Anda di halaman 1dari 13

JURNAL READING TINJAUAN SISTEMATIS MENGENAI EFEK SEDASI DAN ANESTESI PADA PASIEN DENGAN OBSTRUCTIVE SLEEP APNEU

Tinjauan sistematis mengenai efek sedasi dan anestesi pada pasien dengan obstruktive sleep apnea
A st!ak Objek dari tinjauan ini adalah untuk membedakan efek perioperatif sedasi dan anestesi pada pasien bedah dengan obstructive sleep apnea (OSA) saat bernafas, kebutuhan medikasi, hemodinamik, nyeri, kegawatan, dan rawat inap. Kami mencari The Cochrane CENTRAL Register of Controlled Trials, Medline, Embase, and Cochrane Database of S stematic Revie! dari !"# sampai $uni %# # untuk artikel yang rele&an. Semua penelitian prospektif dan retrospektif yang memenuhi syarat termasuk jika efek dari administrasi perioperatif sedasi dan anestesi pada kebutuhan medikasi, nyeri, kegawatan, hemodinamik, pernafasan, dan lamanya pasien OSA rawat inap dilaporkan. Strategi penelitian ini didapatkan dari ' penelitian dari ()* pasien. Ada (") pasien tercatat menderita OSA. Sedikit laporan efek pernafasan yang merugikan. +elapan lebih dari *## ( . (,) pasien yang menjalani operasi telinga tengah dengan mida-olam dan fentanil telah mengganggu jalan napas atas dan secara retospektif terdiagnosa sebagai OSA dengan polisomnografi. $uga, mendengkur selama operasi menyebabkan udem u&ula setelah operasi digambarkan pada pasien OSA yang menjalani operasi ekstemitas atas ketika propofol diberikan dengan mida-olam dan fentanil sebagai sedasi. .enurunan saturasi oksigen setelah postoperasi tergambar pada propofol dan isofluran pada % pasien dengan OSA yang menjalani bedah uvulo"palato"phar ngoplast dan tonsillectom (p/#.#"). .erioperatif alfa % agonis yang ditunjukkan menurunkan penggunaan anestesi (p/#.#"), analgesi (p0#.##') dan antihipertensi (p/#.## ) pada pasien OSA. 1aporan bertentangan mengenai munculnya kejadian de2medetomidine selama operasi. Selama operasi opioid menurunkan konsumsi analgesic (p0#.#3) dan skor nyeri (p/#.#") setelah operasi. Ada keterbatasan data sepanjang rawat inap di 4S. Adanya sedikit efek merugikan yang dilaporkan dalam penggunaan mida-olam. 5agaimanapun kualitas dan jumlah pasien yang diteliti terbatas. 6asih dibutuhkan penelitian lanjutan dengan jumlah besar dan pelaporan hasil yang seragam.

Penda"u#uan #bstructive sleep apnea (OSA) adalah gangguan pernapasan saat tidur yang paling la-im, disebabkan oleh sebagian atau total obstruksi yang berulang pada saluran pernapasan atas. Karakteristiknya adalah episode apnea menetap lebih dari # detik. .re&alensi gangguan napas saat tidur, digambarkan dalam sebuah laboratorium untuk menge&aluasi tidur, yaitu %(, pada laki7laki dan !, pada wanita, bagaimanapun per&alensi OSA terbuka adalah (, pada laki7laki dan %, pada wanita. OSA yang cukup parah (A89: ") muncul pada .(, laki7laki dan (.*, wanita, berurutan, pada populasi umum.

