Anda di halaman 1dari 7

KTG (English: CTG) merupakan pemeriksaan denyut jantung janin untuk menilai kesejahteraanya (fetal-wellbeing).

Dalam KTG terdapat 3 hal yang di catat.1 Denyut jantung janin 2.Kontraksi Rahim dan 3.Gerakan janin. Pada awalnya pemeriksaan KTG dikerjakan saat persalinan, namun kemudian terbukti bahwa pemeriksaan KTG ini banyak manfaatnya pada masa kehamilan khususnya pada kasus-kasus dengan faktor risiko untuk terjadinya gangguan kesejahteraan janin dalam rahim seperti : 1. Hipertensi dalam kehamilan 2. Kehamilan dengan Dibetes 3.Kehamilan lewat waktu 4.Pertumbuhan janin dalam rahim terhambat 5.Ketuban pecah dini 6.Gerakan janin berkurang 7.Kehamilan dengan anemia 8.Kehamilan ganda 9. Oligohidramnion (air ketuban sedikit) 10. Polihidramnion (air ketuban banyak) 11. Kehamilan dengan penyakit ibu Non Stress Test(NST) Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran denyut jantung janin (=djj) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Adapun penilaian NST dilakukan terhadap frekuensi dasar djj, variabilitas (naik turunnya) dan timbulnya akselerasi (peningkatan) yang sesuai dengan gerakan / aktivitas janin. Interpretasi dari NST 1. Reaktif a. Terdapat paling sedikit 2 kali gerakan janin dalam waktu 20 menit pemeriksaan yang disertai dengan adanya akselerasi paling sedikit 10-15 dpm b. Frekuensi dasar djj di luar gerakan janin antara 120-160 dpm c. Variabilitas djj antara 6-25 dpm. 2. Non reaktif a. Tidak didapatkan gerakan janin selama 20 menit pemeriksaan atau tidak ditemukan adanya akselerasi pada setiap gerakan janin b. Variabilitas djj mungkin masih normal atau berkurang sampai menghilang 3. Meragukan a. Terdapat gerakan janin akan tetapi kurang dari 2 kali selama 20 menit pemeriksaan atau terdapat akselerasi yang kurang dari 10 dpm b. Frekuensi dasar djj normal c. Variabilitas djj normal Pada hasil yang meragukan pemeriksaan hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test)

4. Hasil pemeriksaan NST disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif) apabila ditemukan : a. Bradikardi (djj lambat/kurang dari 120 dpm. b. Deselerasi 40 atau lebih di bawah djj rata2, atau djj mencapai 90 dpm, yang lamanya 60 detik atau lebih Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila janin sudah viable (mampu hidup) atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang dianjurkan 1 minggu kemudian. Namun bila ada faktor resiko seperti hipertensi, diabetes, perdarahan atau oligohidramnion hasil NST yang reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (1 minggu). Hasil NST non reaktif mempunyai nilai prediksi positif yang rendah <30%,> Contraction Stress Test(CST) Pemeriksaan CST dimaksudkan untuk menilai gambaran djj dalam hubungannya dengan kontraksi uterus.Seperti halnya NST pada pemeriksaan CST juga dilakukan penilaian terhadap frekuensi dasar djj, variabilitas djj dan perubahan periodik (akselerasi ataupun deselerasi) dalam kaitannya dengan kontraksi uterus. Interpretasi CST 1. Negatif a. Frekuensi dasar djj normal b. Variabilitas djj normal c. Tidak didapatkan adanya deselerasi lambat (penurunan djj yang lambat kembali normal) d. Mungkin ditemukan akselerasi (kenaikan djj) atau deselerasi dini (penurunan djj yang cepat kembali) 2. Positip a. Terdapat deselerasi lambat yang berulang pada sedikitnya 50% dari jumlah kontraksi b. Terdapat deselerasi lambat yang berulang, meskipun kontraksi tidak adekuat c. Variabilitas djj berkurang atau menghilang 3. Mencurigakan a. Terdapat deselerasi lambat yang kurang dari 50% dari jumlah kontraksi b. Terdapat deselerasi variabel c. Frekuensi dasar djj abnormal Bila hasil CST yang mencurigakan maka pemeriksaan harus diulangi dalam 24 jam 4. Tidak memuaskan (unsatisfactory) a. Hasil rekaman tidak representatif misalnya oleh karena ibu gemuk, gelisah atau gerakan janin berlebihan b. Tidak terjadi kontraksi uterus yang adekuat Dalam keadaan ini pemeriksaan harus diulangi dalam 24 jam

