Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007 menyatakan jumlah

penderita Tuberkulosis di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi tiga di dunia setelah India dan Cina. Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia.1 TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Basil Mycobacterium Tuberculosis atau basil tuberkel yang tahan asam. Penularannya melalui udara apabila orang yang menderita TBC dalam paru-paru atau tenggorokan batuk, bersin atau berbicara sehingga kuman/basil dilepaskan ke udara. Kuman/basil dapat bertahan beberapa jam dalam suhu kamar/lingkungan rumah, maka jika ada orang disekitar penderita maka kuman/basil akan mudah menular ke semua orang disekitarnya/yang kontak dengan penderita.2 Prevalensi TB Paru 20% lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan dan tiga kali lebih tinggi di pedesaan dibandingkan perkotaan dan empat kali lebih tinggi pada pendidikan rendah dibandingkan di pendidikan tinggi.2

BAB II PERMASALAHAN Permasalahan Penanggulangan TBC dilaksanakan oleh seluruh Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) meliputi Puskesmas, Rumah Sakit pemerintah dan swasta BP4 serta Praktek Dokter Swasta (PDS) dengan melibatkan peran serta masyarakat secara paripurna dan terpadu.3 Berdasarkan profil Puskesmas Tanjung 2011 pencapaian penemuan kasus TB BTA (+) sebesar 88,9%. Jumlah kasus baru penderita TB paru sebanyak 94 per 100.000 penduduk, dan jumlah kematian akibat TB paru sebanyak 4,7 per 100.000 penduduk. Dengan penemuan kasus terbanyak di desa Sengon yaitu sebanyak 9 kasus baru dan 1 kematian akibat TB paru.5 Salah satu penderita kasus baru TB paru di desa Sengon yaitu Tn. Nurcholis (38th), menjalani pengobatan bulan ke-6. Tinggal bersama istri dan seorang anak. Untuk mengetahui faktor risiko, kepatuhan penderita dan PMO dalam pengobatan, juga memberikan edukasi pencegahan penyakit TB, maka akan dilakukan kegiatan kunjungan salah satu rumah penderita TB kasus baru di desa Sengon, kecamatan Tanjung.

BAB III TINJAUAN TEORI Definisi Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening, tulang belakang, kulit, saluran kemih, otak.5 Cara Penularan Sumber penularan adalah penderita TB BTA Positif5 : Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Risiko penularan Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak5 : Penderita TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari penderita TB paru dengan BTA negatif. Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun.

ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.

Riwayat Alamiah TB Penderita yang tidak diobati, setelah 5 tahun akan5 : 50% meninggal 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi 25% menjadi kasus kronis yang tetap menular

Gejala TB Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah.5

Diagnosis TB paru Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu pagi - sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA) diagnosis utama Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.5

Alur Pemeriksaan TB5

Pengobatan TB5

Obat kategori 1 diberikan untuk : Penderita baru TBC Paru BTA Positif Penderita TBC Paru BTA negatif Rontgen positif yang sakit berat dan Penderita TBC Ekstra Paru berat.

Obat kategori 2 diberikan untuk : Penderita kambuh ( relaps ) Penderita Gagal ( failure ) Penderita dengan Pengobatan setelah lalai ( after default )

Obat kategori 2 diberikan untuk : Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan Penderita ekstra paru ringan yaitu TBC kelenjar limfe ( limfadenitis ) pleuritis eksudativa unilateral TBC kulit , tbc tulang ( kecuali tulang belakang ) sendi dan kelenjar aderenal. Pengawas Menelan Obat (PMO) Salah satu dari komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO4 : a) Persyaratan PMO Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan maupun penderita. Selain itu harus disegani dan dihormati oleh penderita Seseorang yang tinggal dekat dengan penderita Bersedia membantu penderita dengan sukarela Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita

b) Tugas Sorang PMO Mengawasi penderita TBC agar menelan obat secara teratur sanpai selesai pengobatan Memberi dorongan kepada penderita agar mau berobat teratur Mengingatkan penderita untuk pemeriksa ulang dahak pada waktu waktu yang telah ditentukan. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga penderita TBC yang mempunyai gejalagejala tersangka TBC untuk segera memeriksakan diri ke unit Pelayanan kesehatan.

