Anda di halaman 1dari 4

BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Bentang Alam Fluvial Bentang alam fluvial adalah bentang alam hasil dari proses kimia maupun disika yang menyebabkan perubahan bentuk muka bumi karena pengaruh air permukaan (proses fluviatil). Proses fluviatil dibedakan menjadi proses erosi, proses transportasi, dan proses pengendapan. 2.2 Klasifikasi Lembah Sungai Klasifikasi lembah sungai berdasarkan pada tahapan siklus geomorfik adalah yang paling banyak dipergunakan. Penamaannya tergantung pada sifat - sifat erosinya yang berkembang pada tahapan yang berbeda - beda selama perkembangan evolusinya, dan penamaan ini tdak berhubungan dengan umur atau waktu tetapi lebih ke arah hubungan antara erosi dengan kondisi geologi dan struktur geologinya. Berdasarkan sistem ini, lembah sungai terbagi maenjadi : a) Lembah sungai muda Cirinya : Lembahnya berbentuk V Erosinya vertikal sangat intensif Banyak percepatan pada pola alirannya atau jeram jeram dan air terjun. b) Lembah sungai dewasa Cirinya : Erosi lateral telah bekerja Sedimentasi dan erosi mulai sebanding sehingga menghasilkan sungai yang relatif simetris. c) Mulai memperlihatkan kelokan kelokan dengan sudut besar.

Lembah sungai tua Cirinya : Proses sedimentasi lebih besar dari pada erosi 2

Mempunyai bentuk bentuk yang khas seperti pola berkelok kelok tajam

Adanya danau punuk sapi dan tanggul alam. Penyempitan dan pelebaran tanah Perubahan arah aliran secara mendadak atau tiba-tiba.

2.3 Klasifikasi Pola Aliran Sungai Arthur D. Howard telah mengklasifikasikan pola aliran sungai dalam beberapa kategori yaiti pola dasar, modifikasi pola dasar dan gabungan modifikasi pola dasar. Dengan demikian setiap pola mencerminkan struktur dan proses yang mengontrolnya. Telah dikenal 8 pola dasar aliran sungai yaitu : 1. Dendritik Pola berbentuk cabang / mendaun ini umumnya terbentuk pada lapisan mendatar sedimen sedimen yang satu jenis, atau batuan yang mempunyai resistensi yang sama. Bentuk pola ini menyerupai pelebaran bentuk silang pohon dak atau beringin. 2. Paralel Pola yang berbentuk sejajar ini umumnya terbentuk pada daerah dengan kemiringan umum lereng menengah sampai terjal, atau pada singkapan batuan yang lebar dan sejajar, serta miring. 3. Trelis Pola berbentuk pagar ini terbentuk pada daerah batuan sedimen yang miring / terlipat / pada daerah batuan sedimen yang terubah. Dapat juga pada daerah dengan patahan dan kekar yang saling tegak lurus ataupada daerah dengan berbukit bukit sejajar. 4. Rectangular Pola berbentuk menyudut ini hampir sama dengan trellis, hanya jumlah sungai yang lebih sedikit / orde sungai sedikit. Radial : Pola berbentuk memencar ini muncul pada daerah dengan bentuk berhubungan atau berbentuk kerucut, sabagai umum pada daerah gunung api.

6.

Anular Pola berbentuk cincin terletak pada daerah sekitar bumbungan

(kubah) terutama bila terdapat perselingkuhan batuan yang lunak dan keras, sehingga sungai terutama sungai utama mengalir sejajar arah lapisan, anak sungai, searah dengan kemiringan lapisan. 7. Multibasinal Pola dengan banyak cekungan ( pasu ) ini muncul pada basement berbagai variasi dari kondisi geologinya. Dapat terjadi pada daerah dengan banyak cekungan akibat pelarutan ,atau daerah gunungapi sekarang. Atau pada daerah dengan cekungan diketemukan sebab-sebabnya. 8. Kontorted Pola ini muncul pada daerah dengan struktur geologi yang komplek. Umumnya berasosiasi dengan batuan metamorfose yang belum

kompleks dengan lipatan yang intensif, patahan, intrusi, kekar dan lain-lain. 2.4 Struktur Delineasi Fluvial Bentukan asal fluvial berkaitan erat dengan aktifitas sungai dan air permukaan yang berupa pengikisan, pengangkutan, dan jenis buangan pada daerah dataran rendah seperi lembah, ledok, dan dataran alluvial. Proses penimbunan bersifat meratakan pada daerah-daerah ledok, sehingga

umumnya bentuk lahan asal fluvial mempunyai relief yang rata atau datar. Material penyusun satuan betuk lahan fluvial berupa hasil rombakan dan daerah perbukitan denudasional disekitarnya, berukuran halus sampai kasar, yang lazim disebut sebagai alluvial. Karena umumnya reliefnya datar dan litologi alluvial, maka kenampakan suatu bentuk lahan fluvial lebih ditekankan pada genesis yang berkaitan dengan kegiatan utama sungai yakni erosi, pengangkutan, dan penimbunan.

2.5 Struktur Delineasi Struktural Kekar adalah suatu retakan pada batuan yang tidak/belum mengalami pergerakan. Ada beberapa gaya yang bekerja pada pembentukan kekar, yang dapat dianalisis dari data-data yang diabmil dari lapangan. 1. Kekar gerus: kekar yang terbentuk oleh gaya kompresi. Biasanya

berpasangan, pada breksi memotong fragmen, bidang kekar lurus dan rata. Batuan akan menjadi terkoyak atau menjadi rapuh. 2. Kekar tarik : terbentuk oleh gaya tarik. Biasanya tidak berpasangan,

tiak memotong fragmen pada breksi, bidang kekar biasanya tidak lurus dan tidak rata. Sesar atau fault adalah rekahan-rekahan yang mengalami geserangeseran yang jelas. Menurut [Puspito,2000] batas lempeng dalam skala yang lebih kecil dikenal sebagai sesar yang merupakan suatu batas yang menghubungkan dua blok tektonik yang berdekatan. Sesar (fault) merupakan bidang rekahan atau zona rekahan pada batuan yang sudah mengalami pergeseran (Williams, 2004:76). Sesar terjadi sepanjang retakan pada kerak bumi yang terdapat slip di antara dua sisi yang terdapat sesar tersebut (Williams, 2004:259). Lipatan atau fold adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga batuan pindah dari kedudukannya semula membentuk lengkungan. Selain itu, lipatan adalah lapisan kulit bumi yang mendapat tekanan yang arahnya mendatar. 2.6 Strike dan Dip Strike adalah arah dari garis yang dibentuk oleh perpotongan lapisan batuan tersebut dengan bidang horisontal (permukaan bumi). Sedangkan dip adalah sudut yang dibentuk oleh perlapisan batuan tersebut dengan bidang horisontal, dan diukur pada bidang vertikal yang arahnya tegak lurus strike.

Anda mungkin juga menyukai