Anda di halaman 1dari 6

SEGMENTASI BERBASIS REGION PADA CITRA BERWARNA

UNTUK KEPERLUAN TEMU KEMBALI CITRA PADA EVENT


OLAH RAGA LAPANGAN HIJAU
Arif Basofi, S.Kom1, Moch. Hariadi, ST, M.Sc, Ph.D.2

Program Magister
Bidang Keahlian Jaringan Cerdas Multimedia
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, 60111, Indonesia
E-mail : 1ariv@eepis-its.edu, 2mochar@ee.its.ac.id

Abstrak Permasalahan yang sering muncul disebabkan


tekstur citra, jika citra hanya terdiri dari region-
Dalam sistem temu kembali citra, segmentasi region warna yang homogen, metode clustering
adalah bagian terpenting dalam tahap awal dalam ruang warna dapat diterapkan untuk
pemrosesan citra. Metode segmentasi yang tepat segmentasi citra [1]. Namun pada kenyataannya,
sangat mempengaruhi hasil segmentasi suatu citra pemandangan alam kaya akan warna dan
citra, terutama pada citra berwarna dan tekstur sehingga sulit untuk mengidentifikasi
bertekstur yang menjadi permasalahan tersendiri region-region pada citra yang mengandung pola-
dalam proses segmentasi. Salah satu metode yang pola warna-tekstur. Pendekatan yang digunakan
diterapkan pada penelitian ini adalah segmentasi dalam penelitian ini berdasarkan pada asumsi-
berbasis region dengan algoritma JSEG. asumsi sebagai berikut :
Proses segmentasi citra dengan algoritma  Setiap region pada citra mengandung pola
JSEG terbagi atas dua tahap, yaitu proses warna-tekstur yang terdistribusi uniform,
kuantisasi warna dan proses segmentasi spasial.  Informasi warna pada setiap region citra dapat
Penggunaan ruang warna CIE LUV pada tahap dinyatakan dengan beberapa warna-warna
kuantisasi warna yang mampu menerima warna terkuantisasi, yang tepat untuk sebagian besar
menurut persepsi manusia. Warna-warna citra citra pemandangan alam berwarna,
yang terkuantisasi membentuk color class-map  Warna-warna antara dua region tetangga dapat
untuk membedakan region-region dalam citra. Di dibedakan. Hal ini merupakan asumsi dasar dari
tahap segmentasi spasial, dilakukan perhitungan semua algoritma segmentasi citra berwarna.
ukuran segmentasi yang “baik” menurut color Algoritma JSEG memerlukan tiga parameter,
class-map yang terbentuk pada window lokalnya pertama, threshold untuk proses kuantisasi warna.
sehingga menghasilkan “J-image”. Metode region Threshold tersebut menentukan jarak minimum
growing digunakan untuk mensegmentasi citra antara dua cluster warna yang akan digabungkan.
berdasarkan J-image multiskala. Kedua, jumlah skala segmentasi dan ketiga,
Uji coba pada 12 citra event olah raga threshold untuk region merging. Gambar 1
lapangan hijau dilakukan untuk melihat hasil menunjukkan Blok Sistem algoritma JSEG [2].
segmentasi yang sesuai menurut kombinasi nilai Citra berwarna

parameter threshold yang tepat. Dari variasi


parameter threshold kuantisasi warna diperoleh Kuantisasi warna

67% cenderung pada nilai threshold 255


menghasilkan segmentasi yang baik. Sedangkan Color class-map

untuk threshold region merging, cenderung pada


nilai threshold 0.4. Hasil eksperimen menunjukkan Segmentasi spasial
bahwa dengan kombinasi parameter nilai Perhitungan J-image
threshold yang baik ini, memudahkan dalam
proses implementasi sistem temu kembali citra J-image
menurut hasil segmentasi warna.
Region growing

Kata kunci : segmentasi citra berwarna, JSEG,


CIE LUV, region growing, region merging Region-region tersegmentasi

Region merging

1 Pendahuluan
Hasil segmentasi
Segmentasi citra berwarna sangat bermanfaat
terutama dalam aplikasi temu kembali citra. Gambar 1. Blok Sistem Algoritma JSEG

