Anda di halaman 1dari 55

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Blok Tumbuh Kembang dan Geriatri adalah blok ke XIX dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario A yang memaparkan kasus gizi buruk (marasmus) 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari materi tutorial ini, yaitu : 1. 2. 3. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario mengenai gizi buruk (marasmus) dengan metode analisis dan diskusi kelompok. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Data Tutorial Tutor Moderator Sekretaris Notulen Hari, Tanggal Rule tutorial : dr. Legiran, M. Kes : Fredi rizky : Desi ratnasari : Rizky jatu sarindra : Selasa dan kamis , 18 juni dan 20 juni 2013 : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan 2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat 3. Dilarang makan dan minum 2.2 Skenario A Blok XIX Rudi, laki-laki, usia 24 bulan, dibawa ke RSMP karena demam lama hilang timbul dan sering mengalami batuk sejak usia 18 bulan. Rudi sudah pernah berobat ke Bidan dan diberi obat namun tidak ada perubahan. Berat badan Rudi tidak sesuai dengan anak-anak seusianya. Saai ini Rudi juga belum bisa berjalan. Tidak ada riwayat kejang. Rudi tinggal bersama orang tua dan neneknya. Nenek Rudi saat ini sedang menjalani pengobatan rutin di Puskesmas. Riwayat nutrisi: 0-2 bulan: Asi ekslusif, on demand 3-6 bulan: Asi + susu formula 2x30 cc perhari 7-12 bulan: Asi + susu formula 2x30 cc perhari, bubur susu kemasan 2x sehari @1/3 sachet 12 bulan sampai dengan sekarang: nasi lembek 2x sehari dengan kecap manis, kerupuk, telur, kadang-kadang tempe tahu, kadang-kadang @1/2 potong, susu kental manis 2x60 cc perhari dan sering jajan Riwayat kehamilan dan persalinan: Rudi anak pertama dari ibu usia 22 tahun. Selama hamil ibu sehat dan periksa hamil teratur ke Bidan. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu. Segera setelah lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 9 dan 5 menit 10. Berat badan lahir 2500 gram. Panjang badan lahir 48 cm, Lingkar kepala lahir 33 cm 2

Riwayat pertumbuhan: Usia 1 bulan: 3,25 kg Usia 2 bulan: 4 kg Usia 6 bulan: 5 kg Usia 12 bulan: 6 kg Riwayat perkembangan: Tengkurap 4 bulan, bisa berbalik sendiri usia 5 bulan, bisa duduk usia 10 bulan, berdiri usia 18 bulan Riwayat imunisasi: Belum pernah di imunisasi Pemeriksaan fisik: Keadaan umum: tampak kurus, apatis, cengeng, berat badan 7,0 kg, panjang badan 75 cm, lingkar kepala 45 cm, lingkar lengan atas 9 cm Tanda vital: HR: 112x/menit, RR: 32x/menit, Temperatur: 37,5 c Keadaan spesifik: Kepala: Wajah dismorfik tidak ada, wajah tidak seperti wajah orang tua, rambut kepala tipis warna hitam kekuningan tidak mudah dicabut, kontak mata baik, melihat dan tersenyum kepada pemeriksa, menoleh ketika dipanggil namanya Thoraks: Iga gambang (piano sign) Abdomen: Cekung Genitalia: Baggy pants (+) Ekstremitas: Edema tidak ada, tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki Kulit: Kelainan kulit (dermatosis) tidak ada Status neurologikus: Gerakan normal, kekuatan 4, refleks fisiologis normal, klonus dan tonus normal, tidak ada gerakan yang tidak terkontrol, refleks patologis (-).

2.3

Klarifikasi Istilah-Istilah 1. Demam melawan infeksi 2. Batuk 3. Susu formula 4. Kejang volunter 5. Asi ekslusif 6. Imunisasi 7. Skor APGAR 8. On demand 9. Dismorfik 10. Iga gambang 11. Baggy pants 12. Klonus secara pasif. 13. Tonus itu sendiri. 14. Dermatosis peradangan : Setiap penyakit kulit, terutama yang tidak ditandai dengan : Kontraksi otot yang selalu dipertahankan keberadaannya oleh otot : Pemberian asi pada bayi selama 0-6 bulan tanpa pemberian : Proses pembentukan subjek imun dengan antigen spesifik yang makanan tambahan tujuannya untuk mengaduksi sistem imun : Metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan : Pemberian ASI sesuai dengan kebutuhan bayi : Kelainan pada perkembangan morfologi :Tulang rusuk tampak lebih jelas atau tulang rusuk terlihat : Ciri khas dari marasmus seperti anak kecil memakai celana : Kontraksi ritmik dari otot, yang timbul bila otot diregangkan bayi baru lahir setelah kelahiran. : Mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakitatau reaksi tubuh terhadap iritasi tenggorokan. : Cairan/bubuk dengan formula tertentu yang diberikan pada :Kontraksi involunter atau serangkaian kontraksi dari otot-otot bayi/anak sebagai pengganti ASI : Suhu tubuh diatas 37,5 C, merupakan mekanisme pertahanan

menonjol (Piano sign) dewasa sehingga kulit tampak berlipat-lipat

2.4

Identifikasi Masalah 1. Rudi, laki-laki usia 24 bulan, dibawa ke RSMP karena demam lama hilang timbul dan sering mengalami batuk sejak usia 18 bulan 2. Rudi sudah pernah berobat ke Bidan dan diberi obat namun tidak ada perubahan 3. Berat badan Rudi tidak sesuai dengan anak-anak seusianya. Saai ini Rudi juga belum bisa berjalan, tidak ada riwayat kejang 4. Rudi tinggal bersama orang tua dan neneknya dan nenek Rudi saat ini sedang menjalani pengobatan rutin di puskesmas 5. Riwayat nutrisi Rudi: 0-2 bulan: Asi ekslusif, on demand 3-6 bulan: Asi + susu formula 2x30 cc perhari 7-12 bulan: Asi + susu formula 2x30 cc perhari, bubur susu kemasan 2x sehari @1/3 sachet 12 bulan sampai dengan sekarang: nasi lembek 2x sehari dengan kecap manis, kerupuk, telur, kadang-kadang tempe tahu, kadang-kadang @1/2 potong, susu kental manis 2x60 cc perhari dan sering jajan 6. Riwayat kehamilan dan persalinan: Rudi anak pertama dari ibu usia 22 tahun. Selama hamil ibu sehat dan periksa hamil teratur ke Bidan. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu. Segera setelah lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 9 dan 5 menit 10. Berat badan lahir 2500 gram. Panjang badan lahir 48 cm, Lingkar kepala lahir 33 cm 7. Riwayat pertumbuhan: Usia 1 bulan: 3,25 kg Usia 2 bulan: 4 kg Usia 6 bulan: 5 kg Usia 12 bulan: 6 kg

