RATISEJIWA 1 – SYU’ARA’
Sirnanya Cahaya ‐ Cahayamu
Kemanakah larinya,
semua cahaya yang dulu berkeliling di sudut rumah hatiku ?.
Cahaya yang selalu menerobos masuk kedalam ruang hatiku.
Cahaya yang terang benderang bersama lagu.
Apakah adanya ia ada saat tiadaku ?.
Sehingga tatkala aku benar‐benar wujud di hadapannya,
ia sirna dari pandanganku.
Seakan kehadirannya, adalah bukan untuk diriku.
Seakan ia mencari sesuatu dari diriku,
Dan ku sadar aku terus menutup pintu hatiku.
Sehingga sinarannya menerangi luar ruang hatiku.
Menari‐nari di halaman hatiku.
Ardimdang …
Aku mendengarkan lagu‐lagu
yang terlantun dari kumpulan cahaya
yang berkeliling di rumahku.
Yang mengetuk‐ngetuk pintu rumahku.
Setiap waktu aku duduk di sudut ruang hatiku.
Mendengarkan syair lagu yang terpancar dari celah pintu hatiku.
Setiap saat hampir selalu ruh ku terenggut,
Masuk ke dalam lautan cahaya lagu.
Aku diingatkan Tuhan,
bahwa aku harus menutup pintu hatiku.
Sebelum cinta‐Nya tiba,
maka aku tak boleh membukakan bagi siapapun.
Aku bagaikan seorang perempuan,
yang menunggu di dalam rumah suaminya.
Yang tak boleh membukakan pintu,
kecuali dengan izin suaminya.
Namun lantunan lagu membuat aku gelisah.
Seakan ada kebersalahan karena ku menutup pintu darinya.
Namun ku tahu Ia lebih mengerti.
sinar‐Nya pasti mengurusinya.
Ardimdang …
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
2 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Aku yang terkunci di dalam ruang hatiku selalu bertanya kepada Tuhan,
“Apakah aku akan terus berada di dalam kurungan ?.”
Sehingga tak ada kesempatan untuk memberikan hidangan,
Dan menari di dalam lautan lagu wanita pembawa lentera.
Tapi ku sadar bahwa aku seorang tawanan.
Yang jiwaku hancur pabila keluar dari penjara‐Nya.
Sinaran lentera akan memusnahkanku.
Lagunya akan menguapkanku.
Lentera itu bisa membuat aku luluh lantak.
Musnah sebelum aku bertemu cahaya‐Nya.
Oleh sebab itu, Ia kunci rapat ruang hatiku.
Agar aku tak keluar dan musnah oleh sinaran cahaya lentera.
Ardimdang ..
Ku cinta ketulusan yang telahir,
dari lagu dan cahaya lentera.
Karena tulusnya cinta Tuhan terhadap cahaya Muhammad,
dan cinta‐Nya terhadap lagu Daud sang penyayi.
Namun ternyata cintaku,
telah membuat pembawa lentera berputar.
Cahayanya berkilat‐kilat di lubang pintu,
Seperti serangga bercahaya di malam gelap.
Lantunan lagunya menarik‐narik ruhku dari jasad.
Memaksaku untuk keluar dan menari bersamanya.
Membuat hatiku tergerak,
Untuk membukakan pintu dan berputar‐putar bersamanya.
Ku berdiri di balik pintu,
Lantunan lagunya telah membuat tariannya nampak dipelupuk mata.
Tangisan dan do’anya kepada Tuhan terdengar di dalam telinga.
Membuat hatiku terhanyut dan menangis karenanya.
Ku bertanya kepada Tuhan,
Apa yang bisa ku lakukan,
Tatkala hamba‐Nya menangisiku
Karena keterpenjaraanku di dalam ruang hatiku.
Tatkala aku mengintip dirinya di balik pintu.
Suara dari hatiku memusnahkan daya tariknya.
Ia menghardik diriku dan mengancam,
“Awaslah keputusan Ku.”
Ku berkata kepada hatiku,
3 Meraba hati mensejahterakan jiwa
“Hasratku untuk menanti cinta‐Nya telah begitu kuat.”
Maka terbukalah perlahan pintu hatiku.
Dan tersinarilah aku dengan cahaya yang berkeliling di sekitar ruang hatiku.
Kupancarkan cahaya dari hatiku.
Sehingga cahayaku bersatu dengan cahayanya.
Tatkala rahasiaku terpancar dari hatiku,
Maka reduplah cahayanya.
Seakan lagu kesedihan mulai terlahir dari sinarannya.
Namun Cahayanya berupaya menutupi lantunannya dari diriku.
Mataku yang silau terhadapnya,
Membuat aku hanya berdiri bersama cahayaku sendiri.
Saat ku rasakan bahwa ia pergi dari rumah hatiku.
Ia telah menghentikan semua lantunan lagunya.
Ia telah menelantarkan apinya.
Ia berlalu tanpa mendapatkan hidangan apapun dari diriku.
Ku pikir ia masih berada di sekitarku,
Tetapi rupanya ia hanya meninggalkan lentera bagiku.
Ia telah berlalu bersama lagu.
Yang dilantunkan buat dirinya sendiri.
Hingga tatkala lentera itu padam karena kehilangan lagu,
Ku tersadar akan ketiadaannya dari sisiku.
Ku terduduk di sisi taman bunga mawarku.
Ku petik salah satu, dan ku hirup baunya seraya berkata:
Oh Tuhan, ia beserta Mu dan aku beserta diri Mu jua.
Dalam diri‐Mu aku bersua dengannya,
walau tanpa lagu dan tanpa sinarannya.
Walau yang ku tatap hanya diri‐Mu.
Ku pikir datangnya lentera‐lentera itu untuk menghibur kesepianku.
Tatkala aku terkunci sendiri di dalam ruang hatiku.
Menunggu berita cinta‐Nya yang terkenal.
Menanti raihan cinta‐Nya yang menakjubkan.
Tapi tatkala kesepianku belum berakhir,
Ternyata ia telah meninggalkanku.
Tak ku dengar lagi lantunan lagu,
Tak ku lihat lagi cahaya menembus celah pintuku.
Kuharap segera Ia datang,
Mengisi kesepianku,
Mengobati sakitku,
Dengan memandang cahaya‐Nya dan mendengarkan lagu‐Nya.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
4 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Kembali aku ke dalam ruang hatiku.
Mengunci diriku
Dan duduk di sudut ruang hatiku.
Dalam kegelapan bersama pelita di dalam lubuk hatiku.
Ardimdang …
Saat Tuhan mencintainya.
Maka tak terelak, si tawanan mesti mengungkapkannya.
Bila ia memasuki cahaya‐Nya, pasti ia terperanjat.
Karena yang berucap bukan si tawanan, tetapi diri‐Nya.
Cinta yang satu ini tak menghadirkan diriku,
Karena diriku dalam tawanan‐Nya.
Selama kegelapan meliputi hatiku,
Maka tiada aku beroleh kewujudan dalam sinaran cinta‐Nya.
Bila Cinta‐Nya telah tiba, maka aku akan diwujudkan‐Nya.
Bersama cinta‐Nya aku berlayar memasuki lautan lagu cinta.
Dengan tentram aku memasuki tarian cinta.
Menenggelamkan diri dan memuja cinta‐Nya bersama teman sejati.
Ku hanya bisa hidup bersama cahaya‐Nya.
Seakan wujudku tak ku biarkan ada tanpa cahaya‐Nya.
Bila semua orang mengharap wujudku,
Maka aku menangis tatkala ku tak temukan cahaya‐Nya.
Ardimdang …
Pergilah engkau semua jauhi aku,
Aku tak bisa memberi apapun tanpa cahaya‐Nya.
Tak usah kau tunggu diriku.
Karena mungkin kematian melepaskan ikatan,
Sebelum cahaya‐Nya bersinar di lubuk hati.
Semua orang berlayar bersama arus‐Nya.
Menikmati berbagai cerita yang terukir di pinggiran sungai‐Nya.
Kala waktu telah tiba tuk mendapatkan kedekatan,
Maka kesedihan memuncak tatkala tiada sinaran.
Ardimdang ..
Bila setiap orang bertanya kenapa terjadi masa lalu,
Kenapa dirinya berada di masa lalu ?.
Bila setiap orang telah merelakan dirinya diterangi sebuah lentera.
Kenapa ia meragukan sinarannya bila ia telah rela ?.
Berhentilah bertanya,
5 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Lihatlah ke dalam hati, apakah Tuhan tetap menanti ?.
Karena bila Ia pergi,
Tak ada keindahan yang bisa engkau datangi.
Kejarlah Tuhan selagi engkau mampu.
Karena di sisi‐Nya semua jawaban.
Semua kepastian mengandung rahasia.
Dan semua rahasia, kan menumbuhkan bunga mawar di taman‐taman hati.
Jika kau tengadahkan tanganmu kepada sungai‐Nya,
Ia hanya bisa memberimu air madu yang mengalir di dalamnya.
Padahal madu itu membuat engkau selalu dahaga
Oleh pertanyaan, dimanakan sumber kebahagiaan ?.
Ardimdang …
Ku tatap di wajah‐Nya,
Ada banyak rahasia yang tak terlukiskan.
Semua rahasia digenggam‐Nya
Semua tuntutan baik pasti dipenuhi‐Nya.
Untuk ini semua orang berlayar,
Menghadapi badai besar yang menghadang.
Untuk ini orang bersabar.
Menyendiri di dalam ruang tahanan.
Ardimdang, telah dipastikan.
Keluhan takkan menghadirkan keindahan.
Keindahan adalah diri‐Nya.
Dirinya beserta laskar‐laskar yang indah dengan kesabaran.
Ardimdang, akankah terlupakan … ?
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
6 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Daun Cinta
Aku berkata, “Ini adalah lagu kebenaran”
Daun cinta menjawab, “Berlalulah dengan perintah yang nyata”
Aku berkata, “Wahai daun cinta, Tatkala aku hidup di atas jalan hidupku, aku melihat dirimu.”
Daun cinta menjawab, “Sungguh betapa baiknya, kalau kamu pergi ke dalam hati kamu dan melihat
siapa dirimu.”
Aku berkata, “Lihatlah aku dan engkau akan menangis.”
Daun cinta berkata, “Karena aku tak melihat agama pada dirimu. Maka mana tangisanmu ?”
Cinta Dan Kematian
Duhai cinta yang mendatangkan kematian,
kematian cinta, cinta kematian,
mati karena cinta,
cinta dan kematian,
atau salah satu dari keduanya.
Bila cinta pada‐Nya telah merasuki hati,
Nafsupun akan dikendalikan cinta,
Dan cinta di dalam hati akan menjadi pelita.
Bila cinta telah membuat nafsu terkendali,
Di manapun keindahan cinta akan dikejar.
Sekalipun kematian menjelang,
Dan sungguh cinta membawa kematian
Yang ia akan terbawa hingga mati menjelang.
Karena cinta matipun tak terasa,
Namun bila cinta menemui kematiannya,
Maka nafsupun kembali berjaya.
Dan tiadalah sembarang cinta
Hanya cinta kepada‐Nya yang bisa membakar jiwa,
Yang meringankan derita sakarat
Dan yang mematikan kematian
Hingga keabadian menjelang.
Dalam cinta‐Nya tiada kematian
Karena cinta‐Nya telah mematikan kematian
Cinta‐Nya telah menidurkan rasa sakit
Sementara tanpa cinta‐Nya
Cinta kepada selainnya adalah derita dan kematian
7 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Keheninganku Dalam Keheninganmu
Wahai keheningan
Kenapa kau tak berkata‐kata tentang hatiku,
Padahal keheningan hatiku telah membuat aku pilu
Kurasakan bebasnya aku di dalam nuansa gelapmu,
tetapi di dalam hatiku aku terbelenggu gelapku.
Seakan aku tak pernah bisa meninggalkan segala perkara,
yang menghimpit hatiku.
Rupanya malam tak sama dengan gelapnya hatiku.
Kehadiran Ia padanya tak terjadi di hatiku.
Tatkala mata terjatuhkan dan hati terhijabi
Maka bayangan‐Nya tak kurasakan
Sejelas saat Ia kurasakan di hatiku.
Keruntuhan yang kurasa,
Bukan akhir yang boleh dicinta.
Selama nafas bergerak
Perjalanan harus terus ditapaki
Hingga mata terpejam di tangga yang dikehendaki‐Nya
Ia Antara Aku Dan Engkau
Kita tak akan lepas dari‐Nya
Aku melihat engkau melalui Ia
Ia melihat aku tanpa engkau
Engkau melihat Ia tanpa aku.
Tak tersembunyi …
Garis tangan telah jelas
Ada hukum‐Nya di antara kita
Tiada guna aku ada
Kalau tiadanya aku, aku lebih berada.
Karena ku ingin hanya Ia
Karena Ia pada segalanya
Sementara engkau …
Segala engkau pada Ia
Segala aku pada Ia
Aku atau engkau,
Bukan segala‐galanya buat kita.
Dimanakah aku ?
Saat aku menemukan engkau.
Dimanakah engkau ?
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
8 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Saat engkau temukan aku.
Aku tak melihat karena aku tiada.
Namun aku ada dalam ketiadaan.
Aku memang tiada untuk engkau
Engkau ada untuk aku
Kita bertemu Ia
Yang mana engkau dan aku tiada
Saat aku mengeluh tentang aku
Ku tersadar aku memang untuk Ia
Engkau ada untuk Ia
Ia ada sekalipun kita tiada
Ada dan tiada, saudariku …
Ia tetap ada.
Di manapun kita, ada dan tiada,
Engkau tetap engkau
Dan aku tetap aku
Sementara pada‐Nya, engkau adalah aku.
Maka bersama‐Nya, aku bersamamu.
Sebesar apapun engkau pada ku
Aku menutupi dirimu
Aku melihat engkau pada diriku
Karena kau nampak pada diriku
Aku tak tahu perlukah kau pada diriku
Karena engkau ada tanpaku
Namun aku perlu engkau untuk Ia
Sekalipun aku tiada
Dan engkaupun tiada
Bila ku tanya tentang engkau
Aku tak tahu tentang engkau
Engkau tak tahu tentang aku
Ia tahu tentang kita
Kita tahu siapa Ia
Dimana Ia ?
Dimana kita tatkala Ia ada ?
Dimana aku tatkala engkau tiada ?
Dan dimana engkau tatkala Ia ada ?
Selamanya kita tak akan pernah bersua
Jika kita tak bersua dengan‐Nya
Sekalipun engkau lihat aku
Tanpa‐Nya, yang kau lihat hanya sesuatu pada hatimu
9 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Bukan diriku …
Ada dan tiadanya aku padamu
Tergantung seberapa dalam engkau tempatkan Ia di hatimu
Aku tak bisa ada jika kau tanpa Ia
Sementara Ia ada
Dan tak mengapa tanpa engkau
Asal aku dengan Ia
Kalaupun aku dengan engkau bersatu
Aku kan ingin bila Ia terbit
Dan engkau tenggelam
Sementara akupun tenggelam
Hingga yang ada Cuma Ia
Maka berapakah harganya kita ?
Kenikmatan
Sungguh keselamatan adalah kehidupan
Dan cinta adalah kenikmatan
Ia berhimpun dalam jiwa yang menghuni mahligai‐mahligai firdausi
Yang bertatap dengan Alloh
Yang pada‐Nya ada Rahasia Kesejahteraan
Dalam cinta dan keamanan
Yang berarti cinta yang abadi
Dan jika nikmat lestari
Siapa orang yang tak suka berketetapan pada apa yang Ia sukai sementara Alloh tak beri ia kenyang
sedikitpun, maka tak diangkat ia dari menikmatinya
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
10 Meraba hati mensejahterakan jiwa
RATISEJIWA 2 ‐ MUHASABAH
Bangun
Saat engkau tenggelam dalam alam hayalan atau lamunan, seharusnya engkau menemukan sebuah
suara yang berkata, “Bangunlah engkau dari lamunanmu. Belumkan tiba saat buat dirimu untuk hidup di
alam kenyataan, membangun segala realitas yang bisa kau buat, dan melakukan sesuatu yang maslahat
bagi dirimu dan sesamamu dengan potensi cinta yang ada di dalam hatimu ?.” Dengan suara itu engkau
bisa kembali ke dalam hatimu, lalu mencari kegelisahan yang berkeliaran di hatimu. Kegelisahan yang
disebabkan karena ketidakpuasan hatimu dalam menikmati potensi kesanggupanmu. Fahamilah
olehmu, bahwa segala perkara yang membawa pengetahuan yang ada di dalam benakmu, tak akan
pernah bisa memberikan arti yang sangat besar terhadap rasa bahagiamu, selama engkau belum dapat
merealisasikannya dalm bentuk konkrit yang terasa manfaatnya secara dzahir maupun bathin.
Kemudian engkau terbangun, dan kau berjalan di alam realitas, bergumul tidak dengan dirimu sendiri,
tetapi jua dengan orang di sekitarmu. Kau menemukan berbagai halang rintang dan dorongan, yang
membuat kebahagiaanmu timbul tenggelam. Hingga engkau bisa merasakan kerinduanmu silih berganti
antara kerinduan untuk menyendiri dan bersua dengan sesama. Engkau akan terbaring kelelahan,
karena akal‐pikiran mu terkuras untuk kepentingan usahamu. Kau akan mengalami pasang surut
kehidupan, yang akan memperjelas karakter dirimu dan tingkat pengabdian kepada Tuhan yang kau
miliki. Kau akan terpana, melihat segala yang kau lewati berlalu meninggalkan dirimu. Sementara
engkau tak punya kesanggupan untuk merubahnya, selain engkau bisa menangis dan bahagia.
Tatkala engkau tenggelam dalam kelemahan. Di saat mentari kekuatan untuk memegang ideologimu
tidak bersinar, engkau terseret‐seret menuju alam yang kau tentang. Engkau yang tak sudi bersua dan
bergumul dengan kehinaan, dengan terpaksa memasukinya. Karena engkau tak punya kekuatan dan
engkau harus mencarinya.
Tatkala engkau dilupa hingga kemudian disadarkan oleh secerca sinar pengetahuan yang terbenam di
lubuk hati, engkau terperanjat lalu dengan segera menyimak suara tersebut. Suara tersebut berkata,
“Bangunlah engkau dari kesedihanmu. Kenapa engkau rela membiarkan dirimu menderita semata untuk
mempertahankan kehinaan. Keluarlah dan raihlah perjuangan. Sirnakan segala pendanganmu terhadap
segala arah hina. Balikan tubuhmu dan masuki alam mulia. Berkurbanlah dengan menderita demi
kemuliaan dan menyingkir dari kehinaan. Tatkala kau meyakini ideologi dan menghasratinya di hati,
maka sejak saat itu engkau tak akan pernah bisa bahagia selama hasratmu belum kesampaian. Selama
hatimu bergumul dengan perkara yang kontradiktif dengan ideologimu, maka kau akan sengsara,
hingga binasa. Bangunlah, sebelum kau binasa”
Lalu engkaupun terduduk, mengambil nafas yang dalam. Kemudian memusatkan pikiran dan hatimu
untuk membangun kekuatan ideologis. Kau kemudian berazam untuk keluar dari kehinaan dan
menyirnakan semua ketertarikanmu kepada kehinaan dan melawannya dengan keimananmu. Kau
kemudian berlari kepada Tuhan, yang kau tahu bahwa hanya Ia yang bisa menolong dirimu dan
memberimu kekuatan. Kau kemudian menjadi orang yang sangat keras untuk kembali kepada Alloh.
Semakin keras kerinduanmu terhadap kemuliaan, maka semakin keras perjuanganmu di jalan
kemuliaan.
11 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Kemudian ada suara yang berkata, “Masukilah alam ideologis, dimana engkau tak melihat sesuatu yang
bertentangan di dalamnya selain hanya bayangan yang bisa kau singkirkan. Alam yang dibangun
dengan kekuatan cintamu kepada ideologis dan kebencianmu kepada selainnya. Dengan kekuatan cinta
dan bencimu, yang kau tatap hanya ideologimu. Sementara sesuatu selainnya, sirna dalam
pandanganmu. Hingga tiada dalam pandanganmu sesuatu itu. Engkau hanya melihat apa yang ada di
alam ideologis dan tiada yang selainnya. Segala sesuatu selainnya berlalu tanpa membawa cinta dan
perhatianmu. Kau jadilah kemudian sebagai abdi ideologismu.”
Tatkala engkau telah patuh kepada ideologimu, maka ada suara yang berkata, “bilamana engkau telah
menunjukkan keterpautanmu kepada ideologi Tuhan, maka engkau telah mengabdi kepada‐Nya.
Engkau telah menjejaki jalan‐Nya dan telah menerima santunan‐Nya. Maka terimalah karunia
selanjutnya. Kau akan melihat segala sesuatunya adalah Ia. Karena keterpautan hatimu kepada‐Nya
telah membuat dirimu merasa tentram mengingat‐Nya. Dan rasa hatimu yang menjelaskan
ketidakmampuanmu hidup tanpa Alloh telah membuat dirimu terdorong ke syurga‐Nya. Membuat
dirimu terikat dengan‐Nya dan tak lepas dari‐Nya. Wajahmu melihat‐Nya dan Ia telah menempatkan
wajah‐Nya selalu pada wajahmu. Hingga segala seuatunya membawa dirimu kepada‐Nya. Kau melihat
pada segalanya ada Ia.”
Jika kau telah tersadar akan Ia, maka ada suara kemudian yang memperkuat cintamu kepada‐Nya,
“Janganlah kamu menjadi orang yang menyirnakan semuanya agar engkau bisa melihat‐Nya. Jangan
kau menjadi terlupa bahwa engkau tiada beda dengan mereka. Engkau tak boleh menghinakan mereka
dengan menganggap bahwa mereka layak sirna sementara engkau tak layak untuk sirna. Jika semua
yang sirna itu adalah mahluk‐Nya, maka kenapa engkau belum sirna. Adakah dua pemilik kewujudan.
Jika engkau menganggap dirimu layak ada sementara yang lain sirna, maka malulah engkau kepada
Tuhanmu. Selama engkau belum sirna, maka tak sampai engkau pada jati dirimu.”
Maka setelah itu, kemudian engkau benar‐benar melihat dirimu sirna. Tak ada selain Alloh selain
semuanya sirna. Pada dirimu dan selain Alloh kau melihat‐Nya. Hingga kau tersadar bahwa segalanya
tiada selain Ia saja. Tak kau temukan rasa selain kesadaranmu bahwa Ialah segalanya, yang maujud dan
menyirnakan. Hingga kau temukan betapa dalamnya ruang Ketuhanan, dan terlupalah engkau dari
segalanya.
Membuka Cinta
Untuk mendapatkan arti dari cinta yang sejati, maka engkau harus memperhatikan dan mengejar
kerinduanmu hingga kerinduan itu mencapai titik puncaknya, hingga engkau mabuk oleh sebab
kerinduanmu itu.
Tetapi mabukmu karena cinta kepada Alloh adalah lebih baik dari pada mabukmu karena mencintai
barang yang tak kekal dan tak mendatangkan sesuatu selain kemadharatan. Sebab Alloh adalah
Tuhanmu yang tak ada seorangpun yang menyamai dan menandingi kekuasaan dan kebesaran cinta‐
Nya.
Setelah engkau melewati waktu dengan menjaga keinginanmu untuk mendapatkan cinta Alloh, terus
berusaha agar diri tetap menuju cinta‐Nya, dan memperhatikan agar hatimu tetap melakukan hal itu
semua, maka engkau akan menyaksikan bahwa sesungguhnya di dalam hati mahluk ada rahasia cinta
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
12 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Tuhan. Dan setelah engkau rasakan beratnya menjaga hati, maka engkau sadari bahwa untuk cinta‐Nya,
engkau butuh pengurbanan yang tinggi.
Sesungguhnya dirimu itu lemah dan kelemahan itu merupakan ciri utama hamba Alloh. Dengan
kelemahanmu itu, engkau berusaha mencari jalan menuju cinta‐Nya dan mendapatkannya. Tetapi
engkau tak akan pernah bisa mencintai jalan‐jalan menuju cinta‐Nya kecuali engkau mendapatkan
kekuatan dari Alloh dan mendapatkan kedekatan yang sangat kepada Alloh. Terlebih untuk mencintai‐
Nya dengan penuh kesadaran, kemantapan, dan hati yang suci dari keberpihakan kepada apa yang
dibenci‐Nya karena kuatnya keberpihakan kepada apa yang dicintai‐Nya, maka engkau membutuhkan
pengetahuan, keyakinan, kesungguhan, dan jelasnya arah tujuan perjalanan hidup serta tugas
kehambaan.
Engkau membutuhkan kedekatan kepada‐Nya dan ungkapan yang ikhlas atas kelemahan diri kepada
Alloh, sebagai bentuk pertawakalan diri dan permohonan akan pertolongan Alloh SWT. Namun apalah
artinya ungkapanmu bila hanya sebatas lisan. Ungkapan ikhlas yang dituntut oleh setiap pecinta adalah
ungkapan yang terlahir karena kesadaran dan rasa butuh yang sangat. Dan tak akan pernah bisa ia
mendapatkan rasa butuh seperti itu jika ia belum mengetahui bahwa tanpa cinta‐Nya dan mencinta‐
Nya, ia tak bisa hidup dan bahagia.
Pengurbanan
Derita yang kau rasakan adalah ungkapan perasaanmu yang harus kau tanggapi dengan sikap sabar.
Jangan kau mengeluhkan atas apa yang Alloh timpakan kepada dirimu. Alloh telah membentangkan
jalan agama agar engkau mendapatkan keberuntungan dari derita yang menderamu. Bersabarlah dan
berdirilah engkau di atas jalan‐Nya. Sungguh engkau tak akan sanggup berdiri dengan tabah dan penuh
pengharapan kepada‐Nya bila engkau tak punya cinta yang kuat kepada‐Nya.
Lahirkanlah cintamu kepada‐Nya, karena cinta kepada‐Nya merupakan kekuatan bagi dirimu untuk
hidup atau mati dengan membawa dan menikmati cinta‐Nya. Dan tiadalah cinta‐Nya itu selain
kenikmatan yang abadi tan tak terkira.
Bila engkau telah disanggupkan Alloh untuk menanggalkan segala perkara yang dibenci‐Nya, maka
engkau akan medapatkan tekanan‐tekanan rasa yang akan membawa dirimu bisa menikmati keindahan
cinta‐Nya, sampai tak ada penolakan hatimu akan rasa butuhmu kepada cinta‐Nya.
Penyesalan
Bila engkau ingin bertaubat maka lakukanlah selagi ada waktu dan ada keinginan. Ketidakberdayaanmu
untuk bertaubat menunjukkan bahwa engkau lemah dan membutuhkan penolong. Sekalipun engkau
penuh dosa dan banyak dicela‐Nya, Ialah satu‐satunya penolong yang tepat bagimu. Jika engkau malu
kepada‐Nya, maka tunjukanlah rasa malumu dengan menyesali dosa‐dosamu. Menghadaplah kepada‐
Nya sekalipun engkau takut mendekati‐Nya. Bersungguhlah dalam bertaubat, nisacaya engkau akan
dihibur‐Nya dengan dibukakan pintu maaf.
13 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Bila masa belum mempertemukanmu dengan taubat yang benar, maka teruslah berusaha agar
taubatmu bisa sempurna. Kesungguhanmu dalam bertaubat tak akan disia‐siakan Alloh. Setiap diri
menuju apa yang dihasratinya. Semua hasrat di hatinya akan melapangkan jalan sehingga ia dengan
mudah bergerak kepada yang dihasratinya. Berjuanglah melawan segala halang rintang. Karena
perjuangan itu merupakan indikator ada tidaknya kesungguhan di hatimu untuk mendapatkan apa yang
engkau perjuangkan.
Lemah
Engkau boleh‐boleh saja memutuskan niatmu. Tetapi jika niatmu itu adalah sesuatu yang ada kaitannya
dengan ibadah kepada Alloh, maka memutuskannya karena engkau tak tahan akan desakan hawa nafsu
yang ingin agar engkau memutuskannya adalah kehinaan yang akan menjauhkan dirimu dari pada
Tuhan.
Alloh menghendaki dengan penahanan dorongan nafsu itu agar engkau naik derajat. Namun engkau
tidak menghendakinya dan hanya diam saja tatkala dirimu tenggelam dalam ketidaksanggupan.
Berharap dan bersedihlah untuk mendapatkan kebebasan darinya wahai diriku, karena keadaan
tersebut tidak baik bagi dirimu. Sadarlah, bahwa engkau itu lemah dan butuh pertolongan Alloh untuk
bisa menaiki tangga kedekatan kepada‐Nya dengan ibadah.
Tancabkanlah keyakinanmu di dalam hati, lalu bersegeralah menunju Alloh. Renungilah kekalahan dan
kelemahanmu, serta kembalilah membina jiwamu hingga ia menjadi jiwa pejuang yang soleh.
Bila engkau menyesal karena engkau tak dapat menaiki tangga kedekatan dengan kekalahanmu itu,
maka ketahuilah olehmu bahwa nuranimu sudah mengetahui bahwa kedekatan itu merupakan hal yang
benar‐benar dibutuhkan oleh dirimu.
Tatkala nuranimu mulai bosan dengan segala keresahan dan dorongan kejahatan, maka iapun
merindukan ketenangan dan kebaikan akhlak. Dengan ketenangan dan kebaikan akhlak, maka engkau
bisa dengan leluasa bertaqorub kepada Alloh.
Jika jiwamu lemah dalam menghasrati kebaikan, lemah dalam meluruskan nafsu dengan aturan Tuhan,
maka bagaimana engkau bisa bergerak menaiki tangga kedekatan dengan amal ibadah ?. bagi seorang
hamba yang lemah, yang di dalam hatinya menghasrati kedekatan dengan‐Nya, maka ia tak akan pernah
mudah beroleh kebahagiaan di dalam hidupnya. Hanya cinta‐Nya kepadamu saja yang bisa membuat
kehidupanmu berubah. Maka carilah cinta‐Nya dengan mengikuti kekasih‐Nya.
Rubahlah dirimu dengan mengikuti manhaj cinta‐Nya. Carilah cinta‐Nya yang mengalir di dalam
kehidupanmu. Rasakanlah kecintaan Alloh kepadamu, maka engkau akan menemukan segala cermin
yang akan membuat dirimu bisa mengenali kedudukanmu di sisi‐Nya dan rasa butuhmu kepada Tuhan.
Pandanganmu kepada cinta‐Nya tak akan bertahan lama, karena ia segera menguap karena
kekalahanmu dalam menghadapi hawa nafsu. Namun ia segera terbentuk kembali tatkala engkau
dilanda sedih dan diliputi kerinduan kepada‐Nya.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
14 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Alloh mendengar wahai diriku, segala rintihanmu dan keinginanmu untuk melihat cinta‐Nya dan
menemukan manisnya cinta Tuhan. Maka hujanpun segera diturunkan‐Nya untuk membasahi dinding‐
dinding hatimu yang telah kekeringan karena dilanda kekalahan iman.
Kotoran hatimu terbawa air hujan‐Nya (hidayah) hingga yang tersisa adalah kotoran‐kotoran keras
akhlak yang telah menjadi tabi’at. Ia harus dicuci dengan melakukan perjuangan yang keras. Engkau
harus bersabar mencucinya setiap saat, dengan melakukan perkara yang bertentangan dengan tabi’at
buruknya.
Bagaimanapun keadaanmu di sisi‐Nya, istiqomahlah kamu dalam berbakti dan mengharapkan diri‐Nya.
Berjuanglah untuk meluruskan hawa nafsumu dengan agamamu, hingga engkau menjadi seorang yang
hanif (lurus) di dalam agamamu. Hingga engkau menemukan kekuatan cinta di hatimu kepada‐Nya, yang
akan membawa dirimu terus menyebut‐Nya dan menerbitkan nuansa ketenangan yang akan melahirkan
jiwa muthmainnah di khalbumu.
