Anda di halaman 1dari 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori 1. Pengertian a. Pengetahuan Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran assosiatif yang menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas (sebab akibat) (Yasin, 2008 dalam Wawan dan Dewi,2010). Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Fitriani, 2011). Pengetahaun atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior) (Fitriani, 2011). b. Ibu Ibu adalah orang perempuan yang telah melahirkan seseorang; sebutan untuk wanita yang sudah bersuami;

panggilan yang takzim kepada wanita yang sudah atau belum bersuami (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Ibu adalah orang tua perempuan seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu dapat diberikan untuk perempuan yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini. Contohnya adalah pada orang tua angkat (karena adopsi) atau ibu tiri (istri ayah biologis anak), (Dari Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas).

c. Penerapan
Penerapan adalah perbuatan menerapkan; penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hallain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia). d. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2011).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga (Atikah dan Eni, 2012). Kegiatan PHBS itu jumlahnya sangat banyak, misalnya PHBS tentang gizi: makan beraneka ragam makanan, minum Tablet Tambah Darah, mengkonsumsi garam beryodium, memberi bayi dan balita Kapsul Vitamin A. PHBS tentang kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada

tempatnya dan membersihkan lingkungan (Atikah dan Eni, 2012). e. Pengetahuan Ibu dalam Penerapan PHBS Pengetahuan ibu dalam penerapan PHBS adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat (Dikes RI, 2009). 2. Pengetahuan Ibu Tentang Penerapan PHBS Pada Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan a. Pengetahuan Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari

10

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Wawan dan Dewi, 2010). 1) Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan : a) Faktor internal (1) Umur Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan, dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Wawan dan Dewi, 2010). (2) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang memotivasi akan untuk pola sikap hidup terutama serta makin dalam dalam tinggi

berperan

pembangunan. pendidikan

Pada

umumnya makin

seseorang

mudah

menerima

informasi (Wawan dan Dewi, 2010).

11

(3) Pekerjaan Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan

kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Wawan dan Dewi, 2010). b) Faktor eksternal (1) Faktor lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok (Wawan dan Dewi, 2010). (2) Sosial budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. (Wawan dan Dewi, 2010). 2) Kriteria Tingkat Pengetahuan Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu : 1) Baik : Hasil presentase 76%-100%.

2) Cukup : Hasil presentase 56%-75% 3) Kurang : Hasil presentase < 56% (Arikunto 2006 dalam Wawan dan Dewi 2010).

12

b. PHBS di Tatanan Rumah Tangga PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk

memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Rumah tangga yang berPHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 indikator PHBS di rumah tangga yaitu (Atikah dan Eni, 2012): 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. 2. Memberi ASI eksklusif. 3. Menimbag balita setiap bulan. 4. Menggunakan air bersih. 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. 6. Menggunakan jamban sehat. 7. Memberantas jentik dirumah sekali seminggu. 8. Makan buah dan sayur setiap hari. 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. 10. Tidak merokok di dalam rumah. (Atikah dan Eni, 2012) c. Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan 1. Persalinan Persalinan adalah suatu proses saat janin dan produk konsepsi dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat (Barbara, 2009). Persalinan adalah klimaks dari kehamilan dimana berbagai sistem yang nampaknya tidak saling berhubungan

13

bekerja

dalam

keharmonisan

untuk

melahirkan

bayi

(Manuaba, 2008). Persalinan adalah sebuah keadaan dimana seorang wanita hamil melalui proses melahirkan. Persalinan adalah saat yang menengangkan dan dapat menggugah emosi ibu dan keluarganya atau bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Upaya untuk mengatasi gangguan emosional dan pengalaman yang menegangkan tersebut sebaiknya dilakukan melalui asuhan sayang ibu selama persalinan dan proses kelahiran bayinya (Asuhan Persalinan Normal, 2008). Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari ibu (JNPK-KR, 2007). 2. Pemilihan Penolong Persalinan Salah satu faktor yang paling mempengaruhi apa yang akan terjadi selama proses melahirkan adalah memilih penolong dalam membantu proses melahirkan (Gaskin, 2007). Pemilihan penolong persalinan adalah suatu

penetapan pilihan penolong persalinan terhadap persalinan ibu yang melahirkan (Syafrudin, 2009).