8. Riwayat perkembangan: Tengkurap 4 bulan, bisa berbalik sendiri usia 5 bulan, bisa duduk usia 10 bulan, berdiri usia 18 bulan 9. Riwayat imunisasi: Belum pernah di imunisasi 10. Pemeriksaan fisik: Keadaan umum: tampak kurus, apatis, cengeng, berat badan 7,0 kg, panjang badan 75 cm, lingkar kepala 45 cm, lingkar lengan atas 9 cm Tanda vital: HR: 112x/menit, RR: 32x/menit, Temperatur: 37,5 c Keadaan spesifik: Thoraks: Iga gambang (piano sign) Abdomen: Cekung Genitalia: Baggy pants (+) Status neurologikus: Gerakan normal, kekuatan 4

2.5

Analisis dan Sintesis Masalah 1. Rudi, laki-laki usia 24 bulan, dibawa ke RSMP karena demam lama hilang timbul dan sering mengalami batuk sejak usia 18 bulan

a.

apa penyebab demam lama yang hilang timbul? jawaban: Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi. Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu: faktor lingkungan, penyakit autoimun, keganasan, pemakaian obat-obatan.

b.

bagaimana patofisiologi demam? jawaban: asupan nutrisi kurang menyebabkan intake makanan menurun, sehingga metabolisme meningkat menyebabkan kebutuhan kalori menjadi meningkat dan pembentuka sel imun menurun menyebabkan system imun menjadi rendah sehingga semakin mudah terjadinya infeksi menyebabkan demam. Secara umum: Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin (Dinarello & Gelfand, 2005). Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut (Sherwood, 2001). 7

c.

apa saja etiologi batuk sejak 18 bulan (sudah terjadi 6 bulan)? jawaban: Batuk kronik bukan suatu penyakit yang terdiri sendiri, melainkan merupakan gejala pada berbagai penyakit baik respiratorik maupun non respiratorik. Berbagai etiologi/klasifikasi dikemukakan oleh para penulis yang sekaligus merupakan diagnose banding dari BKB, antara lain: 1. Bronkitis: infeksi (virus dan bakteri), alergi (asma), kimiawi (aspirasi susu, isi lambung dan inhalasi asap rokok), berhubungan dengan infeksi kronik saluran nafas atas. 2. Penyakit paru supuratif: Fibrosis, Bronkikiektasis, Kollaps paru dengan infeksi sekunder, lain-lain kista dan kelainan bawaan yang terinfeksi, abses, pneumonia inhalasi dan benda asing. 3. 4. 5. 6. Lesi fokal dari laring, trakea atau bronkus: Benda asing, Tomur, kista atau kelenjer di mediasnitium atau paru, Stenosis, kista atau hemangioma dari laring atau trakea. Tuberklosis Batuk psikogen Post nasal drip

Wahab dan Utomo mengemukakan bahwa untuk Indonesia apabila seorang dokter berhadapan dengan pasien anak yang memperlihatkan gejala batuk yang cukup lama dan menetap, maka sebaiknya dipikirkan kemungkinan tiga hal, yaitu batuk karena Tb primer, batuk karena alergi dan batuk karena kelainan jantung bawaan. d. bagaimana patofisiologi batuk? jawaban: Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu : 1. Fase iritasi Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau serat afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar dirangsang. 2. Fase inspirasi 8

Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor kartilago aritenoidea.Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial. Volume udara yang diinspirasi sangat bervariasi jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas residu fungsional. Penelitian lain menyebutkan jumlah udara yang dihisap berkisar antara 50% dari tidal volume sampai 50% dari kapasitas vital. Ada dua manfaat utama dihisapnya sejumlah besar volume ini. Pertama, volume yang besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan dapat menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua, volume yang besar akan memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga pengeluaran sekret akan lebih mudah. 3. Fase kompresi Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik.Pada fase ini tekanan intratoraks meninggi sampai 300 cmH2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka .Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka. 4. Fase ekspirasi/ekspulsi Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya.Suara batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara. e. apa makna batuk sejak usia 18 bulan? 9

jawaban: Maknanya yaitu merupakan batuk kronis Batuk kronik dan berulang (BKB) pada anak adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai etiologi dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurang 2 Minggu berturut-turut dan atau paling sedikit 3 episod dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respitorik/non-respitorik lainnya. f. bagaimana hubungan usia, jenis kelamin dengan keluhan yang dialami rudi? jawaban: Jenis kelamin: Agustina Lubis dkk. (1997) menemukan prevalensi laki-laki : perempuan adalah 1 : 4.; menurutnya hal ini disebabkan karena anak laki-laki akan mendapatkan perawatan kesehatan dan pemberian makanan yang lebih baik. Usia: Dari segi golongan umur, balita lebih banyak ditemukan pada usia 12 s/d 23 bulan, yaitu sebesar 50,00%. Balita pada usia ini, baru memasuki suatu tahapan baru dalam proses tumbuh kembangnya. 2. Rudi sudah pernah berobat ke Bidan dan diberi obat namun tidak ada perubahan a. apa kemungkinan obat yang diberikan oleh bidan? jawaban: kemungkinan obat yang diberikan yaitu paracetamol, ibuprofen yang diberikan untuk anak-anak yang mengalami infeksi b. mengapa setelah diberi obat tetapi tidak ada perubahan? jawaban: Karena obat yang diberikan bidan tersebut hanya untuk menghilangkan keluhan Rudi yaitu demam dan batuk, sedangkan mikroorganisme pada tubuh Rudi tetap ada. 3. Berat badan Rudi tidak sesuai dengan anak-anak seusianya. Saai ini Rudi juga belum bisa berjalan, tidak ada riwayat kejang 10

a.

berapa berat badan normal anak laki-laki usia 24 bulan? jawaban: berat badan normalnya berkisaran : 11 kg sampai 13,5 kg

b.

apa etiologi berat badan tidak sesuai dengan anak seusianya? jawaban: Pada kasus: Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang kurang baikgizi buruk Infeksi kronik Gangguan kromosom / genetik Gangguan pada organ-organ tubuh Gangguan hormon, misal hormon pertumbuhan, hormon kelenjar gondok, dsb Gangguan otak / sistem syaraf pusat sehingga mengakibatkan kesulitan pada saat minum susu, misal Cerebral Palsy Gangguan jantung atau paru Gangguan pada darah, misal : anemia (kurang darah) Gangguan sistem pencernaan yang mengakibatkan gangguan penyerapan zat nutrisi ke dalam darah. Diare berkepanjangan atau gastroesophageal reflux Infeksi kronis (berkepanjangan) Gangguan metabolik Komplikasi pada saat kelahiran dan berat lahir rendah.

