Anda di halaman 1dari 14

SURAT KEPUTUSAN DEWAN PIMPINAN PUSAT PARTAI BULAN BINTANG NO : SKR.

PP/627/2011 Tentang PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKNIS) PEREKRUTAN, PENYUSUNAN, PENETAPAN CALON DAN ANGGOTA LEGISLATIF PARTAI BULAN BINTANG Bismillahirrahmanirrahim Menimbang : a. Bahwa untuk kelancaran pelaksanaan perekrutan, penyusunan, penetapan calon dan anggota legislatif Partai Bulan Bintang untuk menghadapi Pemilihan Umum 2014, perlu segera disusun Petunjuk Teknis (Juknis). b. Bahwa untuk itu, perlu di keluarkan Surat Keputusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Bulan Bintang guna penetapan dan pengesahannya. Mengingat : 1. Anggaran Dasar Partai Bulan Bintang, Pasal 1, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8 ayat 1 (b); 2. Anggaran Rumah Tangga Partai Bulan Bintang Hasil Muktamar III,Tahun 2010, Pasal 1 ayat (2), Pasal 2 ayat (2), Pasal 3 ayat (2), Pasal 20, dan 36 ayat (2); 3. Tafsir Asas Partai Bulan Bintang; 4. Khittah Perjuangan Partai Bulan Bintang; 5. Pedoman Organisasi Partai Bulan Bintang.

Memperhatikan : Hasil Rapat Harian Dewan Pimpinan Pusat Partai Bulan Bintang, Tanggal 20 Desember 2011.

Dengan bertawakal kepada Allah subhaanahu wataala MEMUTUSKAN Menetapakan : PETUNJUK TEKNIS PEREKRUTAN, PENYUSUNAN, PENETAPAN CALON DAN ANGGOTA LEGISLATIF PARTAI BULAN BINTANG Pasal 1 Perekrutan (1) Tahapan Perekrutan Calon Anggota Legislatif terdiri dari : a. Tahap pertama adalah pengajuan dan penetapan namanama oleh Dewan Pimpinan Partai menurut tingkatannya, untuk ditetapkan sebagai yang berhak mengambil formulir pendaftaran sebagai Balon; Tahap kedua adalah penilaian awal oleh Pokja Penjaringan Calon Anggota Legislatif KAPPU menurut tingkatannya terhadap para pendaftar berdasarkan formulir pendaftaran yang telah diisi yang bersangkutan, untuk selanjutnya dibuatkan Daftar Nama Balon yang disusun secara alpabetis dengan menyertakan hasil penilaian dari yang bersangkutan; Tahap ketiga adalah penetapan hasil penilaian oleh Peserta Rapat Harian Khusus KAPPU ( sesuai dengan Juklak ) menurut tingkatannya terhadap Balon dengan merujuk pada Daftar Nama Balon untuk selanjutnya oleh Pokja Penjaringan Calon Anggota Legislatif KAPPU dibuatkan Daftar Nama Calon sementara yang disusun menurut nilai yang diperoleh setiap Balon dengan nomor urut 1 (satu) dimulai dari nilai yang tertinggi dan seterusnya ke bawah; Tahap keempat adalah penetapan Daftar Nama Calon Tetap yang hendak diajukan sebagai Calon dari partai kepada KPU sesuai tingkatannya.

b.

c.

d.

(2) Dalam hal pelaksanaan ketentuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a, KAPPU Wilayah/KAPPU Cabang wajib

mengundang Pembina Daerah Pemilihan Pusat yang bersangkutan.

Pasal 2 Persyaratan (1) Setiap Balon harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan Partai; (2) Setiap Anggota DPR RI/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota dari PBB periode 2009 2014, dan Fungsionaris Partai yang bermaksud menjadi Balon harus melunasi kewajibannya sesuai yang ditetapkan Partai. Pasal 3 Tata Cara Pengajuan Balon Anggota Legislatif (1) Tata cara pengajuan Balon Anggota DPR RI : a. KAPPU Pusat mengajukan nama-nama baik dari internal maupun eksternal Partai yang memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai Balon yang berhak mengambil formulir pendaftaran, dilakukan dan disahkan dalam Rapat Harian DPP; b. DPW berdasarkan hasil Rapat Harian yang dihadiri Pembina Daerah Pemilihan Pusat dapat mengusulkan namanama baik dari internal maupun eksternal Partai yang memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai Balon yang berhak mengambil formulir pendaftaran kepada KAPPU Pusat; c. DPC berdasarkan hasil Rapat Harian yang dihadiri Pembina Daerah Pemilihan Pusat dapat mengusulkan melalui dan dengan rekomendasi DPW atau Pembina Daerah Pemilihan Pusat, nama-nama baik dari internal maupun eksternal Partai yang memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai Balon yang berhak mengambil formulir pendaftaran kepada KAPPU Pusat; d. Balon yang berasal dari partai yang beraliansi dengan PBB menggunakan mekanisme partai tersebut;

