah pengaturan frekunsi keluaran inverter dengan mode digital yaitu melalui keypad atau dengan mode analog yaitu melalui terminal input analog inverter: VR, V1, dan I. ST1, ST2, ST3 untuk men-set frekuensi step1, 2 ,3 pada Multi Step Frekuensi. DRC yang berfungsi untuk membalik putaran motor tanpa harus menukar salah satu fasa.

13

2.4.1.1 Accel dan Decel Accel atau akselerasi merupakan proses kenaikan kecepatan dari frekuensi awal hingga mencapai frekuensi yang diinginkan. Sedangkan Decel atau deselerasi ialah merupakan proses penurunan kecepatan dari frekuensi yang diinginkan. Satuan kedua fungsi ini ialah detik atau second.

Gambar 2.11 Pengoperasian Accel dan Decel Apabila frekuensi maksimal di set pada F21 sebesar 60 Hz dan run frekuensi di set pada 30Hz dan Accel Decel Time di set pada 5 detik maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai frekuensi 30Hz ialah 2,5 detik. 2.4.1.2 Frequency Setting Method Di dalam inverter frekuensi keluaran dapat diatur melalui dua cara yaitu melalui metode analog dan metode digital. Pada metode digital frekuensi keluaran inverter di atur melalui tombol keypad inverter. Sedangkan pada metode analog frekuensi keluaran inverter diatur melalui terminal input analog yaitu VR, V1, dan I. kita dapat memasang potensiometer pada terminal VR, V1, dan CM untuk mengatur frekuensi inverter.

Gambar 2.12 Potensiometer external sebagai pengaturan V/F

14

Pada aplikasinya terminal input analog ini dapat digunakan untuk menerima sinyal dari sensor berupa 0 sampai 20mA untuk terminal input 1 atau -10 sampai +10V DC untuk terminal input V1. 2.4.1.3 Drive Mode dan Forward Reverse Mode Pada fungsi Drive Mode kita dapat mengeoperasikan inverter dari berbagai mode diantaranya ialah: keypad inverter, dari terminal P1/P2 inverter atau dari terminal port RS485. Jika kita memilih mode keypad maka pengoperasian inverter akan dilakukan dengan menekan tombol Run/Stop. Untuk menggantikan putaran motor menjadi reverse maka pada fungsi drC di set Menjadi r (reverse). Jika memilih mode pengoperasian via terminal Fx/Rx maka inverter akan run apabila terminal Fx/Rx di-On kan. Untuk menggantikan arah putaran motor dari forward menjadi reverse maka terminal P2 harus kita ON-kan dimana sebelumnya I20 di set ke 0 (forward) dan I21 di set ke 1 (reverse).

Gambar 2.13 Pengoperasian Forward Reverse Pada karakteristik di atas dapat kita lihat bahwa motor akan ON dalam putaran forward ketika Fx On ketika Rx On maka motor akan mengalami deselerasi dan berputar kearah berlawanan. Motor akan OFF apabila Fx dan Rx secara bersamaan.

15

2.4.1.4 Monitoring Function Pada Drive mode kita dapat melakukan monitoring seperti frekuensi keluaran inverter pada frequency command (0.00), arus output inverter pada Cur, ataupun gangguan yang sedang terjadi pada nOn serta tegangan output, daya output, dan torsi pada vOL. Inverter juga dapat menampilkan gangguan apabila terjadi kesalahan atau trouble ketika inverter sedang dioperasikan. Berikut ini merupakan table penunjukan adanya kondisi gangguan pada pengoperasian inverter: Table 2.1 jenis gangguan Jenis Gangguan Overcurrent Ground fault current Inverter overload Overload trip Inverter overheat Output phase loss Over voltage Low voltage Electronic thermal Input phase loss Self-diagnostic malfunction Ketika gangguan-gangguan tersebut Display Oct GFt IOL OLt OHt Pot Out Lut EtH COL FLtL terjadi maka inverter akan

menampilkan pada drive group nOn. Ketika kondisi gangguan terjadi dan di reset dengan tombol STOP/RESET atau via terminal multifunction input, informasi atau history mengenai gangguan tersebut akan tersimpan pada H1, sedangkan apabila sebelumnya juga terjadi gangguan akan tersimpan di H2. Inverter dapat menyimpan history gangguan sampai 5 yaitu pada parameter H1-H5. Oleh karena itu apabila terjadi gangguan maka gangguan yang baru saja terjadi akan tersimpan di H1.