Hadapilah segalanya dengan ketenangan, karena itulah sikap hamba yang sejati. Tenang, damai, kuasai
segalanya … dengan Dzikir dan Tafakur !.
Dzat Pencipta
Wahai diriku, ketahuilah bahwa sebelum kamu ada dan semua mahluk ada, Alloh itu telah ada. Alloh
Yang Maha Awal Dan Yang Maha Akhir tak terbatas oleh waktu, sehingga batallah pertanyaan kepan
Alloh ada atau kapan Alloh tiada ?. Sebab Alloh akan selalu ada dan tak pernah tiada. Tak ada selain
Alloh yang bisa melakukan apapun, sebab selain Alloh mampu melakukan apapun adalah karena
dimampukan oleh Alloh. Maka mustahil selain Alloh mampu meniadakan Alloh.
Sesungguhnya Alloh Maujud tanpa Pewujud. Sementara kita dan mahluk lainnya, maujud oleh sebab
diwujudkan Alloh. Dan sadarlah wahai diriku, bahwa pewujud kita itu adalah Alloh yang tak ada selain‐
Nya yang mewujudkan diri‐Nya. Maha Suci Alloh, tiada Tuhan selain Ia. Dzat Yang Maha Esa lagi Maha
Kuasa.
Aloh Yang Maha Sempurna tersebut, tak kenal istilah kemahlukan. Oleh sebab itu, jika engkau bertanya
tentang Alloh yang berkaitan dengan sesuatu yang menyebabkan Alloh nampak membutuhkan selain‐
Nya, maka engkau telah bertanya bukan tentang Alloh Tuhan kita. Jika engkau ingin mengenal Alloh
dengan jalan mengajukan pertanyaan, maka sucikan Alloh dari sifat‐sifat kemahlukan. Karena tak
berfaidah usahamu mencari Alloh, apabila engkau menjejaki jalan menuju mahluk‐Nya dan bukan jalan
menuju Alloh. Bagaimana engkau akan sampai kalau engkau hendak menemui‐Nya dengan
menggunakan jalan bukan kepada‐Nya. Sesungguhnya Alloh memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki‐Nya dan mencabutnya dari siapa yang dikehendaki‐Nya.
Jika engkau benar‐benar ingin kenal siapa Tuhanmu, maka tanyakanlah kepada Alloh dengan cara yang
benar. Penuhi adab kepada‐Nya, dan jangan engkau menyekutukan‐Nya dengan selain‐Nya. Besarkan Ia
dengan mengagungkan‐Nya di dalam hati melalui dzikir dan do’amu. Bukalah pintu kepada‐Nya dengan
pensucian niat serta hasratmu kepada‐Nya. Tak ada yang sampai kepada‐Nya selain mereka yang pergi
menuju‐Nya tanpa memandang selain‐Nya mampu memberikan apa‐apa yang hanya mampu diberikan
Alloh SWT kepada dirinya. Siapa yang telah benar‐benar yakin dan pasrah sehingga tak menganggap
15 Meraba hati mensejahterakan jiwa
sesuatu lebih kuasa selain Alloh, maka ia akan disambut oleh mahluk‐mahluk‐Nya dan akan dibawa
dirinya menuju mahligai‐Nya, untuk berkenalan dengan‐Nya melalui ayat keagungan dan cinta‐Nya.
Sifat Qiyamuhu Binafsihi
Wahai diriku, fahamilah bahwa Alloh itu mandiri. Alloh tak membutuhkan hamba‐Nya untuk melakukan
apapun. Alloh Yang Maha Adil tak membutuhkan pertimbangan selain‐Nya. Karena tak ada selain‐Nya
yang mampu memberikan pertimbangan yang lain dari pertimbangan‐Nya. Sesungguhnya semua selain
Alloh adalah mahluk, dan semua pertimbangan yang terlahir dari akal dan hatinya adalah pertimbangan
yang diciptakan oleh Alloh. Alloh mengetahui semua bentuk pertimbangan mahluk yang diciptakan‐Nya.
Maka bagaimana Alloh butuh kepada selain‐Nya dalam memutuskan suatu keputusan.
Jangan engkau menyombongkan dirimu kepada Alloh. Karena Alloh tak merasa rugi jika kehilangan
kamu. Sadarlah, bahwa kamu akan merasa rugi kalau Alloh jauh dari dirimu. Sebab kamu tak beroleh
perlindungan yang kokoh dari kejahatan yang diciptakan Alloh sebagai ujian bagi keimananmu.
Sesungguhnya Alloh, sebaik‐baiknya tempat perlindungan. Kepada‐Nya semua mu’min berlindung dan
bertawakal. Sesungguhnya Alloh Maha Kuasa Dan Kasih kepada hamba‐hamba‐Nya.
Wahai diriku, jika engkau menganggap bahwa selain Alloh masih mendatangkan maslahat dan mampu
menyingkirkan madharat, sesungguhnya kamu berada dalam kebodohan yang nyata. Allohlah yang
kuasa memberikan kemaslahatan kepada hamba‐hamba‐Nya dan menjauhkan kemadharatan dari
hamba‐hamba‐Nya. Jadi janganlah engkau termasuk orang‐orang yang rugi. Berusahalah untuk keluar
dari kerugian dengan mengharap pertolongan‐Nya. Dan jadilah kamu sebagai orang yang berdiri hanya
dengan Alloh saja, tidak dengan lainnya. Cukuplah engkau menghadapkan wajahmu kepada Alloh,
niscaya semua selain‐Nya menghadap kepadamu. Dan apa yang kau butuhkan selain darimu, Alloh
pilihkan dan datangkan dengan penuh cinta dan keridlaan.
Janganlah kamu bergantung dan mengharapkan selain‐Nya. Bergantunglah kepada Alloh. Ketahuilah
bahwa hanya Alloh yang faham benar keperluan kita. Oleh sebab itu, serahkan semuanya kepada Alloh.
Kebaikan atau keburukan yang kita lihat di hadapan, maka mintalah bimbingan Alloh agar engkau bisa
menghadapi semuanya dengan benar dan selamat. Hanya Allohlah sebaik‐baiknya pembimbing. Alloh
adalah penolong mu’min, yang mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. Sementara
penolong kafirin adalah thoghut, yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan.
Naudzubillah.
Larilah kamu menuju Alloh, karena Alloh tak membutuhkanmu dan engkau membutuhkan‐Nya. Jikalau
engkau menghadapkan wajah kepada‐Nya, niscaya Ia akan memberikan yang lebih baik dari apa yang
bisa kita hadapkan kepada‐Nya. Selemah apapun kita dalam menghadap‐Nya, sesungguhnya Ia
menyediakan lebih dari sekedar menghadapkan wajah‐Nya kepada kita. Ia akan mengaruniai kita
kekuatan tambahan untuk bisa menghadap‐Nya lebih baik lagi.
Maka sadarlah hamba Alloh, sesungguhnya keberuntungan tengah menyelusup kepada dirimu, tatkala
engkau diberikan hasrat di hati untuk pergi menuju atau kembali kepada‐Nya. Barangsiapa yang pandai
menjaganya hingga ia bertambah dan membuat keadaan dan perhubungan kita dengan Alloh lebih baik
dari hari kemarin, sesungguhnya kita mendapat keberuntungan yang nyata. Maka manakah yang baik,
dekat dengan Alloh atau jauh dari Alloh ?.
Sebab Kita Tercipta
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
16 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Wahai hamba Alloh, fahamilah bahwa engkau tercipta untuk Alloh. Engkau ditetapkan‐Nya sebagai
hamba Alloh yang harus menyembah‐Nya dan memenuhi seruan‐Nya. Alloh telah menurunkan agama‐
Nya yang dengannya kamu harus menjalani hidupmu di dunia. Bila engkau melihat kepahitan dan
keterkekangan saat engkau menetapkan diri di dalam aturan‐Nya, fahamilah bahwa itu merupakan
isyarat jalan yang benar. Karena Alloh telah menjadikan perjalanan manusia sebagai perjuangan yang
berat. Alloh telah menjadikan manusia selaku hamba yang harus menjaga dirinya agar tidak terbawa
hanyut kepada kehinaan, sementara dalam dirinya ada nafsu yang selalu membawanya hanyut kepada
kehinaan. Maka sadarilah, bahwa beratnya hidup merupakan jalan manusia. Jika manusia memimpikan
kelapangan jalan, maka mereka sama saja menghasrati ketiadaan dirinya di dunia. Sementara hal itu
mustahil.
Dan manusia banyak yang berhayal lalu menyia‐nyiakan waktunya untuk mewujudkan kebebasan.
Sementara semakin bebas, maka semakin jauhlah manusia dari kemuliaan dan sifat kemanusiaannya.
Mereka menjadi hewan yang lebih buas, yang menganiaya dan tersiksa dalam kebebasannya. Tak
menemukan mereka akan kebebasan sesungguhnya, selain mereka menutup diri dari akibat buruk yang
terlahir akibat kebebasannya. Sehingga dalam kebutaannya, mereka memandang bahwa mereka bebas
dan lepas dari masalah. Padahal tatkala mereka membukakan matanya, maka masalah terus menumpuk
membebani pundaknya.
Lalu kenapa engkau tak tutup matamu dari beratnya kekangan agama Alloh, sehingga engkau pandang
beratnya perjuangan itu sebagai suatu keni’matan ?. Karena tak ada yang terjadi tatkala engkau
menutup mata dalam keadaan seperti itu selain bertumpuk kebaikan di dalam hatimu. Sementara
keburukan‐keburukan menyingkir dari pundakmu. Wahai hamba Alloh, bukankah membuat hati ridla
terhadap beratnya perjuangan di jalan‐Nya lebih baik dari pada ridlanya dirimu terhadap kebebasan
yang membawa dirimu kepada neraka ?. Bilamana neraka Alloh diperlihatkan‐Nya kepadamu, niscaya
engkau memahami dengan yakin apa‐apa yang diutarakan sekarang. Dan sungguh kita akan melihatnya
dengan keyakinan yang tersaksikan.
Dibalik Corak Mahluk
Lihatlah, bagaimana Alloh menciptakan mahluk‐Nya dengan berbagai bentuk dan rupa. Semuanya
adalah hidangan yang dihamparkan‐Nya untuk dirimu. Engkau dihadapkannya pada aturan yang
menerangi, bahwa engkau harus memilih apa yang Alloh ridlai dan menjauhi apa yang Alloh benci.
Engkau harus menggauli hidangan‐Nya dengan cara yang ma’ruf menurut aturan‐Nya. Oleh sebab itu,
maka perlulah engkau memahami aturan‐Nya yang telah diamalkan secara jelas oleh Rasulullah SAW.
Maka ikutikah jalan beliau SAW, karena tiada jalan yang jelas, benar lagi selamat dalam mencicipi
hidangan‐Nya selain cara beliau. Alloh telah menjadikan beliau sebagai tauladan. Maka kenapa kita
mencari jalan yang sulit dan tak jelas dengan menggunakan cara selain yang dicontohkan beliau SAW?.
Berubah‐rubahnya rupa mahluk atau silih bergantinya mahluk yang lalu lalang di dalam hidupmu
menunjukan bahwa kamu berada di antara mereka. Kamu diuji oleh Alloh dengan mereka. Buktinya,
kamu merasakan berbagai perubahan hati saat berdekatan dengannya dan memilikinya atau
kehilangannya. Lalu engkau memilih untuk tidak berubah, padahal Alloh menyuruh engkau supaya
meluruskan perubahan hatimu dengan aturan‐Nya ?.
Kamu tak disuruh selain mengarahkan perasaanmu kepada aturan Alloh. Kamu bebas mengungkapkan
perasaanmu, asalkan sesuai dengan aturan‐Nya. Bahkan bilamana Alloh mencintai atau membenci
17 Meraba hati mensejahterakan jiwa
sesuatu, maka engkau wajib bersikap selaras dengan kesukaan Alloh. Bila engkau diam, maka engkau
terusir. Dusta semua pengakuan imanmu. Alloh Maha Mengetahui apa yang Dzahir dan apa yang Bathin.
Nun dibalik corak mahluk, terdapat uji yang mengupas kepribadian hamba Alloh dan kedudukannnya di
sisi Alloh. Gerakan mahluk akan menggesek hatimu. Lalu hatimu bergerak dan engkau menemukan
perubahan hatimu. Lalu terlihat berbagai rasa yang keluar dari hatimu, menuntut untuk ditampakkan
dalam amal dzahir. Maka jangan tergesa‐gesa, karena tak sebebas hewan kamu dalam menjawab
keinginan hatimu. Kamu harus mencermati keinginan hatimu. Bilamana ia diridloi Alloh sebab
bersesuaian dengan kecintaan‐Nya yang telah Ia terangkan secara tegas di dalam Al‐Qur’an dan As‐
Sunnah, maka berusahalah agar ungkapan hati itu menjelma menjadi sebuah amal dzahir dan amal
bathin.
Siapa yang terseret oleh kekuatan hatinya yang membawa dirinya pada kesukaan nafsu, atau ia
menyengajakan memilih kesukaan nafsu yang dibenci Alloh, maka ia benar‐benar telah mengotori
hatinya dengan kejahatan. Sementara mereka kelak akan tunduk di akhirat lantaran hatinya pernah
terkotori oleh kejahatan. Maka bagaimana dengan mereka yang datang kepada Alloh dengan membawa
kotoran di hatinya ?. Beruntunglah orang yang datang kepada Alloh dengan membawa hati yang tenang.
Qadha Alloh Atas Mahluk‐Nya
Wahai hamba Alloh, sesungguhnya kamu itu bergerak di atas tali takdir‐Nya. Kamu tak bisa lepas dari
takdir‐Nya. Oleh sebab itu berharaplah kepada Alloh agar kamu diselamatkan‐Nya dari ketentuan yang
mendatangkan beban berat yang tak sanggup engkau pikul, yakni siksa neraka yang keras. Semoga kamu
dengannya mendapat apa yang kau hasrati. Dan hasratmu itu merupakan pertanda telah ditetapkannya
apa‐apa yang kamu hasrati sebelum engkau tercipta.
Bersyukurlah kepada Alloh, tatkala Alloh menjadikan dirimu ikhlas berdo’a untuk kebaikan dirimu.
Karena dengannya Alloh telah berbuat baik kepada dirimu. Sebab mungkin saja apa yang engkau
kehendaki telah Alloh tetapkan di masa lalu. Dan Alloh hendak mengisyaratkan kedatangan karunia‐Nya
itu dengan menjadikan engkau berdo’a akan hal tersebut kepada diri‐Nya.
Sebaliknya menangislah kamu apabila kamu tak menemukan dirimu berdo’a kepada‐Nya. Sebab do’a itu
isyarat datangnya karunia‐karunia kepada dirimu. Bila engkau tak menemukan khabar datangnya
karunia, maka bagaimana engkau akan mendapatkan hiburan di dalam perjuanganmu. Sesungguhnya
pemberian Alloh itu merupakan hadiah yang menghibur di kala kita berkecimpung dalam perjuangan
hidup. Sesungguhnya, hadirnya karunia Alloh merupakan kebahagiaan hidup. Dan isyarat
kedatangannya merupakan penyemangat hidup dan ikatan kasih. Maha Suci Alloh, tak ada cinta yang
lebih indah selain cinta hamba kepada Tuhannya.
Mengenal Alloh Dengan Diri Sendiri
Kenalilah Alloh melalui dirimu sendiri, dengan jalan mencintai dirimu sendiri. Janganlah engkau
mendzalimi dirimu dengan melakukan tindakan dosa dan menyimpang dari jalan agama. Sesungguhnya
kecintaan diri kepada dirimu akan membuat engkau menjaga dirimu dari api neraka. Lalu tekadmu dan
cintamu akan membawa dirimu memahami betapa berharganya keselamatan dirimu di akhirat dan di
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
18 Meraba hati mensejahterakan jiwa
dunia. Pemahaman dirimu akan membuat dirimu mencurahkan cinta kasih kepada sesamamu. Engkau
akan menjaga mereka, keluargamu, sebagaimana engkau menjaga dirimu dari api neraka.
Tatkala engkau mendapatkan kemudahan dalam mencintai dan beroleh cinta, fahamilah bahwa itu
semua karunia Alloh. Engkau tak mampu mendatangkan amalan cinta tersebut tanpa ijin‐Nya. Allohlah
yang menghendaki kamu mencurahkan bentuk cinta‐Nya kepada mahluk melalui dirimu dan mahluk‐
Nya yang lain. Alloh menyayangi mahluk‐Nya dengan mahluk‐Nya. Mahluknya merasakan pemeliharaan
Alloh dengan merasakan kasih sayang yang menghampirinya dari berbagai penjuru. Setiap mahluk yang
menghampirinya dengan membawa hidangan cinta, menghantarkan hamba yang melihat kepada‐Nya
untuk menyaksikan bahwa Alloh telah mendatangkan mereka kepada dirinya untuk menyerahkan
hidangan cinta‐Nya kepada dirinya. Maka betapa besar rasa kesyukuran hamba Alloh yang melihat
kepada‐Nya tatkala hamba‐hamba‐Nya datang kepada dirinya. Terlebih karena datangnya mereka dan
melihatnya kita kepada Alloh, membuat bertambah kesadaran kita bahwa Alloh mencintai kita dan
mengurusi kita. Sesungguhnya tiada menutupi mahluk‐mahluk Alloh dari Alloh pada diri hamba‐hamba
yang mengetahui‐Nya.
Dan lihatlah Alloh di saat engkau tertimpa musibah. Jika engkau tak tahu bagaimana Alloh tatkala
menghadapi berbagai macam rupa manusia seperti yang tersebut di dalam Al‐Qur’an, maka bagaimana
engkau akan mengetahui bagaimana Alloh tatkala engkau ditimpa musibah ?. Kajilah Al‐Qur’an dan As‐
Sunnah. Temukan sikap Alloh di sana. Lalu perhatikan dirimu. Dan dimanakah dirimu tatkala keadaanmu
seperti kaum atau orang yang diceritakan Alloh di dalam Al‐Qur’an atau hadits ?. Apakah engkau
sekarang seperti orang munafik yang mengambil sebagian dan melempar sebagian dari hukum‐hukum
Alloh ?. Maka bagaimana sikap Alloh terhadap mereka ?. Jika engkau seperti mereka, Alloh pasti sama
sikap‐Nya seperti kepada mereka. Maka takutlah kamu kepada azab Alloh yang besar. Sesungguhnya
Rasulullah SAW takut kepada siksa Alloh. Oleh karenannya beliau tidak berdusta, tidak
menyembunyikan apa‐apa yang Alloh terangkan, dan tidak takut menerangkan sesuatu dari sisi Alloh
yang mengancam jiwanya. Sungguh tiada takut orang‐orang mu’min itu dicela oleh musuh‐musuh Alloh.
Beradablah kamu kepada Alloh tatkala kamu mendapatkan keni’matan atau musibah dari Alloh. Sebab
tak ada alasan buat engkau untuk menutup mata dari Alloh. Alloh tak pernah terhijab oleh mahluk‐Nya.
Sekalipun engkau tak melihat‐Nya, sesungguhnya Ia melihat kamu. Sekalipun Ia ghaib dalam pandangan
engkau, tetapi engkau tak ghaib dalam pandangan‐Nya. Sesungguhnya Alloh itu ada dan dekat dengan
kita, lebih dekat dari urat leher kita. Maka tak ada alasan buat dirimu untuk menganggap Alloh tiada lalu
tidak beradab saat engkau menghadapi hidangan‐Nya yang manis maupun yang pahit.
Oleh sebab itu, ingatlah kamu kepada ajaran Alloh. Lalu bersikaplah dengan ajaran‐Nya dan dengan
adab yang diajarkan Rasul‐Nya. Dan tela’ahlah di dalam Al‐Qur’an, bagaimana sikap Alloh terhadap
hamba‐Nya yang beradab. Niscaya Alloh bersikap seperti itu pula kepadamu. Wahai hamba Alloh,
sesungguhnya semua urusan hidup diterangkan‐Nya kepadamu. Dan tiada Al‐Qur’an itu selain menjadi
jalan buat hamba‐Nya untuk merasakan atau melihat Alloh dengan selamat.
Maka jauhkanlah olehmu keinginan untuk melihat wajah Alloh seperti kamu melihat hamba‐hamba‐Nya.
Alloh menampakkan wajah‐Nya dengan cara‐Nya sendiri, maka serahkan itu semua kepada Alloh.
Cukuplah engkau merasakan keberadaan‐Nya dan melihat sikap‐Nya di balik tabir. Merasa puaslah
engkau dengan Al‐Qur’an dan Hadits, yang memberitakan kepadamu bagaimana sikap Alloh kepadamu.
Karena apabila engkau berada di balik tabir, Alloh tetap ada dan tak akan pernah meninggalkanmu.
Alloh selalu melihat kepadamu.
19 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Gapailah kerinduan kepada Alloh, yakni kerinduan untuk mengetahui siapa sebenarnya Alloh itu.
Dengan bermodalkan kesadaran atas ni’mat cinta kasih yang telah Ia berikan kepada kita. Bawalah
kesadaranmu itu kedalam samudera kerinduan, karena hamba yang jatuh hati kepada Alloh akan
merindukan bertemu dengan Tuhan yang telah memberinya banyak kebaikan. Sungguh tak akan pernah
hamba Alloh itu melihat kebaikan Alloh, apabila ia tak memandang apa yang Alloh lakukan kepada
dirinya sebagai kebaikan dan tak pernah ia melakukan usaha agar dirinya tetap berada dalam kebaikan.
Telah dibuat terheran‐heran orang kafir kepada mu’minin, karena mu’minin selalu mendapatkan jalan
kesyukuran dan keni’matan sekalipun kemadharatan menimpa diri mereka. Sungguh tak ada yang
menghalangi mu’min dari beroleh kemanfa’atan dari apa yang Alloh tetapkan buat dirinya. Jika saja
kaum kafir mau inabah kepada Alloh, niscaya mereka mendapatkan keuntungan yang serupa. Sebab
Alloh telah memberikan keuntungan itu buat mahluk‐Nya semua.
Tiada yang menghijabi kafirin dari keuntungan itu selain mereka tak pernah mengarahkan dirinya
kepada kebaikan dan mereka tak pernah mengingkari keburukan. Sementara mu’minin, keburukan yang
menimpa mereka menjadi pembuka kesadaran akan kelemahan dirinya, akan rasa butuhnya kepada
Alloh, dan rasa butuhnya kepada ampunan Alloh. Sungguh mu’min takut kepada azab Alloh. Dan tiada
yang menghijabi kebenaran sekalipun hati munafik dan kafirin terhijab dari melihatnya (buta). Tiada
yang bisa menghilangkan matahari, sekalipun di dunia ada orang yang tidak bisa melihat cahayanya.
Muhasabah Pendahuluan Taubat
Kamu hanyalah mahluk yang apabila Alloh kehendaki untuk celaka, pasti tak akan sanggup kamu
menolak‐Nya. Kamu melakukan maksiat kepada‐Nya, maka bukankah kamu pantas untuk dimurkai oleh‐
Nya?. Apabila ada orang yang menyukai segala apa yang Alloh benci, bukankah layak kalau Alloh
membencinya?. Maksiatmu adalah kebencian‐Nya, maka kamu pasti dibenci‐Nya pula. Dan jika
dengan ancaman‐Nya kamu tidak takut, kamu akan berhadapan dengan azab‐Nya sehingga kamu
termasuk orang‐orang yang merugi oleh sebab apa yang kamu perbuat.
Ketidaksanggupanmu untuk menyesal atas sekalian maksiat yang kamu lakukan menandakan matinya
hatimu. Maka bagaimana hati yang mati akan beroleh keselamatan dari perbuatan maksiat?.
Kamu yang hatinya pekat oleh sebab maksiat akan berhadapan dengan kejauhan dari Alloh dan murka‐
Nya. Jika kamu dijauhi‐Nya, kamu akan lupa kepada‐Nya dan kamu akan menyukai segala apa yang Alloh
benci dengan lapang hati. Maka semakin sekaratlah ruhanimu dan busuklah hatimu. Kamu akan lebih
hina dari pada hewan ternak.
Kamu yang lebih suka dimuliakan dan merasa terhina bila orang tak sengaja menghinakanmu, lebih
layak untuk disebut sebagai bangkai. Hai kamu bangkai, siapa yang bisa menghalangi Alloh untuk
melihat ketakutanmu bila orang‐orang menghinakanmu atas segala kehinaan yang kamu miliki. Kalau
Alloh mau, niscaya akan terbongkar kebusukanmu sehingga orang‐orang menghinakanmu. Kamu
berharap agar kehinaanmu tersembunyi padahal kamu tak meminta ampunan kepada Alloh. Kamu
meminta ampunan‐Nya hanya karena takut dicemooh orang dan takut bila kehilangan kemuliaanmu
dihadapan orang, maka bagaimana kamu dapat dikatakan sebagai orang yang kembali kepada‐Nya.
Sementara dengan rusaknya hatimu, kamu cenderung kepada kemaksiatan. Kamu lebih suka melihat
cela orang lain untuk menghinakannya.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
20 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Kamu yang cenderung kepada maksiat adalah orang munafik yang tak benar dalam kehendaknya. Kamu
berhasrat untuk membenci apa yang Alloh benci semata karena pengakuan saja bukan karena kehendak
hati, atau karena dengan melakukan usaha taat itu kamu akan memperoleh kemuliaan dari Alloh yang
akan menjadikan kamu bangga dengan dirimu dan orang‐orang kamu pandang seakan terkagum‐kagum
kepada dirimu. Kamu mabuk, kamu belum bangun dan keluar dari dosamu. Kamu menganggap dengan
perilaku taat kamu sudah bertaubat, padahal hatimu dalam ketaatanmu mengharapkan perhatian
mahluk‐Nya bukan menghendaki kedekatan dengan‐Nya.
Kamu ingin mendekati‐Nya oleh karena kedekatan kepada‐Nya akan membawa kebanggaan bagimu?.
Kamu kira bila berhadapan dengan Yang Maha Agung , wujudmu akan tetap ada?. Kamu terpedaya,
disangkanya kamu telah dekat padahal kamu masih jauh. Disangkanya kamu sudah mulia padahal kamu
hina.
Orang yang dekat adalah orang yang mendekatkan dirinya dengan amalan taat, hatinya mengharap
keikhlasan kepada Alloh, dan tiada ia menghargai dirinya barang sekecil debu sekalipun. Ia memuja Alloh
dan tak memuja yang lainnya. Kamu ingin menuju keikhlasan dengan mata yang selalu melirik kepada
orang dengan harapan mereka memujimu dan membutuhkanmu?. Kamu tertutup dari pintu keikhlasan.
Kamu menyebut‐nyebut‐Nya, padahal hatimu menyebut‐nyebut apa yang disukai syetan. Kamu setan,
sebab kamu memiliki tabiatnya. Kamu tahu bahwa taat adalah kewajibanmu, tapi kamu menyimpangkan
taat oleh sebab kecintaanmu pada selain‐Nya.
Kamu syetan, dan jikalau kamu tak mau dikatakan seperti itu ... keluarlah dari perilakunya. Masukilah
perilaku Ilahiyah. Kamu itu mahluk mulia, namun kamu memilih berperilaku secara hina. Maka kamu
termasuk orang yang sudah gila sebab kamu memiliki hati yang tak mampu melapangkan jalan bagi
dirimu kepada kemuliaan. Mana tetesan air matamu, dan mana keperdulian kepada taubatmu?. Kamu
lebih suka merendahkan orang lain dan kamu lebih suka dipuja oleh orang lain. Kamu Fir’aun yang suka
disembah oleh orang lain. Kamu kira dengan mengharapnya kamu akan kesenanganmu kepada mahluk‐
Nya adalah bukan perilaku Fir’aun. Kamu buta kepada Alloh, maka bagaimana kamu dikatakan melihat
kepada dirmu sendiri.
Kecenderunganmu kepada kehinaan menandakan lemahnya pengabdianmu kepada Alloh. Padahal
sebentar lagi kamu akan mati, tapi kamu berlagak seolah tak akan mati. Silahkan pilih, mempercayai
bahwa kamu akan mati atau kamu tak perduli pada kematian oleh sebab kecintaanmu pada kehinaan?.
Jika kamu tak perduli maka pergilah kamu kepada kehinaanmu, kamu tak perlu diselamatkan, sebab
dengan tak perdulinya kamu kepada kematian menandakan kamu dicampakkan oleh Alloh. Tak akan ada
yang menanggung dosa selain dirinya sendiri. Kamu kira aku bicara kepada orang yang tak perduli pada
masalah keakhiratan?. Apakah kamu termasuk orang yang percaya akan hari akhir?. Maka alangkah
gilanya kamu jika tak ada kesadaran untuk bertaubat dari segala dosa demi untuk sebuah penyelamatan
diri dari segala bencana dan fitnah yang akan menimpa tiap manusia di hari Yang Besar.
Kamu pandai mengungkapkan dosamu, tapi tak pandai untuk bertaubat kepada Tuhanmu. Lihatlah, bila
kamu termasuk orang yang cenderung kepada Alloh, maka kamu termasuk orang yang baik. Tapi kalau
kamu cenderung kepada selain‐Nya dan kecenderunganmu itu bukan karena dan menurut aturan‐Nya,
maka kamu “Gila”. kamu hanya sampai pada penyaksiaan kepada apa yang ku katakan, tapi tak sampai
kepada apa yang kumaksud.
Kematian akan datang menyambarmu, dan jiwamu menuntut pensucian. Bagaimana kalau Alloh
putuskan hidupmu disaat kamu jauh dari‐Nya, bergelimbang dosa, dan bergelut dengan kemunafikan
21 Meraba hati mensejahterakan jiwa
dalam menyembah‐Nya?. Hanya orang yang sholeh saja yang akan ringan sakaratul mautnya. Kamu yang
sama sekali tak pernah memperdulikan masalah siksa kubur dan azab neraka menghendaki kemudahan
dalam sakaratul maut?.
Tiap insan mati sesuai dengan apa yang dicintainya. Kalau ia tak sanggup keluar dari kehinaan disisi
Tuhannya selama di dunia, maka saat akan mati di klimakskanlah kehinaannya dengan gelora siksa
sakaratul maut yang pedih. Dan siapapun yang masih tersimpan dalam hatinya kecenderungan yang
bertentangan dengan perilaku sholeh, maka ia tak akan lepas dari siksa Alloh. Tahukah kamu apa itu
siksa Alloh ?. Yaitu penderitaan yang menyebabkan hilangnya sebagian besar kebahagiaan dan
kemuliaanmu.
Kamu mengharap mati dalam keadaan tenang, namun kamu tak beroleh kedekatan kepada Alloh. Dan
bagaimana akan dekat dengan‐Nya, bila kamu senantiasa melakukan hal yang menjauhkan kamu dari
pada‐Nya. Saat sakaratul maut, maka hilanglah segala keinginanmu untuk beroleh perhatian dari mahluk
oleh sebab kerasnya ujian saat itu. Dalam hal kematianmu kamu lebih mengutamakan anganmu tentang
bagaimana orang‐orang akan merasa berat karena ditinggalkanmu, sehingga selama ini kamu berusaha
untuk mengikatkan hatimu dengan metreka. Kamu lupa bahwa kamu akan bercerai, dan kamu hanya
akan menemukan Allohlah teman yang tak pernah bercerai. Kamu kira merasa beratnya saudaramu
berpisah denganmu akan menghilangkan rasa was‐was yang menerpamu (oleh sebab kamu merasakan
akan datangnya kejadian yang luar biasa di depan sana). Bukankah dengan beroleh kedekatan dengan
Alloh itu lebih selamat dari pada beroleh kedekatan dengan mahluk saja. Karena Alloh mampu
menyelamatkan hambanya yang qorib, dan untuk alasan apa Alloh menyiksa hamba yang telah dekat
dengan‐Nya tanpa dosa yang tak dimaafkan oleh Alloh Tiada ia dekat kepada‐Nya melainkan berkat
pertolongan Alloh pada dirinya sehingga ia mampu mendekatkan dirinya dengan amalan sholeh.