(2) Tata cara pengajuan Balon Anggota DPRD Provinsi : a. KAPPU Wilayah mengajukan nama-nama baik dari internal maupun eksternal Partai yang memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai Balon yang berhak mengambil formulir pendaftaran, dilakukan dan disahkan dalam Rapat Harian DPW;

b. DPP berdasarkan hasil Rapat Harian dapat mengusulkan nama-nama baik dari internal maupun eksternal Partai yang memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai Balon yang berhak mengambil formulir pendaftaran kepada KAPPU Wilayah; c. DPC berdasarkan hasil Rapat Harian yang dihadiri Pembina Daerah Pemilihan Pusat/Wilayah dapat mengusulkan nama-nama baik dari internal maupun eksternal Partai yang memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai Balon yang berhak mengambil formulir pendaftaran kepada KAPPU Wilayah; d. DPAC berdasarkan hasil Rapat Harian yang dihadiri Pembina Daerah Pemilihan Cabang dapat mengusulkan melalui dan dengan rekomendasi DPC atau Pembina Daerah Pemilihan Pusat/Wilayah, nama-nama baik dari internal maupun eksternal Partai yang memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai Balon yang berhak mengambil formulir pendaftaran kepada KAPPU Wilayah; e. Balon yang berasal dari partai yang beraliansi dengan PBB menggunakan mekanisme partai tersebut; (3) Tata cara pengajuan Balon Anggota DPRD Kabupaten/Kota : a. KAPPU Cabang mengajukan nama-nama baik dari internal maupun eksternal Partai yang memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai Balon yang berhak mengambil formulir pendaftaran, dilakukan dan disahkan dalam Rapat Harian DPC; b. DPP berdasarkan hasil Rapat Harian dapat mengusulkan nama-nama baik dari internal maupun eksternal Partai yang memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai Balon yang

berhak mengambil Cabang;

formulir

pendaftaran

kepada

KAPPU

c. DPW berdasarkan hasil Rapat Harian yang dihadiri Pembina Daerah Pemilihan Pusat/Wilayah dapat mengusulkan nama-nama baik dari internal maupun eksternal Partai yang memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai Balon yang berhak mengambil formulir pendaftaran kepada KAPPU Cabang; d. DPAC berdasarkan hasil Rapat Harian yang dihadiri Pembina Daerah Pemilihan Wilayah/Cabang dapat mengusulkan nama-nama baik dari internal maupun eksternal Partai yang memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai Balon yang berhak mengambil formulir pendaftaran kepada KAPPU Cabang; e. DPRT berdasarkan hasil Rapat Harian dapat mengusulkan melalui dan dengan rekomendasi DPAC atau Pembina Daerah Pemilihan Wilayah/Cabang, nama-nama baik dari internal maupun eksternal Partai yang memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai Balon yang berhak mengambil formulir pendaftaran kepada KAPPU Cabang; f. Balon yang berasal dari partai yang beraliansi dengan PBB menggunakan mekanisme partai tersebut; (4) Dalam hal penetapan nama-nama menurut ketentuan pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), diumumkan secara terbuka dan disampaikan kepada Pimpinan Partai yang mengusulkannya sebagai tembusan. Pasal 4 Pendaftaran Bagi Anggota DPR RI/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota hasil Pemilu tahun 2004 dari PBB yang bermaksud menjadi Balon namun memiliki tunggakan infaq kepada partai, dapat mengambil formulir pendaftaran setelah melunasi kewajiban infaqnya kepada partai dengan menyerahkan bukti pembayaran asli. (2) Balon mengambil Formulir Pendaftaran beserta lampirannya yang terdiri dari : formulir, surat pernyataan, dan surat perjanjian di Sekretariat DPP/KAPPU Pusat, DPW/KAPPU Wilayah, DPC/KAPPU Cabang, dengan menunjukan KTA asli atau surat pernyataan kesediaan menjadi anggota partai. (1)

