PENDAHULUAN
Tuberkulosis adalah penyakit yang sudah dikenal sejak dahulu kala, dan
telah melibatkan manusia sejak zaman purbakala seperti terlihat pada peninggalan
sejarah.Di Jerman, tulang – tulang manusia yang berasal dari masa prasejarah ( 8000
SM), menunjukkan degan jelas adanya penyakit ini.Dari fosil yang berasal dari tahun
2005 – 1000 SM di Mesir terlihat bukti – bukti penyakit ini pada tulang spinal.Catatan
– catatan kuno di India dan Cina menunjukkan bahwa penyakit ini juga sudah dikenal
disana.
Penyakit ini adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh basil Mycobacterium
tuberkulosis yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis pada jaringan. Infeksi ini dapat mengenai berbagai organ di
dalam tubuh, tetapi yang paling sering terkena adalah jaringan paru.
1
BAB II
PEMICU
Ibu Sari, umur 45 tahun, menderita batuk yang telah dialami selama lebih
kurang 3 bulan dan telah minum obat batuk, tapi batuknya tidak berkurang. Tadi pagi
Bu Sari mengalami batuk, dan ada bercak darah.Selama ini nafsu makan Bu Sari
berkurang dan berat badannya turun.Sejak lebih kurang empat tahun yang lalu, dokter
mengatakan Bu Sari menderita Diabetes Melitus, dan berobat tidak teratur.
Apa yang terjadi pada Bu Sari?
2
BAB III
MORE INFO
MORE INFO 1:
RPO: OBH, belum pernah mendapat OAT
Pemeriksaan fisik: toraks:
Inspeksi: simetris fusiformis
Palpasi : stem fremitus meningkat pada lapangan tengah paru kanan
Perkusi : Beda, pada lapangan tengah paru kanan
Auskultasi : suara pernafasan Bronkial dengan suara tambahan adanya ronki basah
pada lapangan tengah paru kanan
MORE INFO 2:
Sari mempunyai seorang keponakan bernama Susi, berusia 6 tahun yang telah
dirawatnya sejak bayi. Sejak 1 bulan ini, Susi mengalami demam berulang dengan
suhu yang tidak terlalu tinggi, batuk yang berdahak, penurunan nafsu makan dan berat
badan.Uji tuberculin menunjukkan indurasi 20 mm, dari pemeriksaan laboratorium
didapati LED 50 mm/jam, dan pada pemeriksaan foto toraks didapatkan pembesaran
kelenjar limfe parahilar.
Apa yang terjadi pada Susi?
3
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Batuk
4.1.1 Definisi dan klasifikasi
Batuk merupakan masalah yang bisanya dihadapi oleh setiap orang. Batuk
adalah refleks pengeluaran alami dari mekanisme pertahanan tubuh untuk
mengeluarkan sekresi yang berlebih, mukus, irritan, toksin, dan benda asing yang
terdapat pada saluran pernafasan. Batuk melindungi sistem respirasi dengan
membersihkan saluran nafas baik volunter ataupun involunter.
Batuk pada dasarnya dapat diklasifikasikan yaitu batuk produktif dan batuk
nonproduktif. Batuk produktif juga disebut sebagai batuk efektif karena mengeluarkan
mukus atau sekresi dari paru – paru. Batuk produktif kebanyakan adalah akut dan
sering disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan jamur. Batuk jenis ini sebaiknya
jangan dihentikan karena infeksi rekuren dan konstan tetap ada dan jika dihentikan
maka tidak ada mekanisme untuk mengeluarkannya.
Batuk nonproduktif, disebut juga batuk tidak efektif karena tidak akan
mengeluarkan mukus atau sekresi dari paru – paru. Batuk nonproduktif merupakan
batuk yang kering dan batuk iritasi tanpa dahak. Batuk nonproduktif biasanya kronis
dan disebabkan oleh iritasi, debu, rokok, dan odem. Batuk nonproduktif juga dapat
disebabkan oleh lemahnya otot – otot pernafasan, mukus yang kental, dan penyakit
silia yang membawa mukus di saluran nafas.
Batuk juga dapat diklasifikasikan dengan akut adalah batuk terjadi tidak lebih
dari tiga minggu contohnya adalah batuk infeksi, kronik adalah batuk lebih dari tiga
minggu, batuk kering adalah batuk yang tidak disertai dengan mukus, batuk basah
adalah batuk yang disertai dengan mukus atau sekresi, batuk dari dada dan batuk dari
tenggorokan dimana produktif atau tidak produktif, batuk paroksimal adalah batuk
4
yang berulang atau spasmodic, batuk bovine adalah batuk yang tidak bersuara karena
paralisis dari laring, dan batuk psikogenik adalah batuk yang disadari oleh pasien
untuk mendapatkan perhatian.