1
2 Metode dan nyatakan sebagai xi(n), i = 0, ..., k = w2 – 1.
2.1 Kuantisasi Warna Ukuran jarak Euclidean yang digunakan adalah :
Pertama, warna-warna pada citra dikuantisasi d i n  x0 n  xi n , i  0,..., k (1)
secara kasar tanpa menurunkan kualitas warna
secara signifikan. Tujuannya adalah untuk d 0 n  d1 n  ...  d k n (2)
mengekstrak beberapa perwakilan warna yang Peer group P(m,w) untuk x0(n) terdiri dari m
dapat digunakan untuk membedakan region-region piksel yang intensitasnya terdekat dengan x0(n)
dalam citra. Secara khusus, diperlukan 10 sampai dalam window w x w yang berpusat pada x0(n).
20 warna dalam citra pemandangan alam. Penentuan m menggunakan estimasi diskriminan
Kuantisasi warna yang baik berpengaruh terhadap Fisher. Criterion yang dimaksimalkan adalah :
a1 i   a 2 i 
proses segmentasi. Dalam implementasi penelitian 2

J i  
ini digunakan algoritma kuantisasi warna
, i  1,..., k (3)
perseptual [3].
s1 i   s 2 i 
2 2
Algoritma kuantisasi warna perseptual bekerja
berdasarkan persepsi penglihatan manusia yang di mana :
1 i 1 k
a1 i    d j n , a2 i   d j n  (4)
1

lebih sensitif terhadap perubahan pada smooth
region daripada perubahan pada detailed region i j 0 k  1  i j i
(textured region). Smooth region adalah boundary
i 1 k
s1 i    d j n  a1 i  , s2 i    d j n  a2 i  (5)
region-region yang memungkinkan, sedangkan 2 2 2 2
detailed region adalah region-region homogen
j 0 j i
pada citra. Karena itu, warna-warna dapat
dikuantisasi secara lebih kasar pada detailed m adalah indeks di mana J(i) bernilai
region tanpa mempengaruhi kualitas perseptual maksimum. Selanjutnya x0(n) diganti dengan rata-
secara signifikan. Berdasarkan fakta tersebut, rata anggota peer group-nya.
setiap piksel ditandai dengan bobot yang Untuk menghilangkan efek impulse noise,
berdasarkan pada variance dalam window lokal turunan pertama dari jarak di(n), fi(n), dihitung
sedemikian rupa sehingga piksel-piksel pada sebelum klasifikasi peer group :
smooth region lebih penting daripada piksel-piksel f i n  d i 1 n  d i n (6)
pada detailed region. Pengujian dilakukan terhadap M titik pertama
Algoritma ini menggunakan statistik lokal dan terakhir dari xi(n) untuk memeriksa apakah
yang diperoleh setelah peer group filtering, yaitu titik-titik tersebut termasuk impulse noise :
bobot dalam proses kuantisasi vektor. Prosedur
f i n    (7)
kuantisasi warna adalah sebagai berikut :
1. Konversi ruang warna RGB ke LUV untuk di mana M = w / 2, separuh dari ukuran window,
menjaga kualitas warna. dan α diset bernilai tinggi untuk citra yang sangat
2. Pertama, peer group filtering diterapkan untuk rusak dan diset bernilai rendah untuk citra yang
menghaluskan citra dan menghilangkan impulse sedikit rusak. Jika fi(n) tidak memenuhi kondisi
noise. Hasilnya berupa : tersebut, maka titik-titik terakhir xj(n) untuk j ≤ i
 x : vektor piksel citra yang telah dihaluskan atau j > i dianggap sebagai impulse noise dan
oleh anggota peer group-nya dihilangkan. Kemudian dj(n) sisanya digunakan
 N : jumlah cluster awal untuk mengestimasi peer group yang sebenarnya.
 v : bobot perseptual untuk setiap piksel Selanjutnya dilakukan perhitungan jarak
3. Clustering dengan Generalized Lloyd Algorithm maksimum setiap peer group T(n). Nilai T(n)
(GLA). Hasilnya berupa centroid untuk setiap mengindikasikan kehalusan region lokal. Bobot
cluster warna. perseptual untuk setiap piksel v(n) dihitung
4. Penggabungan cluster-cluster yang jarak dengan :
centroidnya kurang dari threshold kuantisasi vn  exp  T n (8)
warna. sehingga piksel-piksel pada detailed region
5. Klasifikasi piksel ke dalam cluster warna yang memiliki bobot yang lebih rendah daripada piksel-
centroidnya terdekat dengan intensitas piksel piksel pada smooth region.
tersebut. Rata-rata T(n), Tavg, mengindikasikan
6. Konversi ruang warna LUV ke RGB untuk kehalusan keseluruhan citra. Secara umum,
menampilkan citra hasil kuantisasi warna. semakin besar nilai Tavg, semakin berkurang
kehalusan citra dan semakin banyak jumlah
2.1.1 Peer Group Filtering (PGF) [3] cluster yang diperlukan untuk kuantisasi warna.
Misalkan x0(n) menyatakan vektor piksel citra Jumlah awal cluster N diestimasi dengan :
yang memberikan ciri informasi warna pada posisi N  Tavg (9)
n yang berpusat pada window w x w. Urutkan
semua piksel pada window tersebut berdasarkan di mana β diset bernilai 2 pada percobaan.
jaraknya terhadap x0(n) dalam urutan ascending