a. asli atau surat pernyataan kesediaan menjadi anggota Partai . Pasal 5 Pengembalian Formulir Pendaftaran Dalam hal Balon menyerahkan Formulir Pendaftaran di Sekretariat KAPPU sesuai tingkatannya wajib menyerahkan lampiran : a. Foto copy KTA yang telah dilegalisasi oleh Dewan Pimpinan Partai pada masing-masing tingkatan; b. Foto copy KTP yang dilegalisasi; c. Foto copy bukti ijasah terakhir yang telah dilegalisasi; d. Surat pernyataan dan surat perjanjian; e. Menyerahkan bukti perekrutan saksi yang dibuktikan dengan foto kopi KTP atau kartu identitas lainnya yang jelas dari setiap daerah pemilihan dengan ketentuan : e.1. untuk Balon Anggota Legislatif DPR RI minimal 500 orang anggota; e.2. untuk Balon Anggota Legislatif DPRD Provinsi minimal 250 orang anggota; e.3. untuk Balon Anggota Legislatif DPRD Kabupaten/Kota minimal 100 orang anggota; f. Dalam hal calon dari partai yang beraliansidengan PBB menggunakan ketentuan partai tersebut

Pasal 6 Penilaian dan Penyusunan Balon (1) Penilaian terhadap Balon dilakukan dengan merujuk Formulir Pendaftaran yang telah diisi oleh yang bersangkutan berdasarkan standar penilaian yang disebut PBB (Prestasi, Bobot dan Bersih) yang tercantum pada Lampiran Juknis. (2) Penilaian awal terhadap Balon dilakukan oleh : a. Bidang Penjaringan Calon Anggota Legislatif KAPPU Pusat untuk Balon DPR RI; b. Bidang Penjaringan Calon Anggota Legislatif KAPPU Wilayah untuk Balon DPRD Provinsi; c. Bidang Penjaringan Calon Anggota Legislatif KAPPU Cabang untuk Balon DPRD Kabupaten/Kota. (3) Penyusunan Daftar Nama Balon (DNB) dibuat oleh KAPPU Pusat untuk Balon DPR RI, oleh Bidang Penjaringan Calon Anggota Legislatif KAPPU Wilayah untuk Balon DPRD Provinsi, oleh KAPPU Cabang untuk Balon DPRD Kabupaten/Kota yang dibuat secara alphabetis dengan mencantumkan penilaian awal yang sudah dibuat kedalam format penyusunan yang tercantum pada lampiran 4 (empat) Juknis.

(4) DNB yang telah dibuat oleh Bidang Penjaringan Calon Anggota Legislatif KAPPU sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dibuat dalam beberapa rangkap sesuai keperluan : a. Untuk DNB DPR RI, satu diserahkan kepada Ketua KAPPU Pusat, satu diserahkan kepada DPP, satu diserahkan kepada DPW dan atau DPC yang menjadi Daerah Pemilihan Balon yang bersangkutan. b. Untuk DNB DPRD Provinsi, satu diserahkan kepada Ketua KAPPU Wilayah, satu diserahkan kepada DPW, satu diserahkan kepada DPP, dan DPC yang menjadi Daerah Pemilihan Balon yang bersangkutan. c. Untuk DNB DPRD Kabupaten/Kota, satu diserahkan kepada Ketua KAPPU Cabang, satu diserahkan kepada DPC, satu diserahkan kepada DPP, satu diserahkan kepada DPW, dan DPAC yang menjadi Daerah Pemilihan Balon yang bersangkutan. Pasal 7 Tugas Pembina Daerah Pemilihan (1) (2) Dalam hal pelaksanaan Rapat Harian Khusus KAPPU Wilayah, wajib mengundang Pembina Daerah Pemilihan Pusat.

Dalam hal pelaksanaan Rapat Harian Khusus KAPPU Cabang, wajib mengundang Pembina Daerah Pemilihan Pusat dan Pembina Daerah Pemilihan Wilayah. (3) Pembina Daerah Pemilihan menurut ketentuan pada ayat (1) dan (2) mempunyai kewajiban mengawasi dan membantu untuk terpenuhinya kuota 120 % penyusunan Calon Anggota Legislatif pada daerah pemilihannya masing-masing. (4) Pembina dapil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya mempunyai hak bicara. Pasal 8 Tata Cara Teknis Rapat Harian Khusus KAPPU (1) (2) Rapat Harian Khusus KAPPU dipimpin oleh Ketua KAPPU atau salah seorang Pimpinan Harian KAPPU sesuai tingkatannya. Setelah Rapat Harian Khusus KAPPU dibuka oleh pimpinan rapat, dilanjutkan dengan pengucapan ikrar baiat oleh seluruh peserta Rapat Harian Khusus KAPPU yang dipimpin oleh Pimpinan Rapat sebagaimana lafal baiat yang tercantum pada Lampiran 6 (enam) Juknis. Setelah pengucapan ikrar baiat, Pimpinan Rapat Harian Khusus KAPPU memberikan penjelasan tentang maksud diadakannya Rapat, dan kemudian dilanjutkan dengan menyerahkan Standar Penilaian seperti tercantum pada