5. Hiperstimulasi a. Kontraksi uterus lebih dari 5 kali dalam 10 menit b. Kontraksi uterus lamanya lebih dari 90 detik (tetania uteri) c. Seringkali terjadi deselerasi lambat atau bradikardi Dalam keadaan ini, harus waspada kemungkinan terjadinya hipoksia janin yang berlanjut sehingga bukan tidak mungkin terjadi aksifia janin.Hal yang perlu dilakukan adalah segera menghentikan pemeriksaan dan berikan obat-obat penghalang kontraksi uterus (tokolitik), diberikan oksigen pada ibu dan tidur miring untuk memperbaiki sirkulasi utero-plasenta. Hasil CST yang negatif menggambarkan keadaan janin yang masih baik sampai 1 minggu kemudian (spesifitas 99%). Sedangkan hasil CST yang positif biasanya disertai outcome perinatal yang tidak baik dengan nilai prediksi positif 50% Kontra indikasi CST : 1. Absolut a. Adanya resiko robekan rahim misalnya pada bekas Cesar. b. Perdarahan sebelum persalinan c. Tali pusat terkemuka (duluan dari bagian terbawh janin) 2. Relatif a. Ketuban pecah premature b. Kehamilan kurang bulan c. Kehamilan ganda d. Inkompetensia servik e. Disproporsi sefalo-pelvik
Tes ini bersifat non-invasif dan dilakukan untuk menilai keadaan bayi. Bisa dilakukan sebagai rutinitas pada setiap pasien hamil yang hendak bersalin (admission test).Denyut jantung bayi di monitor dan direkam. Tes ini terutama dilakukan jika usia kehamilan melewati tanggal perkiraan taksiran persalinan (due date)atau ibu hamil dengan hamil berisiko tinggi. Berikut ini kondisi dimana tes ini dilakukan:
y y y y y y y

Ibu yang diabetes. Tekanan darah tinggi. Gangguan pertumbuhan bayi. Bayi kurang aktif bergerak. Air ketuban terlalu banyak atau terlalu sedikit. Hamil lewat waktu. Ada riwayat kematian janin dalam rahim di trimester 2 pada kehamilan sebelumnya.

Sebelum dilakukan pemeriksaan, makan terlebih dahulu supaya bayinya ter-stimulasi untuk bergerak.Saat dilakukan tes, ibu berbaring miring kiri.Dua buah (bisa juga tiga) alat dipasang pada perut ibu.Fungsi masing2 alat adalah untuk memonitor denyut jantung bayi, gerak bayi dan kontraksi rahim.Ketiga aktifitas ini direkam. Jika bayi tidak bergerak, ada kemungkinan bayinya sedang tidur.untuk itu perut bumil akan ditempelkan bel/buzzer agar bayinya terbangun. Tes biasanya memakan waktu 20-60 menit.

Gambar hasil pemeriksaan CTG Hasil pemeriksaan ini dikatakan reaktif (normal)jika : Jika denyut jantung dalam batas normal, ada akselerasi (reaksi peningkatan denyut), tidak ada deselerasi (penurunan denyut jantung yang tajam) dan ada gerak bayi. Tes biasanya diulangi seminggu kemudian.

Berlawanan dengan hasil diatas, hasil tesnya tidak normal (non-reaktif), denyut jantung melewati batas normal (tinggi atau rendah), tidak ada akselerasi, ada deselerasi dan atau gerak bayi tidak ada. Hasil yang non-reaktif bisa merupakan petunjuk bahwa bayi tidak mendapatkan cukup oksigen (asfiksia)atau ada gangguan pada plasenta. Jika ditemukan kondisi ini maka bayi harus segera dilahirkan.

Kardiotokografi.Adalah suatu metoda elektronik untuk memantau kesejahteraan janin dalam kehamilan dan atau dalam persalinan. Pemeriksaan KTG biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan indikasinya terdiri dari : 1. IBU a. Pre-eklampsia-eklampsia b. Ketuban pecah c. Diabetes melitus d. Kehamilan u 40 minggu e. Vitium cordis f. Asthma bronkhiale g. Inkompatibilitas Rhesus atau ABO h. Infeksi TORCH i. Bekas SC j. Induksi atau akselerasi persalinan k. Persalinan preterm l. Hipotensi m. Perdarahan antepartum n. Ibu perokok o. Ibu berusia lanjut p. Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru, penyakit jantung, dan penyakit tiroid. 2. JANIN

a. Pertumbuhan janin terhambat (PJT) b. Gerakan janin berkurang c. Suspek lilitan tali pusat d. Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin e. Hidrops fetalis f. Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar. g. Mekoneum dalam cairan ketuban h. Riwayat lahir mati i. Kehamilan ganda j. Dan lain-lain

SYARAT PEMERIKSAAN KTG


1. Usia kehamilan u 28 minggu. 2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan). 3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui. 4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada KTG terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.

INDIKASI KONTRA KTG


Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan KTG terhadap ibu maupun janin.

PERSIAPAN PASIEN1
a. Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan). b. Kosongkan kandung kencing. c. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu. d. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit. e. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punktum maksimum DJJ f. Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah kontraksi berakhir.. g. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum maksimum.

h. Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman KTG. i. Hidupkan komputer dan Kardiotokograf. j. Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin dicapai). k. Lakukan pencetakkan hasil rekaman KTG. l. Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit). m. Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali alat pada tempatnya. n. Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai. o. Berikan hasil rekaman KTG kepada dokter penanggung jawab atau paramedik membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap kepada dokter. PARAMEDIK (BIDAN) DILARANG MEMBERIKAN INTERPRETASI HASIL CTG KEPADA PASIEN

Anda mungkin juga menyukai