14

Menurut

Syafrudin

(2009)

dalam

pelayanan

kesehatan ibu dan anak, dikenal beberapa jenis tenaga yang memberi pertolongan kepada masyarakat. Jenis tenaga tersebut adalah sebagai berikut : (1) Tenaga kesehatan, meliputi : dokter spesialis dan bidan. (2) Tenaga non kesehatan : (a) Dukun terlatih : Dukun yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga kesehatan dan telah dinyatakan lulus. (b) Dukun tidak terlatih : Dukun yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus. 3. Penolong Persalinan Penolong pesalinan merupakan salah satu bagian dari pelayanan antenatal care. Persalinan yang aman memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih (Syafrudin, 2009). Pelayanan pertolongan persalinan adalah suatu

bentuk pelayanan terhadap persalinan ibu melahirkan yang dilakukan oleh penolong persalinan baik oleh tenaga kesehatan seperti dokter dan bidan atau non tenaga kesehatan seperti dukun.

15

Jenis-jenis penolong persalinan adalah : (1) Dukun Pengertian dukun biasanya seorang wanita sudah berumur 40 tahun ke atas, pekerjaan ini turun temurun dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat panggilan tugas ini (Wiknjosastro, 2007). Menurut

Syafrudin (2009), jenis dukun terbagi menjadi dua, yaitu : (a) Dukun terlatih : Dukun yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga kesehatan dan telah dinyatakan lulus. (b) Dukun tidak terlatih : Dukun yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus. (2) Bidan Definisi Kesehatan bidan menurut adalah Keputusan yang Menteri telah

(2007)

seseorang

mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan. Bidan adalah seorang tenaga kesehatan yang mempunyai tugas penting dalam bimbingan dan

penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan nifas dan

16

menolong persalinan dengan tanggung jawabnya sendiri, serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir (prenatal care) (Wikinjosastro, 2008). Pada saat ini, ada dua jenis bidan, yaitu mereka yang mendapat pendidikan khusus selama tiga tahun dan perawat yang kemudian dididik selama satu tahun mengenai kebidanan dan disebut sebagai perawat bidan (Syafrudin, 2009). (3) Dokter Spesialis Kandungan Dokter spesialis kandungan adalah dokter yang mengambil mereka spesialis kandungan. untuk Pendidikan mendeteksi yang dan

jalani

difokuskan

menangani penyakit yang terkait dengan kehamilan, terkadang yang terkait dengan proses melahirkan. Seperti halnya dokter ahli bedah (Gaskin, 2007). Dokter spesialis kandungan dilatih untuk

mendeteksi patologi. Ketika mereka mendeteksinya, seperti mereka yang sudah pelajari, mereka akan memfokuskan tugasnya untuk melakukan intervensi medis. Dokter spesialis kandungan menangani wanita hamil yang sehat, demikian juga wanita hamil yang sakit dan beresiko tinggi. Ketika mereka menangani wanita hamil yang sehat, mereka sering melakukan intervensi medis yang seharusnya hanya dilakukan pada wanita

17

hamil yang sakit atau dalam keadaan kritis. Disebagian besar negara dunia, tugas dokter kandungan adalah untuk menangani wanita hamil yang sakit atau dalam keadaan kritis (Gaskin, 2007). Baik dokter spesialis kandungan maupun bidan bekerja lebih higienis dengan ruang lingkup hampir mencakup seluruh golongan masyarakat. Umumnya, mereka hanya dapat mengulangi kasus-kasus fisiologis saja, walaupun dokter spesialis secara teoritis telah dipersiapkan untuk menghadapi kasus patologis. Jika mereka sanggup, harus segera merujuk selama pasien masih dalam keadaan cukup baik (Syafrudin, 2009). 4. Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemilihan

Penolong Persalinan Pemilihan persalinan, dan penolong nifas selama masa kehamilan, yang

bukanlah

suatu

proses

sederhana. Ada banyak faktor yang berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan tersebut, hal ini terjadi pada perempuan yang baru pertama kali hamil ataupun ibu primipara yang baru saja melahirkan. Faktor - faktor tersebut adalah sebagai berikut : (1) Keyakinan dan Kepatuhan Mengikuti Adat Keyakinan dan kepatuhan mengikuti adat istiadat selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas

18

mempengaruhi perempuan dalam memilih penolong persalinan. Di masyarakat, selain dipercaya memiliki kemampuan untuk memeriksa dipercaya memiliki

pengetahuan sering diminta untuk memimpin upacaraupacara selamatan seperti empat bulanan dan tujuh bulanan. Hal ini berbeda dengan bidan. Asumsi di masyarakat, bidan hanya memiliki keahlian dalam memeriksakan kehamilan, persalinan dan nifas, tetapi mereka tidak memiliki pengetahuan tentang keharusan dan larangan atau adat istiadat selama kehamilan, persalinan dan nifas (Juariah, 2009). Oleh karena itu perempuan yang masih taat dan patuh mengikuti adat istiadat akan lebih memilih dukun daripada bidan atau kalau pun mereka memilih

memeriksakan kehamilannya ke bidan mereka juga akan meminta dukun untuk memimpin upacara tujuh bulanan dan sebagainya atau meminta saran dari dukun berkaitan dengan keharusan dan pantangan selama masa

kehamilan, persalinan, dan nifas (Juariah, 2009). (2) Akses Terhadap Informasi Kesehatan Informasi tentang kehamilan, persalinan, dan nifas memiliki pengaruh penting terhadap perempuan dalam memilih penolong. Dari informasi yang diterima, mereka dapat memahami komplikasi yang dapat muncul selama

19

periode tersebut. Sehingga mereka akan lebih berhatihati untuk memilih penolong. Perempuan yang tidak memiliki informasi kesehatan lebih cenderung untuk memilih dukun dibandingkan dengan perempuan yang memiliki akses terhadap informasi kesehatan. Akses tersebut diberikan dapat oleh diperoleh tenaga melalui pendidikan buku-buku yang atau

kesehatan,

majalah kesehatan, dan lain-lain (Juariah, 2009). (3) Persepsi Tentang Jarak Jarak (fisik dan sosial) dapat menjadi faktor yang mempengaruhi seorang perempuan dalam memilih

penolong selama masa kehamilan, persalinan dan nifas. Perempuan yang memilih dukun beralasan pertama karena dukun tinggal dekat dengan rumah mereka. Jadi walaupun di kampung yang sama ada bidan, mereka tetap memilih dukun sebagai penolong. Sebaliknya, perempuan yang memilih bidan juga beralasan karena mereka sudah familiar dengan bidan tersebut karena sejak hamil mereka sudah memeriksakan kehamilannya ke bidan (Juariah, 2009). (4) Dukungan Suami dan Keluarga Suami dan keluarga memiliki peranan penting dalam memilih penolong selama kehamilan, persalinan dan nifas. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang

20

relatif muda usianya sehingga kemampuan mengambil keputusan secara mandiri masih rendah. Mereka

berpendapat bahwa pilihan orang yang lebih tua adalah yang terbaik karena orang tua lebih berpengalaman daripada mereka. Selain itu, kalau mereka mengikuti saran orang tua, jika terjadi sesuatu yang buruk, maka seluruh keluarga dan terutama orang tua akan ikut bertanggung jawab. Oleh karena itu ketika orang tua menyarankan memilih dukun, mereka akan memilih dukun ataupun sebaliknya (Juariah, 2009). Hal ini agak berbeda dengan perempuan yang lebih dewasa usianya. Mereka lebih mampu mengambil keputusan sendiri dalam memilih penolong persalinan. Sebagai contoh, ada perempuan yang meskipun

mendapat saran dari ibunya untuk memilih dukun tetapi memutuskan untuk memilih bidan karena dia berpikir jika terjadi suatu masalah, dia dan bayinya yang akan menjadi korban (Juariah, 2009). Adapun dari segi karakteristik ibu dalam pemilihan penolong persalinan antara lain : (a) Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan

berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang

21

berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan alasan berfikir sejauh mana keuntungan yang

mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Perempuan yang tidak lagi meyakini atau sudah mulai longgar keyakinanya dengan adat istiadat. Biasanya kalangan ini memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Mereka lebih mudah mengadop informasi tentang kesehatan baik dari bidan atau tenaga kesehatan ataupun media cetak maupun elektronik. Mereka berpendapat bahwa pendidikan kesehatan dan bidan lebih bermanfaat untuk kesehatan mereka dan bayinya dan mereka meyakini kalau

memeriksakan kehamilan kepada tenaga kesehaan, pertolongan persalinan ditolong oleh tenaga

kesehatan, tanpa memperdulikan adat istiadatpun bayinya akan selamat. Oleh karena itu mereka berpendapat tidak ada gunanya mengikuti pantangan kalau tidak rasional alasanya. Perempuan dan kalangan ini biasanya hanya akan memilih tenaga kesehatan sebagai penolong selama kehamilan, persalinan maupun nifasnya (Juariah, 2009).