(3)

Lampiran 4 (empat) Juknis dan DNB yang telah disusun Bidang Penjaringan Calon Anggota Legislatif KAPPU. Pasal 9 Tata cara Teknis Penilaian Terhadap Balon Dalam Rapat Harian Khusus KAPPU (1) Peserta Rapat melakukan verifikasi terhadap hasil penilaian awal yang didapat Balon dalam DNB yang telah dilakukan oleh Bidang Penjaringan Calon Anggota Legislatif KAPPU, berdasarkan Standar Penilaian sebagaimana tercantum pada Lampiran 4 (empat) Juknis. Peserta Rapat sesudah melakukan apa yang dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, kemudian menetapkan nilai akhir yang didapat Balon, dan nilai yang didapat oleh setiap Balon ditetapkan secara berurutan dimulai dari yang tertinggi dan seterusnya ke bawah dalam Daftar Nama Calon Sementara (DNCS) untuk Daerah Pemilihan setempat. Dalam hal dapil dialokasikan untuk partai yang beraliansi dengan PBB, penilaian diserahkan kepada parpol tersebut;

(2)

(3)

Pasal 10 Tata Cara Teknis Penyusunan Daftar Nama Calon Sementara (1) Berita Acara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) Juknis beserta lampiran-lampirannya diserahkan kepada Bidang Penjaringan Calon Anggota Legislatif KAPPU untuk disusun Daftar Nama Calon Sementara seperti tercantum pada Lampiran 8 (delapan) dengan cara : a. Untuk Balon yang memperoleh nilai tertinggi yang kesatu, ditetapkan sebagai Calon Sementara pada nomor urut 1 (satu);

b. Untuk Balon yang memperoleh nilai tertinggi yang kedua, ditetapkan sebagai Calon Sementara pada nomor urut 2 (dua); dan begitu selanjutnya dengan cara yang sama untuk Calon Sementara pada nomor 3 (tiga) dan seterusnya. (2) Daftar Nama Calon Sementara yang telah disusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam beberapa rangkap : a. Untuk Daftar Nama Calon Sementara DPR RI, satu diserahkan kepada Ketua KAPPU Pusat untuk diteruskan kepada DPP, satu diserahkan kepada Ketua Umum DPP, satu diserahkan kepada DPW dan atau DPC yang menjadi Daerah Pemilihan Calon yang bersangkutan, dan satu untuk pertinggal. b. Untuk Daftar Nama Calon Sementara DPRD Provinsi, satu diserahkan kepada Ketua KAPPU Wilayah untuk diteruskan kepada DPW, satu diserahkan kepada Ketua DPW, satu diserahkan kepada DPP, satu diserahkan kepada DPC yang menjadi Daerah Pemilihan Calon yang bersangkutan, dan satu untuk pertinggal. c. Untuk Daftar Nama Calon Sementara DPRD Kabupaten/Kota, satu diserahkan kepada Ketua KAPPU Cabang untuk diteruskan kepada DPC, satu diserahkan kepada Ketua DPC, satu diserahkan kepada DPP, satu diserahkan kepada DPW, satu diserahkan kepada DPAC yang menjadi Daerah Pemilihan Calon yang bersangkutan, dan satu untuk pertinggal. Pasal 11 Tata Cara Teknis Pengesahan Daftar Nama Calon Tetap DPR RI (1) Pengesahan DNCT DPR RI yang hendak diajukan kepada KPU dilakukan dalam Rapat Harian DPP dengan merujuk pada DNCS DPR RI yang telah disusun oleh KAPPU Pusat. Apabila jumlah Daerah Pemilihan untuk anggota DPR RI pada suatu Provinsi sebanyak 4 (empat) atau lebih, maka setiap kelipatan 4 (empat) Daerah Pemilihan, minimal satu Daerah Pemilihan ditempatkan nomor urut satu sebagai Calon dari Perempuan. Ketua Umum memiliki hak mengajukan usulan untuk merubah nomor urut dan/atau daerah pemilihan dari Calon yang tercantum dalam DNCS