2
2.1.1 Generalized Lloyd Algorithm (GLA) Tabel 1. Ukuran window pada skala yang berbeda [2]
GLA digunakan untuk menandai piksel-piksel Ukuran Valley
Window Sampling
yang berbobot rendah dengan cluster yang lebih Skala
(piksel) (1/piksel)
Region Minimum
sedikit untuk mengurangi jumlah cluster warna (piksel) (piksel)
pada detailed region. Centroid untuk cluster warna 1 9x9 1 / (1 x 1) 64 x 64 32
Ci dihitung dengan : 2 17 x 17 1 / (2 x 2) 128 x 128 128

ci 
 vnxn , x( n )  Ci (10) 3 33 x 33 1 / (4 x 4) 256 x 256 512
 vn 4 65 x 65 1 / (8 x 8) 512 x 512 2048

2.2 Segmentasi Spasial 2.2.1 Perhitungan J-Image


Setelah tahap kuantisasi warna, diperoleh J-image adalah citra grayscale yang nilai
color class-map, yaitu label yang ditandai pada piksel-pikselnya adalah nilai J yang dihitung
piksel-piksel dalam citra yang menyatakan terhadap window lokal yang berpusat pada piksel
klasifikasi cluster warna untuk piksel tersebut. tersebut.
Gambar 2 menunjukkan contoh color class-map. S B S T  SW 
Nilai label diwakili oleh tiga simbol, „*‟, „+‟, dan J  (11)
„o‟. SW SW
di mana :
ST   z  m
2
(12)
zZ
dan
C C
SW   S i    z  mi
2
Gambar 2. Contoh color class-map (13)
i 1 i 1 zZ i
Gambar 3 menunjukkan flow chart tahap Keterangan :
segmentasi spasial. Mula-mula, citra input ST : jarak antar kelas-kelas warna yang
dianggap sebagai satu region inisial. Algoritma ini berbeda (between class scatter matrix)
kemudian mensegmentasi semua region dalam SW : jarak antar anggota dalam setiap kelas
citra pada skala inisial yang besar. Proses tersebut warna (within class scatter matrix)
diulang pada region-region tersegmentasi baru m : rata-rata lokasi spasial piksel dalam
pada skala berikutnya yang lebih kecil hingga window
mencapai skala minimum yang telah ditentukan. mi : rata-rata lokasi spasial piksel dalam kelas
Color class-map
warna i
Semakin besar nilai J, maka piksel tersebut
Skala inisial
semakin mendekati boundary region. J-image
Untuk setiap region
dapat dilihat sebagai peta yang mengandung valley
dan mountain yang berturut-turut mewakili pusat
Perhitungan nilai J lokal region dan boundary region.
Window yang digunakan dalam perhitungan
J-image berbeda-beda dalam setiap skala segmen-
Region growing
tasi, seperti pada Gambar 4. Tepian window
dihilangkan untuk membuat window lebih sirkuler
Region-region tersegmentasi sehingga tidak menimbulkan bias terhadap objek
segi empat.
Kurangi skala dengan 1
Skala < Threshold
Tidak

