Anda di halaman 1dari 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep dasar 1. Pengertian a.

Asthma Bronkiale Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah mendapat pengobatan,(Tjen Daniel, 1 b. "tatus Astmatikus "tatus Asthmatikus merupakan serangan asthma berat yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan kon#ensional dan merupakan keadaan darurat medik ,bila tidak diatasi dengan cepat akan terjadi gagal pernafasan, (Aryanto "u$ondo, karnen B. Barata$idjaja, 1 &aktor yang mempengaruhi timbulnya masalah a. Anatomi dan fisiologi Pernafasan (respirasi! adalah peristi$a menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen kedalam tubuh. "erta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida ('()! sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi (*orraine +.$ilson,1 %!. "ecara garis besar saluran pernafasan dibagi menjadi dua ,ona, ,ona konduksi yang dimulai dari hidung, faring, laring,trakea, bronkus, bronkiolus segmentalis dan berakir pada bronkiolus terminalis. "edangkan ,ona respiratoris dimulai dari bronkiolus respiratoris, duktus al#eoli dan berakhir pada sakus al#eulus terminalis (-.*.../asmin, 1 % dan "yaifuddin,1 0!. "aluran pernafasan mulai dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. 1etika udara masuk kerongga hidung, udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan. 1etiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epiotel thorak yang bertingkat, bersilia dan bersel goblet.Permukaan epitel dilapisi oleh lapisan mukus yang sisekresi sel goblet dan kelenjar serosa. Partikel2partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut2rambut yang terdapat dalam lubang hidung. "edangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus untuk kemudian dibatukkan atau ditelan. Air %!. 1!.

untuk kelembapan diberikan oleh lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplai keudara inspirasi berasal dari jaringan diba$ahnya yang kaya dengan pembulu darah, sehingga bila udara mencapai faring hampir bebas debu,bersuhu mendekati suhu tubuh dan kelembapanya mencapai 1334 (*orraine +. 5ilson, 1 %!. 6dara mengalir dari hidung kefaring yang merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. &aring dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu 7 nasofaring, orofaring dan laringofaring. Diba$ah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat follikel getah bening yang dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat dua buah tonsil kiri dan kanan dari tekak, ("yaifuddin,1 0!. *aring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak didepan bagian faring sampai ketinggian #ertebra ser#ikalis dan masuk ke trakea di ba$ahnya ("yaifuddin,1 0!. *aring merupakan rangkaian cincin tulang ra$an yang dihubungkan oleh otot dan mengandung pita suara. Diantara pita suara terdapat glotis yang merupakan pemisah saluran pernafasan bagian atas dan ba$ah. Pada saat menelan, gerakan laring keatas, penutupan dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dari epiglotis yang berbentuk daun berperan untuk mengarahkan makanan ke esofagus, tapi jika benda asing masih bisa melampaui glotis, maka laring mempunyai fungsi batuk yang akan membantu merngeluarkan benda dan sekret keluar dari saluran pernafasan bagian ba$ah, (*arroin +.5, 1 %!. Trakea dibentuk 18 sampai dengan )3 cincin tulang ra$an, yang berbentuk seperti kuku kuda dengan panjang kurang lebih % inci ( 211 cm!, lebar ),% cm, dan diantara kartilago satu dengan yang lain dihubaungkan oleh jaringan fibrosa, sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar(sel bersilia! yang hanya bergerak keluar. "el2sel bersilia ini berguna untuk mengeluarkan benda2benda asing yang masuk bersama udara pernafasan, dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos dan lapisan mukusa, ("yaifuddin,1 0!. Bronkus merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yamg terdapat pada ketinggian #ertebra torakalis ke 9: dan :. "edangkan tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kanan dan kiri disebut karina. 1arina memiliki banyak syaraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika batuk dirangsang . Bronkus utama kanan lebih pendek , lebih besar dan lebih #ertikal dari yang kiri. Terdiri dari 82;

cincin, mempunyai tiga cabang. Bronkus utama kiri lebih panjang,dan lebih kecil, terdiri dari ("yaifuddin,1 0!. 1 mm. 21) cicin serta mempunyai dua cabang,