Efek batuk selama batuk adalah anus akan tertutup dengan rapat yang dapat
menyebabkan fisura dari anus, penekanan pada abdomen akan meningkat yang dapat
menyebabkan hernia pada diafragma, otot perut, atau pada kantung skrotum. Karena
adanya penekanan pada dada dapat menyebabkan emfisema oleh udara, dan pada
batuk yang keras, dapat terjadi sakit kepala.
Diagnosis dapat dibuat dengan cara mengenali jenis batuk, sputum, dan
adanya hemoptisis, nyeri, sulit bernafas, bersin,dll. Pemeriksaan klinis dijumpai
5
kongesti paru, hidung, iritasi dari tenggorokan dan auskultasi paru sangat penting
untuk mengeluarkan diagnosis rale, ronki, dan wheezing. Batuk dapat didiagnosa
dengan riwayat dari pasien dan karakter dari batuk seperti batuk pada perokok maka
dicurigai akibat rokok yang menginduksi bronkitis, batuk pada bayi yang dicurigai
malformasi dari saluran nafas, jika batuk berulang pada anak – anak maka dicurigai
adanya komplek primer,jika batuk yang kuat pada anak maka dicurigai adanya batuk
rejan, batuk pada saat bekerja maka dicurigai adanya penyakit paru akibat kerja dan
batuk pada malam hari dengan sulit bernafas dan wheezing dicurigai asma atau gagal
jantung.
Prevensi dari batuk adalah dengan menghindari paparan rokok dan debu, tidak
bekerja di lingkungan yang penuh dengan polusi, mencegah makanan yang dingin,
mencegah kontak dengan orang yang terinfeksi atau gunakanlah masker, penggunaan
dekongestan nasal semprot atau sirup. Selain itu, beristrirahat dengan ventilasi yang
6
baik, minum banyak untuk memudahkan pengeluaran mukus, makan sedikit- sedikit
untuk mencegah terjadinya muntah, dan steam inhalation untuk mengencerkan dahak.
(Sumber : www.wrongdiagnosis.com)
7
4.2. Tuberkulosis dewasa
4.2.1 Definisi dan klasifikasi
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mycobakterium tuberkulosis. Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit
saluran pernafasan bagian bawah.Di Indonesia, penyakit ini merupakan salah satu
penyakit infeksi terpenting setelah eradikasi malaria.
Sampai sekarang belum ada kesepakatan diantara para klinikus, ahli radiologi,
ahli patologi, ahli mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang keseragaman
klasifikasi tuberkulosis. Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti :
pembagian secara patologis yaitu tuberkulosis primer ( childhood tuberculosis) dan
tuberkulosis sekunder ( adult tuberculosis). Pembagian secara aktifitas radiologis
tuberkulosis paru (Koch pulmonum) aktif, nonaktif, dan quiescent ( bentuk aktif yang
mulai menyembuh). Pembagian secara radiologis berdasarkan luas lesi adalah
tuberkulosis minimal, terdapat sebagian kecil infiltrat non kavitas pada satu paru
maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru. Moderately
advanced tuberculosis, ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm, jumlah
infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru, bila bayangannya kasar
tidak lebih dari sepertiga bagian satu paru. Far advanced tuberculosis, terdapat
infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately advanced tuberculosis.
Pada tahun 1974, America thoracic Society memberikan klasifikasi baru yang
diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat. Kategori 0 adalah tidak pernah
terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak negatif, dan test tuberkulin negatif.
Kategori 1 adalah terpajan tuberkulosis, tapi tidak terbukti adanya infeksi. Disini
riwayat kontak positif, tes tuberkulin negatif. Kategori 2 adalah terinfeksi
tuberkulosis, tetapi tidak sakit, tes tuberkulin positif, radiologis dan sputum negatif.
Kategori 3 adalah terinfeksi tuberkulosis dengan sakit.
8
tuberkulosis paru, dan tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam a) tuberkulosis
paru tersangka yang diobati. Disini sputum BTA negatif, tetapi tanda – tanda lain
positif.b) tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati. Disini sputum BTA negatif
dan tanda – tanda lain juga meragukan.