22

(b) Pekerjaan Pekerjaan ibu adalah kegiatan rutin sehari-hari yang dilakukan oleh seorang ibu dengan maksud untuk memperoleh penghasilan. Setiap pekerjaan apapun jenisnya, apakah pekerjaan tersebut

memerlukan kekutan otot atau pemikiran, adalah beban bagi yang melakukan. Beban ini dapat berupa beban fisik, beban mental, ataupun beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaan si pelaku. Kemampuan kerja pada umumnya diukur dari ketrampilan dalam melaksanakan pekerjaan. Semakin tinggi ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin efisien badan (anggota badan), tenaga dan pemikiran (mentahnya) dalam melaksanakan pekerjaan. Penggunaan tenaga dan mental atau jiwa yang efisien, berarti beban kerjanya relatif mudah (Notoatmodjo, 2007). Suatu pekerjaan merupakan hal yang kuat dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan modern. Perempuan yang menjadi ibu rumah tangga tanpa bekerja di luar rumah, secara finansial mereka tergantung suaminya pada suaminya. Sehingga, sedikit, ketika juga

berpenghasilan

akanberdampak terhadap tabungan mereka untuk melahirkan. Selain itu, ketidaksiapan secara finansial,

23

selain berkaitan dengan jumlah penghasilan,juga dengan kemauan untuk menabung untuk persiapan persalinan. Hal ini menjadi alasan perempuan untuk lebih memilih dukun sebagai penolong. Sebaliknya, perempuan yang secara finansial lebih baik, apakah karenan penghasilan suaminya lebih memadai, atau karena mereka juga berpenghasilan, lebih memiliki kesiapan secara finansial. Selain itu, perempuan yang sudah mempersiapkan biaya persalianannya, dengan cara menabung sebagian penghasilannya akan memilih atau untuk

penghasilan

suaminya,

melahirkan di bidan (Juariah, 2009). (c) Keadaan Sosial Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pendidikan. Hal ini menjadi alasan perempuan untuk lebih memilih dukun sebagai penolong. Karena mereka dibanding beralasan tenaga bahwa dukun lebih murah Mereka

kesehatan

lainnya.

menganggap dukun murah karena mereka dapat membayarnya dengan beras, kelapa atau ayam yang

24

tersedia di rumah mereka. Mereka tidak ingin memilih bidan karena mereka harus membayar bidan dengan uang yang kadang-kadang tidak tersedia di rumah mereka (Juariah, 2009). Sebaliknya, perempuan yang menganggap bahwa biaya ke dukun sama dengan ke bidan, hanya cara pembayarannya yang berbeda cenderung akan memilih bidan. Mereka berpendapat bahwa, jika memilih bidan mereka harus membayar dengan uang yang relatif banyak dalam sekali waktu, tetapi jika mereka memilih dukun, mereka harus membayar secara berkesinambungan sampai periode nifas (Juariah, 2009). 5. Tempat Persalinan Apabila terdapat kelainan dalam persalinan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya (Atikah dan Eni, 2012).

Persalinan dan kelahiran bayi dapat terjadi di luar institusi, yaitu di rumah, klinik bersalin swasta, polindes atau puskesmas. Jika berlangsung di rumah, hati-hati agar benda-benda yang terkontaminasi tidak

25

menyentuh

daerah

yang

telah

dibersihkan

dan

disiapkan untuk suatu prosedur (APN, 2008). Jenis-jenis tempat bersalin menurut Miriam (2011)
adalah : a. Rumah Bersalin/Klinik Bersalin/ Puskesmas Pada umumnya rumah sakit jenis ini dapat menolong persalinan normal, termasuk persalinan yang

mempergunakan alat bantu seperti forcep atau vakum. Penolong di tempat ini biasanya bidan atau pun dokter. Biaya di rumah bersalin juga lebih murah disbanding rumah sakit bersalin. b. Rumah Sakit Bersalin Rumah sakit bersalin memiliki fasilitas/peralatan untuk operasi Ceasar. Jika ada kesulitan pada persalinan normal dan membutuhkan pertolongan Ceasar, pasien akan cepat ditangani dan tidak perlu merujuk/membawa ke rumah sakit lain. Penolong persalinan bisa bidan ataupun dokter. c. Rumah Sakit Ibu dan Anak Fasilitas di tempat ini sama dengan di rumah sakit bersalin, namun lebih lengkap karena memiliki fasilitas untuk perawatan bayi/anak jika memerlukan perawatan lebih lanjut, jika terjadi gangguan setelah proses persalinan. Disebut rumah sakit ibu dan anak karena