Bronkiolus terminalis merupakan saluran udara kecil yang tidak mengandung al#eoli (kantung udara! dan memiliki garis Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang ra$an, tapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukuranya dapat berubah. "eluruh saluran uadara ,mulai dari hidung sampai bronkiolus terminalis ini disebut saluran penghantar udara atau ,ona konduksi. Bronkiolus ini mengandung kolumnar epitellium yang mengandung lebih banyak sel goblet dan otot polos, diantaranya strecch reseptor yang dilanjutkan oleh ner#us #agus, (*orraine +. 5ilson,1 %!. "etelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru , yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari 7 Bronkiolus respiratoris, duktus al#eolaris dan sakus al#eolaris terminalis yang merupakan struktur akhir dari paru. (*orraine +.5ilson,1 % !. "ecara garis besar fungsi pernafasan dapat dibagi menjadi dua yaitu pertukaran gas dan keseimbangan asam basa. &ungsi pertukaran gas ada tiga proses yang terjadi. Pertama #entilasi, merupakan proses pergerakan keluar masuknya udara melalui cabang2cabang trakeo bronkial sehingga oksigen sampai pada al#eoli dan karbondioksida dibuang. Pergerakan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan. 6dara akan mengalir dari tekanan yang tianggi ke tekanan yang rendah. "elama inspirasi #olume thorak bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat. Peningkatan #olume ini menyebabkan menurunan tekanan intra pleura dari <= mm>g (relatif terhadap tekanan atmosfir! menjadi sekita < ;mm>g. Pada saat yang sama tekanan pada intra pulmunal menurun <) mm>g (relatif terhadap tekanan atmosfir!. "elisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menyebabkan udara mengalir kedalam paru sampai tekanan saluran udara sama dengan tekanan atmosfir. Pada ekspirasi tekanan intra pulmunal bisa meningkat 12) mm>g akibat #olume torak yang mengecil sehingga udara mengalir keluar paru,(*orraine +. 5ilson,1 %!. Proses kedua adalah difusi yaitu masuknya oksigen dari al#eoli ke kapiler melalui membran al#eoli2kapiler. Proses ini terjadi karena gas mengalir dari tempat yang tinggai tekanan parsialnya ketempat yang lebih rendah tekanan partialnya. (ksigen dalam al#eoli mempunyai

tekanan partial yang lebih tinggi dari oksigen yang berada didalam darah. 1arbondioksida darah lebih tinggi tekanan partialnya dari pada karbondioksida dial#eoli. Akibatnya karbondioksida mengalir dari darah ke al#eoli,(?ohn .ibson,1 %!. Proses ketiga adalah perfusi yaitu proses penghantaran oksigen dari kapiler ke jaringan melalui transpor aliran darah. (ksigen dapat masik ke jaringan melalui dua jalan 7 pertama secara fisik larut dalam plasma dan secara kimia$i berikata dengan hemoglobin sebagai oksihemoglobin, sedangkan karbondioksida ditransportasi dalam darah sebagai bikarbonat, natrium bikarbonat dalam plasma dan kalium bikarbonat dalam sel2sel darah merah. "atu gram hemoglobin dapat mengika 1,@= ml oksigen. 1arena konsentrasi hemoglobin rata2rata dalam darah orang de$asa sebesar 1% gram, maka )3,1 ml oksigen bila darah jenuh total ( "a () A 1334 !,bila darah teroksigenasi mencapai jaringan . (ksigen mengalir dari darah masuk ke cairan jaringan karena tekanan partial oksigen dalam darah lebih besar dari pada tekanan dalam cairan jaringan. Dari dalam cairan jaringan oksigen mengalir kedalan sel2sel sesuai kebutuhan masing2masing. "edangkan karbondioksida yang dihasilkan dalam sel mengalir kedalam cairan jaringan. Tekanan partial karbondioksida dalam jaringan lebih besar dari pada tekanan dalam darah maka karbondioksida mengalir dari cairan (*orraine +.5ilson, 1 %!. jaringan kedalam darah

&ungsi sebagain pengaturan keseimbangan asam basa 7 p> darah yang normal berkisar 0,@% < 0,=%. "edangkan manusia dapat hidup dalam rentang p> 0,3 < 0,=%. Pada peninggian '( ) baik karena kegagalan fungsi maupun tambahnya produksi '() jaringan yang tidak dikompensasi oleh paru menyebabkan perubahan p> darah. Asidosis respiratoris adalah keadaan terjadinya retensi '() atau '() yang diproduksi oleh jaringan lebih banyak dibandingkan yang dibebaskan oleh paru. "edangkan alkalosis respiratorius adalah suatu keadaan Pa '( ) turun akibat hiper #entilasi, (>udak dan .allo,1 b. Patofisiologi "uatu serangan asthma timbul karena seorang yang atopi terpapar dengan alergen yang ada dalam lingkungan sehari2hari dan membentuk imunoglobulin B ( 9gB !. &aktor atopi itu diturunkan. Alergen yang masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan lain2lain akan ditangkap makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cell (AP'!. "etelah 0 !.