4.2.2 Epidemiologi
Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke – 3 tertinggi di dunia
setelah Cina da India. Pada tahun 1998 diperkirakan Tb di Cina, india dan Indonesia
berturut – turut 1.828.000, 1.414.000, dan 591.000 kasus. Perkiraan kejadian BTA di
sputum yang positif din Indonesia adalah 266.000 tahun 1998. Berdasarkan survei
kesehatan rumah tangga 1985 dan survei kesehatan nasional 2001, Tb menempati
ranking nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Prevalensi
nasional terakhir TB paru diperkirakan 0,24%.Sampai sekarang angka kejadian TB di
Indonesia relatif terlepas dari angka pandemi infeksi HIV karena masih relatif
rendahnya infeksi HIV, tapi hal ini mungkin akan berubah di masa datang dengan
melihat semakin meningkatnya laporan infeksi HIV dari tahun ke tahun. Penularan
penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuklei.
9
4.2.3.1 Patogenesis
10
• NRAMP1à Natural Resistance Assosiated Macrofag Protein 1 gene
• Merupakan transmembrane ion transport protein yang di temukan pada
endosom dan lisosom yang dipercaya terlibat dalam kemampuan membunuh
bakteri.
11
Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag. Ini disebabkan karena bakteri menghambat TACO yang akhirnya akan
menghambat pematangan fagosom dan bakteri juga menghambat asidifikasi dari
fagosomal.Disini ia bisa terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang
bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil yang
disebut sarang primer atau fokus Gohn. Bila fokus Gohn menyebar ke pleura maka
akn terjadi efusi pleura. Dari sarang primer akn timbul peradangan saluran getah
bening menuju hilus ( limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah
bening hilus ( limfadenitis, regional). Sarang primer limfangitis lokal dengan
limfadenitis, regional disebut dengan kompleks primer ( Ranke). Kompleks simon
adalah sarang TB yang terletak di paru dan merupakan cabang dari fokus Gohn.
Semua proses ini memakan waktu 3 - minggu.
12
4.2.3.1 Patofisiologi dan gejala klinis
sel makrofag yang tidak dapat mencerna bakteri akan menjadi sel
epiteloid dan membentuk granuloma. Setelah 2 – 3 minggu terbentuk nekrosis
jaringan yang akan membentuk pengejuan akibat oksigen yang rendah, pH yang
rendah dan nutrisi yang rendah. Jika imun adekuat maka tejadi kalsifikasi dan fibrosis
sehingga sukses mengontrol infeksi. Dalam keadaan ini basil akan dorman dan lesi
sembuh. Jiha imun tidak adekuat maka terjadi fibrosis lalu liquefaction dan dinding
fibrous kehilangan integritas strukturnya dan akan lepas membentuk necrotic
semiliquid. Bagian yang terlepas akan dikeluarkan sebagai sputum dan jaringan yang
tinggal akan membentuk kavitas. Jika bagian yang terlepas menyebar secara
hematogen ke otak akan menyebabkan meningitis. Sputum dapat menjadi
mukopurulen lalu purulen menyebabkan adanya sekret dalam bronkus yang akan
mengakibatkan adanya suara tambahan berupa ronki basah, selain itu adanya
penyempitan saluran nafas akan menyebabkan dispnea, ronki kering jika tidak
ditemukan sputum. Adanya ronki kering dengan kavitas akan menyebabkan hollow
sound sampai amforik. Adanya mukus dengan jaringan granulasi, ulserasi,
bronkostenosis, radang akan menyebabkan wheezing. Pembuluh darah yang berada di
sekitar kavitas dapat terjadi peradangan yang akan membuat terbentuknya aneurisma
Kraussman dan bila aneurisma ini pecah akan menyebabkan batuk darah. Fibrosis
yang terjadi pada parenkim paru dengan saluran nafas masih terbuka akan
meningkatkan penghantaran dan getaran suara lalu meningkatkan fremitus suara dan
suara nafas menjadi bronkovesikuler atau bronkial didapatkan bronkofoni atau suara
bisik yang disebut whispered pectoriloque.
Ada literatur yang menyebutkan bahwa bila trakea dan bronkus terkena
akan menyebabkan suara yang dihasilkan semakin besar dan sering berulang – ulang
dan bila terkena laring maka kita akan mendengar hollow sound cough ( batuk tanpa
tenaga disertai dengan suara yang serak).
