Anda di halaman 1dari 5

Tugas Penyakit Parasitik

Heterakis gallinarum

Disusun oleh:

Agung Kusasti 1102101010116

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2013

Heterakis gallinarum
A. Nama Penyakit Cacing Heterakis gallinarum bertanggung jawab terhadap kejadian blackhead pada ayam, karena ovum cacing bisa mengandung protozoa yang disebut Histomonas meleagridis yang menyebabkan blackhead. Cacing berukuran panjang 1,5 cm dan bisa dalam jumlah sangat banyak di sekum, sehingga menyebabkan radang sekum dan nodulnodul kecil di dinding sekum. Unggas yang diserang antara lain : ayam, kalkun, puyuh, itik, angsa. B. Kejadian Penyakit Histomoniasis merupakan suatu penyakit asal protozoa pada berbagai jenis unggas, terutama ayam dan kalkun. Penyakit tersebut dikenal juga dengan nama Enterohepatitis (Black head) dan bersifat oleh adanya foki nekrotik pada hati dan ulserasi pada sekum. Penyakit tersebut telah dilaporkan di USA, terutama pada kalkun dan kadang kadang pada ayam. Kejadian histomoniasis pada kalkun maupun ayam dilaporkan juga di Kanada, Mexico, dan berbagai negara lain di dunia. Penyakit tersebut sering ditemukan pada daerah yang cocok untuk perkembangan cacing tanah. Di indonesia, histomoniasis kadang kadang ditemukan diberbagai daerah pada ayam ras maupun ayam bukan ras (buras). C. Etiologi Histomoniasis disebabkan oleh protozoa Histomonas meleagridis. Beberapa jenis bakteri misalnya Escherichia coli, biasanya merupakan faktor pendukung timbulnya penyakit tersebut karena efeknya yang ersifat sinergitik. Histomoniasis meleagridis membutuhkan vektor mekanik, yaitu cacing sekum Heterakis gallinarum dan beberapa jenis cacing tanah yang hidup di lingkungan peternakan. Histomonad dapat ditemukan didalam epitel usus cacing sekum yang sangat muda atau cacing yang baru menetas. Cacing tanah dapat bertindak sebagai hospes transpor yang merupakan tempat menetasnya telur Heterakis gallinarum dan selanjutnya cacing muda yang infektif akan tinggal didalam jaringan. Dalam hal ini, cacing tanah mengumpulkan cacing Heterakis gallinarum dari dari lingkaran peternakan. Pada ayam yang terinfeksi oleh Heterakis gallinarum, maka larva yang terinfeksi oleh histomonas meleagridis akan mencapai sekum dalam waktu yang singkat setelah diingesti oleh ayam. Histomonas sp, bentuk bebas tidak dapat bertahan lama, tetapi protozoa tersebut akan lebih resisten jika terdapat didalam telur cacing sekum atau dalam bentuk didalam cacing tanah.

D. Cara Penularan Protozoa tersebut dapat dikeluarkan bersama feses ayam yang terinfeksi dan didalam telur cacing Heterakis gallinarum. Penularan biasanya terjadi jika unggas/ayam yang sensitif menelan telur cacing sekum yang infektif dan sekanjutnya larva histomonad akan dibebaskan dari larva heterakis sp. Di dalam sekum. Histomonad bereplikasi di dalam jaringan sekum, kemudian bermigrasi ke dalam hati melalui sirkulasi darah. Cacing tanah juga menelan telur cacing sekum dan telur tersebut menetas dan membentuk kista di dalam jaringan cacing tanah. Protozoa tersebut sangat resisten jika berada didalam telur cacing larva, atau cacing tanah, dan akan mencemari lingkungan peternakan. histomonas meleagridis akan ditularkan dari ayam/kalkun pada periode pemeliharaan satu ke lainnya jika menelan cacing tanah atau telur cacing sekum yang terinfeksi oleh protozoa tersebut.

