Anda di halaman 1dari 19

BAB I STATUS PASIEN Nama penderita Umur Jenis kelamin Alamat Nama ayah Umur Agama Pekerjaan Nama

ibu Umur Agama Pekerjaan Masuk RS No. CM : An. A : 1 tahun : laki-laki : Limbangan kulon : Tn. W : 40 tahun : Islam : Swasta : Ny. Y : 37 th : Islam : Ibu rumah tangga : 24 Agustus 2013 : 892707

DATA DASAR Alloamnesis tanggal Keluhan utama : 24 Agustus 2013 dari ibu penderita : Kejang

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG 2 hari sebelum masuk RS, penderita sadar, tampak lemas, demam tetapi tidak kejang. Mual (+) tetapi tidak muntah. BAB dan BAK normal. Saat masuk RS, timbul secara mendadak dan terus-menerus, demam turun setelah minum obat penurun panas, disertai kejang sebanyak 1x, setiap kejang selama 2 menit, kejang bersifat simetris di kedua anggota gerak.

Saat dan setelah kejang pasien dalam keadaan sadar. Pasien merasakan mual, muntah 2x isi muntah seperti apa yang dimakan tidak ada darah, sebanyak gelas belimbing, tidak batuk, tidak pilek, tidak nyeri perut, tidak nyeri sendi. Tidak ada bintik-bintik merah di kulit, tidak mimisan, gusi tidak berdarah, tidak muntah darah. BAK dan BAB tidak ada keluhan.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Penyakit lain yang

pernah diderita anak 1. Faringtis : disangkal 2. Bronkitis : disangkal 3. Pnemonia : disangkal 4. Morbili : disangkal 10. Entiritis : disangkal 11. Disentri basilar : disangkal 12. Disentri amueba : disangkal 13. Typoid : disangkal 14. Polio: disangkal 15. Cacingan : disangkal 16. Operasi : disangkal 17. Reaksi disangkal 18. OMA : disangkal 19. TB paru : disangkal obat/alergi :

5. Pertusis : disangkal 6. Difteri : disangkal

7. Varicella : disangkal 8. Trauma : disangkal 9. Malaria : disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini. RIWAYAT SOSIOEKONOMI Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan satu kakak kandung, ayah pedagang, ibu sebagai ibu rumah tangga biasa. Biaya perawatan di tanggung oleh Jamkesmas. Kesan ekonomi kurang.

DATA KHUSUS Riwayat Perinatal Anak laki-laki lahir dari ibu G2P2A0 dengan umur kehamilan 9 bulan, selama hamil ibu rutin memeriksakan kandungannya ke bidan tiap bulan. Anak lahir spontan ditolong oleh bidan lahir langsung menangis, warna kulit kemerahan, berat badan lahir 3600 gram, panjang badan lahir 51 cm. Riwayat makan-minum
Jenis Makanan dan Minuman

Diberikan sejak Usia Lahir sampai 4 bulan

Penjelasan Pemberian Makanan Diberikan semau anak

ASI

karena anak tidak mau minum lagi

Kesan : kualitas dan kuantitas makan dan minum cukup. Riwayat Imunisasi dasar dan ulang No 1 2. 3. Imunisasi BCG DPT Polio Berapa Kali 1X 3X 4X Umur 1 bulan 2,4,6 bulan 0,2,4,6 bulan

4. 5 6 7 8. 9. Kesan

Hepatitis B 4X 0,2,4,6 bulan Campak 1X 9 bulan MMR HIB Tifus Cacar Air Abdominalis : Imunisasi dasar lengkap sesuai umur

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Tersenyum dan miring : 2 bulan Tengkurap : 3 bulan Duduk tanpa berpegangan : 6 bulan Kesan pertumbuhan dan perkembangan normal sesuai umur

Riwayat Keluarga Berencana Orang Tua Ibu memakai KB suntik 3 bulan sejak 10 tahun yang lalu. PEMERIKSAAN FISIK Dilakukan pada tanggal 24 Agustus 2013. Anak laki-laki, BB 10 kg, TB 85 cm 1. Keadaan umum : baik Kesadaran 2. Tanda vital : a. Nadi c. Suhu 3. Status Internus a. Kepala b. Rambut c. Kulit d. Mata e. Hidung f. Telinga : Mesocephale : Hitam, tidak mudah dicabut : Sianosis (-), Ptechie (-), echimosis (-), hematoma (-) : CA (-/-), SI (-/-), Oedem palpebra (-/-) : Epistaksis (-), Nafas cuping hidung ( -/-), Secret (-/-) : Discharge ( -) : 118x/menit : 38,6oC axila b. Laju Pernapasan : 30x/menit
: composmentis

g. Mulut h. Leher i. Thorak PULMO Inspeksi Statis Dinamis COR Inspeksi Palpasi
Perkusi

: Gusi berdarah (-), sianosis (-), bibir kering (-) : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe : : : Hemithorax dextra sama dengan sinistra : Hemithorax dextra sama dengan sinistra, Retraksi (-) : stem vremitus dekstra sama dengan sinistra : tidak dilakukan : SD Vesikuler, Wheezing (-), Ronki (-) : : Iktus kordis tidak tampak : Iktus teraba, kuat angkat (-), Thrill (-)
: Tidak dilakukan.