Adanya deposisi lemak pada saluran napas atas pada pasien ini di dinding lateral faringeal mengalami penurunan kaliber faringeal dan peningkatan retensi jalan napas atas dan tekanan negati&e intra torak. Kombinasi dari faktor predisposisi pasien OSA menyebabkan kolapsnya saluran napas atas selama tidur dan anestesi. Sampai saat ini berbagai penelitian menggambarkan peningkatan komplikasi setelah bedah pada pasien OSA dibandingkan dengan control. ;ingkat tertinggi dari komplikasi post operasi pada pasien OSA (3!,) dibanding control ( ',) digambarkan pada pasien yang menjalani operasi pergantian panggul atau lutut. Komplikasi serius digambarkan pada %(, pasien OSA dibanding !, pasien tanpa OSA. .entingnya desaturasi oksigen postoperasi dilaporkan pada pasien OSA ( *,) dibanding pasien tanpa OSA (',) menjalani bedah elektif. .enggunaan dari sedati&e, anestesi, dan analgesic pada pasien OSA memperburuk obstruksi dari paring. .ada pasien OSA dibawah pengaruh anestesi umum, ada depresi lebih besar pada otot saluran napas atas dibanding diafragma. 6aka, usaha bernafas berlanjut ketika aktifitas otot saluran napas atas secara nyata mengurangi predisposisi kolapsnya saluran napas atas selama inspirasi. 8al ini karena hasil dari depresi pusat pernapasan menjadi dilatasi otot dan reflek saluran napas atas. Sebagai tambahan, anestesi umum langsung menghambat pernapasan laryngeal dimodulasi mekanoreseptor, dan reflek saluran napas atas, dan bisa terjadi depresi respon rangsang. +engan peningkatan obesitas dan peningkatan konsekuensi pre&alensi dari OSA, klinisi membutuhkan panduan berdasarkan bukti mengenai pengaturan perioperasi dari OSA untuk meminimalkan kejadian yang merugikan terkait dengan penggunaan agen anestesi. Skrining preoperati&e untuk OSA dan strategi pengaturan perioperatif telah disarankan pada tinjauan sebelumnya. The American Societ of Anesthesiologists mempublikasikan panduan untuk anestesiologis pada pengaturan perioperatif dari pasien OSA. .anduan ini berlaku untuk kedua diagnose dengan OSA ataupun tidak, prosedur tampilan pada ruang operasi, dan lokasi lain dimana sedasi atau anestesi digunakan. 5agaimanapun, panduan tidak menggambarkan efek dari sedati&e dan anestesi pada pasien dengan OSA selama perioperatif. .engetahuan dari efek obat sedati&e akan membantu menginformasikan anestesiologis tentang pilihan dari sedati&e pada pasien OSA. ;ujuan dari tinjauan sistematis adalah untuk membedakan efek dari perioperatif sedati&e dan anestesi pada pasien bedah dengan OSA membutuhkan medikasi, hemodinamik, kejadian respiratory, nyeri, kegawatan, dan rawat inap digunakan untuk membuat rekomendasi tentang penggunaan dari sedasi dan anestesi perioperarif pada pasien OSA berdasarkan ketersediaan bukti terbaik. Mate!i dan met$de Kami mencari The Cochrane CENTRAL Register of Controlled Trials (<uarter %# #), Medline (4) ( !"#7$uni %# #), Embase ( !'#7%# #), dan Cochrane Database of S stematic Revie! (%##"76ei %# #) untuk artikel rele&an. Kata kunci berikut yang digunakan sebagai literature pencarian = >sedative?, >hipnotics?, >OSA?, dan >anesthesia?. Subjek medis mengawali indeks bagian dari Medline >sleep disordered breathing?, >sedative?, >h pnotics?
3