Tak ada yang membuat tenangnya ruh setelah kematiannya selain kedekatan kepada‐Nya dan
kesholehannya. Maka kamu yang mati dengan hina tak akan tenang dari ancaman siksa kubur. Ingatlah,
kalau sekiranya kita tahu apa yang diketahui Rasul, pastilah kita akan merasa belum menjadi hamba yg
baik.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
22 Meraba hati mensejahterakan jiwa
RATISEJIWA 3 ‐ QASHASH
Ini Adalah Lagu Kebenaran
Suatu ketika, seorang hamba Alloh tengah berada di dekat jembatan kecil di bawah rimbunnya pohon
besar yang berdiri tegar di pinggiran jembatan kecil tersebut. Kemudian ia memandang ke arah
seberang jembatan, sebuah sungai terbentang. Di bawah rindangnya pohon ia menikmati keindahan
alam yang ia rasakan. Ia kemudian berkata, “Inilah nyanyian kebenaran.”
Berkata diriku kepadanya, “Wahai saudaraku, kenapa engkau katakan bahwa keindahan alam yang kau
saksikan adalah lagu kebenaran ?.”
Berkatalah ia kepadaku, “Fahamliah olehmu, bahwa mereka itu tidak pernah berdusta tentang Alloh.
Mereka tidak pernah kufur kepada Alloh. Mereka tidak pernah menyanggah ketuhanan Alloh. Jika
engkau tanya kepada mereka tentang Alloh, maka mereka akan mengungkapkan rahasia mereka
kepadamu dengan jujur. Mereka tak menyimpan suatu kepentingan kepada dirimu. Mereka
mengatakan apa adanya tanpa menyimpan rasa keberatan sama sekali.”
“Wahai saudaraku, bagaimana mereka bisa mengatakan tentang Tuhan?.” tanya ku kepadanya.
“Ketahuilah, bahwa ia hanya akan bicara kepada mereka yang mendambakan Tuhannya dan tenggelam
dalam kenikmatan mengingat dan mengagungkan‐Nya.” Jawabnya.
“Wahai saudaraku, kemukakanlah kepadaku, apa yang kau dengar dari mereka tentang Alloh ?.”
pintaku kepadanya.
Iapun berkata, “Wahai saudaraku, ketahuilah bahwa Alloh telah menciptakan alam ini semata untuk
jadi penolong dan jua jadi ujian buat manusia. Sekali waktu, kita akan melihat alam berbentuk seorang
penolong yang memberikan dirinya untuk kepentingan ibadah kita kepada Alloh. Dan suatu ketika ia
datang dalam rupa perompak, yang menyeret kesadaran beribadah kita kepada Alloh. Itulah dirinya
wahai saudaraku. Mereka tak durhaka tatkala mereka jadi penguji kita. Mereka tetap mensucikan Alloh
sekalipun mereka menghalangi kita dari mengingat Alloh.”
“Bila kita berkata kepadanya : wahai alam, kenapa engkau menjadi penghalangku saat aku berupaya
mengingat Alloh ?. Maka ia akan menjawab : wahai manusia, kerjakanlah amal yang terbaik di sisi Alloh
dan jangan kau inginkan aku begini dan begitu sementara kamu tak melakukan apapun untuk merubah
diriku. Jangan engkau menolak kehadiranku kecuali karena engkau menolak apa yang Alloh benci. Jika
engkau menolakku karena engkau tak suka aku menghampirimu, sesungguhnya engkau tidak
memahami urusan hidupmu.” Lanjutnya.
Selanjutnya ia berkata, “Kemudian alam menjadi layar bagi diri kita untuk melihat rahasia yang
tersimpan di dalam hati kita. Ia tunjuki lentera iman yang menyala di lubuk hati kita, lalu ia bertanya :
Tahukah kamu apa yang akan ditanggung oleh mereka yang telah mengaku punya api di dalam
lenteranya ?. Ketahuilah bahwa jangan kamu terpedaya dengan prasangkamu bahwa kamu dicintai oleh
Alloh sementara kamu belum menunjukkan apa yang kamu sangkakan kepada Alloh dengan seluruh
23 Meraba hati mensejahterakan jiwa
jiwa ragamu. Kamu boleh menghasrati Alloh, tetapi ingatlah bahwa untuk meraih cinta‐Nya, maka
kamu harus menunjukkan kesungguhanmu dalam mencintai‐Nya. Dan kini aku datang kepada engkau
menjadi penghalang buat engkau dari Alloh.”
“Kemudian kita akan bertanya : Kalau demikian engkau sama sekali tak merugikan aku. Karena
kehadiranmu adalah jalan buat diriku untuk menunjukkan besar kesungguhanku dalam menghasrati‐
Nya. Dan tatkala ku lihat keindahanmu dan kerusakanmu bisa melalaikan manusia dari Alloh, maka aku
tak pernah tertarik lagi dengan keindahan atau kerusakanmu. Aku akan tertarik kepada perjuanganku
untuk menyikapi keadaanmu dengan jalan yang telah Alloh ajarkan melalui Nabi‐Nya, agar aku bisa
menghadapimu dan mengupas hikmah yang berpahala rahmat‐Nya. “
“Alam itu kemudian berkata : Cobalah fikirkanlah tentang aku dan Tuhan kita. Maka kitapun
memikirkannya hingga kita sampai pada satu kesadaran yang sangat membahagiakan kita. Sehingga
seketika kita berteriak : Ya Alloh, itu adalah Engkau !. “
Aku berkata, “Subhanalloh, bukankah terasa kesirnaan alam dari pandangan kita dan kemudian kita
rasakan kehadiran Alloh di hati kita. ?”
Ia berkata, “Benar wahai saudaraku, tatkala kita menyadari bahwa Allohlah yang telah menyuruh alam
untuk menguji kita, kita kemudian merasakan kehadiran Alloh dengan kesadaran tersebut. Alam telah
mengingatkan kita kepada Alloh. Alam telah memberitahukan kepada kita bahwa ia merupakan
perbuatan‐Nya. Alam membukakan kesadaran kita bahwa Alloh tengah menguji kita dengan
menggunakan dirinya. Alloh memberi kita kenikmatan dan ujian dengan alam ini. Dan kita merasakan
kehadiran‐Nya dengan nampaknya perbuatan Alloh dalam pandangan kita.“
Aku berkata, “Inilah bukti bahwa alam selalu mensucikan‐Nya dan tak pernah mendustakan‐Nya.”
Ia berkata, “Tak ada yang terwujud dari perbuatan‐Nya selain menunjukkan kesucian diri‐Nya. Setiap
orang yang sampai kepada‐Nya akan melihat bahwa perbuatan‐Nya membawa kita untuk mengenal
Alloh yang suci dari keserupaan dengan mahluk‐Nya. Jika engkau mengatakan Alloh itu seperti ini dan
seperti itu, maka ketahuilah bahwa perbuatan‐Nya boleh dijadikan Alloh menyangka Alloh seperti ini
atau itu, tetapi Sang Pemilik Perbuatan, tidak pernah berubah, tetap sebagaimana diri‐Nya.”
Kemudian alam berkata kepada kami, “Dengarlah, suatu ketika Alloh membuat mahluk‐Nya berkata :
Alloh seperti ini dan seperti itu. Dan Alloh itu tidak seperti apapun selain diri‐Nya. Maka tersesatlah
siapa yang dikehendaki‐Nya dan diberi petunjuk siapa yang dikehendaki‐Nya. Penyimpangan dan
kelurusan mahluk‐Nya tidak akan merubah Alloh.”
Akupun terhentak. Kulihat orang tersebut, maka ia tersenyum kepadaku, menguatkan kesadaranku
bahwa ia mendengar apa yang ku dengar. Aku bertanya kepadanya, “Saudaraku, bagaimana kita
mendengar sesuatu yang sama.”
Ia menjawab, “Wahai saudaraku, tidak selamanya yang terputar dalam hati kita adalah hayalan. Tak
selamanya kita melihat dari hati kita apa‐apa yang kita punyai saja. Sesungguhnya alam itu luas. Dan
sebagaimana engkau melihat aku, maka engkaupun bisa melihat apa yang aku lihat, di alam lahir
maupun alam bathin. Jadi, sebenarnya antara engkau dan aku tak pernah tertutupi. Aku mengetahui
apa yang kau rasakan dan engkaupun demikian adanya, selama kita se hati, dan hati kita tidak punya
penghalang untuk melihat ke sana.”
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
24 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Aku berkata, “Demi Alloh, kini aku bisa mendengar sendiri orang yang ingin aku dengar suaranya, yakni
alam. Dan engkau telah menghantarkan aku untuk mendengarkan suara kebenaran.”
Ia berkata, “Wahai hamba Alloh, tahukah engkau bahwa suara kebenaran itu ada di mana‐mana ?.”
Aku jawab, “Aku tak tahu, hanya aku yakin dengan sandaran apa yang ku dengar.”
Ia berkata, “Maka jelaslah bahwa engkau tak tahu apa‐apa tentang kebenaran. Ketahuilah bahwa
kebenaran itu adalah sesuatu yang berasal dari Alloh. Maka yang jelas‐jelas berasal dari Alloh adalah Al‐
Qur’an dan sunnah Rasululloh. Tak ada yang jelas lebih dari keduanya. Oleh sebab itu, kita tak butuh
alat pengenal selain keduanya. Dengan keduanya engkau bisa menentukan apakah suara alam itu dari
Alloh atau bukan. Berapa banyak suara‐suara alam yang kau dengar namun hanya yang sesuai dengan
keduanya saja yang merupakan seruan Alloh. Selainnya hanyalah ujian dari Alloh. Seruan Allohlah yang
harus engkau yakini dan jalani. Sementara selainnya harus kau hadapi dengan sekuat hati, agar engkau
tak tersesat dan lepas dari keberuntungan.”
Aku berkata, “Tambahilah penjelasanmu.”
“Ku rasa cukuplah demikian dariku. Aku berkata kepadamu tanpa engkau minta, bukan karena aku ingin
bicara denganmu. Maka akupun akan mengakhiri pertemuan ini tanpa engkau minta. Ingatlah bahwa
setiap hasil usaha itu tergantung niat. Apa yang kau usahakan akan menentukan hasil usahamu.
Berbaiklah dengan hatimu, dan jangan kau sia‐siakan waktumu. Kelak kita akan bertemu, di tempat ini.
Lalu engkau akan melihat aku berbeda dengan dulu. Dan kini engkau harus memikirkan banyak tentang
perubahanmu. “ Katanya.
Ia menambahi lagi, “Sungguh kita beranjak menuju maut, maka jangan sia‐siakan waktu. Jika engkau
berharap bertemu dengan ku lebih dari harapanmu bertemu dengan Tuhan kita, maka aku tak bisa
menolong orang yang tak beruntung dari kelemahannya tanpa pertolongan Alloh. Sungguh aku
ingatkan kamu agar kamu tidak seperti air yang mengalir begitu saja mengikuti alur sungai. Kau adalah
hamba Alloh yang harus menentukan ke arah mana langkah hidupmu. Jika kau pergi ke arah yang
berlawanan dengan petunjuk yang Alloh berikan, maka engkau tidak akan selamat. Maka janganlah
engkau ingin bertemu denganku karena engkau ingin bertemu denganku. Hasratilah Alloh, niscaya
engkau akan bertemu dengan Ia. Aku tak lebih baik dari Ia. Maka seharusnya engkau menghasrati Ia.
Dan jangan kau sekutukan Ia dengan aku. Takutlah engkau ditinggalkan‐Nya. Karena penderitaanmu
karena ditinggalkan‐Nya lebih dari penderitaanmu karena ditinggal orang yang kamu sayangi di antara
sesamamu.”
Kemudian setelah ia mengucapkan salam, iapun pergi menuju sungai. Aku tak bisa melihatnya lagi
karena ia pergi ke dalam sungai. Kemudian aku berdiri di pinggiran sungai tersebut. Tiba‐tiba ia
menyapaku dari belakang.
“Bukankah aku tidak seperti yang kamu duga ?. Aku tidak pernah seperti apa yang kamu lihat. Maka
janganlah engkau larut dalam imajinasimu. Keluarlah dan hiduplah secara benar. Pandangilah
segalanya secara apa adanya. Dan jika engkau membutuhkan semangat untuk mendekati Alloh, maka
ingat dan cintailah Ia. Hanya itulah jalan menuju kepada‐Nya. Sesungguhnya, pengalaman rahasia itu
tidak menambah kepada dirimu kecuali hanya menambah dekatnya dirimu kepada kemadharatan.
Sebab engkau tidak mendapatkan rahasia dari sesuatu yang nyata. Kamu mendapatkannya dari
25 Meraba hati mensejahterakan jiwa
imajinasi dan tekanan kerinduanmu saja. Dapatkanlah rahasia itu dari usaha nyatamu, niscaya ia
memberimu kebaikan.” Katanya.
Aku bertanya, “Hendak kemana engkau akan pergi. Maka ajaklah aku kemana yang kau sukai. Dan ajari
aku sesuatu yang bermanfaat.”
“Kau lemah dari mengikutiku dan tak boleh ikut denganku sebelum engkau menghadap Tuhan kita
dengan baik. Fahamilah bahwa Ia cemburu jika engkau menduakan hati. Maka menghadaplah kepada‐
Nya dan ungkapkanlah dengan sejujurnya keinginanmu kepada‐Nya. Sesungguhnya aku tak merasa
betah dekat dengamu selama engkau tak menghasrati Alloh dan mengagungkan diri‐Nya. Berusahalah
agar engkau mengagungkan‐Nya sehingga aku tak kau lihat karena agungnya kebesaran Alloh.”
Katanya.
“Haruskan aku selalu ditinggal oleh orang yang mendekatkan aku kepada Alloh.” tanyaku kepada diri
sendiri.
“Tidak harus seperti itu. Sesungguhnya, tiadalah yang dapat kita peroleh selain sesuai dengan
kedudukan kita. Jika kau berdiri di atas bukit tinggi, maka kau akan lihat bukit lainnya. Maka jangan kau
terlena dan merasa puas dengan keadaanmu. Masih banyak bukit yang harus kau daki. Selama engkau
mengira bahwa kelemahan merupakan sesuatu yang wajar dan tak perlu engkau perangi, maka kau tak
pernah akan mendapatkan pandangan yang luas kepada alam raya yang telah Ia bentangkan.
Janganlah berhenti, dan kembalilah ke rumahmu lalu ambil peralatanmu.”
“Mulailah dengan mendaki pohon cintamu, lalu pangkaslah semua daun cinta yang tumbuh karena
cintamu kepada apa yang Alloh benci. Jika pohonmu telah bersih, maka kau akan mendapatkan buah
yang bersih pula. Dan janganlah kamu menjadi orang yang menganggap apa‐apa yang tak bisa terjadi
sebagai sesuatu yang tak pernah akan bisa terjadi. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa‐apa yang
tidak engkau ketahui.”
“Pergilah jika engkau ingin pergi. Dan nikmati apa yang engkau nikmati. Namun jelasnya semua telah
engkau ketahui. Kau tak akan bisa mengambil sesuatu selain sesuai dengan kedudukanmu. Maka
selamat tinggal dan bertemu dalam lain waktu. Jika kau menginginkan ku, sesungguhnya aku ada di
lubuk hatimu. Maka jangan kau pikir aku meninggalkanmu. Karena aku akan selalu mengingatkanmu.”
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
26 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Cinta‐Nya Cinta Kita
Dikisahkan hamba Alloh diuji oleh Alloh di atas muka bumi. Diperlihatkan oleh Alloh kepada dirinya
keindahan‐Nya (ayat‐ayat‐Nya) pada mahluk‐mahluk ciptaan Nya. Namun Alloh menjadikan mata
hamba‐Nya buta, sehingga ia tak pernah mampu menyadari bahwa keindahan yang ia saksikan adalah
keindahan pesona‐Nya.
Dalam keadaan buta, maka hamba Alloh terpesona. Lalu ia mengira selain‐Nya yang memiliki keindahan
cinta‐Nya. Lalu ia mendekat dan mendendangkan lagu cinta kepada yang dicinta. Sementara itu Alloh
tetap bersabar atas kedunguan hamba‐hamba‐Nya. Ia pandai menyimpan kecemburuan.
Hingga bila hamba‐Nya keterlaluan dalam memuji cinta selain‐Nya, maka ditampakkan‐Nyalah
kecemburuan‐Nya kepada hamba‐Nya. Alloh kemudian membuat yang dicinta berkata :
Jika engkau meminta cintaku, sesungguhnya aku tak punya cinta. Cintaku tertuju pada‐Nya, dan tiadalah
yang tersisa selain cinta‐Nya kepada diriku dan orang‐orang yang dicintai‐Nya.
Bila hatiku merindukan cinta yang selama ini telah menghibur dirinya, maka apakah aku harus
menghadapkan ia kepada sesuatu yang bukan penghibur dirinya?. Sejak ku tahu bahwa Ialah penghibur
bagi hatiku, maka tak ada yang ku lihat dari cinta hamba‐Nya kepada diriku selain cinta‐Nya.
Aku tak punya cinta dan aku tak kuasa melahirkan cinta. Cintaku adalah cinta‐Nya. Rasa cintaku
kepadamu dan cintamu kepada diriku adalah cinta‐Nya kepada kita. Maka bagaimana kita saling
menuntut cinta, bila ternyata cinta kita hanya karena adanya cinta‐Nya ?.
Tanpa cinta kita sengsara, dan dengan adanya cinta‐Nya kita bahagia. Kita bisa saling berkasih mesra dan
menjalin cinta karena cinta‐Nya. Tanpa cinta‐Nya maka tiada pula cinta pada kita. Maka dengarlah, cinta
kita adalah cinta‐Nya.
Aku telah membawa engkau kepada cinta‐Nya, maka apakah engkau masih buta?. Kenapa engkau tarik
aku untuk mencintai dirimu dan kau tuntut aku agar memberikan cinta kepada dirimu ?. Adakah cinta
Tuhan pada dirimu ?. Bila ada maka kau akan mendapatkan cinta‐Nya pada diriku kepadamu. Bila tidak,
maka bagaimana aku akan melihat cinta‐Nya disuguhkan kepada dirimu ?.
Jika engkau terpesona akan keindahan yang Alloh semayamkan pada diriku maka lihatlah dengan
seksama, bahwa ia adalah pesona‐Nya buka pesonaku. Semua yang nampak ini adalah buah cipta‐Nya.
Maka sadarlah engkau bahwa sesungguhnya hatimu itu bukan mencintai diriku, tetapi mencintai
pesona‐Nya. Hatimu cinta kepada pesona‐Nya. Sementara aku di dalam pesona‐Nya tiada. Bila kau
benar‐benar melihat‐Nya, maka kau tak akan pernah melihat diriku, hingga kau bisa mencintaiku karena
rasa cintamu kepada diri‐Nya.
Bila kau telah menemukan pesona‐Nya pada diriku, maka tak akan pernah ada tutupan di antara kita.
Kita bertemu di dalam pesona‐Nya. Kau dan aku berkasih mesra. Kau kucinta karena cintaku pada‐Nya
dan kau cinta padaku karena cintamu pada‐Nya.
Kau menghadapi aku sebagai perbuatan‐Nya. Lalu kau cintai aku sebagai adabmu kepada diri‐Nya. Maka
kau bersikap dengan panduan‐Nya terhadap mahluk ciptaan‐Nya.
27 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Tiada Cinta Pada Ku
Jika dikau meminta cintaku, sesungguhnya aku tak punya cinta yang dapat kuberikan kepada mahluk‐
Nya, sebab cinta ini memiliki kerinduan kepada Pemilinya. Apakah aku harus menipunya dengan
mempertemukannya dengan cintamu yang sama‐sama merindukan cinta‐Nya ?. Aku tak punya cinta dan
aku tak kuasa untuk mengasihi, sebab cintaku terbatas dan kasihku akan terputus tanpa kehadiran cinta‐
Nya di hatiku.
Marilah aku perkenalkan dikau pada satu cinta yang tidak mau diduakan di dalam tempatnya. Itulah
cinta‐Nya yang tak dapat disatukan dengan cinta selain‐Nya. Jika dikau menarik aku untuk mencintaimu
maka aku tak mampu mencegah kematian yang akan menceraikan cinta kita.
Jika dikau merasa tertarik kepada diriku oleh sebab apa yang menarik dari padaku, maka itu semua
adalah karena cinta‐Nya padaku. Tetapi aku tak mampu untuk menjawab cinta‐Nya oleh sebab
kelemahanku. Lalu kenapa dikau harus bermain cinta denganku sementara hasrat cintamupun adalah
pada cinta‐Nya, dan hasrat cintaku pada‐Nya pula?.
Aku ajak dikau bertemu pada cinta‐Nya yang tak pernah habis walau banyak mahluk yang menaruh cinta
kepada‐Nya. Disanalah kita bisa berkasih‐kasihan dengan limpahan cinta‐Nya, dimana dikau rasakan sari
pati cinta‐Nya dan demikian pula dengan aku. Masing‐masing dari kita tak pernah kehabisan beroleh
cinta oleh sebab luasnya cinta Tuhan.
Bila Alloh pertemukan kita apakah dikau akan memungkiri cinta‐Nya, padahal karena cinta‐Nyalah kita
beroleh apa yang kita butuhkan?. Andai dikau memberikan cintamu kepadaku dan berharap akan
cintaku, apakah dikau menganggap aku sebagai gudangnya cinta?. Padahal cintaku adalah bias cinta‐
Nya.
Janganlah dikau tertipu, Allohlah yang mencintai dirimu agar kamu mencintai‐Nya. Aku ini hanyalah
ujian bagimu. Dan dikau tak boleh menuntut apabila aku kehabisan cinta, karena cintaku datang dan
pergi sebesar cintaku pada‐Nya. Bila ingin kau rasakan cinta itu abadi, maka abadikanlah dukunganmu
kepadaku untuk beroleh cinta‐Nya.
Selama ini dikau bercinta dengan cinta‐Nya, lalu dikau berkata di dekat Tuhan bahwa akulah yang telah
memberi kamu cinta dan dikau menerima cintaku segenap hati. Hingga bila cinta itu sirna, dikau
menyalahkan daku yang tak sanggup memberi cinta kepadamu.
Jika dikau merasakan cintaku di saat aku mencintai‐Nya, itulah sebab kenapa diri‐Nya mengajak kita
untuk mencintai‐Nya, sebab dengan cinta‐Nya kita memilki kasih yang dirasakan mahluk lainnya.
Pergilah dan cari cinta itu, lalu kembalilah dikau dengan membawa cinta‐Nya. Alloh itu paling cemburu
bila kita mengutamakan cinta selain‐Nya. Maka belajarlah cinta kepada‐Nya, dikau akan mengetahui
rahasia cintaku.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
28 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Campuran Warna Dalam Pusaran Gelora Tangisan Jiwa
Dikisahkan seorang hamba sahaya, duduk termenung di telaga kasih‐Nya, yang setiap detik
mencurahkan air sejuknya ke mulut hamba tersebut yang membisu. Ia mencerminkan wajahnya ke
permukaan air dan mengambil perkataan dari bayangan wajahnya yang tercermin di permukaan air
tersebut. Ia berkata:
“Dengan lemahnya diri untuk mencurahkan segenap hati dalam memuji‐Nya, maka terhinalah aku
dengan apa yang membebani diri ini. Ku sadari, bahwa semuanya dikarenakan aku terlambat mengayuh
jiwa di atas samudera penyembahan kepada‐Nya. Tetapi Ia selalu mengatakan, “Engkau belum
terlambat untuk kembali …” Aku kagumi kesabaran‐Nya dalam menghadapi diriku yang sehina hewan
ternak yang kehilangan penggembalanya.
Pujian bagi Tuhanku yang menghiasiku dengan angin lembah, gukit yang hijau, dan dataran yang landai.
Naturalku terwujud pada setetes embun dingin yang merasuki sukma ketenangan, yang
menghempaskan segala belenggu, hingga aku bisa merasakan cita rasa cinta‐Nya yang telah bersatu
dengan ku, bersama sejuknya udara pagi hari yang bersih dan berkabut.
Rasanya kekotoran hati ini sudah menutupi kewujudanku di sisi pintu Penerimaan‐Nya, sehingga aku
harus tergopoh‐gopoh menghadapi kemelut cinta yang merasuki sukma dan jiwa.
Ku hadapkan lagi wajah ini pada indahnya cinta Tuhan. Ku maklumi lagi besarnya rasa cemburu‐Nya,
saat aku menbodohi diri dengan sejuta fantasi yang tidak realistis dan tidak logis bagi jiwa
kehambaanku.
Jiwa ini terasa ingin berlari mencari celah‐celah bahagia di antara pekatnya kedunguan dan lemahnya
iman.
Andai saja aku bisa membayangkan negeri akhirat, pastilah kebodohanku bisa sirna dengan ketakutan
dan kekurangan diri ku selaku hamba‐Nya yang akan menghadapi hisab‐Nya.
Siapapun selain‐Nya tak memberiku kekuatan. Tapi demi kelembutan‐Nya, halus sekali tipuan itu
menutup penyaksianku dari kebodohan yang tengah merasukiku, hingga berlarianlah segala ilmuku oleh
sebab keadaanku yang seolah menentangannya.
Andai ada satu sosok yang nilai kasih dan binaannya lebih dari lembutnya sutra, pastilah beliau
Rasulullah SAW. Andai ada sosok yang mendampingi orang yang mencintainya hingga kematian
menjemput‐Nya, pastilah Alloh SWT. Andai saja terkuak cintaku padanya, sudilah kiranya Alloh
mempertemukan aku dengannya.
Di permukaan air ini ku saksikan jiwaku yang basah kuyup oleh kesalahan‐kesalahanku. Sementara Ia
terus memberiku air cinta yang tak kunjung menjadi pelipur bagi kesakitanku. Itu semua oleh sebab
kenakalanku yang tak mau mendengar apa nasihat dan petunjuk cinta‐Nya.
Dibalik hati ini terikat setangkai bunga persahabatan, yang kadang bisa ditanggalkan‐Nya oleh sebab
kebodohanku atau karena cinta‐Nya. Persahabatanku dengan nilai kebenaran yang Ia pancarkan dari
lubuk ilmu di dalam hatiku, telah menjadi perekat bagi cintaku pada Keindahan‐Nya.
29 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Dunia ini dalam penyaksianku telah menutupi kebenaran. Dan kebenaran itu terletak di balik sisi buruk
diriku, di dalam hati yang bercahaya, di dalam wujud insan yang mengerti kewujudannya sebagai
seorang hamba. Air pemahaman itu tak bisa ditimba dari sumur petunjuk, bila tali yang digunakan bukan
tali agama. Dan Ia menyeruku supaya menggenggam tali‐Nya. Ia berkali‐kali memperingatkan diriku,
namun belum jua aku mengerti, hingga belum sampai aku kepada pelepasan dari selain tali‐Nya.
Aku diberi tahu‐Nya bahwa sunnah adalah jalan menuju ta’jub itu. Maka semoga dengan kelemahan ini,
Alloh bukakan pintu penerimaan‐Nya, sehingga aku tak perlu keluar dari dalam telaga cinta ini. Sebab di
atas permukaan air ini, tak ada wujudku selain keindahan‐Nya. Di atas sana, wujudku telah menutupi
keindahan‐Nya. Dan ku pilih Islam sebagai jalanku, oleh sebab jalannya yang membawa setiap insan
tenggelam di dalam pengesaan wujud‐Nya. Dan dalam tauhid‐Nya, aku bisa berlari‐lari melakukan
segala hal yang harus dilakukan hamba sahaya‐Nya.”
Kemudian ia tertidur di pinggir telaga itu, air matanya mengalir melalui pipinya dan menyentuh
permukaan telaga. Seketika telaga itu membiru, membuat angin mendendangkan lagu cinta‐Nya, yang
mengiringi perjalanan ruhnya di dalam kematian sementaranya.
Di Malam Kemuliaan
Sementara itu, detik‐detik tibanya taman riyadhoh (Ramadhan) semakin dekat, seyogyanya bagi seorang
hamba bisa menyingsingkan lengan baju dan menyingikirkan pekerjaan lain selain hal yang menyangkut
persiapan memasuki taman riyadhoh. Di dalam taman itu, segala buah (amal) dapat dengan mudahnya
dipetik, bazar murah diselenggarakan‐Nya sebagai wujud cinta‐Nya pada ummat Muhammad SAW1.
Tiap‐tiap sesuatu murahnya berlipat kali, jika dibandingkan dengan taman lainnya (bulan selain
Ramadhan). Bekerja di dalamnya mendapatkan upah ratusan kali, puluhan, ribuan, bahkan sampai tak
terhingga (seperti pahala puasa, yang hanya Alloh saja yang mengetahui berapa besar pahala yang akan
Alloh berikan kepada hamba‐Nya, melebihi upah‐upah di lain taman. Semua yang memasuki taman
riyadhoh (dari kalangan yang merindukan hadirnya Ramadhan), dijamu‐Nya dengan aneka ragam hawa
ketakwaan. Semua pelarian (pengingkar hukum Alloh) yang kembali (taubat) dan menyerah kan diri
(taslim) di bawah tahta Illahy (dalam sikap Tawadhu/merendahkan diri dan tadhdharu/menghinakan
diri) dimaafkan dan diampuni‐Nya, bahkan semuanya digiring‐Nya ke pemandian (ampunan) tanpa
membeda‐bedakan, kecuali kesigapan (hasrat untuk beramal) hamba itulah yang menentukan posisinya
dalam jamaah itu. Semuanya (Mereka yang kembali, memperbaiki diri, dan beramal shaleh) dicuci habis
segala kotorannya dan kesalahannya dengan sempurna (pada awal Ramadhan).
Muncullah satu‐persatu hamba kudus dari dalam air dengan kemilau menembus kemilau (Keyakinan
akan berartinya pertaubatan serta luapan rasa butuhnya pada amal ibadah), memecahkan kesejukan
dan keindahan kabut (nilai kepuasan iman yang tidak bisa di samakan dengan kenikmatan dunia) yang
menghijab hamba dari dunia, karena keasyikan mereka yang tengah tenggelam dalam samudera
taqorubnya, kenikmatan cinta kasih, dan keMahaLuhuran Alloh. Beberapa diantaranya muncul dalam
buaian keranjang mungil nan cantik (Dosanya dihapuskan oleh Alloh), diayun‐ayun oleh desiran angin
syurga yang menangkan (tatkala berdiri diwaktu malam, bermunajat untuk bertaubat dengan khusyu
dan kedekatan hati pada Illahy). Jiwa hamba kini menjadi bayi mungil dan jelita (oleh sebab adanya
1
Seperti: pahala suatu amal yang dilipatkan dan dibukanya pintu taubat, rahmat, dan hidayah
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
30 Meraba hati mensejahterakan jiwa
bekas‐bekas penyesalan atas sekalian dosa serta ketawadhuan pada dirinya). Beberapa diantarannya,
tubuhnya berubah menjadi hamba dewasa yang cantik dan tampan (yang bertambah kearifan,
keshalehan, dan ketakwaan), memandang hidup dan keadaannya dengan penuh kepastian (sebab telah
mengetahui esensi hidup dari pengabdiannya kepada Alloh). Ya ... semuanya mendapatkan perubahan
dalam kubangan air tanzih itu (ubudiah), semuanya tenggelam dalam samudera cinta (khusyu lagi
syahdu).