13
splanknikus pleksus brakialis dan nervus interkostalis yang akan menyebabkan nyeri
dada. Kinin yang aktif juga akan mendorong peningkatan permeabilitas kapiler,
meningkatkan sistem komplemen, dan kemotaksis untuk netrofil semakin banyak
yang akan diaktifkan.
Demam dan anemia defisiensi Fe, sel fagosit yang masuk ke pembuluh
darah akan melepaskan endogen pirogen yang akan merangsang pengeluaran
prostaglandin yang akan meningkatkan set point di hipotalamus maka akan terjadi
demam. Demam akan meningkatkan kebutuhan bakteri akan Fe karena suhu tubuh
yang meningkat, oleh karena itu kadar Fe dalam plasma akan menurun dan terjadilah
anemia defisiensi Fe. Ini terjadi bila keadaannya sudah kronik.
4.2.4 Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi dini dan lanjut. Komplikasi dini adalah plueritis, efusi
pleura, empiema, laringitis, usus, Poncet’s athropathy. Komplikasi lanjut adalah
obstuksi jalan nafas yaitu SOFT ( Sindrom Obstruksi Paska Tuberkulosis), kerusakan
parenkim berat SOPT/ fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru,
sindrom gagal nafas dewasa, sering terjadi Tb miliar dan kavitas TB.
14
4.3.2 Patogenesis
Inhalasi basil TB akan masuk ke alveolus dan difagositosis oleh makrofag,
jika imunitas baik maka basil dari TB akan mati.Jika imunitas tidak adekuat maka
akan terjadi destruksi makrofag dan akan terbentuk tuberkel.Tuberkel dapat
mengalami resolusi dan kalsifikasi dan menyebar ke pembuluh limfe. Tuberkel juga
dapat mengalami pengkijuan dan pecah lalu menimbulkan lesi sekunder paru yang
dapat menyebar ke pembuluh limfe.Selain itu, tuberkel yang terbentuk juga dapat
menyebar melalui hematogen ke hepar, lien, ginjal, tulang, otak, dll.
4.3.3 Patofisiologi
M.tuberculosis akan masuk ke dalam alveoli melalui inhalasi droplet. Bakteri
yang masuk ke dalam alveoli akan menyebabkan reaksi antigen- antibodi yang akan
menimbulkan radang, radang tersebut akan menyebabkan terjadinya pengeluaran
sekret atau mukus yang terakumulasi di saluran nafas. Jika proses pembersihan jalan
nafas tidak efektif maka akan menimbulkan respon batuk yang menggunakan otot –
otot abdomen. Ini akan merangsang refleks vagal dan menimbulkan mual dan muntah
dan akibatnya nutrisi untuk kebutuhan tubuh berkurang. Adanya respon batuk – batuk
yang terdapat pada penyakit bronkitis akan meningkatkan sumber stress dan oleh
karena ketidaklengkapan informasi akan proses penyakit dan pengobatan. Selain itu,
bakteri yang ada di alveolus juga akan terdistribusi melalui darah dan merangsang IL
1, dimana IL 1 akan merangsang pengeluaran prostaglandin yang akan meningkatkan
set point anterior dari titik normal di hipotalamus lalu akan menimbulkan respon
menggigil untuk meningkatkan suhu tubuh. Hal ini akan menyebabkan inefektif dari
15
termoregulator sehingga terjadi peningkatan metabolisme tubuh lalu terjadi
pemecahan cadangan makanan yang akan berakibat nutrisi untuk kebutuhan tubuh
berkurang.Pemecahan cadangan makanan juga akan menimbulkan kelemahan fisik
dan akhirnya menimbulkan atropi otot lalu keterbatas aktifitas dan pada akhirnya akan
membatasi aktivitas sehari – hari. Bakteri yang mencapai alveolus juga akan
memunculkan respon tubuh beupa gejala – gejala fisik yang menggangu aktifitas dan
akibat kurangnya komunikasi dan keinginan yang besar untuk didukung akan
menimbulkan stressor keluarga dan akhirnya akan menimbulkan kecemasan.Adanya
sekret di saluran nafas akan menghalangi proses difusi oksigenasi dan tubuh akan
mengkompensasi dengan meningkatkan gerakan pernafasan, ini akan menimbulkan
sesak dan pola nafas tidak efektif sehingga transportasi O2 terganggu, dan akhirnya
timbul kelelahan.