(2)

(3)

(4)

Dalam hal terdapat usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka DPP melakukan Hak Koreksi yang di lakukan dan di tetapkan dalam Rapat Harian DPP. Hak Koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) untuk merubah nomor urut dari Calon yang tercantum dalam DNCS dilakukanoleh DPP satu kali satu nama pada suatu daerah pemilihan untuk ditetapkan menjadi DNCT Hak Koreksi sebagaimana pada ayat (4) untuk merubah daerah pemilihan dari Calon yang tercantum dalam DNCS dilakukan oleh DPP satu kali dan satu nama pada suatu daeran pemilihan untuk ditetapkan menjadi DNCT. Pada satu daerah pemilihan yang ada perubahan nomor urut Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (5), tidak boleh dilakukan Hak Koreksi lagi terhadap Calon lainya baik yang menyangkut nomor urut maupun pemindahan daerah pemilihan. Pada satu daerah pemilihan yang ada pemindahan daerah pemilihan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tidak boleh dilakukan Hak Koreksi lagi terhadap Calon lainya yang menyangkut nomor urut atau pemindahan daerah pemilihan, dan suatu daerah pemilihan yang menjadi tujuan dari pemindahan daerah pemilihan Calon tidak boleh dilakukan Hak Koreksi. Pasal 12 Tata Cara Teknis Penyusunan Daftar Nama Calon Tetap DPRD Provinsi

(5)

(6)

(7)

(8)

(1)

Penyusunan DNCT DPRD Provinsi yang hendak diajukan kepada KPU Provinsi dilakukan dan ditetapkan dalam Rapat Harian DPW dengan merujuk pada DNCS DPRD Provinsi yang telah disusun oleh KAPPU Wilayah. Apabila jumlah Daerah Pemilihan untuk anggota DPRD Provinsi pada suatu Provinsi sebanyak 4 (empat) atau lebih, maka setiap kelipatan 4 (empat) Daerah Pemilihan, minimal satu Daerah Pemilihan ditempatkan nomor urut satu sebagai Calon dari Perempuan. Ketua DPW memiliki hak mengajukan usulan untuk merubah nomor urut dan/atau daerah pemilihan dari Calon yang tercantum dalam DNCS.

(2)

(3)

(4) Dalam hal terdapat usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka DPW melakukan Hak Koreksi yang dilakukan dan ditetapkan dalam Rapat Harian DPW.

(5) Hak Koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) untuk merubah nomor urut dari Calon yang tercantum dalam DNCS dilakukan oleh DPW satu kali dan satu nama pada suatu daerah pemilihan untuk ditetapkan menjadi DNCT. (6) Hak Koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) untuk merubah daerah pemilihan dari Calon yang tercantum dalam DNCS dilakukan oleh DPW satu kali dan satu nama pada suatu daerah pemilihan untuk ditetapkan menjadi DNCT. (7) Pada satu daerah pemilihan yang ada perubahan nomor urut Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (5), tidak boleh dilakukan Hak Koreksi lagi terhadap Calon lainnya baik yang menyangkut nomor urut maupun pemindahan daerah pemilihan. (8) Pada satu daerah pemilihan yang ada pemindahan daerah pemilihan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tidak boleh dilakukan Hak Koreksi lagi terhadap Calon lainnya yang menyangkut nomor urut atau pemindahan daerah pemilihan, dan suatu daerah pemilihan yang menjadi tujuan dari pemindahan daerah pemilihan Calon tidak boleh dilakukan Hak Koreksi. (9) Dalam hal dapil dialokasikan untuk partai yang beraliansi dengan PBB, penilaian diserahkan kepada parpol tersebut Pasal 143 Tata Cara Teknis Penyusunan Daftar Nama Calon Tetap DPRD Kabupaten/Kota (1) Penyusunan Daftar Nama Calon Tetap DPRD Kabupaten/Kota yang hendak diajukan kepada KPU Kabupaten/Kota dilakukan dan ditetapkan dalam Rapat Harian DPC dengan merujuk pada Daftar Nama Calon Sementara DPRD Kabupaten/Kota yang telah disusun oleh KAPPU Cabang. (2) Apabila jumlah Daerah Pemilihan untuk anggota DPRD Kabupaten/Kota pada suatu Kabupaten/Kota sebanyak 4 (empat) atau lebih, maka setiap kelipatan 4 (empat) Daerah Pemilihan, minimal satu Daerah Pemilihan ditempatkan nomor urut satu sebagai Calon dari Perempuan. (3) Ketua DPC memiliki hak mengajukan usulan untuk merubah nomor urut dan/atau daerah pemilihan dari Calon yang tercantum dalam DNCS. (4) Dalam hal terdapat usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka DPC melakukan Hak Koreksi yang dilakukan dan ditetapkan dalam Rapat Harian DPC.