Terangkat dirinya dari samudera tanzih tak merubah perasaan diri yang seakan mabuk kepayang (tak
terputus hatinya dari mengingat‐ingat kesan indah yang ia dapatkan disaat Tuhan memberi isyarat
kedekatan‐Nya dengan ketenangan yang muncul dalam kehusyuannya pada shalatnya), berenang‐
renang dan menyelam di dalam samudera cinta (menikmati kelapangan hati dan keindahan hikmah yang
terpancar dari hati). Beberapa diantaranya ada yang menangis, karena kerinduannya untuk
membenamkan diri di dalam samudera cinta (Ladang penghambaan diri secara ikhlas kepada Alloh
SWT), yaitu jiwa‐jiwa penuh dosa yang ditampakkan dosa serta imannya sekaligus (imannya
memberikan reaksi positif/penyesalan/kehendak untuk bertaubat setelah menyaksikan dosa), berkat
keridhaan Alloh untuk diingat oleh hamba tersebut.
Air matanya mengalir menganak sungai, bertemu dengan air rahmat (keridhaan Alloh atas tangisannya),
lalu menyisi (merasuk ke dalam hati) memberi bekas tersendiri, mengukir dinding‐dinding hati (kesan),
membawa kotoran hati (kesan tersebut memberi kekuatan untuk membenci apa yang Alloh benci dan
mencinta apa yang Alloh cinta), tercurah dalam samudera cinta (samapai kepada tujuan, yaitu suasana
cinta dan mencintai). Air tangisnya menambah harum dan syahdu penenggelaman jiwanya ke dalam
samudera cinta (ubudiah).
Dan cahaya terang‐benderang menutupi cakrawala mata (Cahaya Keyakinan akan apa yang disampaikan
Alloh), mengalahkan kabut (Kecintaan pada dunia) dan hilanglah panorama fana (penyaksian kepada
mahluk) menuju penomena baqa (kesadaran diri bahwa atas sekalian mahluk berdiri Tuhan sebagai
pengendali/ kesadaran akan hari akhir).
Yaa .. hampir semua (yang melaksanakan ibadah dengan sungguh‐sungguh) merasakan penomena ini ...
menekan khalbu dan meneriakkan air mata penyesalan dan melemparkan jiwa ke angan‐angan (hasrat
yang besar yang dihalang‐halangi nafsu diri) untuk memuji Alloh, menggetarkan seluruh badan (sebagai
manifestasi keimamanan), dan membekas dalam akal (perasaannya menghantarkan hati kepada hikmah
dan akal kepada pemahaman) sehingga bersemayam dalam hati sebagai buah taubat (ilmul yakin itu,
memudahkan hamba merengkuh derajat pengabdi sejati).
Sementara itu Al‐Qur’an bergema syahdu (17 Ramadhan), mengalun di antara keheningan suasana, di
antara ketakjuban hamba memandang cahaya hijau (jiwa yang tengah mabuk oleh nikmat Illah) yang
mengundang ketenangan dan kelupaan pada yang lain. Cahaya itu bermain di lubuk hati,
menenggelamkan jiwa dalam keagungan Zat Tuhannya. Cahaya itu menari bersama alunan suara merdu
Al‐Qur’an, melayang ke kanan dan ke kiri, berputar‐putar dan terbang menembus 7 lapis langit, lalu
meluncur kebawah dan terbenam ke dalam 7 lapis bumi, yang kemudian tersujudkan tubuhnya dalam
keadaan khusyu (di dalam perut bumi itu). Air matanya mengalir (perasaan hatinya diungkapkan oleh
lisan dan perbuatannya), bercampur dengan air‐air tanah (ungkapannya selaras dengan keadaan alam
yang berada disekelilingnya) dan terminum oleh mahluk bumi (mahluk bumi menyaksikan dan
mendengarkan ungkapannya). Setiap mahluk yang meminumnya (menyimaknya) akan keluar air
matanya, lalu tersegak dadanya, menimbulkan suasana kesedihan dan tawadhu yang mendalam. Bagi
setiap mahluk yang suci, setelah merasakan air itu, dirinya tenggelam dalam alam ubudiyah (ungkapan
31 Meraba hati mensejahterakan jiwa
yang didengarnya, membuka kesadaran akan Ta’abudnya kepada Alloh), yang oleh sebab keikhlasannya
dalam mengagungkan Alloh (saat mengalami kesadaran itu ia menjadi sadar akan kebesaran Alloh), ia
berubah menjadi air (tenggelam dalam suasana hatinya), merembes masuk dan bersatu dalam
kepungan air mata di dalam perut bumi (ia mengetahui dan merasakan apa yang dialami orang yang
melayang jiwanya tersebut). Seandainya bumi menangis (ummat mengetahui hakikat penyembahannya
kepada Alloh), maka terjadilah banjir Nuh yang teramat hebat (tegaknya suara‐suara kebenaran dan
penentangan kepada yang bathil).
Al‐Qur’an itu menarik pecintanya ke dalam kereta kemuliaan (hidayah/pahala), memberi keindahan
mulut dan lidah dalam mengiringi lantunan kalamullah (sebagaimana yang Alloh janjikan, bahwa Ia akan
lejatkan jiwa saat melantunkan Al‐Qur’an di malam hari). Telinga‐telinga yang asyik mendengarkan Al‐
Qur’an terbuai di dalam tidur yang lelap (tenggelam dalam alam penyaksian akan makna yang ia
temukan dalam lantunan ayat‐ayatnya) dan bermimpi bertemu dengan Tuhannya (Apa yang tersaksikan
olehnya, membukakan pintu hati sehingga bisa berdekat‐dekatan serta merasakan nuansa cinta yang
Alloh hembuskan).
Tiap‐tiap insan menari‐nari (bahagia disaat menikmati nuansa cinta‐Nya), berlarian tak menentu arah
(merasakan kerinduan dan ketakjuban), gundah (ketidak‐sabaran untuk menemukan bukti
kebenarannya dan janji‐janji Alloh), dan memuncakkan kekhawatirannya (kalau‐kalau tidak tergolong
orang yang mewarisi janji‐janji dan kenikmatan dari Alloh).
Sebagian di antaranya bersimpuh, sujud syukur (kepuasan setelah menemukan apa yang dirindukan).
Ya..taman riyadhoh ini seperti syurga, dan inilah memang syurga dunia. Siapapun yang ingin buah
amalnya, terwujudlah dengan segera dihadapan arifin.
............................... (suasananya menjadi hening).
Tiba‐tiba suasananya terdiam, hening dan menciutkan tiap‐tiap jiwa (takut kalau yang hadir adalah
kebencian Alloh atas segala cela yang tak dapat dilihat tatkala sedang beribadah kepada‐Nya).
Semuanya bertanya‐tanya, “Apakah gerangan ini sebabnya ?”.
Datanglah angin menderu‐deru dari sisi pengikut Rasulullah Muhammad SAW. Bergetarlah bumi hingga
terasa ke lubuk hati, menumpahkan air mata Ulama dan membuat pingsan Arifin. Tiap‐tiap hamba
menjerit dan berlari mencari berita, di antaranya ada yang mendekap Ulama dan ada pula yang
menangisi Arifin. Para ulama membeku menjadi es (ketakutan akan kiamat, sementara ia merasa amal
perbuatannya belum cukup), dan Arifin mati suri (Tersentak bahagia karena bila kiamat benar terjadi ia
akan segera bertemu dengan Alloh pujaan hatinya).
Hati hamba yang terpanggil (orang yang banyak mengingat Alloh) menjerit keras, “Ada apa ini .. siapa
gerangan yang datang?”. Maka timbunan es dan jenajah itu menggemakan suatu kalimat, “Subhanallah
(Maha suci Tuhan kami), subhanallah, subhanallah, …..”. Maka cahayapun terpijar (haqnya ilmu yang
mereka sampaikan) dalam keheningan itu dari tiap‐tiap bongkah es. Dan kesucian (keikhlasan dan
kebenaran dalam menyembah Alloh) jenajah menimbulkan harum (hikmah) yang menghadirkan
kerinduan (keinginan untuk mensucikan jiwa).
Dari cahaya hijau terang berkumpul seperti awan melingkari dan bergerak cepat meliuk‐liuk di antara
pinggang, punggung dan dada Mukmin, ada suara yang berkata, “Telah Ku sempurnakan agama‐Ku
untuk mu” . Maka hancurlah kepingan‐kepingan es (hilanglah ketakutan akan kecelakaan dalam
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
32 Meraba hati mensejahterakan jiwa
menjalankan syariat) yang melingkupi tubuh ulama (yang meliputi hati ulama). Sebelum kepingan itu
hendak membentur tiap‐tiap hamba Alloh (kelegaan ulama dirasakan ummat), berubahlah bongkahan
es itu menjadi cair (berubah kelegaan itu menjadi bias‐bias hikmah) dan membasahi hamba sehingga
menyebabkan ia bertanya lebih dalam ke lubuk hatinya (perihal ilmu yang menyebabkan ulama lapang
dada, agar ummat tidak taqlid kepada mereka). Bongkahan yang terpental ke atas, berubah menjadi
hujan salju, menyejukkan dan menenangkan hamba‐hamba Alloh.
Sementara itu, rona merah membara (mahabbatullah) keluar dari jasad arifin, menggemakan suara yang
bersahutan bak riak air, “Alloh ... Alloh ... Alloh ...” Cahaya itu membentuk gelombang cahaya yang
nampak, menarik perhatian hati‐hati yang mati (jiwa yang jauh dari Alloh), membenamkan ulama ke
dalam kuburnya masing‐masing (menjadikan ulama semakin giat menelaah kitab dan mengolah ruhani
dalam ibadah mereka), dan membuat ummat terperanjah (terkesima dengan penomena kesejatian
penghambaan arifin kepada Alloh).
Sekonyong‐konyong, muncullah angin yang menderu‐deru. Dari langit sana terbuka pintu‐pintu rahmat
dan ampunan Alloh ... “Laa illaaha illallah, laa illaha illallah, laa illaha illallah ...” , angin itu bersahutan.
Angin itu bercampur dengan cahaya hijau dan berkumpul dengan cahaya kuning dan tengah‐tengahnya
terang benderang bak galaksi.
Di tengahnya ada suara, “Adakah orang yang berdo’a? pasti Ku kabulkan do’anya. Adakah orang yang
memohon ampunan? Pasti Ku ampuni ia. Adakah orang yang meminta? Pasti Ku beri ia!”. Kepada
beberapa orang yang tidur dengan lelapnya suara itu melengking, “Dusta!, orang yang mengaku
mencintai‐Ku, tetapi ketika malam tiba, dia selalu tidur melupakan‐Ku. Bukankah setiap orang yang
mencintai itu pasti dia senang berkhalwat bersama kekasihnya?” Dan hanya pengikut sunnah Nabi
sajalah yang tetap berdiri (sholat Malam) menegakkan tubuhnya. Kepada orang yang sholat itu, cahaya
itu bergetar lalu dari getarannya terhimpun suara, “Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu tapi engkau
pasti mati; berbuatlah sesukamu tapi engkau pasti dibalas menurut perbuatanmu itu; cintailah siapa
saja yang engkau kehendaki tapi engkau pasti akan berpisah dengannya. Ketahuilah bahwa kemuliaan
seorang Mu’min itu ialah shalat waktu malam dan kebesarannya ialah ketiadabutuhannya kepada
manusia (sebab ia yakin, tanpa Tuhan mereka tak memberikan maslahat maupun mudharat sedikitpun)”
Itulah dia hebatnya lailatul qodar, yang muncul beserta rombongan malaikat yang diberikan tugas oleh
Alloh kepadanya untuk memberikan salam dan rahmat kepada orang yang menjalankan puasa dan
orang yang menegakkan sholat di malam Lailatul Qodar. Dalam hati orang yang tegajk berdiri dalam
menyaksikannya, Lailatul Qodar muncul bagaikan kereta kencana yang gemerlap ... menjemput hamba‐
hamba Alloh yang bersungguh‐sungguh ibadah dan niatnya untuk memasuki Mahligai Kebesaran Maha
Raja.
Suasananya sangat hebat di atas sana. Semuanya menari‐nari kegirangan sambil bercucuran air
matanya. Para malaikat bertasbih, memohonkan ampunan untuk ummat Muhammad SAW, mengelus‐
elus jiwa yang sedang susah dan membelai kasih kepada orang‐orang yang berdosa seraya
menyampaikan wasiat Alloh (kedalam hatinya), “Wahai orang‐orang yang menganiaya dirinya,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh”. Tetes air mata berubah menjadi permata syorga (tetes
air mata dipahalai dengan kedudukan di syorga) dan buah delima (perasaan yang berkesan) sepanjang
masa. Masing‐masing (dari undangan Alloh itu) membeku (khusyu) dan membisu (menerawang menuju
alam hikmah), menyaksikan mahluk bersujud dengan kehendak‐Nya. Keadaan tersebut berlangsung
hingga fajar tiba.
33 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Dalam kelelahan jiwa akibat tangisan dan ketakjuban semalaman, turunlah tiap‐tiap insan yang
diundang Alloh (pada Fajar itu) ke bumi (Alam sadar/bangun dari kesyahduan dan kekhusuan). Alunan
puji‐pujian kepada Alloh dan sholawat untuk hamba Alloh, mengiringi kepergian insan. Bidadari‐bidadari
berbisik‐bisik sambil bergelik tawa, mengisyaratkan kepada insan rasa cinta yang mendalam... bermain
dalam gejolak asmara (insan merasakan cintanya sehingga menambah hasratnya untuk meraih bidadari
itu dengan amal di dunia). Para bidadari itu menyanyi,
Kami adalah wanita‐wanita cantik yang menarik2, istri orang‐orang yang mulia.
Kami adalah wanita‐wanita yang hidup abadi dan tidak mati,
kami dapat dipercaya dan tidak membuat ketakutan,
kami berdekatan dan tidak berjauhan.
Sesungguhnya insan ingin tetap tinggal di sana, namun Alloh tak menghendakinya. Kakinya terpimpin
menuruni tangga‐tangga langit. Insan bersedih melihat sudara‐saudaranya di bumi, takjub kepada
dirinya (karena melihat bekas‐bekas kemuliaannya)3. Hatinya mengkerut sedih dan menjerit kepada
Tuhannya. Sesungguhnya Alloh sangat kasih kepada dirinya, sehingga dalam ucapan‐Nya, “Kun
fayakun!” jadilah berbagai tambahan nikmat mengalir bersama rangkaian bunga rahmat. Para Malaikat
bertasbih dan berseru, “Maha Suci Engkau. Tiadalah kami mengetahui melainkan sebatas apa yang
telah Alloh ajarkan kepada kami”.
Hilanglah diri insan dari pandangan mahluk. Beserta itu, melajulah jiwa mahluk ke alam hakikat sehingga
ia saksikan esensi Tuhan dan ia tentram dalam dzikirnya kepada Tuhan dalam penyaksiaan akan
keberadaan‐Nya itu. Laa wujuda Illallah (Tiada wujud selain Alloh) ..., maka terlemparlah segala wujud
mahluk ke arah kebinasaan di saat terbitnya mentari kebaqaan dan ke‐Esaan Alloh di dalam hatinya.
Bergemuruhlah hatinya, lalu terdengarlah suara,”Segalanya adalah fana (rusak), dan tetap kekallah
wajah Tuhan Dzuljalali Wal Ikram”.
Saat ia menghentakkan kakinya di muka bumi, dari hentakannya terpancarlah cahaya. Dari getaran
hentakkan itu, tumbuhlah bunga‐bunga cinta menyebarkan aroma. Lebah bergembira mendapatkan
makanannya berlimpah. Insan memuji‐muji Tuhannya.
Tak ada keindahan (yang pernah insan saksikan) selain keindahan ini. Tiap‐tiap nyiur merendahkan
tubuhnya untuk memberikan perlindungan kepada insan dari teriknya mentari yang sinarnya begitu
syahdu dan tak menggangu sejuknya angin kebahagiaan. Pohon yang rindang ikut melindungi insan
bersama nyiur itu. Burung‐burung cantik jelita bermain‐main di atas kepalanya, harimau menjadi jinak,
mengelus‐eluskan tubuhnya kepada insan. Semua mahluk cemburu bila ada yang mendekatinya,
semuanya berlalu dalam suka citanya masing‐masing. Sejenak alam terdiam saat hadirnya suatu suara
yang mengalun beserta angin, “Dan, apapun ni’mat yang ada pada kalian, maka itu datangnya dari
Alloh.”
2
Seorang laki-laki di syurga akan benar-benar didatangi seorang wanita yang menepuk pundaknya, hingga laki-laki tersebut bisa melihat
wajahnya di pipi wanita tersebut, yang lebih bening dari pada cermin, dan sesungguhnya butir mutiara terkecil yang ada padanya dapat menyinari
timur serta barat. Wanita itu mengucapkan salam kepadanya dan ia menjawab salamnya, seraya bertanya, “Siapakah engkau?.” Wanita itu
menjawab, “Saya adalah tambahan.” Wanita itu mengenakan 70 lembar pakaian, yang paling luar seperti darah. Dia mengarahkan pandangan ke
wanita itu sehingga bisa melihat sum-sum betisnya yang tembus pandang. Dia mengenakan mahkota, dan mutiara paling kecil padanya dapat
menyinari timur dan barat.”
3
Sesungguhnya jika Alloh mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril seraya berfirman, “Sesungguhnya Aku mencintai Fulan, maka
cintailah ia!”. Rasulullah bersabda, “Maka Jibril mencintai hamba itu, kemudian berseru di langit, dengan berkata: Sesungguhnya Alloh
mencintai Fulan, maka cintailah ia!.” Lalu para penghuni langit mencintainya. Rasulullah bersabda, “Kemudian dijadikanlah orang-orang
menyambutnya di bumi.”
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
34 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Inilah insan sadar yang merasakan kebahagiaan di dalam taman riyadhoh yang begitu indah, mewangi
baunya dalam lubuk hati. Berjuta‐juta manusia terangkat dari neraka karena permohonan mahluk
berjubah hijau kemilau (Ramadhan). Hampir 70000 ummat Islam yang berdosa terangkat dari neraka
oleh sebab syafa’atnya. Maka segala pujian bagi Alloh, selama hasrat masih bangkit dan angan dapat
disingkirkan.... (insan menghadapi kenikmatan disanan dengan tekad hendak menggapainya sungguh‐
sungguh, bukannya angan belaka).
Tiada yang lebih berkuasa selain dari pada Alloh, sehingga berlarianlah ke‐Akuan hamba (kesombongan
pergi) yang menentang titah Maha Raja (setelah menyaksikan kebesaran‐Nya dengan keyakinan) ....
Ar‐Rofiqul A’la ….. Ar‐Rofiqul A’la ………………..
Ar‐Rofiqul A’la ………………..
Saat mendengar kalimat Ar‐Rofiqul A’la, teringatlah insan pada kematian syidina Muhammad SAW....
Tak ada seorangpun yang menyaksiakan kepergiannya. Beliau diurus malaikat Jibril sahabatnya yang
dimuliakan Alloh di kerajaan langit sana.
Sungguh, ketulusan jiwa (Rasul) begitu berbekas dalam jiwa sahabat‐sahabatnya. Berderailah air mata
(cinta kasih) sahabat‐Nya saat kematian beliau SAW. Seakan tak percaya ... mungkinkah mahluk mulia
juga diwafatkan Alloh SWT, dalam kesendirian tanpa penyaksian para sahabat dan keluarganya?.
Inilah insan mulia yang dunia tercipta karenanya. Alloh sendirilah yang telah menciptakan dzatnya yang
suci. Dalam kesendirian, beliau menemukan (kebenaran ajaran) Tuhannya (di Gua Hira). Sayidina
Muhammad buah hati Awliya, meninggalkan isak tangis sahabat yang menyendiri dalam kesedihan diri...
meninggalkan terlampau banyak lukisan indah di lubuk hati. Betapa dalam rasa cinta shohabat, sehingga
ada yang berteriak di muka peratap, “Barangsiapa yang menyembah Muhammad, sesungguhnya beliau
itu fana. Barangsiapa yang tetap menyembah Alloh (dengan tanpa mensyarikatkan‐Nya dengan
apapun), sesungguhnya Alloh itu kekal abadi...”
Menderu‐derulah semesta berkhidmat pada kesedihan yang tersimpan di lubuk hati, Nabi Khidir
melayat beliau dari alam bathin, membisikkan kepada Jema’ah akan adanya tipu daya Iblis. Semua jagat
bersemayam penuh kepasrahan pada Sang Pencipta. Pujaan semesta harus meninggalkan alam fana
untuk selamanya. Sementara itu, para bidadari berjejer di sepanjang tangga perjalanan ruh Rasulullah,
dan para malaikat begitu bahagianya menyambut kedatangan kekasih Alloh4.
Dari mulut jasadnya terpatri kalimat, “Ummatku”, begitu mendalam kekhawatiran beliau pada
ummatnya. Tak ada tangis sendu oleh sebab kerinduan kepada beliau melainkan beliau tarik tangan
sang perindu. Menggenggam jemarinya terasa halus, membuat hati damai ... halus nian perangai suci
sang utusan Rabby. Saat mata bertemu mata, hasrat diri ingin mengungkapkan kata cinta, namun
kehinaan menghalangi diri, kehinaan yang tak pantas untuk berdiri di hadapan kekasih Maha Suci.
Sungguh Rasulullah berjiwa tampan... insan memilih diam lalu tertunduk malu... selama hidup lalai,
menyusahkan. “Sayyidku kasih akan daku, tetapi daku tak kuasa menaruh rindu”, demikianlah insan
berkata dalam hatinya, di dalam kehinaannya. Cinta yang harus sampai kepada Alloh, ternyata tak
sampai oleh sebab laku maksiat yang selalu terjamah jiwa insan, malu yang mendalam membuat jiwa
4
“Seseorang itu beserta yang dicintainya dan mendapatkan apa yang diupayakannya.”
35 Meraba hati mensejahterakan jiwa
hendak bersembunyi dan menutupi wajah dari beliau, namun dimanakah tempat persembunyian yang
tepat di saat jiwa berhasrat untuk tetap tegak berdiri di hadapan kekasih Alloh?. Selain bersimpuh
mendekap jiwa Habiballah, seraya memohon syafaatnya. Lalu beliau ungkapkan, “bantulah aku dengan
mendirikan sholat”.
Beliau memapah insan menghadap Alloh kekasih dan pengasihnya(dengan sunnah dan ajarannya).
Dikenalkan insan akan sifat‐Nya yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang akan ummat Muhammad
khususnya. Hingga bila insan telah larut dalam makrifatnya, Rasulullah tak dilanda api cemburu ...
bahkan beliau berbahagia melihat ummatnya tidur terlelap di dalam ayunan mungil. Dielus‐elus raganya
oleh Sayyid, kata‐katanya jauh menembus bathin hingga kehidupan dunia semakin menjauh dari
hatinya. Lalu beliau berwasiat, “Cintailah Alloh, Rasulullah, dan kedua orang tuamu”. Maka insanpun
menangis menahan malu, tak ada hasrat untuk memalingkan wajah dan tak ada sepatah katapun yang
terucap. Beliau mengerti dan mencium mesra kening sang insan... lalu berlalulah jiwanya menembus
kabut yang biru. Dalam kabut itu beliau mengucap salam bagi ummatnya, lalu berkata, “Tetaplah dalam
memegang keyakinan, Alloh akan mengangkat semua ummatku dari kehinaan.” Akhir dari mimpi adalah
bangunnya kesadaran bahwa betapa banyak insan menyakiti dan membuat risau beliau. Insan yang
seperti inilah yang sering membuat resah Sayyid. tetes air mata Rasulullah menimbulkan keridhaan
Alloh, sehingga Alloh angkat ummat beliau dari kehinaannya.
Menyelusup diri ke dalam khalbu, memendamkan jiwa dalam kehampaan. Semoga sholawat serta salam
tercurah kepada Rasulullah semesta Alam, beserta keluarga dan para sahabatnya dan pengikutnya, yang
semoga Alloh ridha kepada sekalian. Di manapun dan kapanpun, semoga tetap tercurah. Hingga tiap
curahannya, membasahi kami semua, menyadarkan kami yang tengah dirundung kepahitan (hidup) dan
kekalahan (dalam menyembah‐Nya). Kehinaan yang berkecambuk dalam kebodohan, kelemahan cinta
kepada Alloh, dan pengabdian kepada‐Nya; semoga Alloh berkenan memberikan pertolongan kepada
insan yang tak memiliki kekuatan dan selalu mendzalimi diri. Setelah sekianlama diri terombang‐ambing
oleh kebodohan dan kejauhan, kiranya Alloh sudi memperkenalkan (hakikat kehidupan), yang dapat
membuat diri mampu terbebas dari keterpedayaan.
Sungguh malang jiwa yang lemah, hidup bersemai kefanaan namun hati rapuh tak mengenal
kehambaannya kepada Alloh.
Jiwa mencuri amal dan hilanglah kebaikan... mudharat kehidupan seakan tak dirasakan.
Hidup diri bagai pagar alam, tak berdaya diri dari kecamuk alam, lupa daratan berlimang kemaksiatan.
Mengangkat badan sungguh berat dirasakan.
Maka tahulah diri akan kejahilan yang tiada terlihat selama dalam buaian kesedapan jahili.
Ilmu berlimpah kasih bertambah, namun taufik dan hidayah tiada, hatipun gundah.
Inilah uraian diri dalam kehinaan.
Andai diri hilang (dari keAkuan) adalah suatu kebahagiaan.
Karena keberadaan diri hanyalah menambah kedukaan yang terlampau banyak menyukakan syetan.
Alloh berada dibalik kefanaan,
itulah yang tertangkap dari lubuk rasa yang tak bermakrifat, padahal Alloh hadirkan segala.
Sungguh Alloh berhak untuk mengadakan.
Di antara kesalahan ada pelajaran,
namun kehinaan diri takutlah dirasakan.
Bila Alloh jauh karena diri tak berkeyakinan, hilanglah arti dibalik kelupaan.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
36 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Hilang diri lebih baik dari pada hilang Kemakrifatan,
Musyahadah seakan hanyalah hayalan.
Fantasi indah, Tuhan hamba Yang Maha Pemurah.
Semoga rahmat‐Nya tercurah, pada hamba‐Nya yang berendah,
Sungguh teramat cinta Tuhan,
maka beliau kirim Al‐Qur’an.
Beliau hadir dalam segalanya,
menguji insan menambah kecintaan.
Duhai elok kiranya melihat Tuhan,
hilang diri karena satu Kebesaran.
Kiranya kesadaran tak kunjung hadir
tanpa kasih dan hidayah Rabbul Malikul Haq.
Inilah buah tangan Tuhan yang menguji insan, melepas diri dari sifat keinsyanan.
Uluhiyah dan Ubudiyah... menggapai insan pengikut Muhammad yang mulia. Menemukan kata hina dan
menyetujuinya pada diri, namun tak tahu rasa dan maknanya pada diri. Duhai, semoga berkah ampunan
menyertai lukisan, karena insan hina tak berperikehambaan, kepada Tuhan insan berserah akan segala
rasa dan keyakinan. Bila Engkau kirim hujan dibalik penderitaan, sungguh damailah jiwa insan.
Bergemuruh malaikat bertasbih, menggelegar di antara awan. Hasrat sekiranya insan senafas dengan
malaikat, serta berdzikir memuji Engkau yang sejati, menambah harum bunga sejati, melepas segala
hasrat dan keinginan.
Duhai Tuhan tujuan insan, kapan insan bertandang pulang, membawa bekal yang Engkau sisakan dari
sekian banyak cinta kasih yang Engkau beri. Alloh Rabbul ‘Izzaty ampuni kami, ummat Muhammad yang
selalu meresahkan kekasih sejati di sisi‐Mu.
Wahai Al Haq, inilah keadaan insan, yang sedang berdengdang dalam kehinaan, tak menyadari akan
segala keputusan, wahai diri Tuhan insan Yang Maha Lapang. Tiada hidup insan melainkan dihidupkan,
tiada daya insan melepaskan bisikan. Engkau Tuhan lebih tahu kemanfaatan, lepaskan kami dari
kehinaan.
Duhai Alloh, jadikan kami hamba sejati yang membuat cerah wajah Sayyid kami, baginda Muhammad
dekatkanlah untuk memimpin perjuangan kami. Wahai Alloh Raja sejati, pimpinan‐Mu meliputi segala
pimpinan, tak kuasa kami menggapaimu, melalui kekasih‐Mu kami dicurahkan.
Inilah insan yang tak tahu diri, memuji Engkau tanpa sebuah arti. Andai kehinaan diri disadari, ketulusan
hati tiada terkira. Maafkan insan yang selalu lupa, sungguh berat uji yang Engkau beri. Diantara lubuk
hati dan jiwa, Engkau berada menampakkan jati diri dan kepalsuan kami. Duhai, kiranya kami banyak
mengingat‐Mu. Namun apalah daya, jiwaku tak kuasa sebab ilmu belum tiba.
Insan tunduk dalam keputusan‐Mu. Insan diberi kesadaran akan ketertipuan, maka cukuplah kiranya
kepada Engkau insan diserahkan (dalam menuju pertaubatan). Tanpa Engkau wajah kami kusam, tanpa
beliau hidup kami tak tentram.
37 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Jangan salah wahai insan, tiada maksud diri menggurui, karena guru sejati berdiri menanti, dan Guru
Abadi tak dapat dipungkiri. Anggap saja cerita tak berarti, karena keberartiannya ada dilubuk hati. Cerita
dalam kertas ini bolehlah hidup, namun apalah arti sebuah kertas jika ia mengotori peng‐Esaan Tuhan
atas sejumlah insan yang tak mengerti.
Sampai di sini insanpun berserah diri, melepaskan kepemilikan atas diri. Alloh berhak menuntut
perbuatan‐Nya sendiri dan dengan‐Nya insan mendapatkan ampunan serta keselamatan.
Rahasia apalah yang mengangkat pendosa dari neraka melainkan rahasia rahmat dan keadilan Tuhan.
Tiada daya insan melainkan dengan Alloh, dan tiada daya upaya insan melainkan dengan Alloh saja, tak
perlu insan dihadirkan (dalam sebuah karya ini). Karena kehadiran insan menimbulkan bala serta fitnah,
sementara kehadiran Alloh melegakan.
Terbangkan saja hamba yang kecil ini, campakkan ia dalam kedekatan, karena hamba hanyalah debu
dari sebongkah jarah yang menyusahkan dirinya sendiri.
Duhai dengan apa lagi hamba melupakan diri, melainkan dengan kesempurnaan Al‐Ubudiyyah. Ingat!,
bukan ilmunya (hamba) tetapi Ilmu‐Nya.
Yaqin mengajak untuk tidak berharap.
Tidak terlalu berharap mengajak kepada zuhud (Bersikap dingin terhadap apa yang dibenci Alloh dan
menggebu‐gebu kepada apa yang dicintai oleh Alloh)
Zuhud menghasilkan hikmah, dan hikmah mendorong untuk melihat akibat di kemudian hari.
Tiga tanda yaqin:
Tidak terlalu banyak bergaul dengan manusia (kecuali ulama yang arif),
tidak memuji mereka jika mendapat pemberian,
dan tidak mencela mereka jika tidak mendapat pemberian mereka.
Sementara tanda lainnya:
Memandang kepada Alloh dalam segala sesuatu,
kembali kepada‐Nya dalam segala sesuatu,
dan memohon pertolongan kepada‐Nya dalam keadaan bagaimanapun jua.