Gejala umum atau nonspesifik TB anak adalah berat badan yang turun tanpa
sebab yang jelas, anoreksia yang akan menimbulkan gagal tumbuh dan failure to
thrive, demam lama yang berulang tanapa sebab yang jelas dan dapat disetai dengan
keringat malam, kelenjar limfe superfisialis membengkak, tidak sakit dan biasanya
multipel, batuk lama lebih dari 30 hari dan diare persisten tidak sembuh dengan
pengobatan diare.
4.3.5 Komplikasi
Menurut Walgen, ada 3 bentuk dasar TB paru pada anak yaitu penyebaran
limfohematogen 0,5 – 3 % menjadi TB milier atau meningitis TB setelah 3 – 6 bulan,
TB endobronkial (lesi segmental oleh karena kelenjar regional yang membesar) dan
TB paru kronik. Komplikasi kompleks primer adalah meluasnya fokus primer yang
16
biasanya soliter dan kadang – kadang multipel, pembesaran kelenjar regional 9 bulan
setelah infeksi dan penyebaran hematogen.
4.5 Pemeriksaan
4.5.1 Pemeriksaan Tuberkulosis Dewasa
Pemeriksaan radiologis merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi
tuberkulosis.Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di apeks paru ( segmen apikal lobus
17
atas atau segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah
( inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru ( misalnya pada tuberkulosis
endobronkial).
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang – sarang pneumonia,
gambaran radiologis berupa bercak – bercak seperti awan dan dengan batas – batas
yang tidak tegas.Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa
bulatan dengan batas tegas. Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma.
Pemeriksaan radiologis sekarang yang lebih canggih adalah CT scan dan MRI.
CT scan lebih superior dibandingkan dengan radiologis biasa. MRI tidak sebaik
dengan menggunakan CT scan tetapi dapat mengevaluasi proses – proses dekat apeks
paru, tulang belakang, perbatasan dada-perut.
18
Pemeriksaan sputum merupakan hal yang sangat penting karena dengan
ditemukanny kuman BTA maka diagnosa sudah dapat dipastikan. Cara pengambilan
sputum adalah pasien dianjurkan minum air sebanyak ± 2 liter dan diajarkan cara
melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan menggunakan mukolitik ekspektoran
atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik selama 20 – 30 menit. Kriteria sputum
BTA positif bila sekurang – kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu
sediaan. Untuk pewarnaan sediaan dianjurkan memakai cara Tan Thiam Hok. Selain
itu masih ada pewarnaan yang lain seperti Ziehl Nelson dan auramin rhodamin.
Medium pembiakan yang digunakan adalah Lowenstein Jensen dan Ogawa atau
kudoh.
19
Uji laboratorium yang digunakan adalah hitung sel darah, LED, enzim hepar,
urinalisis, asam urat, mata,dll. Foto rontgen paru dilakukan dalam posisi lateral dan
PA untuk menilai pembesaran kelenjar hilus dan mediastinum, pneumonia, atelektasis,
efusi pleura, dan gambaran milier. Selain itu, fluoroskopi dan CT scan juga dapat
dilakukan.
4.6 Pengobatan
4.6.1 Pengobatan Tuberkulosis Dewasa
Lini pertama pengobatan tuberkulosis adalah isoniazid/ INH (H), rifampicin
( R), ethambutol (E), Pyrazinamide (Z) dan streptomicin (S). Sedangkan pengobatan
lini kedua adalah amikacin, capreomycin, cycloserine, ethionamide,
fluoroquinolone,dll. Lini kedua digunakan apabila resisten terhadap obat anti
tuberkulosis (OAT) lini pertama, gagal dengan terapi konvensional, dan pertimbangan
terhadap efek toksik OAT lini pertama.
20
ke seluruh jaringan, mempenetrasi sel bakteri dan dapat melintasi sawar darah otak.
INH diberikan per oral dan dimetabolisme di hepar melalui reaksi asetilasi. Efek
samping INH adalah hepatitis, neuropati periferal, SLE like Rash, ganguan mental,
dan reaksi hipersensitifitas.
21
protein.Streptomisin hanya dapat diberikan secara parenteral. Efek samping adalah
ototoksisitas yang menetap, gangguan vestibuler/ keseimbangan dan nefrotoksisitas.
Daftar obat anti tuberkulosis, yang mempunyai sifat bakterisidal sesuai dengan
dosis pemakaian.