alergen diproses dalan sel AP', alergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. "el Th memberikan signal kepada sel B dengan dilepaskanya interleukin ) ( 9*2) ! untuk berpoliferasi menjadi sel plasma dan membentuk imunoglobulin B ( 9gB !. 9gB yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil yang ada dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadai pada seseorang, maka orang itu sudah disensitisasi atau baru menjadi rentan. Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat oleh 9g B yang sudah ada dalam permukaan mastoit dan basofil. 9katan ini akan menimbulkan influk 'aCC kedalam sel dan perubahan didalam sel yang menurunkan kadar cA+P. Penurunan pada kadar cA+P menimbulkan degranulasi sel. Degranulasi sel ini akan menyebabkan dilepaskanya mediator2mediator kimia yang meliputi 7 histamin, slo$ releasing suptance of anaphylaksis ( "D"2A!, eosinophilic chomotetik faktor of anaphylacsis (B'&2A! dan lain2lain. >al ini akanmenyebabakan timbulnya tiga reaksi utama yaitu 7 kontraksi otot2otot polos baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang akan menimbulkan bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang menambah semakin menyempitnya saluran nafas , peningkatansekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus. Tiga reaksi tersebut menimbulkan gangguan #entilasi, distribusi #entilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi gas ditingkat al#eoli, akibatnya akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada tahap yangsangat lanjut, (Barbara '.*,1 1 %! Berdasarkan etiologinya, asthma dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu asthma intrinsik dan asthma ektrinsik. Asthma ektrinsik (atopi! ditandai dengan reaksi alergik terhadap pencetus2pencetus spesifik yang dapat diidentifikasi seperti 7 tepung sari jamur, debu, bulu binatang, susu telor ikan obat2obatan serta bahan2bahan alergen yang lain. "edangkan asthma intrinsik ( non atopi ! ditandai dengan mekanisme non alergik yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik seperti 7 6dara dingin, ,at kimia,yang bersifat sebagai iritan seperti 7 o,on ,eter, nitrogen, perubahan musim dan cuaca, aktifitas fisik yang berlebih , ketegangan mental serta faktor2faktor intrinsik lain. ( Antoni ', 1 0 dan Tjen Daniel, 8, 1arnen B. 1 =, 5illiam D.".

1 !. "erangan asthma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga

stadium. "tadium pertama ditandai dengan batuk2batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan pembengkakan bronkus. "tadiun kedua ditandai dengan batuk disertai mukus yang jernih dan berbusa. 1lien merasa sesak nafas, berusaha untuk bernafas dalam, ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi ($hee,ing !. 1lien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur, penberita tampak pucat, gelisah, dan $arna kulit sekitar mulai membiru. "edangkan stadiun ketiga ditandai hampir tidak terdengarnya suara nafas karena aliran udara kecil, tidak ada batuk,pernafasan menjadi dangkal dan tidak teratur, irama pernafasan tinggi karena asfiksia, ( Tjen daniel,1 c. Penatalaksanaan Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan pengobatan farmakologik. 1. Penobatan non farmakologik a! Penyuluhan Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor2faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan. b! +enghindari faktor pencetus 1lien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari c! &isioterapi &isioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. 9ni dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada. ). Pengobatan farmakologik a! Agonis beta Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika @2= kali semprot dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 13 menit. /ang termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel !. dan mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien. 1 !.

b! +etil Eantin .olongan metil Fantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang de$asa diberikan 1)%2)33 mg empatkali sehari. c! 1ortikosteroid ?ika agonis beta dan metil Fantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan kortikosteroid. "teroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate ! dengan disis ;33 empat kali semprot tiap hari. 1arena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus dia$asi dengan ketat. d! 1romolin 1romolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak2anak . Dosisnya berkisar 12) kapsul empat kali sehari. e! 1etotifen Bfek kerja sama dengan kromolin dengan dosis ) F 1 mg perhari. 1euntunganya dapat diberikan secara oral. f! 9prutropioum bromide (Atro#en! Atro#en adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator. (B#elin dan joyce *. kee, 1 = G 1arnen barata$ijaja, 1 =! @. Pengobatan selama serangan status asthmatikus a! 9nfus D* 7 D% A @ 7 1 tiap )= jam b! Pemberian oksigen = literHmenit melalui nasal kanul c! Aminophilin bolus % mg H kg bb diberikan pelan2pelan selama )3 menit dilanjutka drip Dlatau D% mentenence ()3 tetesHmenit! dengan dosis )3 mgHkg bbH)= jam. d! Terbutalin 3,)% mgH8 jam secara sub kutan. e! DeFamatason 132)3 mgH8jam secara intra #ena. f! Antibiotik spektrum luas. (Pedoman penatalaksanaan status asthmatikus 6P& paru D"6D Dr "oetomo "urabaya !. Dampak masalah a. Pada klien Penderita asthma harus merubah gaya hidup sehari2hari untuk menghindari faktor pencetus. Perubahan ini dimulai dari lingkungan