Palpasi Perkusi Auskultasi

Auskultasi Frekuensi Bising

: : 118x/menit : (-) : : Datar : Peristaltik (+) normal : Tympani : Supel (+) : laki-laki : Atas : -/< 2 -/+/+ -/Bawah -/>2 -/+/+ -/-

Bunyi Jantung : BJ I dan II normal, reguler ABDOMEN Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi

j. Alat kelamin k. Anggota Gerak Oedem

Capilary refill : Akral dingin : R. Fisiologis : R. Patologis :

PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM Darah rutin Hb Hematokrit Lekosit Trombosit GDS Resume Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang didapatkan: 1. 2 hari panas tinggi, timbul secara mendadak dan terus-menerus 2. Disertai kejang sebanyak 1x, setiap kejang selama 2 menit, kejang bersifat simetris di kedua anggota gerak. Saat dan setelah kejang pasien dalam keadaan sadar. 3. Pasien merasakan mual dan muntah sebanyak 2x, isi muntah seperti apa yang dimakan tidak ada darah, sebanyak gelas belimbing 4. Tidak terdapat riwayat kejang demam pada keluarga pasien 5. Suhu : 38,6oC (axila) ASSESMENT : (Diagnosis Kerja) Observasi Kejang Demam DD : Kejang demam simplek Kejang demam komplek Kejang demam simplek Penatalaksanaan : Infuse RD 8 tpm : tanggal 25 Agustus 2013 : : 11,8 gr/dl : 36,3 % ( N= 10 12 ) (N= 35 - 43)

: 11,1 ribu/ul (N = 5 15) : 338 ribu/ul : 98 (N =200.000 500.000)

Injeksi Cefotaxime 300 mg / 8 jam

PO : Antipiretik : Paracetamol 3x cth 1 Antikonvulsi per rectal: Diazepam 3 x 1,6 mg

Monitoring Monitoring keluhan dan tanda-tanda vital (suhu, nadi, tensi) Monitoring GDS, elektrolit, Monitoring adanya kejang berulang

Edukasi : Memberi penjelasan kepada orang tua bahwa kejang demam umumnya penyakit yang tidak berbahaya. Menjelaskan pada penderita dan keluarganya tentang upaya pencegahan kejang berulang. Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali, apabila kejang segera bawa ke rumah sakit. Dengan pengobatan rutin mempunyai efek samping. mampu mencegah kekambuhan tetapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA LATAR BELAKANG Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat darurat. Hampir 5% anak berumur di bawah 16 tahun setidaknya pernah mengalami sekali kejang selama hidupnya. Kejang penting sebagai suatu tanda adanya gangguan neurologis. Keadaan tersebut merupakan keadaan darurat. Kejang mungkin sederhana, dapat berhenti sendiri dan sedikit memerlukan pengobatan lanjutan, atau merupakan gejala awal dari penyakit berat, atau cenderung menjadi status epileptikus. Tatalaksana kejang seringkali tidak dilakukan secara baik. Karena diagnosis yang salah atau penggunaan obat yang kurang tepat dapat menyebabkan kejang tidak terkontrol, depresi nafas dan rawat inap yang tidak perlu. Langkah awal dalam menghadapi kejang adalah memastikan apakah gejala saat ini kejang atau bukan. Selanjutnya melakukan identifikasi kemungkinan penyebabnya. DEFINISI Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38C) yang disebaban oleh suatu proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. PATOFISIOLOGI Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron otak. Mekanisme dasar terjadinya kejang adalah peningkatan aktifitas listrik yang berlebihan pada neuron-neuron dan mampu secara berurutan merangsang sel neuron

lain secara bersama-sama melepaskan muatan listriknya. Hal tersebut diduga disebabkan oleh; a) Kemampuan membran sel sebagai pacemaker neuron untuk melepaskan muatan listrik yang berlebihan b) Berkurangnya inhibisi oleh neurotransmitter asam gama amino butirat [GABA] c) Meningkatnya eksitasi sinaptik oleh transmiter asam glutamat dan aspartat melalui jalur eksitasi yang berulang. KLASIFIKASI 1. Kejang demam sederhana Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, umum tonik dan atau klonik, umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam. 2. Kejang demam kompleks Kejang demam dengan cirri (salah satu dibawah ini): a. Kejang lama > 15 menit b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam. ETIOLOGI Langkah selanjutnya, setelah diyakini bahwa serangan saat ini adalah kejang adalah mencari penyebab kejang. Ada beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam, misalnya : 1. Demam itu sendiri 2. Efek produk toksin dari mikroorganisme (kuman dan virus) terhadap otak 3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi 4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit

5. Ensefalitis viral 6. Gabungan semua factor tersebut di atas. Berdasarkan penelitian, pada penderita kejang demam ternyata insiden tonsillitis/faringitis, otitis media akut dan gastroenteritis cukup tinggi yaitu berturutturut 34%, 31%, dan 27%.