Streptomisin 15 – 25 25 – 30
( 0,75 – 1 g) ( 0,75 – 1 g)
Isoniazid 5 – 11 15
Rifampicin 10 10
(450 – 600 mg) (450 – 600 mg)
pirazinamid 30 – 35 50
(1,5 – 2 g) (1,5 – 3g)
Daftar obat anti tuberkulosis, yang mempunyai sifat bakteriostatik, sesuai dengan
dosis pemakaian, aktivitas obat dan efek samping yang mungkin terjadi.
22
Etionamid 15 – 30 - Nausea, Sama
( 0,75 – 1 g) muntah, dengan
hepatotoksik diatas
PAS (P) 150 - Gastritis, ekstrasel
(10 – 12 g) hepatotoksik
dibagi
Tabel, Patokan pemberian obat antituberkulosis pada anak sesuai dengan luas
proses.
Tipe tuberkulosis Macam obat Frekuensi lamanya
Infeksi primer H 5 – 10 mg/kgBB Dosis tunggal 6 bulan
asimptomatis di setiap hari
bawah 5 tahun
dengan reaksi
tuberkulin positif
kuat
Kelainan radiologis H 10 mg/kgBB Dosis tunggal 6 bulan ( S dan Z ,
minimal atau R 15 mg/kgBB setiap hari 2 bulan)
tuberkulosis S 20 mg/kgBB
simptomatik Z 40 mg/kgBB
Tuberkulosis tulang H 15 mg/kgBB Dosis tunggal 12 bulan( S 2
belakang R 20 mg/kgBB setiap hari bulan)
S 20 mg/kgBB
Meningitis H 15 mg/kgBB Dosis tunggal 12 bulan( S dan Z,
R 20 mg/kgBB setiap hari 2 bulan)
S 20 mg/kgBB
Z 40 mg/kgBB
23
BAB V
ULASAN
Ada beberapa hal masih belum jelas dalam hal, mekanisme kerja TB menjadi
resisten. Setelah mendapat penjelasan dari narasumber dalam pleno disimpulkan
bahwa hal itu disebabkan adanya proses mutasi dari bakteri tuberkulosis.
24
Nasehat apa yang kita berikan kepada pasien yang kontak dengan pasien TB
agar tidak terinfeksi? Berdasarkan kategori maka orang tersebut masuk dalam
kategori pertama dimana terdapat kontak teatpi tidak timbul infeksi ataupun sakit
maka kita dapat memberikan profilasis I yaitu isoniazid selam 3 bulan. Selain itu, kita
juga bisa tanpa menggunakan obat – obatan yaitu dengan menjaga kesehatan tubuh
kita sehingga imunitas kita baik dan mungkin bila sangat diperlukan kita dapat
menggunakan masker.
Apa efek OAT terhadap kadar gula darah? Berdasarkan penelitian Takayasu,
diaktakan bahwa rifampisin akan menginduksi terjadinya hiperglikemia pada fase
awal tatape tidak ada satupun kasus yang dijumpai bahwa rifampicin menyebabkan
diabetes.Obat anti tuberkulosis yang lain jarang ditemuai mempengaruhi kadar gula
darah. Kelebihan dosis INH dapat menyebabkan hiperglikemia tetapi hal ini jarang
terjadi, diabetes menjadi sulit untuk dikontrol dengan menggunakan pirazinamid.
Hipoglikemia mungkin dapat dijumpai pada penggunaan ethionamid dalam kasus
yang jarang.
Bagaimana darah bisa terdapat pada saat batuk? Pertanyaan ini telah dijawab
dalam patofisiologi yaitu adanya aneurisma kraussman yang pecah akan melepaskan
darah dan bercampur dengan sputum dan adanya mekanisme batuk yaitu adanya
inspirasi yang dalam yang akan diikuti dengan penutupan glotis selanjutnya terjadi
relaksasi dari diafragma dan kontraksi dari otot abdomen dan interkostal. Oleh karena
itu batuk dapat disertai dengan pengeluaran darah.
BAB VI
KESIMPULAN
Ibu Sari menderita TB paru yang diperparah dengan diabetes melitus dan
diperlukan uji sensitifitas untuk menentukan pilihan obat antituberkulosis. Susi
diduga terinfeksi Mycobacterium tuberkulosis dan diberikan profilaksis sekunder
dosis tunggal INH 5 – 10 mg/KgBB sampai kultur dilakukan.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Cough. available at
http://archives.chennaionline.com/health/Homoeopathy/2004/10homoeopathy12.asp.
Guptan, Amrit dan Ashok Shah. Tuberculosis and Diabetes: An Appraisal. Delhi
: University of Delhi.Ind.J.Tub,2000.47,3.
27