hidup sanpai dengan lingkungan kerja. Pada klien dengan serangan asthma, maka terjadi penurunan nafsu makan, minum sehingga mempengarui status nutrisi klien. Dalam istirahat klien sangat terganggu sehingga dapat menyebabkan kelelahan. Adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan oksigen mempengarui toleransi dalam melakukan akti#itas, kelelahan cepat lelah dan ketidak mampuan memenuhi AD*. 1lien dapat tumbuh dan berkembang menjadi rendah diri, merasa tidak mampu, berkepribadian labil,mudah tersinggung,gelisah dan cemas. Adanya keterbatasan aktifitas, klien lebih tergantung pada orang lain, terkadang klien tidak dapat berperan sesuai dengan peranya, (Antony '. 1 b. Pada keluarga +elihat kondisi klien dengan gejala asthma dan dira$at dirumah sakit, tentang penyebab, prognosa penyakit dan keberhasilan dari terapi, akan menimbulkan kecemasan pada keluarga. Perlunya klien dira$at dirumahsakit menimbulkan respon kehilangan pada keluarga yang ditinggalkan. Peran klien dalam keluarga sebagai sumber ekonomi akan terganggu karena klien tidak bisa masuk kerja serta pera$atan dan biaya rumah sakit yang tidak sedikit akan menjadi beban bagi keluarga. B. Asuhan Keperawatan Asuhan kepera$atan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara pera$at dengan klien, keluarga, atau masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang, optimal didalam memberikan asuhan kepera$atan dugunakan metode proses kepera$atan yang meliputi7pengkajian, diagnosa kepera$atanm, perencanaan, pelaksanaan dan e#aluasi. 1. Pengkajian a. Pengumpulan data. 1! 9dentitas klien. Pengajian mengenai nama, umur danjenis kelamin perlu di kaji pada penyakit status asthmatikus. "erangan asthma pada usia dini memberikan implikasi bah$a sangat mungkin terdapat status atopi. "edangkan serangan pada usia de$asa di mingkinkan adanya faktor non atopi. Alamat menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada, dapat mengetahui kemungkinan faktor pencetus serangan asthma. "tatus perka$inan, gangguan emosional yang timbul dalam keluarga atau lingkungan merupakan faktor pencetus serangan 0 G Tjen daniel, 1 1!.

asthma, pekerjaan, serta bangsa perlu juga digaji untuk mengetahui adanya pemaparan bahan elergen. >al lain yang perlu dikaji tentang 7 Tanggal +D", -omor Dekam +edik, dan Diagnosa medis. (Antony ', 1 0G + Amin 1 1lien @G karnen B 1 =!. )! Di$ayat penyakit sekarang. dengan serangan asthma datang mencari pertolongan dengan keluhan, terutama sesak napas yang hebat dan mendadak kemudian diikuti dengan gejala2gejala lain yaitu 7 5hee,ing, Penggunaan otot bantu pernapasan, 1elelahan, gangguan kesadaran, "ianosis serta perubahan tekanan darah. Perlu juga dikaji kondisi a$al terjadinya serangan. @! Di$ayat penyakit dahulu. Penyakit yang pernah diderita pada masa2masa dahulu seperti infeksi saluran napas atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, polip hidung. Di$ayat serangan asthma frekuensi, $aktu, alergen2alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan serta ri$ayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asthma (Tjen Daniel, 1 =! Di$ayat kesehatan keluarga. Pada klien dengan serangan status asthmatikus perlu dikaji tentang ri$ayat penyakit asthma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitifitas pada penyakit asthma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik oleh lingkungan, (>ood Alsagaf, 1 @! .angguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan asthma baik ganguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar sampai lingkungan kerja. "eorang yang punya beban hidup yang berat berpotensial terjadi serangan asthma. yatim piatu, ketidak harmonisan hubungan dengan orang lain sampai ketakutan tidak bisa menjalankan peranan seperti semula, (Antony 'roket, 1 0 dan Tjen Daniel, 1 1!. 8! Pola fungsi kesehatan a! Pola resepsi dan tata laksana hidup sehat .ejala asthma dapat membatasi manusia untuk berprilaku hidup normal sehingga klien dengan asthma harus merubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang memungkinkan tidak terjadi serangan asthma (Antony 'rokett G1 0, Tjien Daniel G1 1, %! Di$ayat spikososial 1!

1arnen BG1

=!

b! Pola nutrisi dan metabolisme Perlu dikaji tentang status nutrisi klien meliputi, jumlah, frekuensi, dan kesulitan2kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. "erta pada klien sesak, potensial sekali terjadinya kekurangan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, hal ini karena dipsnea saat makan, laju metabolisme (>udak dan .alloG1 c! Pola eliminasi Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BA1 mencakup $arna bentuk, kosentrasi, frekuensi, jumlah serta kesulitan dalam melaksanakannya. d! Pola tidur dan istirahat Perlu dikaji tentang bagaimana tidur dan istirahat klien meliputi berapa lama klien tidur dan istirahat. "erta berapa besar akibat kelelahan yang dialami klien. Adanya $hee,ing, sesak dan ortopnea dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat klien, ( Antony 'G1 0! e! Pola aktifitas dan latihan Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian klien seperti olah raga, bekerja dan aktifitas lainnya. Aktifitas fisik dapat terjadi faktor pencetus terjadinya asthma yang disebut dengan BFerase 9nduced Asthma, (Tjien DanielG1 f! Pola hubungan dan peran .ejala asthma sangat membatasi gejala klien untuk menjalani kehidupan secara normal. 1lien perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien baik dilingkungan rumah tangga, masyarakat ataupun lingkungan kerja, (Antony ', 1 0! Perlu dikaji tentang persepsi klien tarhadap penyakitnya. Persepsi yang salah dapt menghambat respon kooperatif pada diri klien. 'ara memandang diri yang salah juga akan menjadi stresor dalam kehidupan klien. "emakin banyak stresor yang ada pada kehidupan klien dengan asthma meningkatkan kemungkinan serangan asthma yang berulang. h! Pola sensori dan kognetif g! Pola persepsi dan konsep diri 1! 0! serta ansietas yang dialami klien,