16

Selain dapat memantau apabila terjadi gangguan kita inverter juga dapat digunakan untuk memonitor tegangan output, daya output, dan torsi pada group drive vOL. Untuk melihat daya output set parameter H73 ke 1 atau ke 2 untuk melihat torsi. 2.4.2 Function Group 1 (Base Function Group) Pada Function Group atau Base Function Group terdapat parameterparameter fungsi dasar yang mengatur frekuensi dan tegangan output dari inverter. Di dalam Function Group 1 terdapat 60 fungsi yaitu dari F1~F60. Seperti fungsi Muti-Speed frequency, Jog Operation, V/F Control, Multi Accel Decel Time, Frekuency Limit, dan lain-lain. Namun pada buku ini tidak akan dibahas fungsi-fungsi pada Function Group 1 tersebut secara menyeluruh karena parameter-parameter yang akan dibahas ialah hanya sebatas yang digunakan pada modul latih inverter ini. Berikut merupakan beberapa fungsi dasar parameter yang akan kami gunakan pada Function Group 1: 2.4.2.1 Multi-Step Frequency Multi-Step Frequency atau yang biasa juga disebut dengan pengoperasian Multispeed. Pada mode ini variasi pengaturan kecepatan yang dilakukan sebanyak 8 step speed hingga motor berputar dengan putaran nominal. Pada mode ini, jika yang ingin dipakai kontak Multifunction input pada inverter harus diaktifkan terlebih dahulu dengan melakukan setting parameter sebagai Multi-Step Frekuency Low-Medium-High, serta memasukkan nilai frekuensi tiap step. Jika kontak Multifunction yang ingin dipakai adalah P3-P5 maka pada I22-I24 kita set ke 5-7 (Multi-Step Frekuency Low-Medium-High). Lalu untuk memasukan nilai frekuensi tiap step speed di set pada drive group S1, S2, S3 untuk step frekuensi kecepatan 1-3 dan untuk step frekuensi kecepatan 4-7 di set pada I/O Group 130133.

17

Gambar 2.14 Pengoperasian Multi-Step Frequency

Table 2.2 pengeoperasian Multi-Step Frequency

18

2.4.2.2 Jog Operation Operasi jog merupakan fungsi untuk menaikkan atau menurunkan frekuensi ketika motor sedang dioperasikan. Dari gambar dibawah dapat dilihat bahwa jika fungsi jog ingin dioperasikan melalui terminal Multifunction P3 maka Grup I/O 122 di set ke 4 (jog operation command). Sedangkan untuk mengatur frekuensi jog di set pada F20. Besarnya frekuensi jog antara frekuensi maksimal (F21) dan frekuensi awal (F22).

Gambar 2.15 Kontak yang digunakan pada pengoperasian jog

Gambar 2.16 Pengoperasian jogging 2.4.2.3 V/F Control Pada fungsi parameter ini pengoperasian inverter disesuaikan dengan tipe karakteristik beban motor. V/F Control mempunyai 3 mode operasi, yaitu: linear, square, dan user V/F pattern. Untuk men-set pada tipe linear maka F30 di set ke 0 (linear). Tipe linear ini digunakan untuk mendapatkan karakteristik torsi konstan. Jika inginkan tipe square maka F30 diset ke 1. Contoh pengaplikasian tipe square ini pada beban-beban seperti kipas, pompa, dan lain-lain. Untuk menggunakan user V/F maka F30 di set ke 2. User V/F digunakan pada motor khusus untuk mengetahui karakteristik beban. Namun sebelumnya terlebih dahulu memberikan 19

setting pada F31 sampai dengan F38, untuk mendapatkan karakteristik tersebut dengan nilai V dan F yang bervariasi.

Gambar 2.17 Linear V/F Patern Operation

Gambar 2.18 Square V/F Patern Operation

Gambar 2.19 Operasi User V/F Patern

2.4.2.4 Multi Accel dan Decel Time 20

Berbeda dengan Multi-Step Frequency atau Multispeed, maka Multi Accel Decel frekuensi yang digunakan tetap, namun waktu akselarasi maupun deselarasinya dapat berbeda-beda tergantung kontak yang sedang aktif. Seperti halnya Multi-Step Frequency, pada Multi Accel Decel jika yang ingin dipakai kontak Multifunction input pada inverter harus diaktifkan terlebih dahulu dengan melakukan setting parameter sebagai Multi Aceel Decel Low-Medium-High, serta memasukkan nilai tiap Accel Time dan Decel Time. Jika kontak Multifunction yang ingin dipakai adalah P3-P5 maka pada I22-I24 kita set ke 8-10 (Multi-Step Frequency Low-Medium-High, Multi Aceel Decel Low-Medium-High). Lalu untuk memasukkan nilai waktu pada Accel Time dan Decel Time di set pada grup I/O yaitu 134-147. pada pengoperasian Multi Accel Decel nilai Accel dan Decel pada Drive grup di set ke 0.