DIAGNOSIS Anamnesis dan pemeriksaan fisis yang baik diperlukan untuk memilih pemeriksaan penunjang yang terarah dan tatalaksana selanjutnya. Anamnesis dimulai dari riwayat perjalanan penyakit sampai terjadinya kejang, kemudian mencari kemungkinan adanya faktor pencetus atau penyebab kejang, Ditanyakan riwayat kejang sebelumnya, kondisi medis yang berhubungan, obat-obatan, trauma, gejalagejala infeksi, keluhan neurologis, nyeri atau cedera akibat kejang. Pemeriksaan fisis dimulai dengan tanda-tanda vital, mencari tanda-tanda trauma akut kepala dan adanya kelainan sistemik, terpapar zat toksik, infeksi, atau adanya kelainan neurologis fokal. Bila terjadi penurunan kesadaran diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari faktor penyebab. Untuk menentukan faktor penyebab dan komplikasi kejang pada anak, diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang yaitu: laboratorium, pungsi lumbal, elektroensefalografi, dan neuroradiologi. Pemilihan jenis pemeriksaan penunjang disesuaikan dengan kebutuhan. Pemeriksaan yang dianjurkan pada pasien dengan kejang pertama adalah kadar glukosa darah, elektrolit, dan hitung jenis. FAKTOR RISIKO BERULANGNYA KEJANG DEMAM 1. Riwayat kejang demam dalam keluarga 2. Usia kurang dari 15 bulan 3. Temperature yang rendah saat kejang 4. Cepatnya kejang setelah demam

TATALAKSANA Penghentian kejang: 0 - 5 menit: Yakinkan bahwa aliran udara pernafasan baik Monitoring tanda vital, pertahankan perfusi oksigen ke jaringan, berikan oksigen Bila keadaan pasien stabil, lakukan anamnesis terarah, pemeriksaan umum dan neurologi secara cepat Cari tanda-tanda trauma, kelumpuhan fokal dan tanda-tanda infeksi

5 10 menit: Pemasangan akses intarvena Pengambilan darah untuk pemeriksaan: darah rutin, glukosa, elektrolit Pemberian diazepam 0,2 0,5 mg/kgbb secara intravena, atau diazepam rektal 0,5 mg/kgbb (berat badan < 10 kg = 5 mg; berat badan > 10 kg = 10 mg). Dosis diazepam intravena atau rektal dapat diulang satu dua kali setelah 5 10 menit. Jika didapatkan hipoglikemia, berikan glukosa 25% 2ml/kgbb.

10 15 menit Cenderung menjadi status konvulsivus Berikan fenitoin 15 20 mg/kgbb intravena diencerkan dengan NaCl 0,9% Dapat diberikan dosis ulangan fenitoin 5 10 mg/kgbb sampai maksimum dosis 30 mg/kgbb. 30 menit Berikan fenobarbital 10 mg/kgbb, dapat diberikan dosis tambahan 5-10 mg/kg dengan interval 10 15 menit. Pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan, seperti analisis gas darah, elektrolit, gula darah. Lakukan koreksi sesuai kelainan yang ada. Awasi tanda

Tanda depresi pernafasan. Bila kejang masih berlangsung siapkan intubasi dan kirim ke unit perawatan intensif.

Pemberian obat pada saat demam Antipiretik Antipiretik pada saat demam pada saat demam dianjurkan. Dosis asetaminofen yang digunakan berkisar 10-15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali 3-4kali sehari. Parasetamol 10mg/kg sama efektifnya dengan ibuprofen. Antikonvulsan Pemakaian diazepam oral dosis 0.3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang. Begitu pula dengan diazepam rectal dosis 0.5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38.5C. Fenobarbital, karbamazepin, fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam. Pemberian obat rumat Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang. Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, fenobarbital 3-4mg/kg per hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan cirri sebagai berikut (salah satu) : 1. Kejang lama > 15 menit 2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus 3. Kejang fokal 4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila : Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam

Kejang demam terjadi pada bayi < 12 bulan Kejang demam 4 kali per tahun

Lama pengobatan Rumat : Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.