1elainan

pada

pola

persepsi

dan

kognetif

akan

memepengaruhi konsep diri klien dan akhirnya mempengaruhi jumlah stresor yang dialami klien sehingga kemungkinan terjadi serangan asthma yang berulangpun akan semakin tinggi. i! Pola reproduksi seksual Deproduksi seksual merupakan kebutuhan dasar manusia, bila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi masalah dalam kehidupan klien. +asalah ini akan menjadi stressor yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan asthma. j! Pola penangulangan stress "tress dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus serangan asthma maka perlu dikaji penyebab terjadinya stres. &rekuensi dan pengaruh terhadap kehidupan klien serta cara penanggulangan terhadap stresor, (Tjien DanielG1 k! Pola tata nilai dan kepercayaan 1edekatan klien pada sesuatu yang ia yakini dunia percayai dapat meningkatkan kekuatan ji$a klien. 1eyakinan klien terhadap Tuhan /ang +aha Bsa serta pendekatan diri pada -ya merupakan metode penanggulangan stres yang konstruktif )! Pemeriksaan fisik a! "tatus kesehatan umum Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot2otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir lengket dan posisi istirahat klien (*aura A. T.G 1 b! 9ntegumen Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji $arna rambut, kelembaban dan kusam. (1arnen B G1 c! 1epala. Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, ri$ayat trauma, adanya keluhan sakit kepala atau pusing, #ertigo kelang ataupun hilang kesadaran.(*aura A.TalbotG1 d! +ata. %!. =, *aura A. TalbotG 1 %!. %, 1arnen B G1 ;@!. 1!

Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres yang di rasakan klien. "erta ri$ayat penyakit mata lainya (*aura A. Talbot G 1 e! >idung Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung,rinitis alergi dan %! fungsi olfaktori (1arnen B.G1 =, *aura A. TalbotG1 %!!.

f! +ulut dan laring Dikaji adanya perdarahan pada gusi. .angguan rasa menelan dan mengunyah, dan sakit pada tenggorok serta sesak atau perubahan suara. (1arnen B.71 g! *eher Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesran tiroid serta penggunaan otot2otot pernafasan (1arnen B.G1 =!. h! Thorak (1! 9nspeksi Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot2otot 9nterkostalis, sifat dan irama pernafasan serta frek$ensi peranfasan.(1arnen B.G1 ()! Palpasi. Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus (*aura A.T.G1 (@! Perkusi Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah. (*aura A.T.G1 %!. (=! Auskultasi. Terdapat suara #esikuler yang meningkat disertai dengan eFpirasi lebih dari = detik atau lebih dari @F inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan 5hee,ing. (1arnen B .G1 i! 1ardio#askuler. ?antung di kaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas dan hyperinflasi suara jantung melemah. Tekanan darah dan nadi yang meningkat serta adanya pulsus paradoksus, (Dobert P.G1 =, *aura A. T.G1 %!. =!. %!. =, *aura A.T.G1 %!. =!!.

j! Abdomen. Perlu di kaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda2tanda infeksi karena dapat merangsang serangan asthma frek$ensi pernafasan, serta adanya konstipasi karena dapat nutrisi (>udak dan .alloG1 k! Bkstrimitas. Di kaji adanya edema eFtremitas, tremor dan tanda2tanda infeksi pada eFtremitas karena dapat merangsang serangan asthma,(*aura A.T.G1 @! Pemeriksaan penunjang. a! Pemeriksaan spinometri. Pemeriksaan ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol golongan adrenergik. Peningkatan &B: atau &:' sebanyak lebih dari )34 menunjukkan diagnosis asthma, (1arnen BG1 ;!. b! Tes pro#okasi brokial. Dilakukan jika pemeriksaan spinometri internal. Penurunan &B:, sebesar )34 atau lebih setelah tes pro#okasi dan denyut jantung ;32 3 4 dari maksimum di anggap bermakna bila menimbulkan penurunan PB&D 13 4 atau lebih,(1arnen B.G1 c! Pemeriksan tes kulit. 6ntuk menunjukan adanya antibodi 9gB hipersensitif yang spesifik dalam tubuh, (1arnen B.G1 d! *aboratorium. (1! Analisa gas darah. >anya di lakukan pada serangan asthma berat karena terdapat hipoksemia, hyperkapnea, dan asidosis respiratorik,(1arnen B.G1 ;!. ()! "putum. Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asthma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari adema mukasa, sehingga terlepaslah sekelompok sel < sel epitel dari perlekatannya. Pea$arnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik, (Arjadiono T.G1 (@! "el eosinofil %!. ;!. ;!. %!. 0, *aura A.T.G1 %!.