Gambar 2.20 Multi Accel Decel Time

Table 2.3 Pengoperasian Multi Accel Decel Time

21

2.4.2.5 Frequency Limit Untuk mengamankan motor ketika sedang dioperasikan maka kita juga harus memasukkan data spesifikasi motor pada parameter setting, contohnya frekuensi nominal motor tersebut. Apabila motor dioperasikan dengan frekuensi yang berbeda dengan frekuensi nominal motor tersebut dalam waktu yang lama maka akan menyebabkan motor itu panas bahkan dapat terbakar. Pada fungsi frekuensi limit ini membatasi frekuensi output inverter ke motor sehingga motor dapat aman. Untuk menentukan frekuensi limit ini di set pada fungsi F25(Max Frequency) dan juga F22 (Base Frequency). Kita juga dapat mengaktifkan F24 (Frequency High/Low Limit) agar F25 (Frequency High Limit) dan F26 (Frequency Low Limit) aktif dan dapat di set.

Gambar 2.21 Pengeoperasian batas frekuensi

22

2.4.3 Function Group 2 (Advanced Function Group) Pada function group 2 berisikan fungsi-fungsi yang merupakan keunggulan dari inverter itu sendiri. Fungsi-fungsi tersebut antara lain seperti Auto-tuning, sensorless vector control, 2nd motor operation yang memungkinkan inverter untuk mengopersikan 2 motor, DC brake yang berfungsi untuk menghentikan motor dengan memberikan tegangan DC. Slip Compensation yaitu fungsi untuk memungkinkan motor untuk beroperasikan dengan kecepatan yang konstan dengan cara mengkompensasi slip yang terjadi pada motor induksi. Inverter juga dapat mengamankan parameter yang telah di setting agak tak dapat di ubah-ubah dengan memberikan password ataupun mereset semua settingan parameter menjadi default atau settingan pabrik dengan parameter initialize dan parameter lock. 2.4.3.1 Slip Compensation Slip compensation merupakan suatu fungsi yang memungkinkan motor untuk beroperasi dengan kecepatan yang kostan dengan cara mengkompensasi slip yang terjadi pada motor induksi. Dibawah ini merupakan rumus untuk menentukan slip frekuensi yang akan di set pada H32 (Rated slip frequency).

Dimana,

fs fr P

= slip frekuensi = frekuensi = jumlah pole motor

rpm = kecepatan

23

Gambar 2.22 Kompensasi Slip Pada gambar dapat dilihat bahwa semakin besar beban motor maka akan semakin besar gap antara kecepatan sinkrun dan kecepatan motor ketika sedang dioperasikan. Slip compensation berfungsi untuk mengkompensasi slip tersebut. 2.4.3.2 Spesifikasi Motor Parameter setting ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada inverter mengenai spesifikasi motor yang akan dijalankan. H30 (motor type poles) adalah berapa KW daya pada motor, H31 (number of motor poles) adalah jumlah kutub pada motor, H32 (rated slip frequency) adalah slip frekuensi pada motor, H34 (no load motor current) adalah arus motor tanpa beban. H36 (motor efficiency) adalah effisiensi motor pada name plate. 2.4.3.3 Parameter Initialize / Lock Parameter Lock merupakan suatu fungsi untuk mengamankan parameter yang telah di setting dengan cara memberikan password pada H94. Sedangkan untuk meng-unlock fungsi tersebut dapat kita memasukkan password yang telah di register pada H95. Parameter initialize berfungsi untuk mengembalikan semua settingan parameter ke settingan pabrik atau setingan awal (default) baik itu hanya pada settingan drive grup-nya saja, function grup2-nya saja, atau hanya I/O grupnya saja. Fungsi ini di set pada H93.