E. Gejala Klinik Histomoniasis terutama ditemukan pada unggas yang berumur kurang dari 12 minggu. Walaupun penyakit tersebut telah dilaporkan pada sejenis ayam hutan, burung puyuh, dan ayam mutiara, jenis unggas yang paling peka adalah kalkun. Meskipun ayam dapat terinfeksi dengan mudah, penyakit yang timbul biasanya lebih ringan dibandingkan dengan penyakit yang timbul pada kalkun. Ayam berumur 4-6 minggu dan kalkun berumur 3-12 minggu bersifat sangan sensitif terhadap infeksi histomonas meleagridis. Lesi yang timbul oleh histomoniasis biasanya lebih parah jika terjadi infeksi campuran dengan clostridium perfringens atau Escherichia coli. Gejala awal akibat histomoniasis pada kalkun meliputi feses yang berwarna kekuning kuningan, mengantuk, sayap menggantung, berjalan dengan langkah yang kaku, mata tertutup, kepala digantung, anoreksia, bapsu makan meningkat, bulu kusam dan berdiri. Kulit didaerah kepala berwarna kebiru-biruan (sianotik) , tetapi dapat juga berwarna normal. Sehubungan dengan adanya sianosis tersebut, sehingga histomoniasis juga dikenal dengan nama black head. Setelah 12 hari masa infeksi kalkun akan mengalami emisiasi. Masa inkubasi penyakit tersebut sekitar 7-12 hari dan biasanya berlangsung kronik sampai unggas tersebut mati. Infeksi pada ayam mungkin bersifat ringan atau tidak teramati, tetapi dapat juga berlangsung parah dan menyebabkan mortalitas yang tinggi . Kotoran yang berwarna kekuning kuningan jarang ditemukan pada ayam, tetapi kotoran yang berwarna merah campuran darah yang berasal dari sekum dapat diamati pada ayam. Mortalitas pada kalkun muda umr 3-12 minggu mencapai 50%. Mortalitas akibat histomonasiasis pada ayam biasanya rendah tetapi pada sejumlah kasus bisa mencapai >30%.

F. Perubahan Patologik Lesi yang ditimbulkan oleh histomonasiasis dapat dihubungkan dengan adanya penetrasi histomonad pada dinding sekum dan bermultiplikasi, dan kemudian memasuki sirkulasi darah dan akhirnya berparasit pada hati. 1. Perubahan Makroskopik Lesi primer yang ditimbulkan oleh histomonasiasis dapat ditemikan pada sekum dan hati. Setelah histomonad menginfeksi sekum maka dinding sekum akan menebal dan hiperamik. Lumen sekum akan mengalami distensi dan terisi oleh masa padat menyerupai keju yang terdiri atas hancuran jaringan nekrotik, eksudat, komponen darah, hancuran sel, dan bakteri. Dinding sekum dapat mengalami ulserasi dan selanjutnya dapat mengalami perforasi pada organ tersebut dan peritonitis yang bersifat difus dab berbau busuk. Lesi pada hati biasanya terdiri atas daerah nekrosis berwarna kekuning kuningan yang berbentuk sirkular yang menyerupai kawah dengan diameter 1 cm dan dikelilingi oleh cincin yang menonjol di atas permukann hati. Bentuk lesi pada hati dapat bervariasi, meskipun bentuk lesi sirkular paling sering dijumpai pada kasus histomonasiasis. Pada infeksi berat, lesi pada hati dapat berukuran kecil, banyak dan letaknya berada di bawah permukaan hati dan meliputi sebagian besar organ tersebut. Hati dapat membesar dan berwarna hijau atau kecoklatan, kadang pada paru, ginjal, limpa dan mesenterium dapat ditemukan adanya daerah nekrosis yang berbentuk bulat dan berwarna keputih-putihan. 2. Perubahan Mikroskopis Invasi awal pada dinding sekum ditandai dengan adanya hiperemia dan infiltrasi heterofil. Sekitar satu minggu pasca infeksi, sejumlah histomonad akan terlihat pada daerah lamina propia sebagai benda ovoid dalam lekuk (lakuna) yang tercat pucat. Pada periode tersebut akan dijumpai juga adanya sejumlah besar limfosit, makrofag dan heterofil. Lumen sekum dapat terisi suatu massa yang berbentuk pasta yang terdiri atas suatu epitel yang mengalami fibrin, deskuamasi, eritrosit, leukosit, dan feses. Sekitar 2 minggu pasca inavasi dapat dijumpai adanya sejumlah giant cell pada jaringan sekum. Lesi yang mengalami degenerasi akan menunjukkkan adanya kumpulan limfosit yang tersebar diseluruh jaringan sekum, inding sekum akan menjadi sangat tipis dan kripta memendek. Lesi awal pada hati terdiri atas infiltrasi heterofil, monosit dan limfosit disekitar pembuluh darah. Setelah 2 minggu pasca invasi akan terlihat infiltasi makrofag dan limfosit yang ektensif dan sejumlah heterofil. Hepatosit di bagian tengah dari lesi akan mengalami nekrosis dan disintegrasi, Pada periode tersebut dapat ditemukan adanya sejumlah histomonad dalam lakuna disekitar bagian tepi lesi. Jika proses infeksi berlanjut maka nekrosis akan lebih ekstensif dan