Pada penderita status asthmatikus sel eosinofil dapat mencapai 1333 < 1%33 Hmm@ baik asthma 9ntrinsik ataupun eFtrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil normal antara 1332)33Hmm@. Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat,(Arjadiono T.G1 %!. (=! Pemeriksaan darah rutin dan kimia ?umlah sel leukosit lebih dari 1%.333 terjadi karena adanya infeksi. ".(T dan ".PT meningkat disebabkan karena kerusakkan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea,(Arjadiono T.G1 e! Dadiologi Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya proses patologik diparu atau komplikasi asthma seperti pneumothorak, pneumomediastinum, atelektosis dan lain < lain, (1arnen B.G1 ;!. f! Blektrokardiogram Perubahan B1. didapat pada %34 penderita "tatus Asthmatikus, ini karena hipoksemia, perubahan p>, hipertensi pulmunal dan beban jantung kanan . "inus takikardi < sering terjadi pada asthma. b. Analisa data Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah klien. Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi pengelompokan data, mengidentifikasi kesenjangan dan menentukan pola dari data yang terkumpul serta membandingkan susunan atau kelompok data dengan standart nilai normal, menginterprestasikan data dan akhirnya membuat kesimpulan. >asil dari analisa adalah pernyataan masalah kepera$atan. ). Diagnosa 1epera$atan . Diagnosa kepera$atan adalah pernyataan yang menjelaskan status kesehatan atau masalah aktual atau potensial. Pera$at memakai proses kepera$atan dalam mengidentifikasi dan mensintesis data klinis dan menentukan inter#ensi kepera$atan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung ja$abnya, (*ismidar G 1 )!. Berikut adalah diagnosa kepera$atan yang sering muncul pada klien %!.

status astmatikus. a. 1etidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi kental peningkatan produksi mukus dan bronkospasme (*indajual '.G1 %!. 0!. b. 1etidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi dinding dada dan kelelahan akibat kerja pernafasan, (>udak dan .allo G1 (*indajual 'G1 %!. c. Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut sufokasi. d. 1erusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi '( ), peningkatan sekresi, peningkatan kerja pernafasan dan proses penyakit, ("usan +artin TuckerG1 @!. e. Desiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan laju metabolik tinggi, dipsnea saat makan dan ansietas, (>udak dan .alloG1 0!. 0!. f. Desiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan retensi sekresi, batuk tidak efektif dan imobilisasi, (>udak dan .alloG1 g. Desiko tinggi kelelahan yang berhubungan dengan retensi '( ) hipoksemia, emosi terfokus pada pernafasan dan apnea tidur, (>udak dan .alloG1 0!. h. Desiko tinggi ketidak patuhan yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi dan pera$atan diri saat pulang,("usan +artin TuckerG1 @. Perencanaan "etelah pengumpulan data klien, mengorganisasi data dan menetapkan diagnosis kepera$atan maka tahap berikutnya adalah perencanaan . Pada tahap ini pera$at membuat rencana pera$atan dan menentukan pendekatan apa yang digunakan untuk memecahkan masalah klien. Ada tiga pase pada tahap perencanaan yaitu menentukan prioritas, menentukan tujuan dan merencanakan tindakan kepera$atan, (*ismidarG1 sebagai berikut7 a. 1etidak efektifan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi peningkatan produksi mukus bronkospasme. 1! Tujuan ?alan nafas menjadi efektif. )! 1riteria hasil (a! menentukan posisi yang nyaman sehingga memudahkan kental )!. Perencanaan dari diagnosis < diagnosis kepera$atan diatas adalah @!.

peningkatan pertukaran gas. (b! dapat mendemontrasikan batuk efektif (c! dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi (d! tidak ada suara nafas tambahan @! Dencana tindakan (a! 1aji $arna, kekentalan dan jumlah sputum (b! 9nstruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk. (c! Ajarkan klien untuk menurunkan #iskositas sekresi (d! Auskultasi paru sebelum dan sesudah tindakan (e! *akukan fisioterapi dada dengan tehnik drainage postural,perkusi dan fibrasi dada. (f! Dorong dan atau berikan pera$atan mulut =! Dasional (a! 1arakteristik sputrum dapat menunjukkan berat ringannya obstruksi (b! Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif serta menimbulkan frustasi (c! "ekresi kental sulit untuyk dikeluarkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis. (d! Berkurangnya suara tambahan setelah tindakan menunjukan keberhasilan (e! &isioterpi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan sekret. (f! >ygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah bau mulut. b. 1etidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi dinding dada, dan kelelahan akibat peningkatan kerja pernafasan. 1! Tujuan 1lien akan mendemontrasikan pola nafas efektif )! 1riteria hasil (a! &rekuensi nafas yang efektif dan perbaikan pertukaran gas pada paru (b! +enyatakan faktor penyebab dan cara adaptif mengatasi faktor2 faktor tersebut @! Dencana tindakan (a! +onitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan (b! Posisikan klien dada posisi semi fo$ler