dan >anesthetics?. Kami juga menggunakan >sedative?, >sleep?, dan >anesthetics? debagai bagian indeks untuk mengambil data berkaitan tema dari > sedative?, >h pnotics?, >OSA? dan >anesthetics?. Area pencarian lain mencakup >sedative? digabung dengan >sleep? atau >upper air!a ?, >anesthesia? dan >analgesia?. Kami meninjau abstrak dari pertemuan berikutnya= Canadian Anesthesiologist$ Societ (%###7##!), American Societ of Anesthesiologist (%###7%##!), Sleep Medicine meeting abstracts (%###7%# #), dan %nternational Anesthesia Research Societ (%###7%# #). Kami juga mencari secara manual daftar referensi dari artikel untuk penelitian selanjutnya. Strategi pencarian The Midline tersedia sebagai jejaring appendi2. K!ite!ia Se#eksi +ua peninjau (SA dan $@) tidak bergantung dari panilaian judul, abstrak, dan atau full"te&t diambil dari database elektronik dan pencarian manual yang mungkin termasuk berdasarkan standar kriteria seleksi. Ketidaksetujuan antara pengarang diselesaikan oleh pengarang ketiga (AB). .ada fase pertama dari tinjauan, dengan jelas artikel tidak rele&an dieksklusi dengan meninjau judul dari hasil pencarian. .ada fase berikutnya, abstrak dan atau full"te&t artikel die&aluasi untuk membedakan jika mereka menemukan kriteria yang layak. Semua randomi'ed controlled trials (4B;s), penelitian prospektif, dan penelitian retrospektif layak untuk dimasukkan jika mereka melaporkan efek dari penggunaan perioperatif dari sedasi dan analgetik pada kebutuhan medikasi, nyeri, kegawatan, hemodinamik, kejadian respiratori, dan rawat inap pada pasien OSA. $arang ditemukan Cfek merugikan dari sedati&e, laporan kasus dan koresponden juga dimasukkan ketika mereka menemukan salah satu dari kriteria penelitian. Selebihnya, penelitian termasuk harus menemukan kriteria ini= penelitian manusia, dewasa dan dipublikasan dengan bahasa 9nggris. .asien obes tanpa OSA, penelitian pada binatang, penelitian pada populasi anak, dan tidak dilaporkan salah satu hasil yang dieksklusi. Kua#itas Peni#aian Pene#itian Semua makalah telah diklasifikasi berdasar the #&ford Centre for Evidance based Medicine Levels of evidence. .enilaian proses focus pada kekuatan dari design penelitian. Klasifikasinya adalah sebagai berikut= 1e&el = a= S stemic Revie! (S4) (dengan homogeniti) dari 4B;sD b= %ndividual RCT (dengan Confidence %nterval yang sempit)D c= Semua atau tanpa (bertemu ketika semua pasien meninggal sebelum terapi menjadi tersedia, tapi beberapa dapat bertahanD atau ketika beberapa pasien meninggal sebelum terapi menjadi tersedia, tapi sekarang tidak ada yang meninggal). 1e&el %= %a= S4(dengan homogenitas) dari penelitian kohortD %b= penelitian kohort indi&idu (mencakup kualitas rendah 4B;)D %c= >hasil? penelitianD penelitian ekologikal. 1e&el 3= 3a= S4 (dengan homogenitas) dari penelitian case7 controlD 3b= penelitian case7Bontrol indi&iduD 1e&el (= Seri kasus (penelitian kohort dan case7 control dengan kulitas buruk)D 1e&el "= .endapat ahli tanpa ekplisit penilaian kritis, atau berdasar fisiologi, bangku penelitian atau >prinsip pertama?.

Kemungkinan, 1e&el dan % lebih suka digunakanD 1e&el 3 digunakan ketika 1e&el dan % tidak tersedia. Kualitas rekaman metodologi dinilai dari penelitian yang tersedia untuk 4B;s, kualitas penelitian dinilai berdasarkan kualitas randomisasi, prosedur alokasi penyembunyian, derajat kebutaan, dan follo!"up pasien postoperati&e. $ika randomisasi ditentukan melalui computer, table dari jumlah random atau proses lain yang mirip dipertimbangkan >cukup?. Alokasi dipertimbangkan >cukup? jika dibawa oleh anggota staf yang tidak terkait dengan penelitian dan menggunakan metode seperti amplop putih bersegel dengan nomer seri. $ika perawat dan penilai hasil dibutakan kelompok alokasi pasien, kebutaan dipertimbangkan >cukup?. .asien sudah dropout dan lepas dari spesifikkan, follow7up pasien tetap dipertimbangkan >cukup?. 8al ini tidak bergantung dengan e&aluasi pengarang pertama (SA). $ika ada beberapa keraguan, pengarang kedua ($@) dikonsultasikan. Ckstraksi data ditampilkan dalam dua tinjauan (SA dan $@) dan di&alidkan oleh pengarang senior (AB). +ata berikutnya di ekstrak dari penelitian= ;ipe penelitian, ukuran sampel, metode diagnosis OSA, tipe prosedur, inter&ensi obat, kebutuhan medikasi, nyeri, kegawatan, hemodinamik, kejadian respirasi dan rawat inap. %asi# & Awal mulanya kajian ini didasarkan pada %!"! artikel kemudian setelah melewati tahap eksklusi didapatkan %%3 artikel yang memungkinkan untuk dijadikan sumber kajian. Kemudian dilakukan tahap eksklusi kembali dan didapatkan ' artikel yang rele&an untuk abstrak dan isi kajian. +elapan belas artikel tersebut terdiri dari 4B;, 3 penelitian prospektif, ( penelitian retrospektif, % seri kasus, * laporan kasus, dan sebuah korespondensi hasil rapat.