EDUKASI PADA ORANG TUA Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua, hendaknya diberikan edukasi : 1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya tidak berbahaya 2. Memberikan cara penanganan kejang 3. Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali 4. Terapi memang efektif mencegah rekurensi tetapi mempunyai efek samping 5. Tidak ada bukti bahwa terapi akan mengurangi kejadian epilepsy. PROGNOSIS Ad functionam : Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal Risiko cacat akibat komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Ad sanam : Kemungkinan berulang 80% apabila terdapat seluruh factor risiko. Sedangkan bila tidak terdapat factor tersebut hanya 10-15% kemungkinan berulang. Ad vitam : Kematian karena kejang tidak pernah dilaporkan

BAB III PEMBAHASAN Anak usia 1 tahun dengan keluhan 2 hari yang lalu, panas tinggi, timbul secara mendadak dan terus-menerus, disertai kejang sebanyak 2x dalam 24 jam, setiap kejang selama 2 menit, kejang bersifat simetris di kedua anggota gerak. Saat dan setelah kejang pasien dalam keadaan sadar. Pasien merasakan mual dan muntah sebanyak 2x, isi muntah seperti apa yang dimakan tidak ada darah, sebanyak gelas belimbing. Tidak terdapat riwayat kejang demam pada keluarga pasien. Riwayat imunisasi dan pertumbuhan/perkembangan sesuai usia Pada pemeriksaan fisik didapatkan abnormalitas : Suhu : 38,7oC (axila) Berdasarkan teori, keluhan ini dikategorikan ke dalam kejang demam karena kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh yaitu 38C. Dan diklasifikasikan ke dalam kejang demam simpleks karena memenuhi salah satu kriteria yaitu kejang tidak berulang dalam 24 jam, lama kejag < 15 menit. Tatalaksana kejang demam adalah antipiretik dan antikonvulsan pada saat demam. Antipiretik yang digunakan parasetamol 10mg/kgbb. Antikonvulsan yang digunakan diazepam rectal dosis 0.5 mg/kg atau diazepam intravena dosis 0.3-0.5 mg/kgbb. Pasien diberi edukasi yaitu : Di Rumah Sakit : Tirah baring Minum obat teratur. Makan makanan yang bergizi.

Di rumah : Jika panas, minum obat penurun panas, jika panas tidak turun, segera bawa ke pelayanan kesehatan

Jika kejang, segera bawa ke rumah sakit. Edukasi kepada orang tua agar anak makan makanan bergizi dan terjaga kebersihannya.

Pemberian makanan sesuai umur. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar.

Prognosis pada pasien ini : Ad functionam : ad bonam Ad sanam : ad malam Ad vitam : ad bonam

BAB IV KESIMPULAN

1. Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan demam dan usia, serta tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. 2. Pemberian antipiretik tanpa disertai pemberian antikonvulsan atau diazepam dosis rendah tidak efektif untuk mencegah timbulnya kejang demam berulang. 3. Penanganan pasien sudah sesuai dengan acuan penatalaksanaan kejang yang berlaku di Indonesia

Daftar Pustaka 1. Soetomenggolo, T.S., (1998), Kejang Demam dalam Buku Ajar Neurologi, IDAI, Jakarta. 2. Pusponegoro, H.D., Widodo, D.P., Ismael, S., (2006), Konsensus

Penatalaksanaan Kejang Demam, Unit Kerja Koordinasi Neurologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta. 3. Kusuma, D., Yuana I., (2010), Korelasi antara Kadar Seng Serum dengan Bangkitan Kejang Demam, (Tesis), Magister Ilmu Biomedik dan Program Pendidikan Dokter Spesialis 1, Ilmu Kesehatan Anak, Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah. 4. Fuadi, F., (2010), Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak, (Tesis), Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah. 5. Jones, T., Jacobsen, S.J., (2007), Childhood Febrile Seizures: Overview and Implications, Int. J. Med. Sci. 4(2):110-114. 6. Wolf, P., Shinnar, S., (2005), Febrile Seizures in Current Management in Child Neurology, Third Edition. BC Decker Inc. 7. Srinivasan, J., Wallace, K.A., Scheffer, I.E., (2005), Febrile Seizures, Australian Family Physician, Vol. 34, No. 12: 1021-1025. 8. Scheffer, I.E., Sadleir, L.G., (2007), Febrile Seizures, BMJ;334;307-311. 9. Bahtera, T., (2006), Pengelolaan Kejang Demam, Neurologi Anak, FK UNDIP, Jawa Tengah. 10. Ministry of Health Service, (2010), Guidelines and Protocols : Febrile seizures, British Columbia Medical Assosiation. 11. Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter anak
Indonesia Jilid 1.

12. Mangunatmadja, I., Widodo, D.P., (2011), Simposium dan Workshop Tata Laksana Terkini Kejang Demam dan Epilepsi pada Anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Kalimantan Barat.

Anda mungkin juga menyukai