(c! Alihkan perhatian indi#idu dari pemikiran tentang keadaan ansietas dan ajarkan cara bernafas efektif (d! +inimalkan distensi gaster (e! 1aji pernafasan selama tidur (f! /akinkan klien dan beri dukungan saat dipsnea =! Dasional (a! Takipnea, irama yang tidak teratur dan bernafas dangkal menunjukkan pola nafas yang tidak efektif (b! Posisi semi fo$ler akan menurunkan diafragma sehingga memberikan pengembangan pada organ paru (c! Ansietas dapat menyebabkan pola nafas tidak efektif (d! Distensi gaster dapat menghambat kontraksi diafragma (e! Adanya apnea tidur menunjukkan pola nafas yang tidak efektif (f! Dasa ragu<ragu pada klien dapat menghambat komunikasi terapeutik. c. Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut sufokasi. 1! Tujuan Asietas berkurang atau hilang. )! 1riteria hasil (a! 1lien mampu menggambarkan ansietas dan pola fikirnya. (b! +unghubungkan peningkatan psikologi dan kenyaman fisiologis. (c! +enggunakan mekanisme koping yang efektif dalam menangani ansietas. @! Dencana tindakan. (a! 1aji tingkat ansietas yang dialami klien. (b! 1aji kebiasaan keterampilan koping. (c! Beri dukungan emosional untuk kenyamanan dan ketentraman hati. (d! 9mplementasikan teknik relaksasi. (e! ?elaskan setiap prosedur tindakan yang akan dilakukan. (f! Pertahankan periode istirahat yang telah di rencanakan. =! Dasional. (a! +engetahui tinggkat kecemasan untuk memudahkan dalam perencanaan tindakan selanjutnya. (b! +enilai mekanisme koping yang telah dilakukan serta mena$arkan alternatif koping yang bisa di gunakan.

(c! Dukungan emosional dapat memantapkan hati untuk mencapai tujuan yang sama. (d! Delaksasi merupakan salah satu metode menurunkan dan menghilangkan kecemasan (e! Pemahaman terhadap prosedur akan memotifasi klien untuk lebih kooperatif. d. 1erusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi '( ), peningkatan sekresi, peningkatan pernafasan, dan proses penyakit. 1! Tujuan 1lien akan mempertahankan pertukaran gas dan oksigenasi adekuat. )! 1reteria hasil (a! &rekuensi nafas 18 < )3 kaliHmenit (b! &rekuensi nadi 83 < 1)3 kaliHmenit (c! 5arna kulit normal, tidak ada dipnea dan .DA dalam batas normal @! Dencana tindakan (a! Pantauan status pernafasan tiap = jam, hasil .DA, pemasukan dan haluaran (b! Tempatkan klien pada posisi semi fo$ler (c! Berikan terapi intra#ena sesuai anjuran (d! Berikan oksigen melalui kanula nasal = lHmt selanjutnya sesuaikan dengan hasil Pa() (e! Berikan pengobatan yang telah ditentukan serta amati bila ada tanda < tanda toksisitas =! Dasional (a! 6ntuk mengidentifikasi indikasi kearah kemajuan atau penyimpangan dari hasil klien (b! Posisi tegak memungkinkan eFpansi paru lebih baik (c! 6ntuk memungkinkan rehidrasi yang cepat dan dapat mengkaji keadaan #askular untuk pemberian obat < obat darurat. (d! Pemberian oksigen mengurangi beban otot < otot pernafasan (e! Pengobatan untuk mengembalikan kondisi bronkus seperti kondisi sebelumnya (f! 6ntuk memudahkan bernafas dan mencegah atelektasis e. Desiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan laju metabolik tinggi, dipsnea saat makan dan

ansietas @! Tujuan Pemenuhan kebutuhan nutrisi terpenuhi =! 1riteria hasil (a! 1lien menghabiskan porsi makan di rumah sakit (b! Tidak terjadi penurunan berat badan %! Dencana tindakan (a! +engidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan nafsu makan menurun misalnya muntah dengan ditemukannya sputum yang banyak ataupun dipsnea. (b! Anjurkan klien untuk oral hygiene paling sedikit satu jam sebelum makan. (c! *akukan pemeriksaan adanya suara perilstaltik usus serta palpasi untuk mengetahui adanya masa pada saluran cerna (d! Berikan diit T1TP sesuai dengan ketentuan (e! Bantu klien istirahat sebelum makan (f! Timbang berat badan setiap hari 8! Dasional (a! +erencanakan tindakan yang dipilih berdasarkan penyebab masalah. (b! Dengan pera$atan mulut yang baik akan meningkatkan nafsu makan. (c! +engetahui kondisi usus dan adanya dan konstipasi. (d! +emenuhi jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. (e! 1elelahan dapat menurunakn nafsu makan. (f! Turunya berat badan mengindikasikan kebutuhan nutrisi kurang. f. Desiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan retensi sekresi, batuk tidak efektif dan imobilisasi. 1! Tujuan 1lien tidak mengalami infeksi nosokomial )! 1riteria hasil Tidak ada tanda < tanda infeksi @! Dencana tindakan (a! +onitor tanda < tanda infeksi tiap = jam. (b! .unakan teknik steril untuk pera$atan infus. atau tidakan infasif lainnya.