Secara umum:

c.

berapa usia normal anak bisa berjalan? jawaban: 9-12 bulan: berjalan dituntun 12-18 bulan: berjalan dengan mengeksplorasi rumah dan sekeliling rumah

11

d.

apa etiologi anak lambat berjalan? jawaban: 1. Gizi buruk Bayi kurang gizi yang tidak mendapat suplemen diduga mengalami defisit myelinisasi makan akan terjadi kesulitan dalam menghantarkan informasi dari satu neuron ke neuron yang lain dan mengakibatkan intelektual anak rendah. Hal ini pun pada akhirnya mempengaruhi perkembangan motorik anak. 2. Ketidak matangan Persarafan Kemampuan anak melakukan gerakan motorik sangat ditentukan oleh kematangan syaraf yang mengatur gerakan tersebut. Pada waktu anak dilahirkan, syaraf-syaraf yang ada di pusat susunansyarat belum berkembang dan berfungsi sesuai dengan fungsinya, yaitu mengontrol gerakan-gerakanmotorik. Pada usia 5 tahun syaraf-syaraf ini sudah mencapai kematangan, dan menstimulasiberbagai kegiatan motorik. 3. Gangguan vestibularis atau keseimbangan Pada anak yang mengalami Dysfunction of sensory integration (DSI) sering mengalami gangguan keseimbangan Gangguan keseimbangan yang terjadi ini seringkali dianggap anak kurang percaya diri. 4. Keterlambatan ringan perkembangan motorik Seorang anak yang terlambat berjalan, kemungkinan juga terlambat dalam duduk dan merangkak. Biasanya juga disertai keterlambatan membaca, menulis, berbicara, dan persepsi visual-spasial yang khas. 5. Gangguan sensoris Pada anak tertentu anak sering mengalami sensitif pada telapak tangan dan kaki. 6. Gangguan persarafan Gangguan persarafan berat akibat kelainan di otak seperti pasca infeksi otak, tumor atau kelainan organ otak seperti tumor, hidrosefalus , infeksi kehamilan, gangguan paska persalinan seperti bayi lahir tidak menangis, infeksi berat (sepsis) 7. Motivasi yang datang dari dalam diri anak perlu didukung dengan motivasi yang datang dariluar. Misalnya, dengan memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan

12

berbagai kegiatan gerakmotorik serta menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak. 8. Tonus Otot Gangguan tonus otot berupada hipotonia dan Hipertonia dapat menyebabkan gangguan saat berjalan. Hypotonia atau kondisi yang ditandai dengan penurunan berat otot dan Hypertonia atau kondisi yang ditandai dengan kenaikan berat otot juga dapat membuat anak sulit berjalan. Hypotonia menyebabkan seorang anak akan sulit memiliki keseimbangan dan kontrol atas gravitasi. Sebaliknya,hypertonia atau jika ada kelompok otot tertentu aktif maka kemungkinan anak akan memiliki tubuh yang kaku dan sulit mempertahankan keseimbangan. 9. Masalah pada panggul Meskipun kasus ini jarang terjadi namun diagnosa dokter menyebutkan bahwa masalah pada panggul juga bisa menjadi penyebab anak tidak berjalan tepat waktu. 10. Keterlambatan perkembangan dapat menyertai gangguan keterlambatan berjalan pada nak di antaranya adalah seperti Retardasi mental atau Keterbelakangan Mental, Down Syndrome. Faktor Predisposisi Keterlambatan berjalan biasanya sering terjadi pada kelompok anak tertentu seperti : Bayi prematur Obesitas atau kegemukan Bayi lahir dengan berat bada rendah atau kurang dari 2.500 gram Anak dengan gangguan hipersensitif saluraan cerna seperti Gastropoesepageal refluks, sering muntah, mual atau sering sulit buang air besar. Keadaan ini sering terjadi pada anak alergi atau hipersensitif saluran cerna Anak menderita tumor otak, Retardasi mental dan cerebral palsy

e.

apa hubungan berat badan rudi tidak sesuai (abnormal) dengan tidak bisa berjalan? jawaban: 13

Berat badan Rudi tidak sesuai dengan anak seusianya (gizi buruk) defisit myelinisasi kesulitan dalam menghantarkan informasi dari satu neuron ke neuron yang lain intelektual anak rendah mempengaruhi perkembangan motorik anak. 4. Rudi tinggal bersama orang tua dan neneknya dan nenek Rudi saat ini sedang menjalani pengobatan rutin di puskesmas a. apa peran orang tua dalam proses tumbuh kembang anak? jawaban: Peran orang tua dalam proses tumbuh kembang adalah dalam hal pemenuhun kebutuhan dasar yaitu: 1. Kebutuhan fisis-biomedis (asuh) Nutrisi, Perawatan kesehatan dasar (imunisasi, deteksi dini), Pakaian, Perumahan, Higiene diri dan sanitasi lingkungan 2. Kebutuhan akan emosi/kasih saying (asih) Kasih saying orang tua, Rasa aman, Harga diri, Kebutuhan akan sukses, Mandiri, Dorongan, Kebutuhan mendapatkan kesempatan dan pengalaman, Rasa memiliki 3. Kebutuhan akan menstimulasi (Asah) Pendidikan dan pelatihan Menurut tempat didapatnya, asah (pendidikan) dibagi menjadi: Pendidikan informal (di rumah, dalam keluarga) Pendidikan formal: SD, SMP, SMA, PT, dan sebagainya Pendidikan non formal

Pendidikan ketiga; di masyarakat: kelompok pengajian anak, sekolah minggu, pramuka, palang merah remaja dan sebagainya.

b.

apa pengaruh rudi tinggal serumah dengan neneknya yang sedang menjalani pengobatan rutin dipuskesmas? jawaban: 14

Nenek Rudi menjalani pengobatan rutin di Puskesmas kemungkinan menderita Tuberculosis, karena panyakit Tuberculosis tersebut membutuhkan pengobatan yang rutin dan dalam jangka waktu yang lama (6-8 bulan). Pengaruhnya terhadap Rudi adalah Mycobacterium Tuberkulosis dapat dengan mudah menginfeksi yaitu pada waktu nenek batuk atau bersin, kuman menyebar ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak), bila dihirup oleh Rudi, maka Rudi terinfeksi Mycobacterium Tuberkulosis juga, keadaan Rudi yang mengalami gangguan gizi (marasmus) menyebabkan Rudi mudah terinfeksi (system imunitas rendah). 5. Riwayat nutrisi Rudi: 0-2 bulan: Asi ekslusif, on demand 3-6 bulan: Asi + susu formula 2x30 cc perhari 7-12 bulan: Asi + susu formula 2x30 cc perhari, bubur susu kemasan 2x sehari @1/3 sachet 12 bulan sampai dengan sekarang: nasi lembek 2x sehari dengan kecap manis, kerupuk, telur, kadang-kadang tempe tahu, kadang-kadang @1/2 potong, susu kental manis 2x60 cc perhari dan sering jajan a. bagaimana pemberian nutrisi yang baik pada anak (0-24 bulan)? jawaban: Sesuai dengan bertambahnya umur bayi/anak, perkembangan dan kemampuan bayi/anak menerima makanan, makanan bayi/anak umur 0-24 bulan dibagi menjadi 4 tahap : a. Makanan bayi umur 0 6 bulan b. Makanan bayi umur 6 9 bulan c. Makanan anak umur 9 12 bulan d. Makanan anak umur 12 24 bulan Pada situasi khusus seperti anak sakit atau ibu bekerja, pemberian makanan bayi/anak perlu penanganan secara khusus. A. MAKANAN BAYI UMUR 0 6 BULAN 1. Hanya ASI saja ( ASI Eksklusif )

15

Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Perlu diingat bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak. 2. Berikan kolostrum Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna kekuningkuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang tinggi. 3. Berikan ASI dari kedua payudara Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke payudara lainnya, ASI diberikan 8 10 kali setiap hari. INGAT ! Beri ASI saja sampai umur 6 bulan Berikan kolostrum