+ua ratus lima artikel yang dieksklusi karena= )# artikel abstrak dan isi kajian yang tidak rele&an, " artikel yang dobel, " artikel ulangan, ' artikel penelitian pada pasien tanpa OSA, ( artikel penelitian pada anak, 3 artikel penelitian pada pasien non bedah. Karakteristik artikel yang sesuai kriteria tercantum pada tabel berikut =

Efek sedasi dan anestesi pada !espi!asi pasien 'SA ;iga belas dari ' artikel menilai hubungan antara respirasi dengan masalah sedasi dan anestesi pada pasien OSA. Artikel tersebut menggunakan (! pasien OSA dari *" pasien. ;erdapat 3 penelitian prospektif yang mendeskripsikan penggunaan propofol dan fentanyl pada general anestesi dan % laporan kasus mendeskripsikan penggunaan propofol untuk sedasi. .enggunaan propofol dengan sebuah agen anestesi inhalasi menunjukkan efek yang ber&ariasi. .enurunan saturasi oksigen (./#.#") tampak pada periode post operasi ketika propofol digunakan bersama isofluran. Eamun, tidak didapatkan perbedaan indeks desaturasi oksigen diantara kelompok pasien OSA dan tanpa OSA yang tercatat pada penelitian prospektif random dengan propofol, desfluran dan remifentanil. .ada penggunaan propofol tunggal untuk sedasi tidak ada keluhan efek respirasi yang dilaporkan. Kesimpulannya bahwa penggunaan propofol tunggal atau dengan desfluran dan remifentanil tidak mempunyai hubungan dengan berbagai keluhan respirasi. Eamun, penurunan saturasi oksigen terjadi pada periode post operasi ketika propofol digunakan bersama isofluran.

.enggunaan mida-olam dan fentanyl untuk sedasi menyebabkan sedikit efek respirasi pada % laporan kasus. Fangguan sementara pada operasi mata dengan sedasi menggunakan mida-olam dan fentanyl terjadi pada ' pasien OSA, pasien tersebut mengalami gangguan pada saluran napas atas. .asien tersebut terdiagnosa secara retrospektif mempunyai OSA oleh polysomnografi. +engkuran yang keras karena edema u&ula tampak pada penggunaan mida-olam, fentanyl dan sedasi propofol pada pasien OSA yang menjalani operasi ekstremitas atas kiri dengan memblok pleksus brachialis. Eamun, tidak ada u&ulo7palato7 pharyngoplasti dengan laser yang dilaporkan dengan sedasi menggunakan mida-olam dan fentanyl. 8anya terdapat penelitian 4B;, menggambarkan tentang alfa % agonis (klonidin dan deksmedetomidin) pada pasien OSA. ;iga puluh pasien pada penelitian ini menggambarkan desaturasi perioperasi yang lebih rendah dengan menggunakan klonidin premedikasi dibandingkan dengan pasien tanpa OSA. ;erdapat ( laporan kasus pada intraoperasi yang menggunakan deksmedetomidin dengan tidak ada keluhan respirasi. .aling banyak data yang dipublikasi melaporkan tentang penggunaannya pada peri operasi sebagai bolus (#, mcgGkg) digabung sebuah infus dengan rasio #, sampai #,* mcgGkgGjam. .enggunaan rasio infus deksmedetomidin yang lebih tinggi pada # mcgGkgGjam sebagai agen anestesi tunggal pada pasien OSA melalui reseksi trakea dengan saturasi intra operasi di atas !", tanpa adanya kesulitan bernapas. Eamun, tidak ada penelitian prospektif selain laporan kasus tersebut. Efek sedasi dan anestesi te!kait ke utu"an medikasi pe!i$pe!asi pasien 'SA( Sembilan dari ' artikel mendeskripsikan efek sedasi dan anestesi terkait kebutuhan medikasi (agen anestesi inhalasi, analgesik dan medikasi pertolongan). Ada 33 pasien OSA yang didapatkan dari 3)) pasien. Sedasi dengan propofol sebagai bolus dan infus dengan penghilangan infiltrasi anestesi lokal untuk menambahkan sedasi atau analgesik selama periode intraoperasi pada pasien OSA dengan &asektomi. 8al serupa juga dilaporkan pada pasien OSA dengan sedasi mengunakan kombinasi mida-olam, fentanyl dan ketamin intra&ena untuk operasi ekstremitas atas. .enggunaan ketamin intra&ena untuk sedasi tidak diperlukan medikasi anestesiGsedasi pada pasien OSA dengan trakeostomi. .enggunaan alfa % agonis pada pasien OSA menurunkan kebutuhan anestesi, analgesi dan antihipertensi intra&ena. .ada sebuah 4B;, preoperasi oral klonidin menurunkan kebutuhan propofol (./#.#") dan penggunaan obat antihipertensi (./#.## ). .ada penelitian retrospektif dengan %)' pasien yang menjalani operasi rekonstruksi jalan napas, penggunaan deksmedetomidin intraoperasi sebagai bolus dan infus menurunkan penggunaan antihipertensi (.0#.##"). Efek sedasi dan anestesi "em$dinamik int!a$pe!atif pada pasien 'SA Sepuluh dari ' artikel menjelaskan perubahan7perubahan hemodinamik dengan pemberian obat sedasi dan anestesi. +ari )(" pasien yang diteliti, 3*" pasien menderita OSA. .ada umumnya, penggunaan sedasi dan anestesi tidak memiliki efek buruk pada hemodinamik intraoperatif dengan pengecualian clonidin (tabel ). standar anestesi umum
8