Ya

Region merging

Hasil segmentasi

Gambar 3. Flow chart tahap segmentasi spasial

Tabel 1 berisi himpunan skala dan ukuran


region yang sesuai untuk skala tersebut. Misalnya, (a) (b)
Gambar 4. Window untuk perhitungan nilai J lokal
jika ukuran citra lebih besar daripada 256 x 256, (a) Window dasar pada skala 1. (b) Ilustrasi window pada skala
tetapi lebih kecil daripada 512 x 512, skala 2. Hanya titik-titik bertanda „+‟ yang digunakan untuk
awalnya adalah 3. perhitungan nilai J lokal, sehingga membentuk window dasar
yang sama dengan (a).

3
2.2.2 Region Growing
Region growing digunakan untuk
mengelompokkan piksel-piksel ke dalam region-
region. Hasilnya berupa region-map, yaitu label
yang ditandai pada piksel-piksel dalam citra yang
merupakan klasifikasi region untuk piksel
tersebut. Region growing terdiri dari dua tahap,
yaitu : Tr- Jml- Jml Reg Total Komp
 Valley determination Kuan Cluster Reg Merg (detik)
Valley determination digunakan untuk 1 15 19 17 47
menentukan himpunan valley terbaik. Piksel-
64 12 15 15 52
piksel dengan nilai J kurang dari threshold
dihubungkan untuk membentuk kandidat valley. 128 10 12 9 41
Kandidat valley yang ukurannya melebihi 255 9 11 8 54
ukuran valley minimum pada skala segmentasi 512 7 11 7 56
yang bersesuaian (seperti pada Tabel 1) akan 1000 5 9 7 46
menjadi valley. 5000 2 5 2 29
 Valley growing 8000 2 5 2 29
Valley growing merupakan proses pembentukan
10000 1 1 1 23
region-region dari valley-valley.
Hasil Perbandingan Variasi Threshold Kuantisasi Warna pada
2.2.3 Region Merging Golf3.jpg

Region merging digunakan untuk mengga- 60


Tr-Kuan
50
bungkan region-region yang jaraknya kurang dari 40 Jml-Cluster
Jumlah

30 Jml Reg
threshold region merging. Mula-mula, dilakukan 20 Reg Merg
10
perhitungan jarak antara dua region tetangga dan 0
Total Komp (detik)

hasilnya disimpan dalam tabel jarak. Kemudian 1 64 128 255 512 1000 5000
Threshold Kuantisasi Warna
8000 10000

pasangan region dengan jarak minimum


digabungkan. Vektor fitur warna untuk region Gambar 5. Hasil Segementasi, Tabel dan Grafik Perbandingan
tersebut dihitung dan tabel jarak diupdate. Proses pada Variasi Threshold Kuantisasi Warna Golf3.jpg
tersebut berlanjut hingga mencapai threshold
maksimum untuk jarak. Setelah region merging, Sedang hasil segmentasi pada salah satu citra
diperoleh hasil segmentasi. event olah raga sepak bola golf3.jpg ditunjukkan
pada Gambar 6. Set parameter yang sama, yaitu
3 Hasil Uji Coba variasi nilai parameter threshold kuantisasi,
Uji coba dilakukan pada 12 citra berwarna jumlah skala 1 (oleh sistem menjadi 2 berdasar
event olah raga lapangan hijau, yang mencakup ukuran citra), dan threshold region merging di set
golf dan sepak bola dengan ukuran 128 x 128. 0,4
Tujuan pengujian ini untuk melihat dan
menganalisa hasil segmentasi yang baik menurut
kombinasi nilai parameter yang tepat.
Uji coba dilakukan dengan variasi nilai
parameter threshold kuantisasi warna pada setiap
citra dengan nilai mencakup: 1, 64, 128, 512, 800,
1000, 2500, 8000 dan 10000. Untuk skala diset
default 1 yang secara otomatis mengikuti ukuran Tr- Jml- Jml Reg Total Komp
dari citra. Sedangkan nilai parameter threshold Kuan Cluster Reg Merg (detik)
untuk region merging, berkisar antara 0 hingga 1 1 23 19 15 58
dan diberi nilai default yang sesuai yaitu 0.4. 64 22 16 9 64
Hasil segmentasi pada salah satu citra event 128 18 14 9 48
olah raga golf3.jpg ditunjukkan pada Gambar 5.
255 12 18 10 41
Dengan variasi nilai parameter threshold
512 9 16 13 71
kuantisasi, jumlah skala 1 (oleh sistem menjadi 2
berdasar ukuran citra), dan threshold region 800 6 15 12 52
merging di set 0,4. 1000 5 15 9 54
2500 3 13 7 45
5000 1 1 1 24
8000 1 1 1 24
10000 1 1 1 24