(c! Pertahankan ke$aspadaan umum. (d! 9nspeksi dan catat $arna, kekentalan dan jumlah sputum. (e! Berikan nutrisi yang adekuat (f! +onitor sel darah putih dan laporkan ketidak normalan (g! Berikan antibiotik sesuai dengan indikasi =! Dasional (a! Adanya rubor, tumor, dolor, kalor menunjukan tanda < tanda infeksi (b! Teknik steril memutus rantai infeksi nosokomial (c! 1e$aspadaan memberikan persiapan yang cukup bagi pera$at untuk melakukan tindakan bila ada perubahan kondisi klien. (d! "putum merupakan media berkembangnya kuman. (e! -utrisi yang adekuat memberikan peningkatan daya tahan tubuh. (f! "el darh putih yang meningkat menunjukan kemungkinan infeksi. (g! Tindakan pencegahan terhadap kuman yang masuk tubuh. g. Desiko tinggi kelelahan yang berhubungan dengan refensi '(), hypoksemia, emosi yang terfokus pada pernafasan dan apnea tidur. 1! Tujuan 1lien akan terpenuhi kebutuhan istirahat untuk mempertahankan tingkat enegi saat terbangun )! 1riteria hasil (a! +ampu mendiskusikan penyebab keletihan (b! 1lien dapat tidur dan istirahat sesuai dengan kebutuhan tubuh (c! 1lien dapat rilek dan $ajahnya cerah. @! Dencana tindakan (a! ?elaskan sebab < sebab keletihan indi#idu (b! >indari gangguan saat tidur. (c! +enganalisa bersama < sama tingkat kelelahan dengan menggunakan skala Dhoten (1 ;)!. (d! 9ndenti#ikasi akti#itas < akti#itas penting dan sesuaikan antara akti#itas dengan istirahat. (e! Ajarkan teknik pernafasan yang efektif. (f! Pertahankan tambahan () bila latihan . (g! >indarkan penggunaan sedatif dan hipnotif. =! Dasional (a! Diketahuinya faktor<faktor penyebab maka diharapkan bias menghindarinya.

(b! Tidur merupakan upaya memulihkan kondisi yang telah menurun setelah akti#itas. (c! "kala Dhoten untuk mengetahui tingkat kelelahan yang dialami klien. (d! 1elelahan terjadi karena ketidak seimbangan antara kebutuhan aktifitas dan kebutuhan istirahat. (e! Pernafasan efektif membantu terpenuhnya () dijaringan. (f! () digunakan untuk pembakaran glukosa menjadi energi. (g! "edatif dan hipnotik melemahkan otot<otot khususnya otot pernafasan. h. Desiko tinggi ketidak patuhan yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi dan pera$atan diri pada saat pulang. 1! Tujuan 1lien mampu mendemontrasikan keinginan untuk mengikuti rencana pengobatan. )! 1riteria hasil (a! 1lien mampu menyampaikan pengertian tentang kondisi dan pera$atan diri pada saat pulang (b! +enggunakan alat < alat pernafasan yang tepat @! Dencana tindakan (a! Bantu mengidentifikasi faktor < faktor pencetus serangan asthma (b! Ajarkan tindakan untuk mengatasi asthma dan mencegah pera$atan di rumah sakit (c! Anjurkan dan beri alternati#e untuk menghindari faktor pencetus. (d! Ajarkan dan biarkan klien mendemontrasikan latihan pernafasan . (e! ?elaskan dan anjurkan untuk menghindari penyakit infeksi. (f! 9nstruksikan klien untuk melaporkan bila ada perubahan karakteristrik sputum, peningkatan suhu, batuk, kelemahan nafas pendek ataupun peningkatan berat badan atau bengkak pada telapak kaki. =! Dasional (a! Diketahuinya faktor pencetus mempermudah cara menghindari serangan asthma . (b! Tindakan pre#entif merupakan salah satu upaya yang di lakukan untuk memberikan pelayanan secara komprehensif. (c! "alah satu upaya pre#entif adalah menghindarkan klien dari faktor pencetus.

(d! 1lien dengan asthma se$ring mengalami kecemasan yang mengakibatkan pola nafas tidak efektif sehingga perlu dilakukan latihan pernafasan. (e! 9nfeksi terutama 9"PA menjadi faktor penyebab serangan asthma . (f! Perubahan yang terjadi menunjukan perlunya penanganan segera agar tidak mengalami komplikasi. @. 9mplementasi 9mplementasi merupakan pelaksanaan perencanaan kepera$atan oleh pera$at . "eperti tahap < tahap yang lain dalam proses kepera$atan , fase pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain 7 a. :alidasi (pengesahan! rencana kepera$atan b. +enulisH mendokumentasikan rencana kepera$atan c. +emberikan asuhan kepera$atan d. +elanjutkan pengumpulan data =. B#aluasi B#aluasi merupakan langkah terakhir dalam proses kepera$atan yang merupakan kegiatan sengaja dan terus menerus yang melibatkan klien pera$at dan anggota tim kesehatan lainnya Tujuan e#aluasi adalah 7 a. 6ntuk menilai apakah tujuan dalam rencana pera$atan tercapai atau tidak b. 6ntuk melakukan pengkajian ulang 6ntuk dapat menilai apakah tujuan ini tercapai atau tidak dapat dibuktikan dengan prilaku klien a. Tujuan tercapai jika klien mampu menunjukkan prilaku sesuai dengan pernyataan tujuan pada $aktu atau tanggal yang telah ditentukan b. Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan prilaku, tetapi tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan c. Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama sekali menunjukkan prilaku yang telah ditentukan

Anda mungkin juga menyukai