(Dzun Nun Al‐Mishry)
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
38 Meraba hati mensejahterakan jiwa
RATISEJIWA 4 ‐ TADDABUR
Jalan Menuju Pengetahuan
“Tidaklah segolongan orang berdzikir kepada Alloh melainkan para malaikat mengelilingi mereka,
menyelubungi mereka dengan rahmat, menurunkan kepada mereka ketenangan, dan Alloh menyebut
mereka diantara orang‐orang yang ada di sisi‐Nya” (Shahih Muslim, dari Abu Hurairah RA dan Abu Sa’id
Al‐Khurdy RA)
SENTUHAN PERTAMA
Alloh mengabarkan kepada kita semua, bahwa tiada Alloh menciptakan diri kita melainkan agar kita
menyembah‐Nya. “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah‐Ku” [Adz‐
Dzariyat 56]. Tetapi dengan pernyataan Maha Raja tersebut, tidak mengartikan bahwa setiap dari kita
dijamin akan dapat menyembah‐Nya. “Lalu Alloh mengampuni orang‐orang yang dikehendaki‐Nya dan
mengazabkan orang‐orang yang dikehendaki‐Nya dan Alloh maha berkuasa atas segala sesuatu”. [Al‐
Baqoroh 285].
Alloh menguji kepada siapa yang di kehendaki‐Nya, agar setiap dari kita mengetahui siapa dirinya dalam
Ujian Kehidupan ini, apakah kita seorang pecundang atau seorang kesatria dalam medan pertempuran
menuju keridhoan‐Nya. Bagi orang yang mengetahui, maka kita akan menyadari betapa lemahnya diri
kita dalam menghindari kehinaan serta menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan. Padahal Tuhan
setiap saat memberi kita kehidupan. Kita yang buta kepada kasih sayang‐Nya oleh karena banyak
menyukai kebencian‐Nya, akan selalu merana sebab setiap kali nafsu kita di beri makanan ia akan terus
meminta tambahan dan kita tak pernah mau mengekangnya dengan aturan Alloh sehingga jatuhlah kita
pada kehinaan.
Namun di antara kita ada yang selalu berprasangka baik kepada dirinya sendiri, merasa dirinya paling
cukup dan merasakan kekuranglezatan disaat menghadap‐Nya, sehingga Alloh balikkan hatinya sampai
ia tidak dapat menemukan cela yang dideritanya. Abu Ustman berkata, “Selama orang melihat sesuatu
baik dalam jiwanya, ia tidak akan mampu melihat kelemahan‐kelemahannya. Hanya orang yang berani
mendakwa dirinya terus‐menerus selalu berbuat salahlah yang akan sanggup melihat kesalahannya itu.”
Padahal menemukan cela adalah sebuah keutamaan. “Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya.” [Al‐Hasyr 18].
Dari adanya cela itu kita akan menyadari bahwa kita menghadapi dua pilihan, apakah kita harus hidup
mulia dalam kehinaan atau mulia dalam menghinakan diri di hadapan Alloh. Kalau kita memilih hidup
mulia dalam kehinaan maka tentu akal kita akan tidak sehat, sebab ia tak dapat menyaksikan kebenaran
sebagai akibat kesombongannya yang menjadikan hatinya keras membatu. “Mereka tuli, bisu, dan buta,
maka tidaklah mereka akan kembali (kepada jalan yang benar).” [Al‐Baqoroh 18]. Mereka yang tidak
memiliki rasa takut di saat dirinya melakukan pelanggaran kepada Alloh SWT, maka hatinya diliputi
kotoran dosa yang lama tidak di taubati. “Alloh mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan
penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” [Al‐Baqoroh 8].
Kehinaan memang layak bagi kita yang membiarkan jiwa menyukai apa yang Alloh benci. Kita larut
dalam perdaya syetan di saat kita berada diantara dua kesukaan yang seimbang, yaitu suka kepada taat
39 Meraba hati mensejahterakan jiwa
dan maksiat. Kita merasa tidak bersalah dengan maksiat yang tak sanggup kita halangi hanya karena
merasakan adanya setitik kebencian kepada maksiat yang kita lakukan. Padahal menurut Imam Al‐Jauzi
dalam Kitab Shaidul Khotir bahwa setiap kejahatan yang muncul pada diri kita sementara kita tak
menerima kejahatan tersebut tanpa sanggup menahan kejahatan itu agar tidak kita lakukan, maka dosa
kejahatan itu tetap ditanggungnya.
Demikianlah, Alloh yang Rahiim menghendaki kita supaya hidup bersih sepenuhnya. Seperti seruan‐Nya
kepada istri Nabi SAW, “Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri‐istri nabi),
maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” [Al‐
Ahzab 53]. Alloh Yang Rahim menghamparkan kebahagiaan kepada kita yang mau bertaubat dan
mengikuti lagu cinta‐Nya. Alloh telah lama mengalunkan senandung cinta‐Nya melalui lisan para Nabi
dan Rasul, tapi mengapa kita tidak sanggup merasakan getaran cinta suci yang menyentuh lubuk
sanubari. Atau barang kali hati kita sudah terlampau kotor dengan aib dan dosa, sehingga kita kaku dan
tidak sanggup mencurahkan rasa kagum kita kepada Sang Pecinta. Atau barang kali karena memang kita
tidak pernah mengetahui kehadiran cinta kasih‐Nya di dalam kehidupan kita, sehingga kita masih senang
terpuruk bermain dengan cinta nafsu yang cenderung kepada kehinaan.
Kenapa kita tidak berfikir untuk menjadi orang yang utama disisi‐Nya. Apakah hanya karena kita
mengetahui bahwa jiwa kita telah berputus asa sebelum melangkah menuju kepada‐Nya?. Yang jelas
kita belum dekat kepada Alloh, kalau kita dekat kepada‐Nya dengan melakukan amalan yang Ia cintai
pastilah kita akan tahu bahwa perjalanan ini hanya akan sukses dan indah bila Alloh bukakan hati ini
untuk menyaksikan perbuatan Alloh yang penuh pengertian dan kesabaran dalam menghadapi
kebodohan serta kehinaan kita. Haruskah kita selalu terpuruk dalam kehinaan yang selalu menjauhkan
kita dari kebenaran dan kebahagiaan. Sementara kita sangatlah jauh dari memikirkan hari akhir yang
lebih berat dari hari sekarang.
Mari kita ingatkan jiwa kita, bahwa kesejahteraan hidup di dunia ini memang bisa digapai dengan jalan
taat atau maksiat. Namun di Akhirat kelak, hanya amal kebaikan kita di dunia saja yang menentukan
kesejahteraan hidup kita. Mari kita saksikan hati kita, apakah kita menemukan ketulusannya dalam
menyatakan kesediaannya untuk menapaki jalan yang Alloh ridhoi. Karena kelemahan kita dalam
berlaku sabar dan awas terhadap tipu daya syetan telah menyebabkan kita terus terjelembab ke dalam
jurang kehinaan. Kita ingin berlaku sabar, tetapi tak mau meninggalkan sifat tamak dan meninggalkan
sikap berkurban demi Cinta Tuhan. Kita ingin awas terhadap gangguan syetan tetapi kita enggan
mengambil ilmu‐ilmu keagamaan. Maka kebahagiaan yang diharapkan oleh kita dalam benak ini hanya
akan menjadi buah kesengsaraan oleh sebab ketidakjujuran kita dalam menyatakan penyerahan diri
serta pertaubatan kepada‐Nya.
Sudah banyak kita mengalami cobaan hidup, maka seharusnya kita belajar untuk menimbang‐nimbang
kebahagiaan yang kita peroleh dengan jalan kedekatan dengan‐Nya atau jalan penjauhan. Apakah dunia
ini sanggup menenangkan hidupmu. Lalu coba kita rasakan bagaimana kemanisan yang diperoleh
dengan jalan pengabdian kepada‐Nya dengan jalan pengabdian kepada nafsu birahi?. Hanya orang yang
berakal yang dapat menyatakan kenikmatan di sisi‐Nya secara tulus murni. Sementara orang yang buta
hanya akan sengsara dengan kebencian Alloh kepada dirinya.
Sengaja Alloh susahkan orang yang Alloh benci untuk kembali kepada‐Nya dan berhimpun setiap waktu
dengan kehampaan ruhani, agar ia memilih untuk kembali kepada‐Nya bukan karena hilangnya
kesempatan ia untuk melakukan maksiat, tapi oleh karena ia tahu bahwa dalam kejauhan dengan‐Nya
hidup ini sengsara. Kita memang harus bisa membedakan mana lezatnya hidup dalam kemuliaan dan
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
40 Meraba hati mensejahterakan jiwa
kesucian hati serta mana lezatnya hidup dalam kehinaan serta kerusakan hati oleh tabiat‐tabiat buruk.
Seandainya kita mau mendengarkan keterangan Alloh, pastilah kita menyadari bahwa hati yang
menerbitkan keburaman pada wajah dan mewujudkan pekerti buruk adalah oleh sebab endapan dosa
dalam hati yang tak pernah kita taubati.
PENGKAJIAN ILMU MENUJU KESADARAN.
Sesungguhnya masa itu berjalan sangat cepat. Kita masih saja terduduk di tepian keyakinan kita kepada
Alloh. “Demi masa, sesungguhnya manusia itu dalam keadaan merugi.". Betapa yang demikian itu telah
menyebabkan kita terhalang untuk memasuki dunia kelezatan dari sungai kemuliaan Alloh, yang Alloh
berikan hanya kepada orang yang mau keluar dari kenistaan dan kerendahan ahlak menuju martabat
pengabdi Alloh yang berjuang mencari kedudukan di sisi Alloh SWT. “Barangsiapa memperbaiki
hubungannya dengan Alloh maka Alloh akan memperbaiki hubungannya dengan manusia. Barangsiapa
memperbaiki apa yang dirahasiakannya (perilaku buruknya), maka Alloh akan memperbaiki apa yang
dilahirkannya (amal kebaikannya).” [HR Al‐Hakim]
Bagaimanapun juga kita harus menyadari bahwa kematian itu lama kelamaan akan mencegah kita dari
menikmati segala apa yang kita sukai di dunia ini. Bukannya dengan khabar datangnya kematian, Alloh
ingin agar hamba‐Nya tak menikmati segala keindahan duniawi; tetapi Alloh menghendaki agar dengan
bayang‐bayang kematian yang akan segera memenggal kepala hidup, kita termasuk orang yang
bersegera dalam kembali kepada‐Nya dan mempersiapkan bekal untuk mendapatkan kedudukan di sisi‐
Nya. “Perbanyaklah mengingat kematian. Seorang hamba yang banyak mengingat mati, maka Alloh
akan menghidupkan hatinya dan diringankan baginya akan sakitnya kematian.” [Hadist].
Alloh ciptakan dunia ini untuk dinikmati hamba‐hamba‐Nya dan Alloh lebih percaya kepada hamba‐Nya
yang mau menjadikan dunia ini sebagai tempat pengabdian kepada‐Nya. Apapun yang dilakukan di
dunia menentukan apa yang akan kita peroleh di akhirat. “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
sebesar zarahpun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
seberat zarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” [AZ‐Zalzalah 7‐8].
Kita harus tahu bahwa senikmat‐nikmatnya kenikmatan yang diperoleh orang yang dibenci Alloh, yaitu
orang yang ingkar; tak samalah artinya dengan kenikmatan yang diperoleh orang yang taat kepada‐Nya,
yaitu orang yang hidupnya digunakan untuk meraih kedudukan di sisi Tuhannya. Kenikmatan yang
diperoleh di saat kita berjauhan dengan Alloh, oleh sebab keengganan kita melakukan apa yang dicintai‐
Nya, hanya disebabkan bertentangan dengan kesukaan kita secara nafsiah adalah kenikmatan yang
berada didalam bayang‐bayang azab Alloh.
Bila Alloh sudah membenci kita sebab kita tak mau mengikuti seruan‐Nya menuju kesejahteraan hidup
yang Alloh tawarkan, maka kita akan senantiasa berhadapan dengan halang dan rintang yang pahit
rasanya, sebab harus meninggalkan apa yang kita cintai dengan perasaan berat dan tidak ridha. Apalagi
jikalau kita benar‐benar sudah menyukai apa yang Alloh benci dengan sukarela, maka Alloh butakan
hatinya dari menghasrati jalan kehidupan yang mulia. “Maka pernahkah kamu melihat orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Alloh membiarkannya sesat berdasarkan ilmu‐Nya
dan Alloh telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya?. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Alloh (membiarkannya
sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?.” [Al Jaatsiyah 23]. Sehingga dalam
pandangannya dunia ini bagaikan sesembahan selain dari Alloh, betapa loyal dirinya dengan apa yang
dibenci Alloh sehingga Alloh cemburu dan meninggalkan hamba tersebut dan mencampakkan
41 Meraba hati mensejahterakan jiwa
kemanisan disaat bermunajat kepada‐Nya. “Sesungguhnya Alloh itu cemburu dan Mukmin itu cemburu.
Kecemburuan Alloh ialah jika Mukmin melakukan apa yang diharamkan atasnya.” [Diriwayatkan Asy‐
Syaikhany, Ahmad, dan Turmudzi].
Bila apa yang dicinta meninggalkan dirinya, iapun serasa akan mati sebab tak punya pegangan untuk
mencurahkan perasaan kekecewaan dan tak memiliki pandangan yang benar dalam masalah
terrenggutnya apa yang dicintainya oleh sebab kematian hatinya dari menyaksikan hikmah
kebijaksanaan Tuhan. Padahal samudera keindahan dari setiap perpisahan itu hanya dapat direngkuh
oleh kita yang hatinya selalu bersua dengan‐Nya dalam pujian kepada‐Nya dan dalam perendahan hati
kepada‐Nya. Di dalam Ash‐Shahihain disebutkan dari hadist Abdullah bin Mas’ud, dia berkata,
“Rasulullah SAW bersabda, Tidak ada sesuatu yang lebih cemburu selain dari Alloh. Untuk itu Dia
mengharamkan berbagai kekejian, yang nampak maupun yang tersembunyi. Dan tak seseorang yang
lebih mencintai pujian selain dari Alloh. Untuk itu Dia memuji Diri‐Nya sendiri. Dan tak ada
seseorangpun yang lebih mencintai alasan selain daripada Alloh. Untuk itu Dia mengutus para Rasul.”
Samudera itu hanya akan dapat direngkuh kalau kita mengetahui jalan menuju kebahagiaan hidup di sisi
Tuhan yang di ajarkan oleh Rasulullah dan Nabiyullah, yang sekarang telah maujud sebagai agama
pegangan kita yaitu Islam.
Kelezatan yang diperoleh dari kemuliaan hidup adalah kelezatan yang terpancar dari pengekangan jiwa
raga untuk tidak berpaling kepada kehinaan yang Alloh benci. Muhammad bin Fadhl mengatakan,
“Istirahat total adalah kebebasan dari keinginan Hawa Nafsu.” Keindahan hidup ini sebenarnya oleh
sebab penyaksian mata kepada keindahan dunia disempurnakan oleh penyaksian hati kepada
hakikatnya atau hikmah kejadiannya dalam keadaan tenang tentram, damai sejahtera.. Hati yang
tertutup tak akan menyaksikan hikmah tersebut, yaitu hati yang dimiliki oleh orang yang mengarahkan
keinginannya untuk menikmati keindahan yang dilarang oleh Alloh. Hati itu bagaikan lentera yang
akan bertambah terangnya dengan dzikir, dan bila dzikir menghiasinya maka akan tenang hidupnya.
“Bukankah dengan mengingat Alloh hati menjadi tenang?.” [Ar‐Ra’ad 28] Dengan dzikir tersebut, hati
akan memandang jelas kepada kenikmatan yang sebenarnya dan kesengsaraan yang sebenarnya.
Kenikmatan yang sebenarnya yaitu kenikmatan yang akan direngkuh di akhirat kelak yaitu berupa
kedudukan terhormat di sisi Alloh dan berhimpun beserta kekasih Alloh. Maka segala penderitaan yang
diperoleh dalam rangka mencapai kepada kedudukan itu di dunia ini adalah merupakan telaga tempat
keluarnya kelezatan disaat kita kelelahan dalam menghadapi perjuangan menjauhi keingkaran lalu kita
tersungkur diatas bumi dan meratap kepada Alloh, sementara Alloh mengasihinya lebih besar dari
hasrat keinginannya untuk mengabdi kepada Alloh. Sesungguhnya kenikmatan yang diperoleh dari
susahnya berjuang dijalan Alloh adalah disaat kita mendapatkan sentuhan kasih sayang dari Alloh lalu
kita menyaksikan tanda hadirnya kasih sayang Alloh tersebut sehingga kita terpesona dan
mengagungkan Kebesaran Cinta‐Nya di atas segala cinta yang kita miliki atas sekalian mahluk‐Nya.
Menyaksikan perkara yang demikian itu hanya akan menjadi buah penderitaan hati bagi mereka yang
berpaling dari jeritan ketulusan hati untuk mengikuti jalan kemuliaan. Kesengsaraan yang sebenarnya
adalah kesengsaraan dilembah kesengsaraan, yaitu neraka dan segala perbuatan di dunia yang
menyebabkan kita masuk ke dalamnya. Bagaimanapun apabila kita mengetahui bahwa sesuatu hal yang
paling kita cintai akan segera sirna maka apapun yang menyebabkan kesirnaannya akan kita benci. Dan
nampaknya penyebab kesirnaan apa yang kita cintai di pelupuk mata hanya akan membuat tumpukan
beban penderitaan yang benar‐benar akan membuat perasaan kita menggelembung lalu pecah akibat
beban derita yang kita tanggung.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
42 Meraba hati mensejahterakan jiwa
MENGETUK KHALBU.
Karenanya kita akan semakin bingung, apakah kita akan senantiasa melupakan urusan yang teramat
penting di akhirat kelak dari pada segala kenikmatan yang dirindukan oleh nafsu syahwat kita di dunia
ini ?. Bukankah segala macam dosa yang tidak ditaubati hanya akan menambah investasi kejahatan iblis
di hati kita sehingga makin terjerumus kita kedalam perangkapnya. Kelak kalau kita bersama iblis masuk
neraka mereka akan berkata kepada Alloh bahwa mereka berlepas tangan dari apa yang menimpa kita,
mereka bahkan akan menyalahkan kita sebab kita telah mengikuti mereka. Mereka tidak mau dituduh
sebagai pokok kejahatan yang menyebabkan kita masuk ke neraka. Mereka berkata bahwa pekerjaan
mereka di dunia hanya membisikan kejahatan saja kepada manusia dan manusia itu yang menuruti
ajakannya yang sesat.
Kemudian manusia ahli neraka mengadukannya kepada Alloh kesalahan teman yang menjerumuskannya
kepada kejahatan dengan harapan Alloh akan memberikan peluang kepadanya untuk terangkat dari
kesengsaraan yang menghampakan hati dan mengiris‐iris jiwa di neraka. Tapi apa yang Alloh firmankan
kepada mereka?. Dengan keadilan‐Nya, Alloh berfirman untuk menyuruh mereka menghentikan
pertengkarannya, lalu Alloh berfirman kepada mereka semua untuk merasakan saja segala apa yang
diperoleh dari ketidakbenaran dan ketidaktulusan mereka di sisi Alloh selama di dunia.
Tak ada penolong sedikitpun di neraka itu. Bahkan seorang ahli ibadah saja akan merasa tak sanggup
menahan kerinduannya untuk memperoleh pertolongan Alloh agar terhindar dari kesalahannya yang
tidak Alloh maafkan. Sesungguhnya kemilau indah dari berlian pengabdian kepada‐Nya hanya dapat
dinikmati hamba‐Nya setelah hamba tersebut dapat membuktikan ketangguhannya dalam berlaku sabar
di setiap ujian yang dibebankan kepadanya. Sesungguhnya bagi setiap orang yang beriman, hijrah, dan
yang berjuang dijalan Alloh dengan segala pengurbanan dan amal sholeh maka segala ujian yang ia
terima hanya akan membuat keimanannya bertambah dan hatinya semakin dekat kepada Alloh dan jauh
dari segala hasrat yang bejad dalam hatinya.
Jalan Pemikiran (Sebuah Ideologi)
KEAZALIAN ALLOH
Alloh bersifat qidam5, karenanya Ia dikenal dengan kesendirian dalam menciptakan mahluk. Alloh
ciptakan mahluk berdasarkan kepada Ilmu yang Maha Tinggi yang Ia miliki sendiri yang sifatnya qodim
dan menetap pada Dzat‐Nya, sehingga segala yang tercipta bertujuan jelas serta berhikmah. “Dan, Kami
tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya tanpa hikmah.” (QS Shad 27).
Alloh jadikan mahluk bukan karena Ia kesepian, tapi Alloh menghendaki agar ada yang mengenal dan
menyembah‐Nya, serta agar ada yang membutuhkan‐Nya6. Sebagaiman Firman‐Nya: “Tidaklah Ku
ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembahKu” (QS Adz Dzariyat 56). Alloh mengetahui
5
Qidam artinya dahuli dari sekalian wujud yang diciptakan-Nya, dalilnya adalah: Jika Alloh tak Qidam maka Ia Hadist [Baru]. Kalau
Ia baru maka perlu kepada yang mengadakannya. Mustahil Alloh itu di Adakan sebab selai Alloh tiada Tuhan lainnya. Maka Alloh Qidam.
[Jauharotut Tauhiid, Syekh Ibrahim Al Laqqoni]
6
kata agar disana bukan mengartikan bahwa Alloh membutuhkan mahluk demi untuk tercapainya kehendak. Karena mahluk
melakukan amal semata oleh sebab perbuatan Alloh. Bahkan mahluk membutuhkan Alloh agar ia butuh kepada-Nya. Kehendak Alloh tanpa rasa
butuh kepada selain diri-Nya sendiri. Alloh tak dikatakan membutuhkan diri-Nya sendiri, sebab Alloh menyendiri dalam keserupaan dengan
mahluk.
43 Meraba hati mensejahterakan jiwa
segala apa yang akan menimpa mahluk‐Nya sebelum mahluk itu terwujud, oleh sebab mahluk itu berada
dalam Pengetahuan‐Nya. Sebagaimana Firman‐Nya, “Dialah Alloh yang tiada Illah selain Dia, yang
mengetahui akan yang ghoib dan yang nyata.” (QS Khowatim Al Hasr). Hanya dengan kehendak‐Nya
mahluk itu ada. Firman Alloh SWT, “Sesungguhnya keadaan‐Nya apabila Dia menghendaki sesuatu
hanyalah berkata kepada‐Nya: Jadilah ! maka jadilah ia.” (QS Yaasiin 82).
Alloh ciptakan mahluk dengan sifat membutuhkan‐Nya, walau saat Alloh memberi kepadanya, mahluk
tak dapat melihat Sang Pemberi melainkan dengan keimanan dalam hati yang bening lagi suci. Firman
Alloh yang menggambarkan sifat lemahnya mahluk dan melihatnya ia akan Alloh selaku pemberi segala
kebutuhan hidupnya, “Hanya kepada‐Nya aku menyembah dan hanya kepada‐Nya aku memohon
pertolongan” (QS Al Fatihah 5). Alloh adalah penopang hidup mahluk7. Bila Alloh tak mau mengurus
mahluk atau telah datang masa kehancuran bagi mahluk, maka akan musnahlah mahluk tersebut.
Firman‐Nya, “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekalah Dzat Tuhanmu yang memiliki
kebesaran dan kemuliaan.” (QS Ar Rahmaan 27).
Ke‐Esa‐an Alloh tak berubah walau telah ada wujud dzat yang lain selain Ia, sebab selama‐Nya tak ada
Dzat Tuhan yang lain selain Alloh. Firman‐Nya, “Katakanlah, Dia Alloh itu Ahad!” (QS Al Ikhlas 1). Adanya
Alloh tak sama dengan mahluk, sebab Ia bukan mahluk. Firman‐Nya, “Berbeda Ia dengan segala sesuatu
dan Ia Maha mendengar lagi Maha Melihat.” Alloh yang awwalu tak dapat disentuh oleh waktu,
karenanya tak boleh ada pertanyaan kapan Alloh sendiri tanpa mahluk. Firman‐Nya, “Dialah Yang
Awwal dan Yang Akhir, Yang Dzohir dan Yang Bathin.” . Sebab mahluk pernah mengalami ketiadaan dan
Tuhan selalu ada. Adanya mahluk dalam ruang waktu, sementara adanya Alloh di atas sekalian waktu.
Tanpa Alloh tak akan ada waktu dan ruang.
SEPENGGAL HIDUP MANUSIA
Illah ciptakan akal nurani bagi manusia yang mampu menyatu dengan raganya. Akal membawa rahasia
Ketuhanan‐Nya, sebagaimana firman‐Nya, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak‐anak Adam dari sulbi mereka dan Alloh mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu ?. Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi
saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya
kami (Bani Adam) adalah orang‐orang yang lengah terhadap ini (Ke‐Esa‐an Tuhan).” Setelah
persaksiaannya, maka jadilah ia sebagai pengobar kerinduan jiwa insan untuk mencari Tuhan yang ia
butuhkan. Dan hanya yang telah kembali pada keridhoan‐Nya [mendirikan ibadah menurut agama‐Nya]
dan yang ikhlas kepada‐Nya saja yang akan melihat dan menggantungkan kebutuhannya hanya kepada
Alloh SWT. Kebutuhan insan diciptakan Alloh agar insan mendapat manfaat dari‐Nya. Alloh yang
menopang hidup insan, maka dari‐Nyalah segala kebutuhannya. Firman‐Nya, “... Alloh mengatur urusan
(mahluk‐Nya),...” (QS Ar Ra’d 2).
Tanpa memintapun Alloh akan memberi, sebab dengan memberi menandakan Aloh selaku Pencipta.
Namun dengan meminta, maka insan akan memasuki bagian kecintaan‐Nya8, keluar dari kebutaan
menuju penyaksian kepada kehambaannya pada Alloh. Alloh jadikan hukum ibadah agar nampak oleh
tiap insan kedudukannya disisi Alloh dan kedekatannya dengan Pusat Kenikmatan Maha Tinggi yang ia
7
Yang mencukupi segala kebutuhannya, termasuk kebutuhannya untuk tetap terwujud dalam alam wujud.
8
Sabda Rasulullah, “Tiada yang lebih utama (mulia/yang dicintai-Nya) disisi Alloh daripada do’a.” (Kitab Qobasun min nuri
Muhammad SAW, Muhammad Faiz AlmathHR. Ahmad).
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
44 Meraba hati mensejahterakan jiwa
butuhkan. Firman‐Nya, “... supaya Dia menguji kalian, siapa diantara kalian yang lebih baik amalnya.”
(QS Al Mulk 2). Maka insan yang memenuhi seruan Tuhan, Illah jamin akan menemui‐Nya dengan
kebahagiaan di negeri Kesentausaan. Firman‐Nya, “Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena
kesabaran mereka (dengan) Syurga dan (pakaian) sutera.” (QS Al Insan 12). Siapa yang menjauhi‐Nya,
maka diberinya dia akan Keadilan oleh Tuhan di Yaumil Mizan.
Insan hidup dengan ketetapan‐Nya yang tiada dapat dirubah oleh diri insan, melainkan perubahan itu
ada pada ketetapan‐Nya. Firman‐Nya, “Apapun musibah yang menimpa (manusia) melainkan dengan
seidzin Alloh, dan barang siapa beriman kepada Alloh, maka Alloh akan membimbing hati orang
tersebut”. (QS AT Taghobun 11). Firman‐Nya, “Apapun musibah yang menimpa di bumi ini dan yang
menimpa diri‐diri kamu, melainkan tersebut dalam kitab (Lauhil Mahfudh) sebelum kami
menciptakannya, sesungguhnya yang demikian itu sangatlah mudah bagi Alloh supaya kamu tidak
berputus asa terhadap apa yang luput begimu, dan supaya kamu tidak sombong atas apa yang Alloh
berikan kepadamu Dan Alloh tidak suka kepada yang congkak lagi sombong” (QS Al Hadid 22‐23). Maka
insan karim [mulia] hidup dengan belas kasih‐Nya. Illah berhak bersikap bagaimanapun terhadap
mahluk‐Nya [mau dicintai‐Nya ataupun dibenci‐Nya].
Bila insan diberi kenikmatan dan keselamatan oleh Alloh; maka terasalah karunia‐Nya itu. Dan tiada
beruntung insan yang Illah benci sehingga ia terhina dibawah kerajaan‐Nya. Dengan Illah saja insan
mampu mencapai keselamatan, sebab insan tak mampu merubah ketetapan Alloh atas dirinya yang
Alloh buat sebelum insan terwujud dan hanya Alloh yang mampu menjadikan suratan taqdirnya
menghantarkan kepada Karunia‐Nya Yang Maha Besar [Wajah‐Nya]. Maka dengan mengikuti seruan‐
Nya serta mempercayai pertolongan Alloh, insan berharap semoga apa yang telah Alloh berikan
kepadanya berupa perbuatan taat merupakan isyarat keselamatan yang Alloh berikan sebagaimana
Ketetapan yang telah Ia buat9.
Insan taat yang berharap Syurga dengan mengitikadkan bahwa Alloh akan memberinya Syurga berkat
amal ibadahnya dikatakan berangan‐angan, sebab Syurga diberikan‐Nya bukan berdasarkan amal insan,
tapi sesuai dengan kemauan Alloh untuk bertemu dengan insan tersebut. Sabda beliau SAW, “Seorang
masuk Syurga bukan karena amalna tetapi karena rahmat Alloh Ta’ala. Karena itu bertindaklah yang
lurus.” (HR. Muslim). Jika Alloh menghendaki agar insan bertemu dengan‐Nya, maka dijadikanlah insan
melakukan penyerahan dirinya untuk memenuhi seruan‐Nya sampai bertemu insan dengan Illah di
lapang Syurga yang luas dengan sekalian insan mulia lainnya.
Hisyam bin Ammar berkata: Kami diberitahu Muhammad bin Sa’id bin Sabur, kami diberitahu
Abdurrahman bin Sulaiman, kami diberitahu Sa’id bin Abdullah Al Jarsyi Al Qodhy, bahwa dia mendengar
Abu Ishaq Al Hamdany menyampaikan hadist dari Harist Al A’war, dari Ali bin Abu Tholib KW, dengan
memparfu’kannya, dia berkata, “Sesungguhnya jika Alloh telah menempatkan penghuni Syurga di dalam
Syurga dan menempatkan penghuni Neraka di dalam Neraka, maka Dia mengutus Ar Ruhul Amien
(Jibril) kepada para penghuni Syurga untuk berkata, ‘Wahai penghuni Syurga, sesungguhnya Rabb kalian
menyampaikan salam kepada kalian dan memerintahkan kepada kalian agar mengunjungi‐Nya di
halaman Syurga, (yang) debunya berupa minyak Kesturi dan kerikilnya berupa butiran Mutiara dan
Yaqut, pepohonannya dari Emas yang halus dan daunnya adalah permata Zamrud. Para penghuni
Syurga keluar dalam keadaan gembira dan suka ria. Disana mereka dikumpulkan dan disana ada
kemuliaan Alloh serta memandang Wajah‐Nya. Itulah janji Alloh yang dipenuhi‐Nya bagi mereka. Lalu
9
Alloh menetapkan keselamatan sebagai akhir hidupnya dan insan menghibur dirinya dengan penyerahan diri setelah ketaatannya
sehingga ia berangan-angan memperoleh Syurga-Nya
45 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Alloh mengizinkan mereka untuk mendengarkan (suara merdu), makan dan minum. Mereka dikenakan
perhiasan kemuliaan, kemudian ada penyeru yang berseru, ‘Wahai Wali‐Wali Alloh, adakah sesuatu
yang masih menyisa dari janji Alloh kepada kalian?’. Mereka menjawab, ‘Tak ada. Dia telah memenuhi
apa yang pernah dijanjikan kepada kami. Tiadapun yang menyisa selain dari memandang Wajah‐Nya’.