24

2.4.4 I/O (Input Output) Group I/O group atau input grup output merupakan grup terakhir dari parameter setting inverter yang mengatur fungsi terutama pada bagian terminal input, yaitu multifungsi input terminal maupun analog input VR, V1, I dan terminal output yaitu multifungsi output terminal dan relay serta analog output 24V. 2.4.4.1 Multi Function Input Terminal Multi function input terminal merupakan terminal-terminal input dari inverter yang terdiri dari P1 sampai dengan P5. Kelima terminal ini dapat di fungsikan untuk berbagai keperluan, seperti: forward command, jog command, dll. Pengaturan parameter untuk terminal multifungsi ini terdapat pada grup I/O I20 sampai I24. Selain memiliki terminal input multifungsi inverter juga memiliki terminal input analog yaitu VR, V1, dan I. Berikut ini merupakan fungsi-fungsi dari kelima terminal multifungsi inverter:

25

Table 2.4 Deskripsi fungsi multifungsi input terminal

26

2.4.4.2 Multi Function Output Terminal Selain mempunyai multifungsi input terminal, inverter juga mempunyai multifungsi output terminal dan multifungsi relay. Untuk multifungsi output terminal keluarannya adalah terminal MO dan MG sedangkan untuk multifungsi relay keluarannya adalah terminal 3A sebagai kontak A, 3B untuk kontak B, dan untuk 3C untuk common kedua kontak tersebut. Sama halnya seperti pada multifungsi input terminal P1-P5, pada multifungsi output dan multifungsi relay terminal juga dapat di fungsikan untuk berbagai fungsi dan keperluan tergantung pada settingan parameter yang dilakukan. Setting parameter untuk multifungsi output dan relay ini terdapat pada grup I/O yaitu I54 dan I55. Berikut ini merupakan deskripsi fungsi dari settingan parameter untuk multifungsi output dan relay:

27

Table 2.5 Deskripsi Multifungsi Output dan Relay Terminal

28

2.4.5 Protective Function


2.4.5.1 Electronic Thermal Electronic Thermal merupakan salah satu fungsi perlindungan inverter terhadap pencegahan beban lebih (relay suhu elektronik) dimana inverter akan mengamankan ketika arus melebihi 100% dari arus normal. Dalam hal ini inverter melindungi dari panas berlebihan pada rangkaian transistor utama yang menyebabkan beban lebih pada output. Untuk mengaktifkan Electronic Thermal ini maka parameter F50 di set ke 1, lalu set nilai F51 yaitu nilai arus (dalam %) yang dapat mengalirkan ke motor dalam waktu 1 menit. Sedangkan F52 dapat dikatakan nilai arus nominal (dalam %). Nilai F52 ini tidak dapat lebih besar daripada nilai F51.

Gambar 2.23 Proses kerja elecetronic thermal trip

29

2.4.5.2 Overload Warning And Trip Overload warning merupakan fungsi untuk memberikan peringatan kepada inverter apabila terjadi gangguan Overload yang mencapai nilai setting pada F54 (Overload warning level), dengan waktu sebesar F55 (overload warning time). Dalam hal ini F54 di set sebesar 150% dan F55 di set sebesar 10 detik. Set I54 ke 5 untuk mengaktifkan kontak multifungsi output (MO) atau I55 ke 5 apabila yang ingin digunakan adalah kontak multifungsi relay 3ABC

Gambar 2.24 Pengaturan fungsi overload warning Sedangkan overload trip adalah rangkaian pengamanan yang dilakukan inverter apabila ketika beroperasi arus pada inverter melebihi kira-kira 200% dari arus nominal disebabkan beban yang berlebihan selama percepatan atau penurunan kecepatan. Untuk mengaktifkan overload trip set F56 ke 1. lalu tentukan berapa besar overload trip level pada F57 dan set F58 (overload trip time) pada 60 detik. Dalam hal ini F57 di set pada 180%. Jadi inverter akan mematikan keluarannya apabila ada arus berlebihan mengalir ke motor sebesar 180% dari arus nominal motor selama 60 detik.

30

2.5

Dasar Pengawatan Inverter LG iC5A-1

Gambar 2.25 Pengawatan Inverter LG iC5A

31

2.5.1 Hal-hal Penting Dalam Pengawatan Inverter LG iC5A-1 Dalam menginstalisasi atau pengawatan ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya: Jangan pernah memberikan tegangan masukan lebih besar dari spesifikasi tegangan input. Jangan menghubungkan singkatan P dan P1 karena hal itu dapat menyebabkan kerusakan pada inverter. Hubungkanlah tegangan input pada terminal L1, L2 dan U, V, W ke motor karena apabila dilakukan sebaliknya maka dapat menyebabkan kerusakan pada inverter. Perhatikan baik-baik spek motor pada nameplate dan berikan parameter setting yang tepat agar sesuai spesifikasi motor yang digunakan. 2.6 Spesifikasi Inverter LG iC5A-1

32

Gambar 2.26 Spesifikasi I/O terminal blok 2.7 Rangkaian NPN dan PNP pada Inverter LG iC5A-1

Gambar 2.27 NPN pada terminal P24

Gambar 2.28 PNP dalam Inverter

33

Anda mungkin juga menyukai