B. MAKANAN BAYI UMUR 6 BULAN a. Pemberian ASI diteruskan, diberikan dari kedua payudara secara bergantian b. Bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI berbentuk lumat halus karena bayi sudah memiliki reflek mengunyah. Contoh MP-ASI berbentuk halus antara lain : bubur susu, biskuit yang ditambah air atau susu, pisang dan pepaya yang dilumatkan. Berikan untuk pertama kali salah satu jenis MP-ASI, misalnya pisang lumat. Berikan sedikit demi sedikit mulai dengan jumlah 1-2 sendok makan, 1-2 kali sehari. Berikan untuk beberapa hari secara tetap, kemudian baru dapat diberikan jenis MP-ASI yang lainnya. c. Perlu diingat tiap kali berikan ASI lebih dulu baru MP-ASI, agar ASI dimanfaatkan seoptimal mungkin. MP-ASI berbentuk cairan diberikan dengan sendok, jangan sekali-kali menggunakan botol dan dot. Penggunaan botol dan dot berisiko selain dapat pula menyebabkan bayi/anak mencret itu dapat mengakibatkan infeksi telinga. d. Memberikan MP-ASI dengan botol dan dot untuk anak baduta sambil tiduran dapat menyebabkan infeksi telinga tengah, apabila MP-ASI masuk keruang tengah.

16

e. Memperkenalkan makanan baru pada bayi, jangan dipaksa. Kalau bayi sulit menerima, ulangi pemberiannya pada waktu bayi lapar, sedikit demi sedikit dengan sabar, sampai bayi terbiasa dengan rasa makanan tersebut. INGAT ! Teruskan pemberian ASI Berikan ASI lebih dulu, baru MP-ASI Berikan makanan lumat halus 1-2 x sehari C. MAKANAN BAYI UMUR 6 9 BULAN a. b. c. Pemberian ASI diteruskan Pada umur 6 bulan keadaan alat cerna sudah semakin kuat oleh karena itu, bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 x sehari. Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber zat lemak, yaitu santan atau minyak kelapa/margarin. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi, disamping memberikan rasa enak juga mempertinggi penyerapan vit A dan zat gizi lain yang larut dalam lemak. d. Setiap kali makan, berikanlah MP-ASI bayi dengan takaran paling sedikit sbb : Pada umur 6 bulan beri 6 sendok makan Pada umur 7 bulan beri 7 sendok makan Pada umur 8 bulan beri 8 sendok makan Pada umur 9 bulan beri 9 sendok makan Bila bayi meminta lagi, ibu dapat menambahnya D. MAKANAN BAYI UMUR 9 12 BULAN a. Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap. Karena merupakan makanan peralihan ke makanan keluarga, bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur, lambat laun mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga. b. Berikan makanan selingan 1 kali sehari. Pilihlah makanan selingan yang bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang ijo, buah, dll. usahakan agar makanan selingan dibuat sendiri agar kebersihannya terjamin. 17

c.

Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan. Campurkanlah ke dalam makanan lembik berbagai lauk pauk dan sayuran secara berganti-ganti (terlampir). Pengenalan berbagai bahan makanan sejak usia dini akan berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat dikemudian hari.

INGAT ! Teruskan pemberian ASI Berikan makanan lunak 3 kali sehari dengan takaran yang cukup Berikan makanan selingan 1 kali sehari Perkenalkan bayi dengan beraneka ragam bahan makanan E. MAKANAN ANAK UMUR 12 24 BULAN a. b. Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah berkurang, tetapi merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi. Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Disamping itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari. c. Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan Padanan Bahan Makanan. Misalnya nasi diganti dengan: mie, bihun, roti, kentang, dll. Hati ayam diganti dengan: tahu, tempe, kacang ijo, telur, ikan. Bayam diganti dengan: daun kangkung, wortel, tomat. Bubur susu diganti dengan: bubur kacang ijo, bubur sumsum, biskuit, dll. d. INGAT ! Teruskan pemberian ASI Berikan makanan keluarga 3 kali sehari Berikan makanan selingan 2 kali sehari Gunakan beraneka ragam bahan makanan setiap harinya. Sumber: Buku Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.

18

b.

bagaimana interpretasi riwayat nutrisi pada rudi? jawaban: a. ASI eksklusif on demand: benar b. 3-6 bulan? 456 ASI+ susu formula 2x30 cc perhari: tidak benar, karena selama 0-6 bulan hanya diberikan ASI tanpa penambahan susu formula. c. 7-12 bulan? 789 ASI+susu formula 2x60 cc perhari, bubur susu kemasan 2xsehari @1/3 sachet : susu kemasan diberikan pada usia >12 bulan. Seharusnya Rudi Pada 6 bulan: Teruskan pemberian ASI Berikan ASI lebih dulu, baru MP-ASI Berikan makanan lumat halus 1-2 x sehari Pada 6-9 bulan: Teruskan ASI Perkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 x sehari Nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber zat lemak Takaran MP-ASI: 19

Pada umur 6 bulan beri 6 sendok makan Pada umur 7 bulan beri 7 sendok makan Pada umur 8 bulan beri 8 sendok makan Pada umur 9 bulan beri 9 sendok makan Bila bayi meminta lagi, ibu dapat menambahnya Pada 9-12 bulan: Teruskan pemberian ASI Berikan makanan lunak 3 kali sehari dengan takaran yang cukup Berikan makanan selingan 1 kali sehari Perkenalkan bayi dengan beraneka ragam bahan makanan d.12 sampai sekarang nasi lembek 2x sehari dengan kecap manis, kerupuk, telur kadang-kdang, tempe tahu kadang-kadang @1/2 potong, susu kental manis 2x60cc perhari dan sering jajan: Tidak benar, karena ASI tetap harus diberikan sampai 24 bulan. Pada 12-24 bulan: 1. 2. Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah berkurang, tetapi merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi. Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Disamping itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari. 3. Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan Padanan Bahan Makanan. Misalnya nasi diganti dengan: mie, bihun, roti, kentang, dll. Hati ayam diganti dengan: tahu, tempe, kacang ijo, telur, ikan. Bayam diganti dengan: daun kangkung, wortel, tomat. Bubur susu diganti dengan: bubur kacang ijo, bubur sumsum, biskuit, dll. 4. Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit. c. apa dampak kekurangan nutrisi? jawaban:

20

Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk. Gizi buruk dapat terjadi akibat masukan makanan yang tidak sesuai atau tidak cukup, atau akibat penyerapan makanan yang tidak benar. Masukan makanan yang kurang dapat diakibatkan oleh kurangnya penyediaan makanan, kurangnya sumber makanan, faktor-faktor emosi, dan kebiasaan makan yang tidak teratur. Kebutuhan nutrien pokok dapat bertambah selama stres atau sakit serta selama pemberian antibiotik. Arti malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah, yang mencakup gizi kurang maupun gizi lebih. Di Indonesia, dengan masih tingginya angka kejadian gizi kurang, istilah malnutrisi lazim dipakai untuk kejadian ini. Secara umum, gizi kurang disebabkan oleh kekurangan energi atau protein. Namun, keadaan di lapangan menunjukkan bahwa jarang dijumpai kasus yang menderita defisiensi energi murni ataupun yang menderita defisiensi protein murni. Anak dengan defisiensi protein murni biasanya disertai pula dengan defisiensi energi atau nutrien lainnya. Karena itu istilah yang lazim dipakai adalah Kurang Energi Protein (KEP) atau Kekurangan Kalori Protein (KKP). KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga diserta adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan/meningkatnya kehilangan nutrisi. Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih diatas -3 SD (-2SD--3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut/ decompensated malnutrition). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3 SD, maka akan terjadilah marasmik21

kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat teradaptasi sampai dibawah -3 SD maka akan terjadilah marasmik (malnutrisikronik/compensated malnutrition). Dengan demikian pada KEP dapat terjadi : gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesa enzim. Gejala Klinis Pada KEP ditemukan berbagai macam keadaan patologis, terutama pada berat ringannya kelainan. Berdasarkan lama dan jumlah kekurangan energi protein , KEP diklasifikasikan menjadi KEP ringan(gizi kurang) dan KEP berat (gizi buruk) 5. KEP berat dibagi menjadi Marasmus, Kwashiorkor, Marasmus-Kwashiorkor. System Welcome Trust Working Party membedakan berat badan dan oedema sebagai berikut: 1. 2. 3. Kwashiorkor BB lebih dari 60% dari BB baku disertai oedema Marasmus-Kwashiorkor BB kurang dari 60% dari BB baku disertai oedema Marasmus BB kurang dari 60% dari BB baku tanpa disertai oedema Undernutrition dipakai untuk keadaan defisiensi berbagai nutrisi yang lebih khusus ditujukan kepada defisiensi energi yang sifatnya ringan. Underweight hanya dipakai untuk keadaan dengan berat badan yang lebih rendah dari berat badan baku. Secara klinis KEP terdapat dalam 3 tipe yaitu : 1. Kwashiorkor, ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah sembab dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut dan rontok, cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), bercak merah ke coklatan di kulit dan mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi terutama akut, diare dan anemia. 2. Marasmus, ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak sumkutan minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan diare. 3. Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.

22

d.

apa dampak sering jajan diluar? jawaban: Tidak tercukupinya kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan Rudi pada masa pertumbuhan dan perkembangan, dan makanan jajan kemungkinan tidak higienis yang dapat menjadi factor penghambat pertumbuhan dan perkembangan 6. Riwayat kehamilan dan persalinan:

Rudi anak pertama dari ibu usia 22 tahun. Selama hamil ibu sehat dan periksa hamil teratur ke Bidan. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu. Segera setelah lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 9 dan 5 menit 10. Berat badan lahir 2500 gram. Panjang badan lahir 48 cm, Lingkar kepala lahir 33 cm a. apa interpretasi dari riwayat kehamilan dan persalinan? jawaban: normal Anak pertama dari ibu usia 22 tahun: normal (20-35 tahun) Selama hamil ibu sehat dan periksa hamil teratur ke bidan : normal, ANC lengkap Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu: normal aterm (36-42 minggu) Segera setelah lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 9 dan 5 menit 10: normal karena menangis merupakan upaya bayi untuk bernafas mengembangkan paru-paru. Skor APGAR 1 menit: 9: normal Skor APGAR 5 menit: 10: normal Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration dan

23

7.

Berat badan lahir 2500 gram: normal (2500-4000 gram) Panjang badan lahir 48 cm: normal (45-54 cm) Lingkar kepala lahir 33 cm: normal (33-37 cm)

Riwayat pertumbuhan: Usia 1 bulan: 3,25 kg Usia 2 bulan: 4 kg Usia 6 bulan: 5 kg Usia 12 bulan: 6 kg

a.

apa interpretasi dari riwayat pertumbuhan anak usia 0-12 bulan? jawaban: Usia 1 bulan: 3,25 kg (normal) 3-6,6 kg BB mgg II+250+250: 2500+500: 3000 mg: 3 kg Usia 2 bulan: 4 kg (normal) 3,8-8 kg 3000mg+250+250+250+250: 4000 mg: 4 kg Usia 6 bulan: 5 kg (kurang) 5,6-11 kg 4000 mg+1000+600+600+600: 6800 mg :6,8 kg Usia 12 bulan: 6 kg (kurang) 7-13,4 kg 6800+450+450+450+350+350+350: 9200 mg: 9,2 kg

24

b.

berapa normal kenaikan berat badan pada balita? jawaban: BBL Mg I Mg II Tw I Tw II Tw III TW IV Atau : 5-6 bl 1 th 2 th : 2 x BBL : 3 x BBL : 4 x BBL : 5 x BBL : 2,7 4,1 kg : BB turun tidak > 10% : BB minimal = BBL : naik 150-250 g/mg : naik 500-600 g/bl : naik 350-450 g/bl : naik 250-350 g/bl

1. 5 th c.

apa yang dimaksud dengan pertumbuhan? jawaban: Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler,

berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Jadi bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian dapat kita ukur dengan mempergunakan satuan panjang dan satuan berat. Tahapan Tumbuh-Kembang: 1. Masa prenatal atau masa intra uterin Masa embrio (sejak konsepsi sampai umur kehamilan 9 minggu) Masa fetus (sejak umur 9 minggu sampai kelahiran) : masa fetus dini (9 minggutrimester kedua) dan masa fetus lanjut (trimester akhir) 2. Masa postnatal atau masa setelah lahir Masa neonatal (0-28 hari) Masa bayi : Masa bayi dini (1-12 bulan), masa bayi akhir (1-2 tahun) Masa prasekolah (2-6 tahun) 25

Masa sekolah atau masa prapubertas (wanita 6-10 tahun, laki-laki 8-12 tahun) Masa adolesensi atau masa remaja (wanita 10-18 tahun, laki-laki 12-20 tahun)

Ciri-ciri Pertumbuhan: 1. Perubahan ukuran 2. Perubahan Proporsi 3. Hilangnya cirri-ciri lama 4. Timbulnya cirri-ciri baru Ciri-ciri pertumbuhan mempunyai keunikan: 1. 2. Kecepatan pertumbuhan yang tidak teratur Masing-masing organ memiliki pola pertumbuhan yang berbeda Secara umum terdapat 4 pola kurva pertumbuhan, yaitu: Pola pertumbuhan umum, pola pertumbuhan organ limfoid, pola pertumbuhan otak dan kepala, pola pertumbuhan organ reproduksi. d. apa saja faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan? jawaban: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan: 1. 2. Faktor dalam (internal) Faktor luar (eksternal/lingkungan) 1. faktor internal a. Perbedaan ras/etnik atau bangsa Bila seseorang dilahirkan sebagai ras orang eropa maka tidak mungkin ia memiliki faktor herediter ras orang indonesia atau sebaliknya. Tinggi badan tiap bangsa berlainan, pada umumnya ras orang kulit putih mempunyai ukuran tungkai yang lebih panjang daripada ras orang mongol. b. Keluarga Ada kecenderungan keluarga yang tinggi-tinggi dan ada keluarga yang gemuk-gemuk 26

c. Umur Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan, dan masa remaja d. Jenis kelamin Wanita lebih cepat dewasa dibanding anak laki-laki. Pada masa pubertas wanita umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-laki dan kemudian setelah melewati masa pubertas laki-laki akan lebih cepat e. Kelainan genetik Sebagai salah satu contoh achondroplasia yang menyebabkan dwarfisme, sedangkan sindroma marfan terdapat pertumbuhan tinggi badan yang berlebihan f. Kelainan kromosom Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma downs dan sindroma turners 2. faktor eksternal/lingkungan 2.1 faktor pranatal a. Gizi Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin b. Mekanis Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot c. Toksin/zat kimia Aminopterin dan obat kontrasepsi dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis d. Endokrin Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal. e. Radiasi 27

Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung. f. Infeksi Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (toksoplasma, rubella, sitomegalo virus, herpes simplek) PMS (penyakit menular seksual)serta penyakit virus lainnya dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital g. Kelainan imunologi Eritroblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah merah janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin; kemudia melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern icterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak. h. Anoksia embrio Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu. i. Psikologis ibu Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/ kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain. 2.2 faktor persalinan Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak 2.3 pasca natal a. Gizi Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat. b. Penyakit kronis / kelainan kongenital 28

Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan, mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani c. Lingkungan fisis dan kimia Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu(Pb, mercuri, rokok, dan lain-lain) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumban anak d. Psikologis Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan didalam pertumbuhan dan perkembangannya e. Endokrin Gangguan hormon misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan. Defisiensi hormon pertumbuhan akan menyebabkan anak menjadi kerdil. f. Sosio-ekonomi Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak g. Lingkungan pengasuhan Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak h. Stimulasi Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak terhadap kegiatan anak, perlakuan ibu terhadap anak i. Obat-obatan

29

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf pusat yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan e. bagaimana cara memantau pertumbuhan dan perkembangan anak? jawaban: Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak di Indonesia menggunakan kartu Menuju Sehat (KMS) KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter. KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak. KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan- nya. KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit. KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000). Manfaat KMS (Kartu Menuju Sehat) Manfaat KMS adalah : 1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi,

30

penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI. 2. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak 3. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi. (Depkes RI, 2000) Cara Memantau Pertumbuhan Balita Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya (Depkes RI, 2000).

31

8.

Riwayat perkembangan: Tengkurap 4 bulan, bisa berbalik sendiri usia 5 bulan, bisa duduk usia 10 bulan, berdiri usia 18 bulan

a.

bagaimana interpretasi perkembangan rudi? jawaban: - 4 bulan: tengkurap (normal) - 5 bulan: bisa berbalik sendiri (normal) - 10 bulan: duduk (tidak normal) - 6-9 bulan: duduk sendiri - 18 bulan: berdiri (tidak normal) Berdiri sendiri tanpa dibantu pada usia 9-12 bulan.

b.

bagaimana tahap perkembangan anak normal?456 jawaban: 32

TAHAPAN PERKEMBANGAN ANAK MENURUT UMUR Perkembangan fisis dan mental 0-24 bulan (gerakan kasar dan halus, emosi, sosial, perilaku, bicara) 0-3 bulan : Belajar mengangkat kepala Mengikuti obyek dengan matanya Melihat muka orang dan tersenyum Bereaksi terhadap suara/bunyi Mengenai ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak Mengoceh spontan

3-6 bulan : Mengangakat kepala 900 dan mengangkat dada dengan bertopang tangan Berusaha meraih benda-benda di mulut Menaruh benda-benda di mulut Tertawa atau menjerit bila diajak bermain Berusaha mencari benda-benda yang hilang

6-9 bulan : Sudah dapat tengkurap dan berbalik sendiri dapat duduk tanpa dibantu Dapat merangkak Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lain 33

Memegang benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk Mengeluarkan kata tanpa arti Takut kepada orang asing Berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-sembunyian

9-12 bulan : Berdiri sendiri tanpa dibantu Berjalan dituntun Menirukan suara, belajar menyatakan satu atau 2 kata Mengerti perintah/larangan sederhana Selalu ingin mengeksplorasikan dan memasukkan semua benda ke mulutnya Berpartisipasi dalam permainan

12-18 bulan : Berjalan dan mengeksplorasikan rumah dan sekililing rumah Menyusun 2 atau 3 kotak Mengucapkan 5-10 kata Memperlihatkan rasa cemburu dan bersaing

18-24 bulan : Naik turun tangga Menyusun 6 kotak Menunjuk mata dan hidungnya 34

Menyusun kalimat dengan 2 kata Belajar makan sendiri Belajar mengontrol buang air kecil/besar Menaruh minat apa yang dikerjakan orang-orang yang lebih besar Bermain-main dengan anak-anak lain

35

36

c.

apa yang dimaksud dengan perkembangan? jawaban: Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya jauh lebih sulit daripada pengukuran pertumbuhan. Ciri-ciri Perkemabngan: 1. 2. Perkembangan perubahan Perkembangan menentukan selanjutnya 3. 4. 5. 6. Perkembangan pola yang tetap Perkembangan Perkembangan Perkembangan memiliki mempunyai berkorelasi tahap yang berurutan kecepatan yang berbeda dengan pertumbuhan 9. a. Riwayat imunisasi: Belum pernah di imunisasi mempunyai awal pertumbuhan melibatkan

apa saja imunisasi yang seharusnya didapatkan oleh rudi? jawaban: Program Pengembangan Imunisasi Kemenkes RI: - BCG : Bacille Calmete Guerin (vaksin anti-tuberkulosis) - DPT : Difteria, pertusis, tetanus - Hepatitis B - Polio - Campak

37

b.

apa dampak belum pernah diberikan imunisasi? Fungsi dari imunisasi adalah membentuk kekebalan pada anak terhadap penyakit menular secara umum. Dampak belum pernah diimunisasi adalah: tidak terbentuknya sistem kekebalan pada anak khususnya untuk penyakit menular secara umum sehingga penyakit tersebut akan mudah menyerang.

c.

apa hubungan belum pernah diberi imunisasi dengan keluhan rudi?123 jawaban: Rudy tidak memiliki system kekebalan (imunisasi BCG) terhadap penyakit menular secara umum, contohnya adalah Tuberkulosis, sehingga apabila Rudi terpapar Mycobacterium Tuberkulosis maka akan dengan mudah menginfeksi Rudi.

10.