Maka Rabb menampakkan diri kepada mereka di balik sebuah tabir. Dia berfirman, ‘Wahai Jibril,
singkirkan tabir‐Ku ini untuk hamba‐hamba‐Ku, agar mereka bisa memandang wajah‐Ku’. Dia berkata,
‘Maka Jibril menyingkirkan tabir yang pertama, hingga mereka bisa memandang cahaya dari cahaya
Rabb. Seketika itu mereka merunduk kepada‐Nya untuk sujud. Rabb beseru kepada mereka, ‘Wahai
hamba‐hamba‐Ku, angkatlah kepala kalian, karena ini bukan tempat tinggal untuk melakukan amalan,
tetapi ini adalah tempat tinggal untuk menerima balasan’. Lalu Jibril menyingkirkan tabir kedua, hingga
mereka memandang suatu urusan yang paling agung dan besar. Seketika itu mereka merunduk kepada
Alloh untuk memuji dan bersujud. Rabb menyeru kepada mereka, ‘Angkatlah kepala kalian, karena ini
bukan tempat tinggal untuk melakukan amalan, tetapi ini adalah tempat tinggal untuk menerima
balasan dan kenikamatan abadi’. Lalu Jibril menyingkirkan tabir yang ketiga, hingga pada saat itulah
mereka bisa memandang Wajah Rabbul‐alamin. Tatkala memandang Wajah‐Nya itulah mereka berkata,
‘Maha Suci Engkau. Kami belum beribadah kepada‐Mu dengan sebenar‐benarnya ibadah’. Alloh
berfirman, ‘Karena kemulian dari‐Kulah yang memungkinkan kalian bisa memandang Wajah‐Ku dan
menempatkan kalian di Tempat Tinggal‐Ku’. Lalu Alloh mengizinkan bagi Syurga untuk berkata,
‘Kebahagiaan bagi orang yang menempatiku dan kebahagiaan bagi mereka yang hidup abadi di
dalamku dan kebahagiaan bagi orang yang kupersiapkan baginya’. Itulah makna firman Alloh, ‘Wajah
(orang‐orang Mukmin) pada hari itu berseri‐seri. Kepada Rabbnya mereka melihat “ (QS Ar Ra’d 29, Al
Qiyamah 22‐23).10
ALAM HATI MANUSIA
Al Halim jadikan insan memiliki segala kelangkapan untuk menerima isyarat‐Nya. Hati Ilahiah‐Ruhaniah
merupakan gerbang penyaksian insan kepada Isyarat Tuhan11. Segala yang disaksikan insan dari mata
lahirnya dan akal rasionya tak akan mencapai penyaksian kepada keberadaan‐Nya tanpa memasuki
wilayah hati. Alloh berfirman, “Dan tidak adalah bagi manusia itu perkataan Alloh kepadanya, kecuali
berupa wahyu atau dari balik dinding atau Alloh mengutus seorang Rasul, maka Alloh memberi wahyu
dengan izin‐Nya kepada siapa yang dikehendaki‐Nya.” (QS Asy Syura 51).
Ruh insan bersemayam di dalamnya. Insan adalah ruh, sehingga di dalam hati itu insan menegakkan
kepemimpinannya untuk mencapai kehidupan [yang sesuai dengan kwalitas diri yang didambakannya],
baik kehidupan jasmani maupun ruhani. Ruh insan menghadapi dua kekuatan besar di dalam hati, yang
keduanya sangat mempengaruhi kwalitas dirinya dalam kehidupan ini. Alloh SWT berfirman, “Maka
Alloh ilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan,” (QS Asy Syams 8). Kekuatan itu
disaksikan secara naluriah oleh akal nurani sebagai kebenaran dan kesalahan. Dengan mendalami
sukmanya, ia yang ridho Alloh sebagai Tuhannya akan mengetahui bahwa ruhnya akan bahagia dengan
kebenaran, dan yang bathil itu dipandang olehnya sebagai penghancur kebahagiaannya.
Dalam agama‐Nya, insan mengetahui secara pasti kepada kebenaran dan kesalahan oleh sebab
keyakinannya pada Petunjuk Alloh yang menjelaskan akan sumber kekuatan keduanya. Alloh berfirman,
“Alif laam raa. (Ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia
10
Kitab Raudhoh Al Muhibbin wa Nuzhoh Al Musytaqin, Bab XXVI , Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah.
11
Ihya Ulumuddin, Bab Rahasia Hati, Imam Abdul Hamid Al Ghozali.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
46 Meraba hati mensejahterakan jiwa
dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha
terpuji.” (QS Ibrahim 1).
Kecenderungan insan kepada yang hak, dibantu oleh malaikat melalui bisikannya yang menjelaskan
antara yang hak dan yang bathin secara jelas. Firman Alloh SWT, “Dan (Malaikat‐malaikat) yang
membedakan (antara yang hak dan yang bathil) dengan sejelas‐jelasnya.” (QS Al Mursalat 3).
Kecenderungan insan kepada yang bathil didorong oleh Iblis yang telah merelakan dirinya untuk dilaknat
oleh Alloh SWT. Alloh berfirman, “Dan, syetan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan
yang sejauh‐jauhnya.” (QS An Nisa 60).
Alloh tak bersemayam di alam semesta, Ia bersemayam di hati insyan yang sholeh. Dalam riwayat Ibnu
Umar ia berkata, Pernah ditanyakan kepada Rasulullah SAW; “Ya Rasulullah! Dimana Alloh berada? Di
bumi atau di langit? jawab Nabi SAW, Di hati orang‐orang mu’min.” Dalam sebuah Hadist Qudsi tertulis,
“Alloh berfirman: Tak dapat memuat Zat‐Ku, bumi dan langit‐Ku. Yang dapat memuat Aku ialah hati
hamba‐Ku yang Mu’min, lunak, dan tenang.”12 . Oleh karenanya, hati dapat menyaksikan isyarat Alloh
perihal kejadian dimasa mendatang secara rahasia, hingga terbitlah keyakinan insan padanya setelah
menyaksikannya melalui isyarat tersebut. Diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al Khudry, bahwa Rasulullah
SAW, bersabda, “Waspadalah terhadap firasat Mukmin, sebab ia melihat dengan Nur Alloh SWT” (HR.
Bukhori dan Tirmidzi).
Adanya Alloh dalam hati, menandakan keberhasilan dalam mensucikan hati oleh sebab kasih‐Nya.
Dalam Kitab Minhajul ‘Abidin, Imam Al Ghozali mengatakan bahwa Alloh membisikan amalan‐amalan
dan pengetahuan yang bathin kepada setiap insan. Kesucian berhasil dicapai, berkat dukungan malaikat.
Para malaikat menunjukkan amalan‐amalan serta pengetahuan lahir bagi insan.
Ketinggian derajat disisi Alloh dan keselamatan seorang hamba, terdapat pada hamba yang bertaubat,
beriman, beramal sholeh, lalu meluruskan amalnya dengan keridhoan Alloh, dan membeningkan hatinya
dengan kekuatan penyucian yang ia peroleh dari ketinggian ilmu serta keawasaannya pada isyarat‐
isyarat Tuhan13 dalam hatinya.
BELAIAN KASIH TUHAN
Bila hamba yang beriman melakukan pelanggaran, maka Alloh akan membawa hamba tersebut kepada
ujian yang berisikan petunjuk kebenaran, dan ilmu kekuatan untuk mencapai derajat perbaikan14.
“Barang siapa diuji lalu bersabar, didzalimi lalu memaafkan dan mendzalimi lalu beristighfar maka bagi
mereka keselamatan dan mereka termasuk orang‐orang yang beroleh hidayah”. (HR. Al Baihaqi).
Penyaksian kepada cela adalah anak kunci untuk mengetuk pintu penerimaan Alloh; perbaikan diri
dengan mengikuti syariat‐Nya adalah penerimaan‐Nya. Sementara naiknya derajat hamba setelah
perbaikan [berkat ilmu yang ia peroleh dalam kurun ujian Alloh kepada dirinya] adalah pendekatan
kepada‐Nya. Dan tiada berpalingnya hati hamba setelah hamba menjadikan dirinya menyembah Alloh
12
Diambil dari Ihya Ulumuddien Bab Keajaiban Hati, Imam Al Ghazali.
13
Isyarat itu merupakan jalan insyan untuk meneruskan penyaksian hamba kepada wujud lahir menuju wujud bathin hingga sampai
[wusul] kepada diri-Nya.
14
Ilmu tersebut diperolehnya setelah Alloh menjadikannya mampu untuk menyaksikan segala cela yang mendorong dirinya untuk
berbuat dosa.
47 Meraba hati mensejahterakan jiwa
[sebagai nilai kenikmatan yang digandrungi dimana kenikmatannya membuat hamba ketagihan]
merupakan tanda hadirnya kedekatan pada Cinta‐Nya.
Menyembah Alloh tak akan disukai jika hamba tak mengenal‐Nya, menganggap remeh segala
ketergantungan kepada selain‐Nya, dan membenci dirinya saat ia berpaling dari‐Nya. Artinya, hamba
harus memiliki kesungguhan dalam taat kepada‐Nya, merengkuh segala kenikmatan yang terdapat
padanya, menetapkan dalam hati sebagai kenikmatan yang diunggulkan dari sekalian kenikmatan hingga
terbitnya ketergantungan, lalu menjadikan kedekatan sebagai kebiasaan, dan menjadikan hidupnya
bergantung kepada Alloh.
Alloh menjadikan hidup indah dan lapang bagi hamba yang merindukan kehadiran hati kepada‐Nya,
maka bagaimana pula bila hamba memikirkan kelezatan yang akan ia peroleh saat penyaksian kepada‐
Nya ?. Dalam Ash Shahih dan As Sunan serta Al Masanid, disebutkan dari hadist Tsabit Al Bunany, dari
Abdurrahman bin Abu Laila, dari Shuhaib r.a. , dari Nabi SAW, beliau bersabda, “... Lalu Dia menyibak
tabir dan merekapun memandang‐Nya. Demi Alloh, Alloh tidak memberikan sesuatu yang lebih mereka
cintai dari memandang‐Nya serta tidak ada yang lebih menyenangkan hati mereka (selain dari itu)” .
Nikmat bertaubat disempurnakan oleh nikmat penerimaan‐Nya. Setiap hamba bergerak menaiki
derajat kedekatan kepada‐Nya, maka semakin tinggi derajat kemuliaannya semakin lezatlah rasanya.
Ketinggian derajat lezat itu bergantung kepada hati. “Tidak bohong hati tentang apa yang dilihatnya”
(QS An Najm 11).
Mahluk dan Tuhan dapat ditempatkan dalam hati manusia, tapi hanya satu diantaranya yang harus
bersemayam di dalam bathin. “Alloh sekali‐kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam
rongganya” (QS Al Ahzab 4). Bila insan menempatkan mahluk, maka Tuhan tak nampak. Bila ingin Tuhan
yang hadir, maka kecintaan pada mahluk harus disirnakan dengan mencintai‐Nya atau mencintai mahluk
atas dasar kecintaan pada‐Nya. Imam Junaid r.m. berkata, “Apabila Alloh itu tiada, maka menyebut
sesuatu yang tiada adalah suatu tanda ketiadaan (akal). Apabila Alloh itu ada, maka menyebut nama‐
Nya sambil merenungi‐Nya sebagai ada (meyakinkan apa yang ia rasa dan saksikan dalam hatinya
sebagai Tuhan) adalah suatu pertanda tidak menghargai (KeMahaSucian Alloh)15 “.
Alloh menyeru kepada sekalian yang mengimani‐Nya untuk bersyukur, maka hamba harus membalas
perhatian yang telah Alloh berikan melalu keimanan mereka. Belai kasih‐Nya hanya dapat dipandang
oleh hati yang ikhlas dalam mengabdi kepada‐Nya, dan hanya dapat dibalas oleh orang yang awas akan
rasa butuhnya kepada Alloh. Insan membutuhkan Alloh, sebab insan merasa bosan selalu dikejar oleh
kebutuhan yang tak berujung. Insan yang arif mengetahui bahwa unjung kebutuhannya adalah Alloh,
maka insan butuh bertemu dengan Alloh agar ia menemui ujung kenikmatan hingga tiada kenikmatan
yang insan butuhkan lagi selain Diri‐Nya.
MENGEJAR PENERIMAAN AL‐WALIY
Al‐Waliy telah menggelar tawaran yang khusus kepada mereka yang mau beribadah secara ikhlas,
berupa sinar perlindungan dan tali kasih [berupa petunjuk] Seorang Tuhan Yang Kwalitas Tanggung
Jawabnya melebihi siapapun dari sekalian mahluk‐Nya. Dengan syarat, insyan mau membawa dirinya
kepada kebahagiaan yang Alloh berikan kepadanya. Tentunya karena Alloh memiliki martabat yang
Maha Mulia, Ia hanya layak bersanding dengan Kemuliaan‐Nya sendiri.
15
Warisan Awliya, Al Junaid, karya Fariduddin Al Attar.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
48 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Insan yang dimuliakan‐Nya dengan ketaatan kepada‐Nya adalah Kemuliaan‐Nya. Karena insan memiliki
sifat yang lemah dan alfa, maka ia akan mudah diperdaya oleh syetan, kecuali kalau insan dilengkapi
dengan ilmu dan kedekatan kepada‐Nya. Ilmu dan kedekatan kepada‐Nya akan membawa rahmat dan
ampunan‐Nya. Kelengkapan tersebut adalah penawar kelemahan dan alfanya, sebab lemah dan alfa tak
akan memberatkan hati bila Alloh memaafkannya. “Orang yang bertaubat dari dosanya seperti orang
yang tidak menyandang dosa” (HR. Tabrani). Keduanya akan menjadi neraka dunia bila Alloh tak
memaafkannya, dan bagaimana ia akan dimaafkan bila insyan tak mau kembali kepada‐Nya dan
memperbaiki diri. “Tidak menjadi dosa besar sebuah dosa bila disertai dengan istighfar dan bukan dosa
kecil lagi suatu perbuatan bila dilakukan terus menerus” (HR. Tabrani). Dan tak disebut sebagai alfa bila
ia sadar melakukannya.
Insan harus mencintai‐Nya dengan menjalankan sekalian yang fardhu, serta mengundang kecintaan‐Nya
dengan amalan sunah. Dari Abu Hurairah, Rasul SAW bersabda, “Bahwasanya Alloh berfirman:
Barangsiapa menentang seorang kekasih‐Ku, sungguh Aku akan memeranginya. Tiada seorang manusia
berusaha mendekatkan dirinya kepada‐Ku dengan amal ibadah sunah yang Aku senangi sesudah
menyempurnakan amal ibadah yang Ku wajibkan atasnya, sehingga Aku mencintainya, ... “ (HR.
Bukhori).
Hati yang mencintai‐Nya adalah hati yang bergegas memenuhi panggilan‐Nya oleh sebab kebutuhan
dirinya yang harus ia ambil dari hasil ibadah kepada Tuhannya.. Dan hati yang dicintai‐Nya adalah hati
yang terus mengingat‐Nya disepanjang waktu, serta mampu ia menunggalkan cinta untuk Alloh saja
[segala cinta hanyalah untuk cinta‐Nya]. Abu Abdullah Al Qurasyi mengatakan, “Hakikat cinta berarti
bahwa engkau memberikan segenp dirimu kepada Dia yang kau cinta, hingga tak satupun yang
tersisa”16.
Dari sini insan menyadari bahwa Al‐Waliy hanya akan menerima insan yang selalu bersama‐Nya
sehingga, Tuhan seakan‐akan menjadi teman akrab yang senantiasa memberinya kasih sayang [selama
insan membalas kasih‐Nya dengan mendengar lalu taat]. Dengan demikian kelayakan untuk bersanding
dengan‐Nya adalah bila Alloh memberikan Cinta‐Nya, lalu hamba menerima Cinta‐Nya dengan
sempurna [Tak ada penentangan kepada‐Nya]. Hamba yang menempatkan cinta kepada mahluk di atas
mencintai‐Nya, tak akan dapat menerima cinta‐Nya secara penuh sebab ia tak memiliki kecintaan yang
pasti kepada‐Nya.
WILAYAH RASULULLAH ADALAH WILAYAH CINTA
Alloh mencintai dengan cinta yang khusus kepada satu orang, sehingga seluruhnya diseru untuk
mencintai‐Nya [hingga Alloh seru leluhurnya untuk menghormatinya]. Alloh berfirman, “Sesungguhnya
Alloh dan malaikat‐Nya mengucapkan sholawat ke atas Nabi (Muhammad SAW). Wahai orang‐orang
ynag beriman bacalah sholawat atas Nabi dan ucapkanlah salam dengan penghormatan kepadanya”
(QS Al Ahzab).
Beliau adalah Ahmad atau Muhammad SAAW, seorang insan yang mampu mewujudkan kwalitas
kemanusiaannya secara paripurna. Kemanusiaannya menjadi suri tauladan bagi sekalian manusia
[termasuk manusia yang sudah berada dalam perut bumi]. Sabda beliau SAAW, “Aku kesayangan Alloh.
16
Risalah Qusyairiyah, Bab Cinta, Imam Abul Qosim Al Qusyairy.
49 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Aku membawa panji pujian pada hari kiamat, dibawahnya Adam dan yang sesudahnya, ... Dan akulah
yang paling mulia dari kalangan terdahulu dan terbelakang di sisi Alloh” (HR. Tirmidzi).
Beliau SAW memiliki kwalitas dalam mencintai‐Nya, sehingga segala perbuatannya selalu berbiaskan
Mahabbatullah. Beliau SAW loyal dalam mencintai‐Nya, sehingga wilayah dakwahnya bernuansakan
cinta suci. Islam [agama yang beliau tegakkan] merupakan Peradaban Cinta. Umatnya sejahtera karena
hidup bersama ruh cinta suci [yang terbit dari kecintaan Illah], yang bergerak‐gerak diantara mereka.
Illah berfirman dengan rasa Cinta, untuk menyeru sekalian mahluk kepada Cinta‐Nya.. Aturan yang Illah
buat, dimaksudkan untuk menguakkan wujud Cinta‐Nya kepada setiap mahluk. Kalam yang berlimpah
Cinta itu diturunkan hanya kepada hamba yang Ia Cintai dari sekalian hamba yang Ia Cintai.
Setelah beliau SAW mendapat perintah untuk menyebarkan Kalam Cinta‐Nya kepada sekalian mahluk‐
Nya, mulailah beliau melepaskan segala Cintanya [yang beliau peroleh dari Tuhannya] beserta Kalam
Illah yang beliau serukan kepada sekalian mahluk Alloh SWT. Akal yang merindukan hadirnya nuansa
Mahabbatullah bergemuruh meronta‐ronta ingin mendengarkan Perwujudan Cinta Alloh itu
[Muhammad SAAW]. Sementara nafsu bergejolak, resah, dan menutupi mata akal dengan mengerahkan
segala dayanya untuk menjerumuskan insan kepada kebencian Tuhan. Iblis dengan sekutunya nafsu,
menghempaskan kerinduan akal dengan gelora cinta kepada dunia. Maka insan yang telah tertutup
akalnya [oleh sebab mengikuti kesesatan], tak dapat menikmati anggur Cinta‐Nya [pahala taat] hanya
dikarenakan perbuatannya yang memuas‐muaskan dirinya dengan racun kehidupan [maksiat].
“Maukah kalian mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? “ (QS. Al‐Baqoroh:
61).
Insan dapat merasakan lezatnya anggur kehidupan [kehidupan hatinya] oleh sebab mengikuti beliau
SAAW dengan kecintaan dan ketundukan [penghornatan kepada beliau dan pengagungan kepada Alloh],
mencintainya SAAW dengan paksaan yang sangat kepada dirinya demi untuk membalas cinta beliau
SAAW.
Alloh telah memberinya petunjuk melalui beliau SAAW, dengan demikian beliau adalah Wujud Cinta‐
Nya. Bila insan mencintainya berarti mencintai Alloh SWT, seperti meyakinkan akan adanya Ia dalam
keadaan tak melihat kepada Dzat‐Nya adalah sama dengan menyaksikan Dzat‐Nya17. Insan tak dapat
membalas cinta beliau dengan balasan yang setimbang, tapi dengan mengikuti beliau SAAW adalah
sama dengan membalas cinta beliau, wallohua’lam.
Beliau tak merasa punya bagian dalam kepujian mahluk, sebab Segala Pujian bagi Alloh. “Segala Puji
bagi Alloh Rabbul ‘alamiin” (QS Al Fatihah 2). Jika bukan karena Alloh, beliau tak akan menyampaikan
Cinta Alloh kepada sekalian mahluk. Keutamaan beliau disisi Alloh tidak dikarenakan berbondong‐
bondongnya sekalian mahluk mengikuti seruannya, tapi karena Alloh mengutamakannya dalam Cinta‐
Nya. Beliau memiliki kewajiban untuk menyampaikan Risalah Cinta‐Nya., maka beliau bahagia bila
mahluk memahami ajaran Cinta‐Nya sehingga mereka mencintai‐Nya. Yang terpenting bagi beliau
adalah ummatnya dapat berhimpun dengannya di Syurga untuk menyaksikan Wajah‐Nya bersama‐
sama.
Beliau sangat sayang kepada ummatnya. Firman Allohj SWT, “Sesungguhnya telah datang kepadamu
seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang‐orang
17
Hal tersebut terjadi sebab kemampuan manusia untuk melihat-Nya didunia hanya sampai pada perasaan akan hadirnya Ia.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
50 Meraba hati mensejahterakan jiwa
mu’min.” (QS At Taubah 129). Saat wafat dan bangkit kelak, yang dipikirkan oleh beliau [Dalam
Samudera Taqorubnya kepada Alloh] adalah ummatnya. Diriwayatkan bahwa Nabi SAW berkata kepada
Jibril AS menjelang wafatnya, “Siapa yang mengurusi umatku setelah aku?” Maka Alloh SWT
mewahyukan kepada Jibril, “Beritakan kepada kekasihku, bahwa Aku tak akan menelantarkan umatnya
dan beritahukan kepadanya bahwa ia adalah orang yang paling cepat keluar dari perut bumi ketika
mereka dibangkitkan dan pemimpin mereka ketika mereka dikumpulkan, sedangkan syurga diharamkan
atas umat‐umat hingga dimasuki oleh umatnya.” Maka Nabi SAW berkata, “Sekarang senanglah
hatiku”.
Kalau kita ummat beliau, maka cobalah untuk memikirkan sifat belas kasih beliau kepada kita. Beliau tak
menghendaki kesusahan menimpa ummatnya, sehingga bersungguh‐sungguhlah beliau
memperingatkan kita akan suatu jalan yang menghantarkan kita menuju kebahagiaan. Namun banyak
diantara kita yang karena tidak menganal beliau, apa yang diajarkan, dan apa yang dituju oleh beliau,
menyakiti hati dan membuat resah hatinya. Bukankah yang menyebakan beliau bertanya kepada Tuhan
perihal kondisi ummatnya adalah karena beliau tahu bahwa ummatnya sepeninggal beliau akan disergap
penyebab kegagalan dalam mencapai cita‐cita yang diajarkannya. Secara khusus dapat dikatakan bahwa
munculnya kekhawatiran beliau adalah karena ummatnya ada yang berbuat maksiat.
Maka demi Keagungan Alloh yang telah menjadikan sosok Pemimpin sebagus beliau, sekali‐kali lemahlah
kita semua di mata Alloh kalau tak sampai bersholawat kepadanya, dan lemahlah kita di hadapan beliau
jika tak bisa menjaga agar diri tak termasuk orang yang menyebabkan hati beliau bersedih [mati dalam
keadaan maksiat yang tidak ditaubati]. Salam kesejahteraan bagimu wahai Al‐Musthofa Ahmad SAAW.
RUH CINTA DARI OBOR CINTA
Alloh tegakkan obor cinta [agama yang membawa manusia kepada kecintaan‐Nya] dan menyalakan api
cintanya [kemuliaan dan kejayaan peradaban islam] pada sumbu agama yang berminyakkan keimanan
dan penyerahan diri kepada‐Nya. Bila kita semua mau memenuhi seruan‐Nya, maka akan Alloh berikan
selalu petunjuk kepada kita akan jalan kejayaan dan kesejahteraan. “Dan mereka yang berjuang
(berjihad) dijalan Kami, akan Kami tunjukan mereka itu kepada jalan‐jalan kami” (QS Al‐Ankabut: 69).
Bila kita semua mau melakukan segalanya dengan berdasarkan aturan atau cinta kepada‐Nya, maka
Alloh akan lapangkan kaki kita kearah kemuliaan. “... Barang siapa bertakwa kepada Alloh niscaya Dia
akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS Ath‐Thalaq: 2). Dan Tidaklah agama kita mengajarkan
sesuatu yang bersifat menghancurkan jasmani atau ruhani mahluk. Bahkan agama kita mengajarkan
cara yang membawa kita kepada perbaikan semesta raya. Bagaimana Tuhan yang Agung dengan Ilmu‐
Nya, hendak menyembunyikan petunjuk kepada sekalian hamba‐Nya yang hendak Ia jadikan sebagai
bagian dari rahmat atas sekalian alam. Dengan rahmat‐Nya alam ini tegak berdiri, segala kebutuhan
dipenuhi, segala kelengkapan di lengkapi, dan segala kelebihan di kurangi. Maka yang menjadi
rahmatullah akan menjadi faktor penyebab atau penikmat yang demikian itu (Rahmatan Lil ‘Alamin).
Agama yang didirikan Alloh atas dasar cinta, akan menguakkan potensi cinta insan yang mendalami dan
mengikutinya. “Muhammad itu utusan Alloh, orang‐orang yang bersamanya (orang Mu’min) sangt
keras terhadap orang‐orang Kafir, mereka saling mengasihi dan menyayangi” (QS. Al‐Fath: 29). Dan
bentuk cinta yang terkuak, tak akan beroleh kesempurnaan kalau bukan merupakan perwujudan
Mahabbatullah [dasar semua cintanya kepada selain Alloh adalah Cinta kepada Alloh]. “Ada 3 golongan,
barang siapa berada di dalamnya, akan mendapatkan manisnya iman, yaitu: 1) Barang siapa yang
menjadikan Alloh dan Rasul‐Nya lebih dicintai dari pada lainnya, 2) Barang siapa yang mencintai
51 Meraba hati mensejahterakan jiwa
seseorang karena Alloh, dan 3) Barangsiapa yang tidak suka kembali kepada kekufuran setelah
diselamatkan oleh Alloh dari kekufuran tersebut, sebagaimana tidak sukanya ia dilempar ke dalam api
neraka.” (HR. Bukhori Muslim dari Anas bin Malik).
Bila insan mencintai mahluk sementara ia tak mencintai Alloh, maka bagaimana ia akan menemukan
kecintaan hati kepada pimpinannya. Bagaimana akan tercetak kwalitas ahlak tinggi bila iman
membencinya. Ahlak tinggi itu menuntut terwujudnya kesatuan kehendak ruh kita dengan kehendak
akal nurani. Kehendak kita belum tentu benar kalau tidak sesuai dengan akal nurani yang qur’ani yang
lebih tahu siapa Tuhannya, dan akal nuranilah yang memiliki kemampuan membedakan yang hak dan
yang bathil dengan bantuan Petunjuk Alloh yang menyinarinya (Petunjuk Al Qur’an). Akal nurani hanya
merasa senang bila dirinya berada dalam jiwa yang mencintai Alloh.
DERAJAT CINTA
Mencintai mahluk yang dicintai Alloh adalah suatu kewajiban. Dari Abu Hurairah Rasulullah SAW
bersabda, “Ketika Alloh cinta kepada seorang manusia, maka disuruhlah Jibril memberitahukan
kepadanya bahwa Alloh cinta‐kasih kepada si‐anu, oleh sebab itu cintailah dia.” (HR. Bukhori‐Muslim).
Sementara menyatukan cinta dengan persatuan ikatan [pernikahan] adalah sunnah. Dalam hadist
Tirmidzi dari Abu Ayyub, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Empat perkara yang merupakan sunnah
para Nabi; celak, wangi‐wangian, siwak, dan kawin.” Dalam suatu hadist dikatakan bahwa, “Rasulullah
SAW melarang laki‐laki yang menolak kawin untuk beribadah melulu”. (HR. Bukhori).
Mencintai apa yang dibenci Alloh adalah kebinasaan dan tidak perduli [mengingatkannya atau
menetapkan kebencian atasnya] kepada mahluk yang melakukan maksiat menurut Imam Al‐Qusyairy
berarti merelakan diri menjadi syetan bisu. Insan yang memiliki cinta akan memiliki juga kecemburuan
kepada yang dicinta bila yang dicinta melakukan hal yang tidak disukainya. “Alloh itu pecemburu dan
orang mu’min juga pecemburu. Cemburu Alloh SWT adalah sifat yang muncul bilamana seorang hamba
yang beriman melakukan apa yang telah dilarang‐Nya.” (HR. Bukhory‐Muslim‐Tirmidzi). Bila
kesukaannya itu adalah kesukaan Alloh, maka kecemburuannya membuahkan berkah banyak yang Alloh
siramkan kepada pecinta dan yang dicinta.
Cinta adalah akibat tabiat, dan tabiat boleh dipengaruhi ilmu atau kebodohan setelah ia dipengaruhi
akal nuraninya. Cinta yang berdasarkan nurani akan benar jika tidak menentang kecintaan‐Nya.
Kebodohan dalam bercinta disebabkan oleh sebab pengagungan nafsu syahwat diatas kebenaran Tuhan.
“... Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak
mendapat petunjuk dari Alloh sedikitpun? ...” (QS. Al‐Qoshosh 50).
Insan yang mencintai mahluk saat ia belum memiliki cinta kepada Tuhan [belum memiliki kekuatan
untuk mengarahkan perbuatannya kepada apa yang Alloh cintai demi kecintaan‐Nya] akan dibayangi
oleh dosa; sebab ia disargap oleh iblis setelah Alloh mencampakkannya akibat ia tak mau menjadikan‐
Nya sebagai dasar segala cintanya kepada selain‐Nya. Alloh tak memberikan perhatian kepada insan
yang tak memperhatikan arah jalan Tuhan, lalu Alloh palingkan Wajah‐Nya saat hamba memalingkan
dirinya kepada kebencian Tuhan. “Ada tiga perkara yang membinasakan yaitu hawa nafsu yang dituruti,
kekikiran yang dipatuhi, dan seorang yang membanggakan dirinya sendiri” (HR Athabrani dan Anas).
Dan kecintaan kepada mahluk itu merupakan fitnah, kalau tidak dibarengi dengan komitmen dan
loyalitas kepada mahabbatullah, akan terjebaklah ia di dalam pengusiran Alloh oleh sebab hatinya yang
dipenuhi oleh cinta kepada dunia.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
52 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Mencintai sesama harus berlandaskan kecintaan kepada‐Nya, artinya bahwa kita harus menimbang‐
nimbang apakan penyebab, kehendak, niat, dan cara menyambung tali kasihnya berdasarkan apa yang
dicintai oleh Alloh. Bila telah sesuai, apakan kita sanggup untuk tidak lalai dalam meraih cinta‐Nya
setelah mengikatkan cinta kepada selainnya dengan menggunakan aturan‐Nya. Sedangkan Alloh telah
memperingatkan dengan firman‐Nya: “Katakanlah! Jika ... lebih kamu cintai daripada kecintaanmu
kepada Alloh dan Rasul serta berjuang di jalan Alloh, maka nantikanlah keputusan‐Nya” (QS. At‐Taubah:
24).
Bila kita lalai maka Alloh cemburu, lalu memecahkan ruh cinta yang tengah menyergap cintanya kepada
sesamanya untuk mengembalikannya pada wujud kecintaan Illah. Dalam sebuah atsar Illah disebutkan,
“Wahai anak adam, Aku menciptakanmu untuk Diri‐Ku dan Aku menciptakan segala sesuatu untukmu.