menggunakan propofol, fentanil, remifentanil, isoflurane, atau desflurane hemodinamik stabil dipertahankan pada pasien ini. .enggunaan agonis alfa % ditunjukkan untuk mengubah parameter hemodinamik saat perioperatif (tabel %). Blonidin oral premedikasi dikaitkan dengan penurunan tekanan arteri rata7rata dan denyut jantung secara signifikan (. /#,#") selama operasi dan emergensi. +alam sebuah tinjauan retrospektif dari %)' pasien OSA menjalani operasi rekonstruksi saluran napas, penggunaan de2medetomidine mempertahankan hemodinamik stabil. ;emuan serupa dijelaskan dalam sebuah kohort retrospektif yang melibatkan %% pasien OSA yang menjalani operasi laparoskopi bariatric . ;erdapat laporan kasus tentang hemodinamik stabil(table %) dengan penggunaan de2medetomidin untuk pasien yang menjalani reseksi adrenal laparoskopi dan tiroidektomi secara sadar. Eamun, hipotensi transien (tabel %) telah dijelaskan dalam laporan kasus pasien yang menjalani reseksi trakea dan trakeostomi. .ada dasarnya, intraoperatif de2medetomidin sebagian besar terkait dengan hemodinamik stabil dan premedikasi clonidine oral dihubungkan dengan penurunan tekanan darah dan denyut jantung. Efek sedasi dan anestesi pada n)e!i dan eme!gensi pada pe!i$de sete#a" $pe!asi ( dari ' (**,',) artikel menjelaskan, nyeri pasca operasi dan emergensi dengan penggunaan sedasi dan anestesi pada pasien OSA. +ari )(! pasien yang diteliti, 3*! pasien menderita OSA. Kegawatan ringan muncul pada penggunaan sedasi dan anestesi (tabel ). Kegawatan ringan itu digambarkan ketika propofol diberikan sebagai bolus dan infus untuk pasien OSA yang menjalani &asektomi. +alam sebuah penelitian prospektif acak dari ( pasien yang menjalani u&ulopalato pharyngoplasty (tabel ), tidak ada perbedaan kegawatan antara propofol dan golongan thiopentone. Ketamin ditemukan untuk mengurangi agitasi dalam menjalani trakeostomi pasien yang refrakter terhadap sedasi lora-epam. Kegawatan dari anestesi lebih cepat pada 3# pasien OSA dibandingkan dengan kelompok kontrol. 1aporan bertentangan mengenai munculnya kejadian de2medetomidine selama operasi (tabel %). Kegawatan ringan digambarkan pada pasien OSA yang menjalani reseksi trakea. Eamun, sedasi ringan yang berespon terhadap perintah &erbal digambarkan pada pasien OSA yang telah menjalani kraniotomi secara sadar dengan de2medetomidin. Kegawatan ringan dengan menggunakan propofol dan atau clonidin, tapi ada dalam satu laporan kasus sedasi ringan dengan de2medetomidine. ;idak ada perbedaan dalam skor nyeri dengan teknik anestesi yang dijelaskan dalam penelitian (tabel ). .enggunaan opioid selama operasi menurunkan konsumsi analgesi dan skor nyeri setelah operasi. +alam sebuah penelitian prospektif acak yang melibatkan "3 pasien OSA menjalani operasi laparoskopi bariatrik, penggunaan fentanyl dan remifantanil ditemukan bisa mengurangi rasa sakit (. /#,#") pada periode segera setelah operasi. +alam sebuah tinjauan retrospektif yang melibatkan % pasien OSA menjalani operasi laparoskopi bariatrik, penggunaan fentanyl selama operasi bisa mengurangi konsumsi analgesik (. 0

#,#3)

setelah

operasi.