Pemeriksaan fisik: Keadaan umum: tampak kurus, apatis, cengeng, berat badan 7,0 kg, panjang badan 75 cm, lingkar kepala 45 cm, lingkar lengan atas 9 cm 38

Tanda vital: HR: 112x/menit, RR: 32x/menit, Temperatur: 37,5 c Keadaan spesifik: Thoraks: Iga gambang (piano sign) Abdomen: Cekung Genitalia: Baggy pants (+) a. apa interpretasi pemeriksaan fisik? jawaban: Keadaan umum: tampak kurus: : karena sebagian besar jaringan lemak dan otot pada tubuh hilang, maka bayi akan terlihat sangat kurus. Kurus ( vel over been) merupakan gejala klinis dari asupan gizi bayi yang tidak adekuat. Secara spesifiknya merupakan tanda dari bayi yang menderita marasmus. Apatis: kesadarannya menurun karena gizi buruk Tingkatan kesadaran: 1. 2. 3. 4. Compos Mentis(conscious),yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriakteriak, berhalusinasi, kadang berhayal. Somnolen(Obtundasi, Letargi),yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal. 5. 6. Stupor (soporo koma)yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri. Coma (comatose)yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

39

Cengeng karena masih merasa lapar berat badan 7 kg: Berdasarkan table WHO BB/U Rudi adalah < -3SD: gizi buruk (underweight) BB/PB Rudi adalah < -3SD: gizi buruk (wasting)

panjang badan 75 cm PB/U Rudi adalah < -3SD: gizi buruk (Stunting) lingkar kepala 45 cm : < -2 SD : Mikrosepali lila 9 cm: gizi buruk LLA (cm): < 12.5 cm = gizi buruk (merah), 12.5 13.5 cm = gizi kurang (kuning), >13.5 cm = gizi baik (hijau) Tanda Vital:

HR: 112x/ menit: 80-150x/ menit RR: 32x/ menit: 25-50x/menit T: 37,5 c: 36,5-37,5 c Keadaan spesifik:

Kepala Rambut kepala tipis warna hitam kekuningan tidak mudah dicabut Gizi buruk mempengaruhi kondisi kesehatan rambut secara umum. anak-anak yang mengalami gangguan gizi berat, rambutnya tampak kekuningan dan tidak sehat karena terjadi penurunan produksi pigmen rambut.

Thoraks: Iga gambang (piano sign) Tulang iga tampak jelas karena terjadi penyusutan jaringan lemak dan otot pada regio toraks dan abdomen (dengan kata lain seluruh tubuh)

Abdomen Cekung Abdomen cekung karena terjadi penyusutan jaringan lemak di daerah abdomen.

Genitalia 40

Beggy pants (+) Menandakan ketiadaan/sangat sedikitnya jaringan lemak subkutan. Manifestasinya, pada daerah pantat tampak seperti memakai celana longgar (pantat berkeriput). Status neurologikus: Garakan normal, kekuatan 4 Derajat 5 4 3 2 1 0 11. Gejala Tampak kurus Rambut tipis mudah di lepas Infeksi berulang Iga gambang Abdomen cekung Baggy pants Penurunan BB DD. jawaban: Kasus + + + + + + + Marasmus + + + + + + Kwashiorkor + + Marasmuskwashiorkor + + + Kekuatan Otot Kekuatan normal Pergerakan aktif terhadap gravitasi dan tekanan Pergerakan aktif terhadap gravitasi tetapi tidak terhadap tekanan Pergerakan aktif tetapi tidak dapat melawan gravitasi Hanya terdapat kedutan (flicker) Tidak ada kontraksi

Tidak terlihat karena edema

12.

Pemeriksaan penunjang dan Penegakan Diagnosis jawaban:

Anamnesis: Keluhan Utama: Demam lama hilang timbul dan batuk selama 6 bulan. 41

Berat badan tidak normal dan belum bisa berjalan pada usia 24 bulan Riwayat Perjalanan Penyakit Usia 6 bulan: BB 5 kg (tidak normal) (gangguan pertumbuhan) Usia 6-9 bulan : belum bisa duduk sendiri (keterlambatan perkembangan motorik) Usia 9-12 bulan : belum bisa Berdiri sendiri tanpa dibantu (keterlambatan perkembangan motorik) Usia 12 bulan: BB 6 kg (tidak normal) (gangguan pertumbuhan) Usia 18 bulan: batuk (6 bulan: batuk kronik) Usia 24 bulan: belum bisa berjalan, Berat badan tidak sesuai dengan anak-anak seusianya, demam lama hilang timbul Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit dalam Keluarga Tinggal bersama nenek yang sedang menjalani pengobatan rutin di Puskesmas (Suspect Tb) Riwayat Sosial Ekonomi Intake nutrisi tidak sesuai dengan kebutuhan seusianya Anamnesis tambahan yang perlu ditanyakan: a. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran b. Riwayat makanan yang lebih lengkap c. Riwayat perkembangan d. Riwayat Pertumbuhan

Pemeriksaan fisik Anthropometrik : BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan menurut umur), LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur), BB/TB (berat badan menurut tinggi badan), LLA/TB (lingkar lengan atas menurut tinggi badan) Kurus 42

Apatis Cengeng Rambut kepala tipis warna hitam kekuningan tidak mudah dicabut Iga gambang Abdomen cekung Beggy pants (+)

Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan biokimiawi/ laboratorium. Glucosa darah Pemeriksaan apusan darah Hemoglobin Pemeriksaan urin dan kultur. Pemeriksaan feses Albumin HIV test Tuberculin test Pemeriksaan radiologis. Jarang dilakukan, Radiografi toraks dilakukan jika ada indikasi infeksi pulmonal, cardiomegali, dan gangguan organ dalam toraks yang lain. 13. WD456 jawaban: gizi buruk (marasmus) dan suspect Tb 14. Tatalaksana789 jawaban: A. Pelayanan rutin yang dilakukan di puskesmas berupa 10 langkah penting yaitu: 1. Atasi/cegah hipoglikemia 43

2. Atasi/cegah hipotermia 3. Atasi/cegah dehidrasi 4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit 5. Obati/cegah infeksi 6. Mulai pemberian makanan 7. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth) 8. Koreksi defisiensi nutrien mikro 9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental 10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh. B. SEPULUH LANGKAH UTAMA PADA TATA LAKSANA KEP BERAT/GIZI BURUK 1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia (kadar gula dalam darah rendah) Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak dengan KEP berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan saring/cair 2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok. Jika anak mengalami gangguan kesadaran, berikan infus cairan glukosa dan segera rujuk ke RSU kabupaten. 2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia (suhu tubuh rendah) Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 36 0 C. Pada keadaan ini anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau orang dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru). Perlu dijaga agar anak tetap dapat bernafas. Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan meletakkan lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat apalagi sampai menyentuh anak. Selama masa penghangatan ini dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur (bukan ketiak) setiap setengah jam sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap dibungkus dengan selimut atau pakaian rangkap agar anak tidak jatuh kembali pada keadaan hipothermia. 3. Pengobatan dan Pencegahan kekurangan cairan

44

Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk dengan dehidrasi adalah : Ada riwayat diare sebelumnya Anak sangat kehausan Mata cekung Nadi lemah Tangan dan kaki teraba dingin Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama. Tindakan yang dapat dilakukan adalah : Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut ReSoMal (lampiran 4). Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum, lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan NaCL dengan perbandingan 1:1 4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya : Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)

Ketidakseimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu. Berikan : Makanan tanpa diberi garam/rendah garam Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (dengan penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula atau bila balita KEP bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral ( Zn, Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk makanan lumat/lunak 45