Dengan Hak‐Ku atas dirimu, maka janganlah engkau menyibukkan diri dengan apa‐apa yang Ku
ciptakan bagimu dan mengabaikan tujuan Ku ciptakan dirimu”18. Kita ditiba berbagai kesulitan saat
mencintai mahluk‐Nya, agar kita tidak lupa dan terus memperjuangkan cinta‐Nya. Bila Alloh memaafkan
dan menyatukan lagi ruh cinta kita, maka kita harus bertekad untuk mengejar cinta‐Nya bersama.
“Seorang yang kurang amalan‐amalannya maka Alloh menimpanya dengan kegelisahan dan
kesedihan.” (HR. Ahmad). Perjuangan untuk mencari cinta‐Nya terkadang harus berhadapan dengan
kesulitan yang menghampakan hati dari kebahagiaan [sebab insan berpaling dari pada‐Nya]. Saat
kehampaan itu maka insan termenung dan hampa dari segala hasrat selain hasrat untuk merasakan
kesulitan dalam hatinya tanpa mampu mengingat Alloh dan memohon pertolongan‐Nya. Ia butuh
seorang yang mengingatkan, yang paling dekat dengannya [yang memperhatikan keadaannya]. Dan bila
orang tersebut adalah Alloh, maka ia harus memiliki perhatian yang besar kepada Alloh hingga setiap
kebutuhannya dicukupi dengan cepat [sehingga nampak seakan tiada saat padanya kesulitan dalam
menghadapi segala sesuatu sebab disaat ia menghadapi masalah Alloh memberikan jawabannya dan
menguatkan ia untuk mengejarnya].
Al‐Imam Ahmad berkata, Kami diberitahu Hasan dalam Tafsir Syaibah, dari Qotadah, dia berkata, Kami
diberitahu bahwa Harim bin Hayyan pernah berkata, “Tidaklah seorang hamba menghadap kepada
Alloh dengan hatinya meliankan Alloh menghadapkan hati orang‐orang mu’min kepadanya, hingga Dia
menganugerahkan cinta dan kasih sayang mereka kepadanya.” Hal ini diriwayatkan secara marfu’
dengan lafadz, “Tidaklah seorang hamba menghadap kepada Alloh dengan hatinya melainkan Alloh
menghadap kepadanya dengan hati hamba‐hamba‐Nya dan menjadikan hati mereka menghampiri
dengan membawa kasih sayang, dan Alloh dengan segala kebaikan yang diberikan kepadanya lebih
cepat lagi.”.
Bagaimana orang yang mendapat kehampaan seperti itu dikatakan dekat kepada Alloh, padahal dengan
hampa seperti itu menandakan lepasnya ia dari mengingat Alloh. Sementara teman akan meminta
petunjuk kepada Temannya disaat menemui masalah, dan ia tak melakukannya. “Dan hanya kepada
Alloh hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar‐benar orang beriman.” (QS. Al‐Maidah: 23).
Sehingga ia dianggap tak mempercayai Temannya. Maka bagaimana yang tak dipercayai dan dilupakan
akan membantunya. Namun Alloh pasti akan membantunya walau harus membiarkannya dahulu pada
kehampaan agar ia sadar bahwa ia telah melalaikan Tuhan sumber kelapangan hatinya.
Alloh akan sentuh hatinya dengan bisikan yang menyeru kepada perbaikan diri. Adapun kelanjutannya
tergantung kepada letak cintanya, bila ia lebih besar kecintaannya kepada selainnya dan melupakan‐Nya
18
Kitab Raudhoh Muhibbin, Ibnul Qoyyim Al Jauziyah.
53 Meraba hati mensejahterakan jiwa
maka akan putuslah tali ikatan‐Nya. Dan bila putus tali kedekatan dengan‐Nya, lalu bagaimana ia akan
meminta pertolongan‐Nya.
Keputusasaan ditandai dengan hilangnya pertolongan. Karenanya waliyullah disebut sebagai orang yang
tak kesusahan, resah, dan berputus asa sebab mereka memiliki kecintaan kepada‐Nya yang membuat
petunjuk‐Nya selalu lancar mengalir kepada hatinya. “Ingatlah, sesungguhnya wali‐wali Alloh itu, tiada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Yunus: 62).
Jelaslah, bahwa dalam mencapai kepada Cinta‐Nya kita perlu ditemani seorang sahabat yang
mengingatkan kita di kala kesulitan. Kalau Beliau SAAW menikahi Aisyah RA, berarti Ummi Aisyah RA tak
memberatkan beliau dalam mencapai kepada cinta‐Nya, bahkan Ummi menjadi pemanis yang
menghibur Beliau SAAW saat Beliau menghadapi kesulitan. “Sesungguhnya dunia seluruhnya benda dan
sebaik‐baik benda ialah wanita (istri) yang sholeh” (HR. Muslim).
Pengarahan seorang manusia yang sedang menuju cinta‐Nya secara jujur dan ikhlas kepada manusia
lainnya kepada cinta‐Nya, akan memudahkan ia mendapatkan cinta‐Nya. “Seseorang itu beserta orang
yang dicintainya dan dia mendapatkan apa yang diupayakannya.” (HR. Tirmidzi, dari Anas). Pahala
orang yang diberi petunjuk akan diberikan pula kepada yang memberi petunjuk. Bila pahalanya adalah
kekuatan untuk mendekati‐Nya, maka insan yang sudah hampir dekat kepada‐Nya akan tambah dekat
kepada‐Nya.
Insan memiliki cinta yang khusus dari pada cinta yang lazim [cinta kepada sesama]. Cinta yang khusus ini
berkaitan erat dengan kecenderungannya kepada lawan jenisnya. Kecenderungan ini memegang kunci
pembuka cinta. Kunci pembuka cinta adalah saat yang dicinta memenuhi segala apa yang
dibutuhkannya. Yang dibutuhkan insan meliputi jasmani dan ruhani. Alloh memberikan kebutuhannya
melalui diri insan sendiri atau melalui sesama insan. Bila Cinta karena‐Nya tumbuh, maka tingkat pahala
yang Alloh berikan salah satunya diukur berdasarkan: 1) kekuatan ia untuk tidak meninggalkan
kecintaan‐Nya oleh karena kecintaan kepada selain‐Nya, 2) kekuatan ia untuk membawa yang
dicintainya [dari sesamanya] kepada Cinta‐Nya.
Yang jelas, orang yang tak sanggup menghadapi ujian Alloh berupa penentangan kepada syahwat oleh
sebab ia menghendaki kenikmatan syahwat, lalu menghindar dari faktor yang mendatangkan ujian‐Nya
untuk menghadapi ujian lainnya yang syahwatnya merasa nikmat padanya adalah orang yang lemah.
Penghindarannya dari ujian untuk mengihadapi syahwat berarti menafikan pemberian Alloh berupa
jalan menuju kesempurnaan hidupnya. Sebab adanya ujian berarti adanya sesuatu yang harus ditambah
dan dikurangi dari dirinya19.
Dengan demikian orang yang menikah memiliki beberapa keutamaan, diantaranya adalah: 1) Ia
memperbesar amal oleh sebab perjuangannya terbagi kepada dua bagian yaitu: untuk menjaga diri dan
istrinya agar tidak berpaling dari Alloh. “Barangsiapa menikah maka dia telah melindungi sebagian
agamanya, karena itu hendaklah dia bertakwa kepada Alloh dalam memelihara sebagiannya lagi.” (HR.
Al‐Hakim‐Ath‐Thahawi). 2) Ia menjaga dirinya dari ketergelinciran dari jalan kecintaan‐Nya oleh sebab
perbuatannya kepada lain mahromnya yang dibenci Alloh [yang secara tidak langsung / samar
membawa dirinya kepada dosa] saat ia hendak menyeru mereka kepada kebenaran. “Atas manusia
19
Itulah sebabnya kenapa Alloh tak diuji, sebab yang pertama adalah karena Tak ada yang menguji Alloh dan yang kedua adalah
karena Alloh telah sempurna dan tak perlu penyempurnaan. Sifat ketidak sempurnaan hanya milik mahluk. Mahluk yang tidak memenuhi seruan-
Nya bukan ujian bagi-Nya, tapi kebutuhan yang menghindari mahluk adalah ujian bagi mahluk itu.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
54 Meraba hati mensejahterakan jiwa
ditulis bagian zina yang pasti menjumpainya ialah: ‘Kedua mata, dengan tatapannya, kedua telinganya
dengan mendengarkannya, mulut dengan bicaranya, kedua tangan dengan menyentuhnya, kaki dengan
berjalannya, dan hati dengan hawa menginginkannya, sedangkan yang membuktikan semuanya adalah
alat fital, jadi atau tidaknya berbuat Zina” (HR. Bukhori‐Muslim). Maka setelah ia menikah, urusan lain
mahromnya diserahkan kepada istrinya sehingga semakin terjagalah hatinya [semakin suci] dari maksiat
syahwat.
TANGGUNGAN DOSA
Setiap dosa yang dilakukan, bisa saja dihapuskan catatan dosanya dari malaikat atau diampuni oleh
Alloh kelak di Hari Pembalasan. “Dan agar Alloh membersihkan orang‐orang yang beriman (dari dosa
mereka) ...” (QS. Ali‐Imran 141). Tapi yang tidak bisa dihapuskan adalah rasa malu saat kehinaan itu
dihadapkan kepada Dzat yang Maha Mulia di maqom yang mana kehinaan menjadi siksaan oleh sebab
kemuliaan maqom tersebut. “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggungjawaban?.” (QS Al‐Qiyamah 36).
Insan yang berdosa akan tetap tersiksa walau dosanya telah dimaafkan Alloh, karena penyebab dosanya
yang bersemayam dalam hati belum Alloh hapuskan. Untuk keluar dari maksiat itu maka perlu
menjauhinya dan menetapkannya untuk tidak kembali kepadanya lagi. Ia harus bertaubat dan taubatnya
dilakukan sepanjang masa oleh sebab pengakuan akan kelemahannya yang memungkinkan tergelincir
kepada dosa. Yang menjamin tidak kembali kepada dosa adalah kekuatan ilmu yang menghalangi diri
dari melakukan maksiat itu. Ilmu tak akan sekuat itu bila ia tidak disepakati dan disukai oleh kita
[Artinya, kita tidak mudah mengikuti kehendak berdasarkan Ilmu tersebut]. Yang melapangkan kita
untuk menyukainya adalah hasrat yang besar untuk kembali kepada keridhoan‐Nya. Hasrat itu tak akan
sukses dalam perjuangannya hingga Alloh berhasil ia Cintai [Artinya: ia akan sulit menentang Alloh
sehingga tak ada jalan untuk bermaksiat]. Kekuatan untuk menghindar dari cela adalah Cinta kepada‐
Nya. Dan tak ada kesanggupan untuk mencintai Alloh, takut dan harap melainkan dengan pertolongan
Alloh semata, bukannya dengan kekuatan diri ataupun mahluk lainnya.
Hati perlu pengganti apa yang dicintainya dengan kecintaan kepada sesuatu yang kwalitasnya lebih baik
dari padanya. Sementara kwalitas itu ditentukan oleh dirinya sendiri, bisa oleh nafsu atau akal yang
sehat. Maka kwalitas rendah dapat menggulingkan yang tinggi [sebab akal tak mampu memberi
kekuatan saat nafsu membelenggu] dan yang tinggi dapat meruntuhkan yang rendah. Dosa tak akan
memberi kita jalan menuju kelapangan, maka bagaimana kita akan mencapai kebutuhan yang prinsipil
dengan dosa.
Membiarkan faktor penyebab dosa berarti menghambat pencapaian menuju bahagia. Terhambat
diperjalannan berarti akan mengurangi saat perjuangan untuk merengkuh kecintaan‐Nya. Karena,
bagaimana akan memasuki wilayah Cinta‐Nya kalau ia memiliki dalam hatinya akan segala hal yang
menyebabkan Alloh benci kepadanya. Maka kita harus berusaha hingga yang menimpa diri kita hanyalah
dosa yang tak disengaja, sebab Alloh memaafkan dosa yang tak disengaja.
Setiap kecenderungan kepada apa yang dibenci‐Nya akan menghambat perjalanan memasuki wilayah
Cinta‐Nya [tempat kebahagiaan prinsipil didapatkan]. Orang yang sudah membenci sesuatu, maka sulit
bagi yang dibencinya untuk hadir dalam benaknya. Maka kemudahan Iblis untuk masuk kedalam hati
dan menyerunya kepada apa yang dibencinya merupakan tanda bahwa ia belum membencinya dengan
sempurna dan belum ia mengikatkan dirinya kepada Dzikrullah. “Bahwasanya orang yang takwa itu
apabila diganggu oleh syetan lantas mereka ingat kepada Alloh, maka jika begitu mereka akan dapat
55 Meraba hati mensejahterakan jiwa
melihat.” (Al‐A’raf 201). Sebab Dzikir yang disertai kecintaan kepada‐Nya, akan menyebabkan Iblis tak
mampu untuk mendekatinya [apalagi membisikinya pada hal‐hal yang buruk, sebab ia tahu bahwa itu
akan sia‐sia bagi mereka yang secara mutlak membencinya]. “Sesungguhnya hamba‐hamba‐Ku itu tidak
ada kekuasaan bagimu (syetan) atas mereka.” (QS. Bani Israil 65). Maka Iblis akan menipunya dengan
menyimpangkan cara penempuhan kepada Tuhannya dengan bid’ah dan keterpedayaan oleh amal
perbuatannya. “Dan syetan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh‐
jauhnya” (QS. An‐Nisa’ 60).
Yang akan selamat adalah orang yang mengetahui jalan Sunnah dan berketetapan padanya,
meninggalkan yang syubhat, dan mengetahui bahwa hanya karena‐Nya ia bisa demikian. ”Sesungguhnya
ucapan yang paling benar adalah Kitabullah, dan sebaik‐baiknya jalan hidup adalah jalan hidup
Muhammad, sedangkan seburuk‐buruknya urusan agama ialah yang diada‐adakan. Tiap‐tiap yang
diada‐adakan adalah bid’ah, dan tiap‐tiap bid’ah adalah sesat, dan tiap kesesatan (menjurus) ke
Neraka.” (HR. Muslim). Ia akan diberatkan oleh Iblis dengan duniawi, maka Alloh akan mendidiknya
sehingga ia zuhud dengan tidak berlebihan dalam mencicipi yang halal dan tidak menaruh
kecenderungan yang bertolak belakang dengan kecenderungannya kepada Alloh SWT. Oleh
karenanya, insan sebelum bertaubat harus menjadikan dirinya membutuhkan Alloh, takut akan azab‐
Nya sebab ia tak dapat ditanggung olehnya, dan menyaksikan segala celanya lalu menyesalinya hingga
muncul kehinaan diri dihadapan Alloh saat menghadap‐Nya untuk meminta ampunan dan pertolongan
bagi taubatnya. Itu semua dirintis dengan kehendak untuk mensucikan diri dari segala yang
menghambat Penerimaan Alloh kepadanya. Dan jalan menuju taubat itu ditopang oleh pengetahuan
akan hak Tuhan dan kewajiban hamba kepada‐Nya dengan mempelajari agamanya. Dan meyakinkan
pegetahuan itu dengan amal perbuatannya yang ikhlas sehingga terbitlah sinar taufiq yang
mengokohkan kebenciannya kepada penentangan kepada‐Nya dan menguatkan kecintaan kepada‐Nya.
Sinar tersebut tak akan ada tanpa merasakan kenikmatan saat melakukan amal taat kepada‐Nya. Maka
keyakinan itu diperoleh saat diri menemukan kelezatan saat mengikutinya.
Hal yang menghambat diri untuk menikmati amal adalah adanya kecintaan pada duniawi yang memicu
penyakit hati untuk menjamur di dalam hati, seperti riya [ingin dipuji] dan ujub [tak mau memuji Alloh
sebab merasa dirinya layak untuk mendapat pujian dari mahluk] atau jahil [memuji Alloh sambil
mengharap pujian dari Alloh]. Dan tidak dikatakan benar, insan yang mengaku menghendaki apa yang
Alloh cintai padahal hasratnya untuk mengikuti apa yang dibenci‐Nya masih ada. Selamanya ia tak akan
menemukan kelapangan dalam perjalanannya, tak akan ada kemajuan dalam perjuangannya selama ia
tak memperjuangkan agar hatinya mau secara mutlak membenci dan meninggalkan apa yang dibenci
Alloh.
Ia tak akan membencinya bila nafsunya tak tunduk kepada akal nuraninya. Nafsu akan tunduk bila kita
tak mengikuti segala hasrat buruknya dan meluruskan segala hasratnya pada jalan yang Alloh Cintai.
“Adapun orang yang takut kepada Tuhannya dan menahan nafsu dari keinginannya, maka
sesungguhnya syorgalah tempat tinggalnya.” (QS. An‐Nazi’at 40‐41). Dan tak ada kekuatan untuk
menentangnya kalau kita tak memiliki ilmu yang akan membela kita dari sanggahannya atas ajakan
kita.20. Tak akan ada gunanya segala yang kita miliki untuk melawan nafsu kalau Alloh tak menolong.
Bagaimana Alloh akan menolong kalau sekiranya kita menolak untuk menggantungkan hidup kepada‐
Nya , mengingat‐Nya serta menyembah‐Nya.
20
karenanya dalam menyanggah kita harus meletakkan sanggahan itu pada dalil ilmu yang kuat dan benar.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
56 Meraba hati mensejahterakan jiwa
MENAPAKI PERJALANAN
Perjalanan di dunia ini tidaklah seberapa lama21, namun orang yang awas akan kelemaahan diri serta
derajat ibadah yang harus dicapai akan melihat waktu sedemikian singkat itu tak akan mampu
membawa dirinya kepada prestasi ibadah di sisi Alloh. Belum ia harus melengkapi perjalannya dengan
mencari Ilmu, belum ia harus membersihkan hatinya untuk mengikhlaskan diri dalam beramal
kepadanya, belum menjadikan diri tak bergantung kepada Alloh, dan masih banyak lagi. Padahal semua
itu harus di tempuh di tiap derajat hidupnya. Waktu yang kita perlukan untuk menempuh semuanya
adalah kelipatan dari waktu kita mencari kelengkapan tadi dengan waktu kita dalam menaiki derajat
yang lebih tinggi setelah lengkap semua persyaratan menuju kenaikan derajatnya.
Persyaratan untuk menaiki derajat kemuliaan [ahlak dalam ibadah] diantaranya adalah: Menguasai dan
memahami dzohir syariatnya, mendalami bathinnya [hakikatnya] sampai hati mengerti dan
mencintainya, mengkondisikan jiwa‐raga agar mau melaksanakan Ilmunya secara Ikhlas, dan membawa
hati agar tidak berpaling dari Ibadah tersebut [Istiqomah].
Insan yang dalam dirinya ada kekuatan yang menghalangi dirinya untuk melaksanakan amal ibadah
dengan Jujur dan Ikhlas, maka ia dihadang oleh dirinya sendiri sehingga ia terhalangi untuk memasuki
kemuliaan ibadah karena kehinaan yang Alloh timpakan kepadanya. Kehinaan itu ditimpakan karena ia
masih mencintai apa yang dibenci Alloh atau ia setengah hati dalam mencintai Alloh. Hatinya akan
sempit dan penghidupan dunia akhiratnya tak akan layak [tiada memiliki berkah].
Ia akan keluar dari kehinaannya bila ia mau bertaubat, yang pendahuluannya diantaranya adalah:
introspeksi diri sehingga mau menyadari dan mengakui kehinaan serta kekurangannya dalam
menyembah Alloh. Yang terpenting adalah insan tersebut harus berkeinginan untuk dijadikan oleh Alloh
bersungguh‐sungguh dan benar dalam meneyembah‐Nya. Adapun orang yang di hatinya telah terbit
kerinduan kepada‐Nya, maka tak sedikitpun di hatinya hasrat untuk menyembah selain Alloh dan ia
memicu dirinya untuk beramal dengan wara’ oleh sebab keimanannya pada hari akhir, walau hanya
sebatas gerakan‐gerakan bathin yang tanpa pengendalian dari akal kita.
Ia kuat dalam menegakkan sunnah Rasulullah dan tegak di jalan Nabawiah. Ia memicu dirinya untuk
mengenal Yang Disembahnya. Hingga terbitlah mentari keyakinan untuk tetap lurus pada kecintaan‐Nya
setelah ia saksikan Alloh dengan Persaksian Yang Jelas22. “Sewaktu orang‐orang mu’min melihat sekutu
musuh, mereka berkata, Inilah yang dijanjikan Alloh dan Rasul‐Nya. Hal itu tiada menambah mereka
kecuali meningkatnya keimanan dan kepatuhan kepada Alloh.” (QS. Al‐Ahzab 22).
Rasa takut dalam hati harus ditopang oleh pengetahuan kepada Yang Ditakuti. Anas RA meriwayatkan,
bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya kamu semua tahu apa yang ku ketahui, niscaya kamu
akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhory‐Tirmidzi). Ilmu diperlukan untuk
menimbulkan perasaan takut sebab dengan ilmulah akan terwujud penggambaran yang akan
menghadirkan sekalian reaksi atas apa yang digambarkan dalam benak. Tingkat reaksi akan bergantung
kepada kejelasan gambar. Dan kejelasan itu diperoleh sesuai dengan volume ilmu yang dimilikinya. Bila
pemahaman akan ilmu tersebut telah tercapai, maka gambarannya melekat di hati dan selalu dilihat
21
Bila kita telah ada di akhirat, maka 1 hari di dunia hanyalah 0.001 hari di akhirat. Kalau usia kita 60 Tahun, maka saat di akhirat kita
akan merasa hidup di dunia itu hanya sekitar 219 hari saja, atau 1/2 tahun lebih.
22
Dengan ilmunya, ia menjadi seorang yang selalu merasakan keberadaan Alloh di setiap jejak langkahnya sehingga takutlah ia
kepada Alloh. Ketakutannya memicu kesungguhan dan kebenaran dalam beribadah sehingga jadilah ia seorang ulama.
57 Meraba hati mensejahterakan jiwa
oleh hati. Oleh karenanya maka hati akan selalu menjaga agar diri tak kontradiktif dengan kehendak
ilmu. Sabda Nabi SAW, “Sebenarnya dalam umatku ada segolongan orang yang diberi tahu (oleh
hatinya) dan Umar itu termasuk salah seorang dari mereka.” Dalam sebuah atsar, bahwasanya Alloh
berfirman, “Mana seorang hamba yang Ku ketahui hatinya, maka Aku lihat, hatinya banyak bergantung
untuk mengingat‐Ku, maka Akulah yang mengendalikan siasatnya, Akulah teman duduknya. Aku orang
yang memberitahunya dan Akulah yang menggembirakannya.” 23.
Adapun syarat keyakinan adalah apabila hati sudah menyetujui dan mencintai kebenarannya Dikatakan
dalam Risalah Qusyairiyah, “Keyakinan adalah musnahnya tindak‐tindak perlawanan”. Dari padanya kita
mengetahui bahwa tak akan menjadi ulama orang yang tak berilmu sempurna [ilmu lahir dan bathin].
Bila ia alim kepada fisik, maka ia akan memiliki pengetahuan kepada wujud, sifat, dan af’alnya. Demikian
pula bila ia alim kepada metafisik24. Wajiblah tiap muslim untuk mencari ilmu hinga datang
keyakinan kepadanya. “Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim” (HR. Ibnu Majah). Sebab dengan ilmu ia
akan tahu siapa dirinya dan apa yang harus ia lakukan kepada selain dirinya [secara benar dan jujur].
Wajib pula bagi yang menghendaki keselamatan untuk mengikatkan tali (bukan taklid buta) ilmu dan
pemahaman kepadanya dengan tali dan pemahaman para Ulama yang berujung kepada Rasulullah
SAAW. Sabda beliau SAW, “Ulama itu pewaris para nabi”. Wajib untuk menggantungkan diri kepada
Alloh dalam mendalami pemahaman ulama, agar Alloh menunjuki kita kepada jalan pemahaman yang
menyampaikan kita kepada samudera pemahaman Rasulullah [Al Qur’an]. Di dalam samudera itu kita
bergerak‐gerak mempelajari sinar‐sinar Kalamullah.
Untuk menyingkap Ilmu Al‐Qur’an, maka harus rujuk kepada Ilmu yang telah disampaikan oleh
Rasulullah SAAW yang diwariskan beliau kepada ulama. Mereka yang melepaskan diri dari tali
pengajarannya, maka tak akan memperoleh warisan dari beliau SAAW, maka bagaimana ia akan beroleh
Cinta‐Nya dengan melepaskan diri dari tali yang kuat itu. Firman Alloh SWT, “Katakanlah, Jika kamu
(benar‐benar) mencintai Alloh, maka ikutilah aku (muhammad), niscaya Alloh mengasihi dan
mengampuni dosa‐dosamu. Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali‐Imran 31).
Tiap manusia membutuhkan ilmu untuk membuka kecerdasan hati. Hanya Rasulullah saja yang
memperoleh penyaksian secara jelas kepada Kalam‐Nya (saat beliau menerimanya), oleh sebab Alloh
telah mensucikan hatinya. Maka setiap penjelasan beliau atas Kalam‐Nya adalah ilmu yang menerangi
akal sehingga dengannya ada kekuatan untuk merengkuh kesucian hidup.
Keberhasilan manusia membawa diri pada jalan yang suci telah mensucikan hatinya pula. Bagi hati yang
suci terbuka tirai cahaya‐Nya yang mengajarkan hakikat kebenaran. Tapi syariat ibadah tidaklah Alloh
tentukan selain kepada Rasul‐Nya. Selainnya, hanya beroleh keyakinan kepada syariat yang beliau
ajarkan dari Tuhannya. Sinar keyakinan dan kenikmatan pada syariat‐Nya, hanya bagi insan yang beroleh
gambaran kebutuhannya pada syariat itu dalam hatinya yang ia pandang berkat kesucian dan ketajaman
mata hatinya (kedekatan kepada‐Nya).
Al‐Qur’an akan memberi tafsiran bagi mereka yang berilmu. Dan tafsiran itu bukanlah prasangka bila
ilmunya tidak bertentangan dengan Rasulullah SAW. Dari Ulamalah kita beroleh pola pikir dan ajaran
23
Diambil dari Kitab Keajaiban hati; Imam Al Ghozali.
24
[Termasuk Alloh didalamnya menurut sebagian ahli tauhid, dan sebagian lagi mengatakan bahwa Alloh tidaklah ghoib dan tidak
hidup dalam alam ghoib maka tak layak Alloh termasuk kepadanya. Alloh penguasa segala Alam. Maksud pertama adalah oleh sebab Alloh
ghoib, maka Ia dipandang Metafisik tanpa pengitikadan bahwa Ia hidup pada Alam Metafisik. Maksud kedua berisi peringatan akan kedudukan
Alloh di segala Ruang Kemahlukan.]
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
58 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Rasulullah SAW. Merengkuh ilmu dari beliau semua yang berasal dari Rasulullah, berarti menegakkan
kehati‐hatian dan lampu penerang agar tidak terpelanting dari keselamatan.
Urusan syariat hanya beliau SAW yang tahu, maka syariat yang datang dari selainnya adalah bid’ah yang
menjurus kepada siksa neraka. Setiap syariat mengandung urusan yang berkaitan dengan kemudahan
dan keselamatan dalam menjalankannya hingga sampai kepada keridhoan Tuhan. Bagaimana selainya
SAW, bisa membuat syariat dan merintis jalan keselamatan tanpa beliau SAW?. Padahal Alloh tidak
menurunkan wahyu selain kepada Rasul‐Nya.
Ilmu diperlukan untuk membukakan mata hati agar beroleh kekuatan untuk berjalan diatas jalan
kebenaran menju keselamatan. Wahyu adalah petunjuk kepada keselamatan dan Rasul membuka jalan
keselamatan dengan wahyu tersebut. Wahyu tersebut merupakan pelita bagi segala ilmu, agar ia
menjadi ilmu yang bermanfaat.
Pada diri Rasul terdapat hati yang mampu menyingkap segala rahasia yang tak dapat disingkap oleh
selainnya. Maka kwalitas kebijaksanaannya melebihi selainnya SAW. Untuk menentukan sesuatu butuh
kepada pertimbangan baik dan buruknya. Rasul saja yang tingkat penguasaan kepada wahyu paling
hebat. Segenap pertimbangannya bersih dari penyimpangan kepada wahyu oleh sebab ikatan cintanya
kepada Alloh. Maka petunjuk beliau, adalah petunjuk yang paling selamat sebab pertimbangannya
menggunakan pengetahuan kepada wahyu yang paling kompleks dan mendalam. Bagaimana selain
beliau akan sanggup membuka jalan yang beda darinya dan selamat, padahal ilmunya tidak seperti
Rasulullah?. Berada dalam sunahnya, berarti berada dalam jalan selamat. Yang diluar berarti berdiri
pada jalan manusia yang tidak sempurna. Samakah keamanan diantara keduanya?.
59 Meraba hati mensejahterakan jiwa
RATISEJIWA 5 ‐ TADZKIRAH
Untukmu Nissa’
Wahai Nissa’, seakan apa yang kamu miliki dari setiap lekuk tubuh dan suara halus itu dapat
diperjualbelikan dengan murahnya. Telah banyak kamu jadikan lelaki yang sedang naik syahwatnya gila
karena menikmati sesuatu yang terlarang dari apa yang kamu pertontonkan. Kamu merasa puas jika
lelaki itu gila lalu melepaskan seruan Tuhannya. Kamupun sebenarnya telah melepaskan diri dari aturan
Tuhan, agar kamu hidup dalam syurga hayalanmu di dunia ini. Kamu ingin menikmati kebebasan
syurgawi di dunia ini, ingin merasakan mabuk kenikmatan surgawi dengan pembebasan kehendak dalam
segala hal. Kamu adalah sosok yang seharusnya dimuliakan dengan pandangan yang baik, bukannya
dengan pandangan yang penuh syahwat menjijikan. Namun memang karena kamu telah menghinakan
diri kamu sendiri, sehingga kamu mengesampingkan urusan kemuliaan hidup demi untuk sebuah sensasi
setan yang diaktualisasikan oleh dajal‐dajal Eropa, Barat, dan pengekornya.
Kamu memandang bahwa merasakan getaran emosi saat menerima pandangan lelaki yang tergetar
syahwatnya adalah tingkat kenikmatan yang lebih hebat dari kenikmatan yang di peroleh wanita yang
menjaga dirinya sehingga Alloh memberinya kedudukan di Syurga. Kebanyakan dari kamu melupakan
urusan akhirat. Kamu menganggap Tuhan itu bodoh, sebab kamu tak menerima kalau sebagian besar
tubuh yang kamu pertontonkan itu aurat. Kamu hendak menunjukkan pada Tuhan bahwa konsepsi
kamulah yang lebih hebat dari pada konsepsi Tuhan. Kamu menantang datangnya azab dari Tuhan
dengan melepaskan keraguanmu dalam menjelas‐jelaskan bagian auratmu di hadapan lelaki. Tatkala
Alloh jatuhkan kamu di dalam perzinahan atau perceraian yang diakibatkan telah terpenuhinya urusan
sex dengan yang kamu nikahi, lalu hatimu menyesali dan merasakan sempitnya hidup. Namun azabpun
tiba, hati kamu dipalingkan sehingga kamu tak merasakan lagi getaran penyesalan yang merupakan
modal taubatmu di hadapan Tuhan. Sehingga dengan azab‐Nya kamu semakin jauh dari Syurga Tuhan.