.enggunaan agonis alfa % pada pasien OSA selama periode perioperatif menurunkan kebutuhan opioid dan skor nyeri serta memberikan kontribusi kegawatan ringan dari anestesi (tabel %). Sebuah percobaan ramdom placebocontrol buta ganda dari 3# pasien melaporkan rata7rata skor analog &isualnya lebih rendah (. /#,## ) di unit perawatan setelah anestesi dan %( jam pertama dengan menggunakan clonidine premedikasi oral dibandingkan dengan plasebo. +alam sebuah tinjauan retrospektif terhadap %)' pasien yang menjalani operasi rekonstruksi saluran napas (tabel %), intraoperatif de2medetomidine mengurangi kebutuhan morfin (. 0 #,##') pada periode setelah operasi. ada laporan kasus kerja singkat opioid dengan de2medetimidine (tabel %) dalam operasi bypass lambung dan tiroidektomi saat sadar. penggunaan intraoperatif dari fentalyn atau de2medetomidine menurunkan skor nyeri dan mengurangi kebutuhan morfin setelah operasi. Efek sedatif dan anestesi )ang !a*at inap di Ruma" Sakit 1amanya rawat inap di rumah sakit berhubungan dengan penggunaan sedasi dan anestesi digambarkan kurang dari setengah dari penelitian, ) G ' (33,3,). .enelitian ini melibatkan (' pasien OSA dari %'# pasien yang diteliti. ;idak ada perbedaan yang rawat inap di rumah sakit dengan sedasi dan anestesi yang digunakan saat ini (tabel ). .asien OSA menerima
10

propofol untuk sedasi sadar memenuhi kriteria debit dalam % jam ;inggal di rumah sakit lebih pendek (. 0 #,# ) digambarkan dengan menggunakan propofol dan fentanil pada % pasien yang menjalani operasi bariatrik OSA atas bedah laparoskopi bariatrik terbuka restriktif (tabel ). 8al ini dapat disebabkan oleh agen anestesi kerja singkat dan mengembalikan fungsi usus seperti semula dengan operasi laparoskopi. Eamun, tidak ada perbedaan pemasukan dari rumah sakit 3 pasien OSA yang menjalani operasi laparoskopi bariatrik dengan teknik anestesi standar. ;erdapat keterbatasan data pada pasien yang rawat inap di rumah sakit dengan penggunaan de2medetomidine pada pasien OSA. Diskusi ;injauan sistematik kami mencari hasil ' artikel yang menjelaskan tentang efek7efek sedati&e dan anestesi dalam kejadian pernafasan selama perioperaatif, kebutuhan medikasi, hemodinamik, nyeri postoperasi, kegawatan, rawat inap pada pasien dengan OSA. Sedikit efek merugikan yang dilaporkan ketika pasien diketahui OSA menjalani operasi elektif yang saat ini tersedia sedati&e dan anestesi. 1aporan7laporan ini terbatai oleh jumlah pasien, tingkat bukti, dan keseragaman hasil pelaporan. 5en-odia-epine menekan akti&itas sistem saraf pusat (BES) dan meningkatkan usaha inspirasi saat setelah tidur pada pasien OSA. .enelitian in&i&o dan in&itro telah menjelaskan reseptor gama amino butirik asid (FA5A) A dan E7metil7+7aspartat (E6+A) dalam kortek, thalamus, batang otak, dan striatum sebagai organ target dari obat7obat hipnotik %(,"). .enggunaan mida-olam, meningkatkan resistensi supraglotik jalan nafas atas dan menginduksai apnea pusat serta diikuti kejadian obstruksi apnea (*. 5en-odia-epine menurunkan respon arousal menjadi hipoksia dan hipercarbi dengan demikian meningkatkan durasi apnea ('. +osis kecil dari tria-olam (#,%" mg), ben-odia-epine, telah menunjukkan meningkatkan durasi apnea dan menurunkan saturasi oksigen pada pasien dengan OSA berat (! . Sama dari penggunaan pentobarbital, barbiturate dalam kesehatan meningkatkan kesadaran resistensi jalan nafas atas dan tidal akhir konsentrasi co% dibandingkan dengan placebo. +elapan pasien yang tidak didiagnosis OSA menjalani operasi telinga tengah dengan mida-olam dan fentanil dan merusak jalan pernafasan atas yang paten. .asien7pasien dengan retrospektif terdiagnosis OSA menggunakan polisomnografi. $uga, dalam operasi mendengkur selama operasi menyebabkan oedema u&ula postoperati&e dilaporkan ketika propofol digunakan dengan mida-olam dan fentanil untuk sedasi 3%. Oedem ini dapat dikarenan depresi pernafasan sinergis oleh mida-olam dalam hubungannya dengan disfungsi jalan nafas pada pasien OSA. Setiap usaha harus dilakukan untuk meminimalkan menggunakan obat sedasi pada pasien OSA untuk meminimalkan efek samping. +engan bahan sedati&e dan eliminasi waktu paruh % jam, mida-olam sebaiknya dihindari atau hanya dosis kecil untuk pasien OSA. Screening preoperati&e dari pasien dengan kuesioner S;O.75ang kemungkinan menyadari anestesiologisnya OSA dan mengarahkan manejemen perioperatif yang tepat %3. +alam sebuah penelitian retrospektif dari prosedur operasi elektif non7cardiak, komplikasi pernafasan frekuensinya lebih banyak pada pasien dengan OSA (((,) daripada tanpa OSA (%',) . Komplikasi respirasi tersebut desaturasi oksigen adalah efek paling besar. +alam penelitian retrospektif yang lainnya pasien yang menjalani operasi pemindahan panggul atau
11

