Anda di halaman 1dari 2

KONSTIPASI I.

Definisi Seseorang dikatakan menderita konstipasi apabila memiliki 2 dari keluhan dibawah ini dalam waktu 3 bulan : 1. Konsistensi feses yang keras 2. Mengejan keras saat BAB 3. Rasa tidak tuntas saat BAB, meliputi 25% dari keseluruhan BAB 4. Frekuensi BAB 2x seminggu atau kurang Konstipasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : 1. Konstipasi fungsional Kriteria diagnosisnya ditegakkan apabila didapatkan 2 atau lebih dari keluhan berikut dalam waktu 12 bulan : a. Mengejan keras 25% dari BAB b. Feses yang keras 25% dari BAB c. Rasa tidak tuntas 25% dari BAB d. BAB kurang dari 2x per minggu 2. Konstipasi karena penundaan keluarnya feses pada muara rektum sigmoid Kriteria diagnosis apabila didapatkan keluhan : a. Hambatan pada anus lebih dari 25% BAB b. Waktu untuk BAB lebih lama c. Perlu bantuan jari-jari untuk mengeluarkan feses II.Patofisiologi Konstipasi Pada penderita konstipasi mengalami perubahan patologik pada rektum sebagai berikut : 1. Diskesia rektum Ditandai dengan penurunan tonus rektum, dilatasi rektum, gangguan sensasi rektum dan peningkatan ambang kapasitas. Pada colok dubur didapatkan impaksi feses yang tidak disadari karena dorongan BAB yang sudah tumpul. 2. Dis-sinergis pelvis Terdapat kegagalan untuk relaksasi otot pubo-rektalis dan spingter anus eksterna saat BAB. Pemeriksaan manometrik menunjukkan peningkatan tekanan pada saluran anus saat mengejan. 3. Peningkatan tonus rektum Terjadi kesulitan mengeluarkan feses yang bentuknya kecil. Ditemukan pada kolon spastik. III.Gambaran klinis konstipasi Pemeriksaan perut yang dilakukan yaitu inspeksi, palpasi, perkusi,dan auskultasi. Pada inspeksi dilihat apakah ada pembesaran abdomen, peregangan, atau penonjolan. Selanjutnya palpasi perut untuk menilai kekuatan otot-otot perut. Palpasi lebih dalam dapat meraba massa feses di kolon, adanya tumor, atau aneurysma aorta. Pada perkusi dicari antara lain pengumpulan gas berlebihan, pembesaran organ, ascites, atau adanya massa feses.

Auskultasi antara lain untuk mendengarkan suara gerakan usus besar, normal, atau berlebihan. Pada colok dubur dikerjakan untuk mengetahui ukuran dan kondisi rektum serta besar dan konsistensi feses. Pemeriksaan laboratorium dikaitkan dengan upaya mendeteksi faktor risiko penyebab konstipasi. Foto polos perut dikerjakan untuk penderita konstipasi, terutama yang terjadi akut. Tes manometri untuk mengukur tekanan pada rektum dan saluran anus saat istirahat. Pemeriksaan elektromiografi untuk mengukur tekanan spingter dan fungsi syaraf pudendus. IV.Komplikasi 1. Impaksi feses 2. Inkontinensia alvi 3. Retensio urine 4. Volvulus 5. Prolaps rektum Dapus : Buku geriatri Boedhi Dharmojo TARIDA DOROTHY G0007021

Anda mungkin juga menyukai