26

bukan hanya untuk ibu hamil dan melahirkan, tetapi juga wanita yang memerlukan pengobatan untuk penyakit kandungan. d. Rumah Sakit Umum Fasilitas di rumah sakit umum kurang lebih sama dengan rumah sakit bersalin, yang membedakan adalah di rumah sakit umum pasien yang melahirkan kemungkinan akan dirawat bersama dengan pasien lain. Hal ini yang sering membuat pasien melahirkan menjadi tidak nyaman. Halhal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan tempat bersalin yaitu (Miriam, 2011) : a. Jarak tempat persalinan dengan rumah. b. Jenis dan fasilitas tempat persalinan. c. Sistem perawatan bayi setelah lahir, terpisah atau rawat gabung dengan ibu. d. Jumlah orang yang boleh menemani saat proses persalinan. e. Support tempat persalinan terhadap pemberian ASI, sikap dan pelayanan dari petugas (terutama perawat). f. Kebijakan terhadap pengunjung (waktu berkunjung, jumlah pengunjung, dan lain sebagainya). g. Sistem rujukan dan transfer pasien ke tempat lain bila diperlukan.

27

h. Pemisahan fasilitas bersalin dan bayi dari fasilitas untuk pasien lainnya, terutama bila melahirkan di rumah sakit umum.

6. Tanda-tanda Persalinan Beberapa tanda yang sering muncul sebelum persalinan adalah : a) Ibu mengalami mulas-mulas yang timbulnya

semakin sering dan semakin kuat. b) Rahim terasa kencang bla diraba, terutama pada saat mulas. c) Keluar lender bercampur darah dari jalan lahir. d) Keluar cairan ketuban yang berwarna jernih

kekuningan dari jalan lahir, sehingga merasa seperti mau buang air besar (Atikah dan Eni, 2012). Bila ada salah satu tanda persalinan tersebut, yang harus dilakukan adalah : segera hubungi tenaga kesehatan (bidan/dokter), tetap tenang dan tidak bingung, ketika merasa mulas bernapas panjang, mengambil napas melalui hidung dan mengeluarkan melalui mulut untuk mengurangi rasa sakit (Atikah dan Eni, 2012).

28

7. Tanda-tanda Bahaya Persalinan a) Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas. b) Keluar darah dari jalan lahir sebelum melahirkan. c) Tali pusat atau tangan/kaki bayi terlihat pada jalan lahir. d) Tidak kuat mengejan/mengedan. e) Mengalami kejang-kejang. f) Air ketuban keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas. g) Air ketuban keruh dan berbau. h) Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar. i) Gelisah atau mengalami kesakitan yag hebat. j) Keluar darah banyak setelah bayi lahir. Bila ada tanda bahaya, ibu harus segera dibawa ke

bidan/dokter (Atikah dan Eni, 2012).

B. Kerangka Konsep
Domain PHBS : 1. Pengetahuan ibu tentang penerapan PHBS : a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. b. Memberi bayi ASI eksklusif. c. Menimbang bayi setiap bulan. d. Menggunakan air bersih. e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. f. Menggunakan jamban sehat. g. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu. h. Makan sayur dan buah setiap hari. i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. j. Tidak merokok di dalam rumah. 2. Sikap 3. Tindakan/Praktik Gambar 1. Kerangka Konsep Pengetahuan Ibu Tentang Penerapan PHBS Pada Pertolongan Persalinan oleh tenaga Kesehatan Pengetahuan ibu tentang penerapan PHBS pada pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan : 1. 2. 3. 4. Pengertian persalinan Pemilihan penolong persalinan Penolong persalinan Faktor yang mempengaruhi pemilihan penolong persalinan 5. Tempat persalinan 6. Tanda-tanda persalinan 7. Tanda-tanda bahaya persalinan

Faktor Internal : 1. Usia 2. Pendidikan 3. Pekerjaan Faktor Eksternal: 1. Lingkungan 2. Budaya

Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti

Kriteria tingkat pengetahuan 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang

29

29

Anda mungkin juga menyukai