lutut secara signifikan mengalami komplikasi postoperasi lebih tinggi pada pasien OSA dibandingkan pasien tanpa OSA. Sebuah penelitian kohort retrospektif terakhir dari )".**( pasien OSA menjalani prosedur ortopedi dan " ."#! pasien OSA yang menjalani operasi general ditemukan bahwa pasien OSA mempunyai komplikasi yang lebih tinggi secara signifikan seperti aspirasi pneumonia, Acut respiratory distress syndrome, dan intubasiG &entilasi mekanik " . Karena kecilnya jumlah pasien, tinjauan sistematik kami pada pasien operasi telinga tengah hanya ' kasus dan satu kasus oedem u&ula dengan dengkuran selama operasi dengan menggunakan sedatif. Agen anestesi inhalasi telah menunjukkan respon yang ber&ariasi dalam keadaan darurat pada pasien OSA. +alam penelitian prospektif secara random melibatkan %( pasien OSA, yang menggunakan .ropo&ol dan 9sofluren dalam operasi pernafasan atas mengalami perlambatan pemulihan respirasi dengan saturasi oksigen yang menurun %!. 9ni kemungkinan karena efek perhitungan dari konsentrasi subanestesi dalam anestesi inhalasi pada orang yang respon &entilasinya mengalami hipoksia"%. Eamun, penelitan lanjutan menanggung efek respirasi dengan menge&aluasinya. Kedaruratan lebih cepat setelah operasi bariatrik dengan se&ofluran, daripada isofluran "3. Cfek yang sama tercatat dengan desfluran lebih dari isofluran atau propofol "(. .enggunaan dari propofol dalam pengikut tampak seperti tidur dengan gelombang lambat dalam CCF dan menurunkan kesadaran bahkan aktifitas gamma yang tinggi "","). Eamun, tidak ada data dari efek propofol dan perubahan CCF pada pasien OSA yang tahu. Anestesi ketamin menghapus ikatan antara kehilangan kesadaran dan disfungsi dilatasi otot7 otot bagian atas dan dengan demikian jalan pernafasan atas terlindung pada pasien OSA 3#. Ketamin digunakan dalam agen sedati&e untuk prosedur trakeostomi pada pasein OSA yang tahan terhadap sedasi lora-epam. Konsentrasi relaksasi tergantung dari otot7otot trachealis yang telah dijelaskan dalam penelitian binatang "*,"'. ;etapi efek pada pasien OSA yang memerlukan e&aluasi. Ketamine kemungkinan memberikan keuntungan mempertahankan saluran nafas atas pada pasien OSA dan penelitian lanjut ditanggung. Blonidin menurunkan kebutuhan anestesi dan analgesic perioperatif pada pasien OSA. 8al itu meningatkan akti&itas gelombang lambat (delta) dan melemahkan fluktuasi alfa psikologikal dan dengan demikian menyebabkan sedasi dan 59S yang lebih rendah "!. .enggunaan Blonidin preoperati&e menunjukan potensi dari efek anestesi )# dan menurunkan kebutuhan propofol ) . .enelitian dari potensial analgesic dari clonidin tidak menunjukkan hasil yang konsisten, tingkatan dari efek analgesic ringan menjadi bermakna terhadap efek singkat opioid )%, )3. Eamun analgesi yang unggul bermakna terhadap efek sigkat opioid yang digambarkan dalam pasien OSA dengan clonidin preoperati&e %*. .enurunan kebutuhan opioid dengan clonidin pada pasien OSA dapat dikarenakan peningkatan dari reseptor mu opioid dalam batang otak dikarenakan hipoksemia yang terus menerus sebagai gambran dalam model hipoksik hewan )( . .enggunaan clonidin pada pasien OSA menunjukkan desaturasi oksigen yang rendah masa