(5) Hak Koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) untuk merubah nomor urut dari Calon yang tercantum dalam DNCS dilakukan oleh DPC satu kali dan satu nama pada suatu daerah pemilihan untuk ditetapkan menjadi DNCT. (6) Hak Koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) untuk merubah daerah pemilihan dari Calon yang tercantum dalam DNCS dilakukan oleh DPC satu kali dan satu nama pada suatu daerah pemilihan untuk ditetapkan menjadi DNCT. (7) Pada satu daerah pemilihan yang ada perubahan nomor urut Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (5), tidak boleh dilakukan Hak Koreksi lagi terhadap Calon lainnya baik yang menyangkut nomor urut maupun pemindahan daerah pemilihan. (8) Pada satu daerah pemilihan yang ada pemindahan daerah pemilihan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tidak boleh dilakukan Hak Koreksi lagi terhadap Calon lainnya yang menyangkut nomor urut atau pemindahan daerah pemilihan, dan suatu daerah pemilihan yang menjadi tujuan dari pemindahan daerah pemilihan Calon tidak boleh dilakukan Hak Koreksi. (9) Dalam hal dapil dialokasikan untuk partai yang beraliansi dengan PBB, penilaian diserahkan kepada parpol tersebut. Pasal 14 Penetapan Anggota Legislatif Penetapan calon terpilih anggota DPR,DPRD Provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dari PBB pada suatu daerah pemilihan berdasarkan perolehan suara terbanyak sesuai dengan UU Pemilu No..
Penggantian Calon Terpilih (1) Penggantian calon terpilih anggota DPR,DPRD Provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dilakukan apabila calon terpilih yang bersangkutan; a. Meninggal dunia; b. Mengundurkan diri c. Tidak lagi memnuhi syarat untuk menjadi anggota DPR, DPRD Provinsi, atau DPRD kabupaten/kota; d. Terbukti melakukan tindak pidana Pemilu berupa politik uang atau pemalsuan dokumen berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hokum tetap; (2) Calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD Kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diganti dengan calon dari daftar calon tetap PBB pada daerah pemilihan yang sama berdasarkan surat kleputusan pimpinan partai politik sesuai tingkatannya; (3) Bagi calon yang terpilih dari partai yang beraliansi dengan PBB, maka Calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD

Pasal 15

Kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) duganti dengan calon dari daftar calon tetap pada daerah pemilihan yang sama berdasarkan surat keputusan pimpinan partai politik aliansi sesuai tingkatannya

Pasal 16 Infaq Anggota Legislatif (1) Infaq Anggota DPR RI/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota terpilih sebesar 30 % dari gaji yang pengelolaannya dilakukan oleh partai sebagai Dana Perjuangan Bersama dengan ketentuan : a. Pemungutan infaq tersebut akan diatur oleh ketentuan partai dengan cara dipotong langsung pada sekretariat dewan. b. Infaq diambil dari Take Home Pay yang tertera dalam daftar gaji. (2)Infaq Anggota DPR RI, DPRD Provinsi, dan Kabupaten/kota terpilih yang berasal dari Partai Aliansi akan diterima dan diatur oleh Partai yang bersangkutan. (3)Anggota DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten//kota terpilih yang tidak melaksankan ketentuan ayat (1) dikenakan sanksi YANG AKAN DIATUR DENGAN Surat Keputusan Partai. Pasal 17 Anggota DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/kota terpilih yang mengingkari ketentuan Partai yang sudah diatur dalam Juklak dan Juknis ini dikenakan sanksi yang akan diatur dengan Surat Keputusan Partai/Partai Aliansi. Pasal 18 Segala sesuatu yang belum diatur, belum jelas atau belum cukup jelas diatur dalam Juknis ini, akan diatur kemudian oleh KAPPU Pusat dengan Surat Keputusan. Pasal 19 Juknis ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Pada tanggal 1433 H 11 Januari M Dewan Pimpinan Pusat Partai Bulan Bintang 2012 : Jakarta : 17 Muharam

Ketua Umum Jenderal

Sekretaris

(DR.H.MS.Kaban, SE.,M.Si) Hassan)

(Drs. Sahar L

Anda mungkin juga menyukai