Contoh bahan makanan sumber mineral Sumber Zink Sumber Cuprum Sumber Mangan Sumber Magnesium Sumber Kalium :daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur ayam :daging, hati. :beras, kacang tanah, kedelai. :kacang-kacangan, bayam. :jus tomat, pisang, kacang2an, apel, alpukat, bayam, tanpa lemak. 5. Lakukan Pengobatan dan pencegahan infeksi Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi buruk secara rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis sebagai berikut : UMUR ATAU BERAT BADAN Tablet dewasa 80 mg trimeto mg sulfametok sazol 2 sampai 4 bulan (4 - < 6 kg) 4 sampai bulan (6 - < 10 Kg) 12 bln s/d 5 thn (10 - < 19 Kg) 1 3 46 7,5 ml 10 ml 12 2 5 ml 5 ml 1 2,5 ml 2,5 ml Tablet Anak 20 mg trimeto Sirup/5ml 40 mg trimeto sulfametok sazol per 5 ml KOTRIMOKSASOL (Trimetoprim + Sulfametoksazol) Beri 2 kali sehari selama 5 hari AMOKSISILIN Beri 5 hari Sirup 3 kali sehari untuk daging

prim + 100 mg prim + 200 mg 125 mg sazol

prim + 400 sulfametok

Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai 9 bulan Catatan : Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita penyakit infeksi, maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar infeksi tidak menjadi lebih parah. Bila tidak ada perbaikan atau terjadi komplikasi rujuk ke Rumah Sakit Umum. 6. Pemberian makanan balita KEP berat/Gizi buruk Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu : Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi Fase Stabilisasi ( 1-2 hari) Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang. Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisma basal saja. Formula khusus seperti Formula WHO 75/modifikasi/Modisco yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut diatas dengan persyaratan diet sebagai berikut : Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa Energi : 100 kkal/kg/hari Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari) Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO 75/pengganti/Modisco dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco atau pengganti dan jadwal pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak Keterangan : Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)

47

Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco dalam sehari, maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik ( dibutuhkan ketrampilan petugas )

Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam dan pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)

Pantau dan catat : Jumlah yang diberikan dan sisanya Banyaknya muntah Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja Berat badan (harian) selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan edema , mula-mula berat badannya akan berkurang kemudian berat badan naik 7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth) Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi : Fase Transisi (minggu ke 2) Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan untuk menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak. Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama. Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200 ml/kgbb/hari). Pemantauan pada fase transisi: 1. frekwensi nafas 2. frekwensi denyut nadi 48

Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali /menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas. 3. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi: Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering. Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari Protein 4-6 gram/kg bb/hari Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO 100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar. Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi : Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari Protein 4-6 g/kgbb/hari

Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan Formula ( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar. Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga Pemantauan fase rehabilitasi Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan : Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan. Setiap minggu kenaikan bb dihitung. Baik bila kenaikan bb 50 g/Kg bb/minggu. Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi menyeluruh.

TAHAPAN PEMBERIAN DIET FASE STABILISASI : FORMULA WHO 75 ATAU PENGGANTI FASE TRANSISI : FORMULA WHO 75 FORMULA WHO 100 ATAU PENGGANTI

49

FASE REHABILITASI

FORMULA WHO 135 (ATAU PENGGANTI) MAKANAN KELUARGA

8. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan mineral. Walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe). Tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya pada minggu ke 2). Pemberian besi pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya. Berikan setiap hari : Tambahan multivitamin lain Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat atau sirup besi dengan dosis sebagai berikut : Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi UMUR DAN BERAT BADAN 6 sampai 12 bulan (7 - < 10 Kg) 12 bulan sampai tahun 9. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, karenanya berikan : Kasih sayang Ciptakan lingkungan yang menyenangkan Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 30 menit/hari Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb) TABLET BESI/FOLAT 0,25 mg Asam Folat Berikan 3 kali sehari tablet 5 tablet SIRUP BESI Berikan 3 kali sehari 2,5 ml (1/2 sendok teh) 5 ml (1 sendok teh) Sulfas ferosus 200 mg + Sulfas ferosus 150 ml

50

10.Persiapan untuk tindak lanjut di rumah Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di rumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau bidan di desa. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah setelah pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan seperti pada lampiran 5, dan aktifitas bermain. Nasehatkan kepada orang tua untuk : Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara teratur di Puskesmas Pelayanan di PPG (lihat bagian pelayanan PPG) untuk memperoleh PMT-Pemulihan selama 90 hari. Ikuti nasehat pemberian makanan (lihat lampiran 5) dan berat badan anak selalu ditimbang setiap bulan secara teratur di posyandu/puskesmas. pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang padat penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau 100.000 SI ) sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan Agustus. 15. Prognosis jawaban: Dubia ad bonam

16.

Komplikasi jawaban:

Komplikasi dari marasmus meliputi: - Infeksi - Tuberculosis - Parasitosis - Disentri, malnutrisi kronis, gangguan tumbuh kembang Komplikasi yang mungkin terjadi akibat marasmus meliputi: - Devisiensi vitamin A - TBC paru-paru 51

- Bronkopnemani - Askariasis atau, - Intoleran Laktosa 1. Jangka pendek: gangguan fungsi vital karena hipoglikemia, hipotermi, dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit asam basa, infeksi berat (septikemia), hambatan penyembuhan penyakit penyerta 2. Jangka panjang: stunting, berkurangnya potensi tumbuh kembang

17.

KDU jawaban:

Tingkat Kemampuan 4: Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan mampu menangani problem itu secara mandiri hingga tuntas.

Tingkat kemampuan 4 : mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas. 4a : kompetensi yang dicapai setelah lulus dokter 18. Pandangan islam123 jawaban: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang maruf.Seseorang tidak dibebani melainkan 52

menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Qs Al Baqarah (2) : 233). 2.6 Kerangka Konsep Asupan nutrisi

Terjadi kompensasi dari tubuh Jangka panjang Kurang energy protein (marasmus) - Iga gambang - Baggy pants - Abdomen cekung - Kurus - Apatis, cengeng Belum pernah imunisasi

Imunitas rendah Nenek berobat rutin

Gangguan Pertumbuh (kegagalan dalam penambahan BB= BB tidak sama dg anak seusianya) Gangguan Perkembang (18 bulan belum bisa 2.7 Kesimpulan berjalan) dikarenakan oleh gizi buruk (marasmus).

Mudah terinfeksi

Demam dan batuk Suspect Tb

Rudi laki-laki usia 24 bulan mengalami gangguan tumbuh kembang dan suspect terinfeksi Tb

53

Daftar Pustaka Al-Quranul Karim dan Al- hadist Ali, Muhammad. 2000. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta; Pustaka Amani Arvin, Behrman Kliegman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 3. Ed. 15. Jakarta : EGC.

54

Buku Ajar Patologi Robins/editor, Vinay Kumar, Ramzi S Cotran, Stanley L, Robins; alih bahasa, Bram U.Pendit; editor edisi bahasa indonesia, Huriawati Hartanto-ed.7Jakarta:EGC,2007. Depkes RI. 2000. Pedoman Tatalaksana Kekurangan Energi Protein Pada Anak di Rumah Sakit Kabupaten/Kodya. Jakarta Guyton, Hall.1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Edisi Pertama. 2002. Jakarta: Pengurus Pusat IDAI. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Neonatologi. Edisi Pertama. 2012. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. Kumala, Poppy. 1998. Kamus Kedokteran Dorlan, Jakarta; EGC Matondang,S.2000.Diagnosis Fisis pada Anak.Jakarta : PT.Sagung Seto Price, Sylvia dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta; EGC Supariasa, N, Bakri, B, Fajar, I. Penilaian Status Gizi, Penerbit EGC, Jakarta.2001 Tanuwijaya, S. 2003. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC.

55

Anda mungkin juga menyukai