4
Hasil Perbandingan Variasi Threshold Kuantisasi Warna Dengan kombinasi parameter yang tepat,
Soccer3.jpg
sangat berguna pada pengembangan berikutnya
80 khususnya dalam penerapan sistem temu kembali
Jumlah 60
40
Tr-Kuan citra dengan memanfaatkan hasil segmentasi dari
Jml-Cluster
20
Jml Reg algoritma JSEG.
0 Reg Merg

00

00

00

00

0
1

64
Total Komp (detik)

00
12

25

51

80

10

25

50

80

10
Threshold Kuantisasi Warna
5 Daftar Pustaka
Gambar 6. Hasil Segementasi, Tabel dan Grafik Perbandingan 1. D. Comaniciu and P. Meer, “Robust analysis
pada Variasi Threshold Kuantisasi Warna Soccer3.jpg of feature spaces: color image segmentation”,
Proc. of IEEE Conf. on Computer Vision and
Dari pengamatan, semakin besar threshold Pattern Recognition, pp 750-755, 1997.
kuantisasi warna, jumlah cluster warna semakin 2. Y. Deng, B. S. Manjunath, dan H. Shin.
berkurang karena semakin banyak cluster warna “Color Image Segmentation”, In :
yang digabungkan. Namun jumlah region yang Proceedings of IEEE Computer Society
terbentuk tidak selalu berkurang mengikuti jumlah Conference on Computer Vision and Pattern
cluster. Sedangkan jumlah region merging juga Recognition CVPR ‟99, Fort Collins, CO, vol.
akan mengikuti dari jumlah region yang terbentuk. 2, pp. 446-51, Juni 1999.
Untuk waktu komputasi juga cenderung makin 3. Y. Deng, C. Kenney, M. S. Moore, dan B. S.
berkurang. Manjunath, “Peer Group Filtering and
Berdasarkan uji coba variasi nilai threshold Perceptual Color Image Quantization”, to
kuantisasi warna pada setiap citra, hasil appear in Proc. of ISCAS, 1999.
segmentasi citra terbaik cenderung pada nilai 4. Y. Deng, B. S. Manjunath, “Unsupervised
parameter 255 dengan prosentase 67% dibanding Segmentation of Color-Texture Regions in
yang lain seperti pada gambar 7. Images and Video”, IEEE Transactions on
Pattern Analysis and Machine Intelligence
Prosentase Threshold Kuantisasi Warna (PAMI ’01), vol. 23, no. 8, pp. 800-810,
Agustus 2001.
8% 8%

17%
T-128
T-255
T-512
T-1000

67%

Gambar 7. Grafik Prosentase Threshold Kuantisasi Warna

4 Kesimpulan
Dari hasil uji coba yang dilakukan, didapatkan
beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Penentuan nilai parameter pada proses
segmentasi ini sangat menentukan hasil
segmentasi citra yang sesuai.
2. Parameter nilai threshold kuantisasi warna
berpengaruh terhadap jumlah cluster warna
yang terbentuk, dimana semakin besar nilai
parameter, jumlah cluster warna semakin
sedikit karena semakin banyak cluster yang
digabungkan, demikian pula sebaliknya. Dan
waktu komputasi juga makin kecil karena
maki sedikit cluster warna yang diproses.
3. Berdasarkan uji coba pada variasi nilai
threshold kuantisasi warna, hasil segmentasi
citra terbaik cenderung pada nilai parameter
255 dengan prosentase 67% dibanding yang
lain.

5
6

Anda mungkin juga menyukai