histomonad akanditemukan pada umumnya sebagai suatu benda kecil di dalm makrofag. Jika terjadi penyembuhan, maka akn dijumpai adnya foki limfosit yang disertai oleh daerha fibriosis dan hepatosit yang mengalami degenerasi.

G. Diagnosis Diagnosis sangkaan di dasarkan pada gejala klinis dan perubahan patologikyang spesifik untuk penyakit tersebut. Untuk diagnosa akhir dapat didasarkan pada identifikasi histomonad dengan cara pemeriksaan mikrokopis secar langsung atau setlah jaringan dowarnai engan cat tertentu meliputi Hematosiklin dan Eosin (H&E) atau Periodic Accid Schiff (PAS). Isolasi Histomonas melagridis secara in vitro dapt dilakukan pad medium Dwyers yang dimodifikasi. Pada uji tersebut contoh jaringan harus diambil dari unggas yang baru mati. Pemeriksaan terhadap histomonad dapat juga dilakukan secara langsung menggunakan bahan yang berasal dari bagian ujung lateral lesi pada sekum atau hati. Protozoa tersebut dapat diidentifikasi denagn memeriksa adanya gerakan pseudopia pada preparat tetes pada larutan yang mengandung lesi dari usus atau hati. Penyakit yang mirip dengan histomoniasis adalah koksidiosis dan salmonelosis. Koksidiosis dapt dibedakan dengan histomoniasis dengan pemeriksaan mikroskopik dengan adanya ookista. Demikian juga salmonelosis dapat dibedakakan dari histomoniasis engan adnya isolasi dan pemeriksaan bakteri.

H. Penanggulangan 1. Pengendalian dan pencegaahan Mengingat bahwa penularan histomoniasis melalui telur Heterakis sp, maka cara pengendalian yang baik dengan membasmi cacing sekum atau cacing tanah atau mencegah agar cacing tidak kontak dengan ayam. Selain itu juga diperlukan pengamanan biologik dengan sanitasi dan desinfeksi yang optimal diperlukan untuk mencegah adanya histomoniasis. 2. Pengobatan Unggas yang terinfeksi oleh Histomonas meleagridis dapat diobati dengan beberapa obat yaitu nitrofuran, nitromidazol dan nitrason untuk pencegahan. Jika telah terjadi letupan penyakit tersebut maka perlu pengobatan dangn dosis rendah melalui pakan dalam waktu yang panjang. Pada kasus yang akut pengobatan biasanya dilakukan 5-7 hari.

Anda mungkin juga menyukai