12

postoperasi. Kombinasi dari penekanan tidur 4C6 menurunkan penggunaan opioid dengan clonidin kemungkinan menurunkan indikasi desaturasi oksigen %*,)". Keuntungan penggunaan teori de2metomidin pasien OSA. .ada penggunaan rangsangan de2medetotdemidin pada locus coeruleus menyebabkan sedasi dan analgesia dengan merangsang reseptor spinal cord )). .emasukan +e2medetomidin penurunan ringan dalam menit &entilasi dan meningkatkan .a Bo%, namun efek ini sedikit banyak tergantikan daripada opioid dan kemiripan efek yang terlihat selama tidur )*. .enggunaan de2medetomidin menurunkan propofol dan morfin selama bispectral petunjuk indek sedasi )' dan menurunkan kebutuhan dari mida-olam dengan '#, dan morfin "#, dibandingkan dengan placebo )!. ;idak ada 4B;S pada penggunaan de2medetomidin pada pasien OSA. Kebanyakan data yang dilaporkan dari casereport dan tinjauan grafik retrospektif 3", 3',(#, (%,(( meskipun saat ini de2medetomidin ditunjukkan lebih menguntungkan dalam penggunaan sedati&e dan anestesi dalam case report, desain penelitian yang baik melibatkan jumlah pasien OSA ditanggung. Saat ini terdapat data yang terbatas sepanjang rawat inap pada pasien OSA dengan penggunaan sedati&e dan anestesi. Eamun, perpanjangan rawat inap yang bermakna pada pasien OSA dibandingkan pasien tanpa OSA setelah bedah pergantian non cardiac panggul atau lutut #,*#. 8asil tinjauan kami harus diinterprestasikan dengan hati7hati dikarenakan keterbatasan yang berat. Adanya kekurangan penelitian sehingga secara jelas mempunyai penentukan obyektif dari efek sedati&e dan anestesi dalam kejadian respiratori, perubahan hemodinamik, kebutuhan medikasi, nyeri, kedaruratan, dan rawat inap. +engan demikian kami memasukan case report dan case series. +alam penelitian ini ada juga kekurangan pelaporan efek samping dari obat sedati&e dan anestesi mungkin jumlah yang sedikit dari pasien. Serta ada kekurangan penilaian keseragaman hasil. Eamun, ada kesulitan untuk menampilkan penelitian prospektif yang besar dalam populasi pasien OSA karena kemungkinan peningkatkan kewaspadaan klinisi untuk menghindari kejadian merugikan. $arangnya kejadian merugikan yang mungkin mengharuskan pelaporan dari kejadian kerugian pasien yang terdaftar, peristiwa melalui seri kasus atau hasil database dari beberapa pusat dengan laporan karakteristik pasien yang mendetail, dosis obat, dan faktor konstribusi lainnya. 5erdasarkan hasil dari tinjauan sistemik kami efek samping yang dilaporkan ketika pasien diketahui OSA menjalani operasi elektif yang saat ini tersedia sedati&e dan anestesi. Kerusakan jalan nafas tidak terdiagnosis sebagai pasien OSA dan oedem u&ula dengan mendengkur selama operasi dikenal pada pasien yang menggunakan 6ida-olam, sebagai sedasi telah digambarkan. 8ati7hati dengan penggunaan ben-odia-epine. Eamun, pencatatan yang terbatas dengan jumlah pasien, dengan tingkat pelaporkan bukti dan keseragaman hasil. Ada kebutuhan untuk penelitian lanjutan dengan jumlah yang besar dan keseragaman pelaporan hasil.

13

Anda mungkin juga menyukai