Wahai Nissa’, betapa kamu memiliki hati yang membeku sebab kamu tak merasakan lagi getar‐getar
harga diri dan kehormatan serta kemuliaan. Kamu dipandang sebagai bagian pengorbanan yang
dipersembahkan untuk tuhan setan yang disembah‐sembah pengekor Eropa, Barat, dan Atheisme
dimanapun adanya. Kamu dijadikan bulan‐bulanan penyikasaan kehormatan, kemuliaan dirimu diinjak‐
injak. Harga dirimu di sembunyikan dari pengetahuanmu,, lalu dengan leluasa, lelaki penyembah setan
itu menjadikan kamu sebagai bagian dari pengorbanan sucinya untuk setan.Mereka membuat dirimu
sedemikian rupa menarik dalam pandangan mereka, membuat syahwatnya menggelegar, dan membuat
jiwanya semakin rapuh tak memiliki visi yang benar dalam menghadapi hari kiamat.
Kamu Nissa’, menari‐nari dan berbahagia dibawa mereka ke dalam api neraka. Kamu pertontonkan
tubuhmu yang indah lalu kamu serukan, “Wahai para lelaki, datanglah kamu dengan diundang atau
tanpa diundang, lalu nikmati diriku secara bersamaan atau bergantian sehingga kamu mabuk dalam
cintamu dan kamu menjadi berhasrat menzinahi aku atau siapapun selain diriku. Kemarilah dan kejarlah
anggur yang ditawarkan syetan ini,, anggur yang menjadikan jiwamu mudah melepaskan aturan Tuhan
yang menghalangi kebebasan dirimu dalam menikmati dunia ini. Akulah yang engkau puja, lalu
lupakanlah Tuhan. Kamu tanpa wanita tak berdaya, sebab telah kau saksikan aku, lalu kau tergila‐gila.”.
Lihatlah, konsepsi setan yang merasuk telah menggerogoti dasar keimanan kaum wanita. Mereka tak
merasakan bahwa dirinya dijadikan tuhan‐tuhan selain Alloh. Mereka merasa puas apabila
penyembahnya menyanjung‐nyanjung dan mau melayaninya dengan memperhambakan syahwatnya
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
60 Meraba hati mensejahterakan jiwa
kepada dirinya. Lihatlah para lelaki penyembahnya, merelakan imannya demi untuk menikmati
kepuasan dari tuhannya. Tuhan yang Maha Besar akan membinasakan semuanya dengan berbagai
kehinaan yang ditebarkan dimuka bumi. Mereka bangsa yang menghalalkan perzinahan dan
pembebasan sex akan menjadi bangsa rendahan yang dikutuki penduduk langit dan bumi. Peradaban
rendahan itu telah mencampakkan eksistensi kemanusiaan yang dimuliakan Alloh di Syurga dahulu.
Mereka lebih rela menjadi ahli neraka dari pada syurga, dan mereka tak perduli neraka sebab ia tak
mereka lihat. Mereka tanggalkan urusan akhirat dan mereka hidup bersenang‐senang dengan
gemerlapnya tipuan dunia. Mereka pikir kalau mereka menghendaki urusan akhirat mereka mudah,
maka kemudahan itu akan datang begitu saja,, padahal mereka tak mau bertaubat dari menuhankan
dirinya dan memperhamba lelaki yang tergila‐gila oleh dirinya. Mereka seakan hendak menjadi Tuhan
yang menyatakan, “Jadilah !, maka jadilah ia.” Mereka pikir, kehidupan ini diwujudkan dengan fantasi
mereka. Kamu Nissa’ yang bodoh,, hendak menampakkan kebodohan kamu dihadapan wanita‐wanita
yang dimuliakan Tuhan.
Berapa tingginya harga dirimu dibandingkan dengan wanita yang tahu harga dirinya?. Kamu pikir bahwa
kedirianmu yang mengumbar syahwat sebebasnya adalah sama dengan mereka yang mau menahan
dirinya demi Tuhan semata?. Kamu memperolok‐olokan mereka yang rela mengikuti aturan Tuhan
dengan panggilan wanita terisolir, wanita ketinggalan jaman, wanita kesepian, atau wanita yang tak
akan gampang mencari jodoh. Kamu semua telah menyindir Tuhan dengan menghinakan suruhan‐Nya
untuk menutup auratmu. Kamu pikir, dunia ini adalah tempat bersenang‐senang, menikmati syahwat,
dan merasakan kelezatan yang terpancar dari rahim kamu?. Lihatlah, bahwa wanita yang mengulurkan
kerudung ke kepala dan dada, mereka telah mengurbankan dirinya demi Tuhannya. Lihatlah, mereka
yang dimuliakan Tuhan, yang menyembunyikan perhiasannya (warna kulit, lekuk tubuh dan suaranya
yang manja) adalah mereka yang beroleh kemuliaan di dunia dan di akhirat, bebas dari kehinaan.
Martabatnya diangkat Tuhan, sebab mereka telah mengetahui bahwa apa yang diseru Tuhan untuk
ditutupi adalah maslahat baginya. Kamu pikir mereka hendak berjodoh dengan lelaki yang hina?.
Lelaki yang baik untuk wanita yang baik dan dilarang lelaki yang baik menikahi wanita penzina atau
musyrik. Khoerun‐Nissa’ mengutamakan seruan Alloh, sehingga mereka oleh Alloh dijodohkan dengan
lelaki sejati yang mengerti urusannya dengan Tuhan dan hari akhir. Sehingga keluarga yang mereka bina
diletakkan di atas pondasi ibadah, bukannya atas syahwat. Pandangan mereka jauh menuju hari akhir,
sementara sasaran mereka adalah Syurga yang Tinggi dimana mereka bisa bertemu dengan Tuhan yang
mereka sembah. Hidup mereka bahagia, sebab Tuhan meridhai dan memberikan dunia kepada mereka.
Yaitu dunia yang halal lagi barokah, bukannya dunia yang membuat mereka terjerumus ke dalam neraka
yang panas. Sementara mereka yang bertindak sebebas‐bebasnya dalam menikmati dunia ini sedang
diperbudak dunia, jiwanya kesulitan dan diterpa bencana dengan mencari dunia. Bagaimana hal ini
dapat diserupakan dengan mereka yang dunia itu datang sendiri kepada mereka?. Hanya orang yang
takwa dan bertawakal kepada Allohlah, yang mewarisi segala dunia yang menjadikan mereka semakin
mulia di akhirat. Sesungguhnya, hidup mereka disinari rahmat kemuliaan sebab penyerahan diri mereka
kepada Alloh yang benar akan hak KeTuhanan‐Nya.
Sampai kapanpun, kamu yang mencampakkan aturan Tuhan tak akan menemukan kepuasan dari apa
yang kamu cari di dunia ini. Dan berapa payahnya dirimu dalam mencari dunia, kamu hanya akan
menanggung malu di akhirat. Sesungguhnya orang‐orang yang menerima Alloh sebagai Tuhannya, ridha
akan aturan‐Nya, memandang baik akan perbuatan‐Nya, akan menemukan puncak kenikmatan hidup ini
dengan sikap menerima apa adanya. Bagi orang yang beriman, tak ada istilah hidup apes. Segala yang
menimpa dirinya adalah maslahat, sebagai jalan bagi orang yang berfikir untuk menemukan
kedudukannya di sisi Alloh. Kalau seorang Mukmin, tertimpa musibah lalu bersabar, maka ia
61 Meraba hati mensejahterakan jiwa
menyaksikan Alloh mendudukkan dirinya di sisi keridhaan‐Nya. Tatkala ia menjadi bangga dengan
kedudukan jiwa dalam kesabaran yang ia miliki,, maka menyesallah dan bertaubatlah ia, sebab apa yang
menimpa dirinya itu merupakan tanda jatuhnya ia dari kedudukan terhormat. Orang arif akan
memahami, bahwa tak ada kepujian dan kesempurnaan atas dirinya. Segalanya berkat Alloh, Alloh yang
menilai dirinya dan membelinya dengan harga yang Ia tentukan sendiri. Ia memilih dari hamba‐
hambanya, siapa yang dikehendaki‐Nya untuk duduk di sisi keridhaan‐Nya. Hanya orang yang mengikuti‐
Nya sajalah yang telah dipilih‐Nya di azali lalu. Merekalah yang mewarisi Syurga.
Lihatlah perilaku munafik dari mereka itu, mereka memakai rok mini tapi masih mengharapkan orang
memandang baik dirinya. Mereka seakan ingin kalau rok mininya bisa menutupi pahanya, tatkala duduk
di hadapan lelaki. Tangannya menarik kebawah rok mininya, duduknya tak tenang, sementara banyak
lelaki yang mulai berdiri syahwatnya. Gila, rupanya wanita ini ingin menyiksa dirinya sendiri. Ia ingin
hidup di dunia ini dengan keresahan dan ketidaktenangan. Kalau mereka terus memaksakan diri
mengikuti aturan jahiliah seperti itu, pastilah tingkah mereka semakin menjijikan.
Ada lagi, wanita yang menjijikkan, yang jiwanya telah dirasuki syahwatnya. Di saat banyak lelaki
berkerumun di sisinya, ia tampakkan auratnya, lalu ia buat suaranya membuat lelaki semakin senang
duduk dengannya. Mereka senang kalau mata lelaki itu berbinar‐binar, tatkala mereka menikmati
keindahan dirinya. Terkadang mereka menarik lelaki dengan sengaja ataupun tidak untuk merasakan
sentuhan langsung dirinya dengan si wanita itu. Wanita apaan ini?, mereka menjajakan dirinya untuk
dijadikan buah kepuasan lelaki yang bukan suaminya. Mereka itu golongan pelacur yang tak
menghargakan perbuatannya selain dengan ditraktir belanja oleh lelaki yang menikmatinya, atau melaui
getaran‐getaran kepuasan disaat adanya reaksi dari lelaki yang tergila‐gila oleh keindahan aurat wanita
itu. Mereka para pemuja syahwat, menjadikan tuhan selain Alloh. Tak ada wanita pelacur yang meminta
balas jasa pelacurannya dengan keimanan. Bahkan telah dicabut keimanan di dalam hatinya sehingga
telinganya tuli dari mendengarkan kebenaran dari Tuhan, dan matanya enggan melihat kebenaran yang
tak dikehendaki mereka. Mereka tak menerima kalau akibat perbuatannya itu akan menjerumuskan
mereka ke dalam neraka, mereka ingin kalau segalanya sesuai dengan keinginannya. Maka inilah hujjah
(Argumen) kebodohan mereka akan hakikat diri mereka dalam kehidupan ini. Mereka tak tahu kenapa
mereka ada di dunia ini, dan mereka tak tahu kenapa manusia harus taat kepada Tuhan. Nyatalah
alasan, kenapa kebanyakan dari mereka tak memperdulikan urusan akhirat. Sebab mereka tak tahu
agama dan mereka tak kenal kepada dirinya. Dengan demikian, pantas saja mereka tak sayang pada
dirinya, membiarkan dirinya dikotori oleh dosa, dicampakkan Tuhan, dan dijadikan suluh neraka.
Mereka para wanita tak tahu diri itu membuat jalannya sedemikian rupa sehingga dapat membantu
terlaksananya tujuan ia memakai pakaian dan celana yang ketat. Para lelaki memandangnya dengan
penuh kepuasan dan ada pula yang penuh dengan kebencian. Wanita itu tersenyum dalam hatinya, lalu
ia pertahankan keadaannya hingga berlalulah lelaki itu dari pandangannya. Terlaknatlah wanita yang
memakai pakaian, tetapi pakaiannya itu masih menampakkan aurat, dengan laknatan Alloh melalui
Rasul‐Nya. Mereka seakan bertelanjang, menawarkan dirinya agar orang‐orang lebih nikmat jikalau
duduk di samping dirinya, dan agar para lelaki murahan itu dapat memberikan jasa kepada mereka
berupa pemuasan birahi, sebagai bayaran kenikmatan yang diperoleh dari si wanita itu.
Apakah ini kemanusiaan itu?. Kalau memang ini sifat manusia, apakah ini yang disebut sebagai cara suci
untuk meraih kedudukan suci di sisi Tuhan?. Kalau mereka katakan Tuhan tak marah dan tak
menganggap perbuatannya sebagai dosa (karena dimatanya hal itu adalah wajar) , sebenarnya Tuhan
yang dimaksud adalah Tuhan yang mana?. Kalau Alloh tampakkan diri setan, akan nampaklah di pelupuk
matanya bahwa tuhan mereka adalah setan itu, yang menjerumuskan manusia sehingga manusia
memandang yang haram sebagai halal dan mereka memandang baik akan perbuatannya.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
62 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Wahai Nissa’, sampai kapan lagi kamu tipu dirimu sendiri. Kamu berlari dari kemuliaan yang Alloh
tawarkan dengan menolak aturan‐Nya untuk menutupi auratmu dan menjaga kehormatanmu. Kamu
jadikan penampilanmu untuk manusia, sementara hatimu tak baik kepada Tuhan. Maka segeralah kamu
tutupi auratmu, lalu berkacalah. Apakah penampilanmu akan membuat lelaki mengumbar syahwat?.
Barulah kalau kamu seperti itu, kamu sayang kepada jiwamu sendiri. Kamu menjadi wanita terhormat,
sebab jiwa ragamu, kamu jaga dari kenistaan. Kamu dimuliakan oleh Alloh, sebab keindahan jiwa‐
ragamu tak kamu berikan kepada selain suamimu.Kamulah wanita yang benar‐benar mewarisi
kemuliaan, yang ditinggikan Alloh di atas langit, dan dipohonkan ampunan oleh para malaikat.
Bagaimana kamu dikatakan wanita berbakti, padahal telah kamu biarkan selain suamimu menikmati
keindahan dirimu sendiri?. Bagaimana kamu disebut wanita mulia, kalau kamu sebelum mendapatkan
suami, telah membiarkan semua lelaki menikmati apa yang seharusnya dinikmati suamimu semata.
Karena Alloh telah haramkan semua auratmu selain kepada suamimu. Maka sebelum kamu bertemu
dengan suamimu, kamu tak layak menunjukkan perhiasanmu kepada setiap lelaki. Setelah kamu
bertemu suamimu, maka auratmu hanya bagi suamimu dan tak boleh lelaki lain menikmatinya. Kalau
kamu biarkan auratmu dinikmati selain suamimu, maka terhinalah kamu bersama kehinaan dunia ini.
Sesungguhnya, lelaki yang mengerti itu adalah lelaki yang tertarik kepada wanita oleh sebab
kesholehannya. Sebab lelaki itu tahu, bahwa keluarga adalah fitnah yang menghijab ia dari Tuhan. Kalau
ia tidak memiliki istri yang sholeh, bagaimana ia akan sukses menyingkirkan fitnah tersebut. Sebab
wanita yang sholeh tak akan menuntut banyak dunia dari suaminya, yang banyak ia tuntut adalah
nafkah yang dapat membuat keluarganya selamat di akhirat. Sementara istri yang hanya memikirkan
kekayaan dan sibuk mendengki tetangga oleh sebab kekayaannya, adalah fitnah yang harus segera
dijauhi dengan perceraian (kalau sekiranya dunia lebih ia cintai dari pada apa yang di sisi Tuhan). Dan
keluarga yang tak mau menegakkan sholat adalah keluarga yang harus diputuskan dari ikatan nasab dan
ahli waris. Sebab ia telah memilih murtad dengan meninggalkan sholat itu.Tak akan amalannya diterima
oleh Alloh sebelum ia bersahadat lagi. Dan tunggulah azab dari Alloh bagi mereka yang mempermainkan
sahadat. Kalau mereka kesulitan meninggalkan kekafiran, kenapa mereka tak berjuang untuk
menegakkan ubudiah kepada Alloh. Mereka ingin dikatakan bertaubat tanpa melakukan amal sholeh?.
Betapa tak berharganya dan rendah martabatnya manusia yang demikian. Mereka seperti hewan yang
tak dikenai urusan di ayumil mizan.
Urusan birahi itu bukan urusan segala‐galanya. Walaupun ia dikatakan sebagai puncak kenikmatan di
dunia, sesunguhnya kenikmatan seperti itu merupakan bagian kecil kenikmatan di Syurga. Puncak
kenikmatan di Syurga itu tak dapat dibayangkan. Untuk menikmatinya, orang harus melakukan segala
aturan Alloh, termasuk dalam menikmati birahinya, ia harus mengikuti aturan Alloh. Kalau tidak, maka ia
akan menikmati sebagian kenikmatan di dunia, sementara di akhirat ia tak akan menemukan apa‐apa
selain penyesalan. Sebagian kenikmatan di dunia ini adalah kedudukan di sisi Alloh, dan kesempurnaan
nikmat itu adalah dunia yang dinikmati dengan limpahan keridhaan Tuhan. Dan orang Mukmin di syurga
beroleh semua kenikmatan itu sebab mereka mendapatkan bukti kedudukan mulia mereka di sisi Alloh,
dan mendapatkan berbagai kepuasan jiwa‐raganya. Di dunia, kedudukan kita di sisi Alloh belum bisa
dipastikan, selain manusia harus tetap berpegang erat kepada Alloh dalam menjalankan persyaratan
memasuki syurga. Karena itu sadarlah Nissa’, karena urusanmu adalah semua yang menyangkut fitnah
dirimu dan hubunganmu dengan Tuhan.
Tuhan jadikan kamu fitnah supaya dengannya kamu bisa melihat kemuliaan dan kehormatan yang Alloh
berikan bagimu di dunia. Yaitu pada saat kamu menutupi dan menjaga auratmu, serta berlaku setia
63 Meraba hati mensejahterakan jiwa
kepada suamimu. Dan kamu tak menjadikan dirimu seperti pelacur yang mengumbar nafsu. Jadilah
kamu wanita yang bersabar dalam meninggalkan kebiasaan jahiliah dengan meninggikan kebanggaanmu
atas konsepsi‐konsepsi Islam. Islam telah mengangkat harkat derajatmu dengan cara Alloh. Banyak
orang yang aneh melihat cara Alloh mengangkat martabat kamu semua. Tapi apakah penyaksian mereka
merupakan hujjah ketidak sempurnaan Ilmu Alloh dalam menetapkan cara pengangkatan martabatmu?.
Alloh jadikan kamu seolah mutiara yang tersembunyi, agar kamu tambah bersinar dengan ahlak yang
mulia. Sehingga tatkala suamimu membuka mutiaranya dari peti hijabnya, maka ia akan terpesona
melihat kilauannya. Kilauan yang merupakan paduan antara kerinduan suami untuk melihat diri istrinya
sepenuhnya dengan kepuasan suami, sebab penjagaan kamu atas kehormatanmu telah menciptakan
rasa sayang yang melimpah.
Jadilah kamu seperti mutiara yang tersembunyi dibalik peti Al‐Hijab. Yang menutupi kemilaumu dari
penglihatan pencari harta karun. Jadilah kamu harta yang bernilai, dengan mengikuti aturan Tuhan dan
mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Rawatlah dirimu dari kekotoran najis dan hadast dengan selalu
berwudhu, dan melakukan perawatan yang benar, sehingga semakin indahlah tubuhmu. Rawatlah kamu
dari kotoran dosa dengan melajimkan dzikir, sehingga hatimu bersinar. Kalau hatimu bersinar, tak
mudah kejahatan membelenggu kamu dan mudahlah bagi akhlak mulia untuk terbit dari kamu. Perilaku
baik dan mulia kamu yang terbit dari mardhotillah (mencari keridhaan Alloh) merupakan panji
kemuliaanmu yang membuat lelaki sholeh memburumu tanpa perlu kamu memintanya untuk diburu.
Sementara kemuliaan itu merupakan pemberian dari Alloh sebagai balasan sikap baikmu dihadapan
Tuhan dalam Ta’abud kepada‐Nya. Kamu tak menyengajakan untuk berbuat baik selain karena‐Nya,
maka Tuhan urus kepentinganmu dalam menemukan jodoh dengan cara‐Nya sendiri tanpa perlu kamu
menjual dirimu dengan membuat Tuhan murka. Kamu dijodohkan Tuhan dengan sebab baktimu kepada
Alloh, bukan dengan sebab perbuatan ingkarmu kepada Alloh. Sesungguhnya tiap‐tiap manusia akan
bertemu dengan niatnya, dan Alloh akan membantu agar niatnya kesampaian. Nissa’ yang berharap
keridhaan Tuhannya akan dibantu Alloh asalkan ia benar‐benar dalam mengusahakan jalan menuju
keridhaan‐Nya. Alloh akan mendatangkan perlengkapan yang menjadi jalan baginya untuk menuju
kepadanya. Lelaki yang menjadi jodohnya adalah alat tersebut. Ia akan memberikan berbagai jalan
untuk sampai kepada‐Nya. Suami dan Istri yang berharap keridhaan‐Nya akan mencari ilmu dan
mendiskusikan perjuangannya dalam mencari jalan menuju keridhaan Alloh.
Bahtera Kita
Sekarang kita sedang berdiri di atas sebuah bahtera yang dikemudikan oleh nahkoda yang tak jelas
kediriannya. Boleh jadi ruh kepemimpinananya berasaskan hukum langit, tteapi apabila tiada bukti
kongkrit keseriusan dia dalam memperhatikan pembangunan watak berdasarkan aturan langit maka kita
takut sikap dan sifat yang muncul darinya hanya kamuflase alam wilayah hukum langit. Dan sebenarnya
dalam hatinya ia lebih suka mengikuti aturan nurani yang bersumber dari sebuah jiwa yang rapuh, yang
apabila ombak menerpanya jiwa tersebut akan cepat tenggelam, sekarat dan pingsan .. dan bodohnya
kenapa ia pertahankan prinsip aturan nurani yang tidak bisa dibandingkan dengan prinsip aturan langit.
Mari kita mendarahdagingkan aturan langit dalam nurani kita, sehingga nurani kita dalam menjalankan
bahtera bangsa ini dapat memandang lebih jelas, mana yang menghantarkan bahtera pada dermaga
keselamatan dan mana yang tidak.
Bagaimana sebuah nahkoda yang berlayar di atas samudera tak memilih bahtera yang besar lagi kokoh,
malahan memilih perahu kecil yang tahan diterpa ombak yang besar. Kita mahasiswa adalah manusia
yang akan berhadapan dengan ombak yang besar dalam kehidupannya , yaitu ombak yang membawa
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
64 Meraba hati mensejahterakan jiwa
insan tenggelam dalam kehidupan duniawi dan ombak yang membawa insan tenggelam dalam
samudera kehinaan yang bertahtakan buruknya prinsip hidup dan akhlak.
Arifkah seorang nahkoda yang hendak menenggelamkan seluruh penumpangnya ke dalam jurang
kehinaan hidup dalam samudera kehidupan ini ?. Tiadalah bahtera yang kokoh lagi tangguh selain
bahtera yang dibangun atas landasan ajaran langit. Kita telah sering melihat nahkoda‐nahkoda
organisasi kesusahan dalam menghadapi masalah, lalau dia menganggap dirinya mampu sehingga tak
sanggup membawa jiwanya untuk mengetuk pintu pertolongan Sang Raja. Barangkali Sang Raja telah
sangat cemburu, sebab nahkoda yang memegang amanah kepemimpinan dari‐Nya tak membangun
bahteranya dengan pondasi, aturan‐Nya.
65 Meraba hati mensejahterakan jiwa
RATISEJIWA 6 ‐ DZAUQ
Kilatan Rasa
Saat rasa sirna tenggelam dalam keasyikan. Hasrat hidup bergerak‐gerak, detak jantung berhenti sekejap
dan lubang udara tertutup. Mulailah akal berfikir :
Dua yang awal menentukan kilatan rasa yang terbekas dalam lubuk rasa. Kilatan tersebut terbentuk dari
hasrat‐hasrat hidup dengan tambahan‐tambahan lainnya.
Dengan sirnanya hasrat hidup apakah kilatan rasa juga sirna ?
Ya !, sebab hasrat hidup merupakan perhubungan jiwa dengan rasa.
Apakah dengan sirnanya jasad berarti sirna pula rasa ?
Tidak !, karena rasa itu ruhi.
Melibatkan jasad dalam kilatan rasa berarti kwalitas rasanya adalah kwalitas nafsiah, jasadiah atau
syahwatiah. Sementara tanpanya, maka kwalitas ruhiyah menjadi kwalitas termulia dengan konsekuensi
perhubungan dengan Yang Maha Suci.
Kita tahu kedamaian saat dzikrulloh adalah keadaan karena pengaruh‐pengaruh kilatan‐kilatan rasa,
dimana padanya kita temukan debar jantung yang stabil dan nafas yang teratur. Tak ada urusan
jasadiyah terhadap pembentukan atau dukungan atas terbentuknya kilatan rasa. Kilatan rasalah yang
membentuk kondisi jasadiyah.
Kilatan rasa yang terbit dari keterbukaan hubungan dengan Alloh. Kilatan rasa yang melahirkan keadaan
damai ini lebih tinggi kwalitasnya dari segala sesuatu yang sifatnya jasadiyah. Sebab ia tak tersentuh
oleh penyimpangan.
Tak akan ada penyimpangan tatkala pintu hubungan dengan Alloh terbuka, karena setiap kali kita
menyimpang pintunya akan tertutup. Tak ada kesanggupan dari mahluk‐Nya untuk menyimpangkan jiwa
yang tegak, khusyu terselubung nuansa cinta‐Nya yang digandrunginya.
Jelaslah bahwa jasadiyah kalah oleh ruhiyah. Tetapi sebagai hiburan bagi jasad, Alloh menghalalkan
beberapa kenikmatan jasadiyah. Dengan penghalalan tersebut terbukti bahwa jasadiyah tidak untuk
ditafikan, tetapi diluruskan dab disatukan dengan ruhiyah. Jelaslah bahwa urusan dan perhatian pokok
kita adalah ruhiyah.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
66 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Luapan Rasa
Cahaya rasa yang memenuhi ruang hati yang tertutup pintu keghaibannya, membuat hati sesak,
menekan pintu lisan untuk berkata, pintu mata untuk mencari penampung cahaya.
Hati berdetak cepat, resah dan bertanya tentang sebab rasa yang meluap memenuhi hati.
Oleh sebab sentuhan sinar ke dasar hati, menyebabkan tercurahnya cahaya dari tempat dimana
sentuhan tersebut diberikan, sebagai mata air cahaya hati (perasaan).
Setelah sinar itu menyentuh, ia meninggalkan apa yang disentuh tanpa mau menjelaskan kediriannya. Ia
kembali menuju sumbernya dengan meninggalkan luapan cahaya yang terpancar dari dasar hati yang
tersentuh.
Sinar itu pergi melalui pintu yang terbuka dari slaah satu pintu‐pintu lahir maupun yang ghaib, atau
menerobos masuk melalui celah‐celahnya untuk menemui hati lainnya, atau kembali menunggu titah
Tuhan.
Seandainya ia diberikan sebagai tanda kecintaan‐Nya, ia akan menetap … berputar‐putar dan membuat
pancaran‐pancaran cahaya.
Besarnya tekanan cahaya membuat pintu‐pintu hati terbuka … jadilah ia pintu bagi manusia ke alam
keghaiban, melalui lisannya, sifat, atau sikapnya.
Dan pesona itu muncul pada jiwa yang menyaksikan, tatkala hatinya terbuka untuk mengenali cahaya‐
cahaya dari alam keghaiban yang membukakan rahasia Alloh kepadanya.
Tatkala aku bertanya tentang alasan yang menetapkan kebolehan kata untuk menyempurnakan kalimat‐
kalimat hikmah, maka berhamburanlah keajaiban‐keajaiban.
Tatkala kesadaran telah masuk ke alam bawah sadar, tetapi telinga tertinggal, maka ia akan merasa
asing dengan apa yang didengar. Dikiranya suara itu dari alam bawah sadar. Suara dari telinga itu lebih
lambat masuk ke alam bawah sadar daripada gambaran yang meluncur dari kelopak mata.
67 Meraba hati mensejahterakan jiwa
RATISEJIWA 7 ‐ MUNADDAH
Pelarianmu
Di manakah sesungguhnya diriku, di saat aku kehilangan semua yang ku harapkan adanya pada diriku.
Aku melihat betapa lemah dan miskinnya aku di tengah kehidupan yang selalu menuntut eksistensiku.
Aku terlentang tak berdaya, tatkala roda dunia menggilas tubuhku. Hancur luluh semua tulang‐
belulangku.
Ku lihat seberkas cahaya di sudut mataku, menari‐nari indah dan mengangingatkan aku kepada
kenyataan manis yang pernah aku rasakan. Sebuah kehidupan, yang dulu ku nikmati sebagai bagian
kasih‐Nya. Yang karenanya aku tumbuh menjadi manusia dengan hati yang lapang, dan kebahagiaan
yang berlimpah. Hanya karena kelemahan jiwaku, ku tinggalkan kehidupan itu, yang pada akhirnya ku
ratapi kini karena ku rindui ia kembali.
Ku cerca diriku yang telah tega meninggalkan kehidupan manis yang tiada duanya. Ku hina ia karena
meninggalkan kebersamaan jiwa dengan diri‐Nya. Ku maki ia karena telah membuat aku diusir dari
kemesraan‐Nya. Ku pukul jiwaku karena ia telah membuat aku terrenggut dari semua kelejatan.
Hak cipta (C) Nurulloh Laboratory – Rinda Cahyana
http://rindacahyana.blogspot.com
68 Meraba hati mensejahterakan jiwa
Aku telah berputus asa dari jiwaku. Ku harap ini adalah jalan terbaik bagi aku untuk meraih perhatian‐
Nya.
Ku tatap berulang‐ulang lafadz Mu yang tiada duanya. Selalu ku pikir, kenapa aku begitu lemah untuk
kembali kepada hadirat‐Mu. Selalu ku renungi kenapa aku selalu terhalang untuk bisa merasakan
kehadiran‐Mu, meneteskan air mataku, dan tidak kembali pada kehidupan lalu yang menghijabi aku dari
Kamu.
Ku sebut Engkau dengan penuh kesusahan. Tali‐temali yang mengikat tubuhku, dan belenggu‐belenggu
telah membuat perjalanku kepada‐Mu menjadi berat. Inikah siksa, ataukah memang beginilah
perjalanan kembali kepada‐Mu ?. Sebuah perjalanan yang belum aku kenal karena ketidaklayakanku
dulu.
Aku selalu melihat kepada‐Mu, namun tirai‐tirai itu selalu mengganggu penglihatanku. Aku melihat
Engkau menutup‐nutupkan tirai itu, agar aku bertanya kenapa Engkau melakukannya ?. Agar aku
melihat betapa Ia tidak suka dilihat ku apabila aku belum menghasrati diri‐Nya.
Aku menarik tirai itu dan merobeknya. Lalu Engkau buat tirai baru yang sama‐sama menjengkelkan
diriku. Tirai yang kadang membuat aku mabuk karena bau harumnya, dan menjerumuskan aku pada
ketidakberuntungan karena aku kehilangan‐Mu.
Aku melihat Engkau dan kecemburuan Engkau menghantui hidupku. Selalu mengingat‐ingatkan aku
pada pelarianku. Selalu mengingat‐ingatkan aku kepada rindunya jiwaku mendapat sentuhan indah
jemari‐Mu. Engkau yang berada di balik tirai adalah keindahan yang ku rasakan. Yang wajah‐Nya tidak
pernah dapat terlupakan, walau ruhku Ia musnahkan.
Engkau yang telah memperlihatkan betapa eloknya diri‐Mu di balik tirai itu, membuat aku bersedih akan
kepergianku dulu. Aku yang bodoh kembali pada‐Mu … terima aku, sebagai pelarian‐Mu yang tidak
memiliki kaki lagi untuk melangkah karena kutukan‐Mu.
Raih aku, karena ku tahu hanya Engkau yang bisa memberi aku malu dan menerima keadaanku. Karena
ku tahu bahwa Engkau itu Maha Sabar terhadap kebodohan hamba‐hamba‐Nya. Karena hanya
Engkaulah yang telah memberi aku kesadaran akan kefakiranku kepada Mu. Maka kepada Engkau saja
aku meminta kelanjutan dari kesadaraku.