BAB IV INTERVENSI Intervensi yang akna dilakukan yaitu kunjungan rumah. Dalam mengumpulkan data penderita, penulis melakukan pendekatan kualitatif dan metode pengumpulan data menggunakan wawancara. Wawancara merupakan alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi yang diperoleh sebelumnya.

BAB V HASIL KEGIATAN Pelaksanaan kegiatan kunjungan rumah dilakukan pada: Hari / Tanggal : Rabu, 04 Juli 2012 Tempat Acara Sasaran Pelaksana Kegiatan : Sengon RT 3/3, kec. Tanjung : Kunjungan rumah : Penderita, PMO, dan keluarga : dr. Reni Pawestuti Ambari : Wawancara dan edukasi

Hasil kunjungan rumah Nama penderita Usia Pekerjaan Penghasilan Nama PMO Usia Kondisi rumah 1) Bangunan rumah permanen 2) Memiliki ventilasi yang cukup 3) Lantai tidak kedap air 4) Kepadatan hunian 15m2 Kepatuhan meminum obat 1) Penderita meminum obat sesuai anjuran dari petugas puskesmas 2) Tidak pernah lupa meminum obat. 3) Kepatuhan dan kedisiplinan penderita baik. Karena apabila obat akan habis, penderita kembali ke puskesmas untuk mengambil obat di Puskesmas. Faktor risiko penderita sehingga terjangkit TB paru adalah : 1) Adanya tetangga yang mengalami sakit yang sama 2) Kondisi tubuh yang lemah. Sebelum menderita TB paru, penderita sering merasa kelelahan karena berdagang hingga larut malam, dengan jarak yang jauh ke tempat berjualan. : Tn. Nurcholis : 38 tahun : Pedagang : Rp. 20.000 Rp. 50.000/hari : Ny. Khodijah (isteri penderita) : 35 tahun

Faktor yang mempengaruhi berkembangbiaknya kuman TB adalah : 1) Perilaku meludah di semabarang tempat 2) Kelembaban rumah tinggi karena jendela yang jarang dibuka. Pengetahuan PMO tentang TB paru sudah baik, meliputi : 1) TB paru adalah penyakit yang menular, sehingga peralatan pribadi seperti alat makan, mandi disendirikan. 2) Sudah paham tentang pemberian gizi yang cukup untuk penderita, agar daya tahan tubuh tetap baik. Edukasi meliputi : 1) Penggunaan ventilasi yang baik, dengan membuka di pagi-sore hari, agar penularan kuman TB mudah mati dengan menghindari kondisi rumah yang lembab dan pencahayaan sinar matahari langsung. 2) Apabila meludah tidak disembarang tempat. 3) Menutup hidung/mulut saat batuk/bersin atau menggunakan masker saat batuk/bersin.

BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil kegiatan, kondisi rumah cukup baik, penderita sudah memiliki kepatuhan yang baik dalam berobat, faktor risiko terjangkitnya TB paru adalah adanya tetangga yang memiliki keluhan yang sama, faktor yang mempengaruhi berkembangbiaknya kuman TB adalah perilaku meludah di sembarang tempat, ventilasi yang tidak baik dan kelembaban ruangan yang tinggi, PMO sudah memiliki pengetahuan yang baik dan member dukungan yang baik untuk kesembuhan penderita. Untuk mengurangi penularan didalam maupun diluar rumah, edukasi mengenai pencegahan penularan TB paru diberikan kepada penderita tentang perubahan perilaku tidak meludah di sembarang tempat, menutup saat batuk/bersin, dan menggunakan ventilasi rumah dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA 1. www.ppti.info.com 2. www.kesehatan.kompasiana.com 3. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. 2002. Departemen Kesehatn Republik Indonesia. 4. Profil Puskesmas Tanjung 2011 5. Werdhani, Retno Asti. 2011. Patofisiologi, Diagnosis, Klasifikasi Tuberculosis. FKUI.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai