Anda di halaman 1dari 9

Somatoform Disorders

Nurul Hanifah 0907101010011 (Kompetensi 3A)

Defenisi Kumpulan gangguan yang terlihat pada gejala fisik namun tidak bisa dijelaskan secara medis baik fisiologis maupun pengontrolan secara sadar. Hal ini berkaitan dengan faktor psikologis seperti kecemasan. Gejala tersebut cukup menggangu kemampuan pasien dalam fungsi sosial atau aktifitas pekerjaannya (Kaplan, 2009). somatoform disorders termasuk body dysmorphic disorders (dysmorphophobia), hypochondriasis, somatization disorders, somatoform pain disorders, hysteria (Meng, 2012). Etiologi Secara garis besar menurut Nevid (2005) faktor-faktor yang menyebabkan somatoform disorders adalah sebagai berikut: 1. Faktor Biologis (genetik) 2. Faktor lingkungan sosial 3. Faktor perilaku (Kecemasan, berpura-pura sakit) 4. Faktor emosi dan kognitif (Nevid, 2005) Epidemiologi Prevalensi rata-rata diagnosis ini adalah 0,1% di Amerika Serikat. Sedangkan studi di Belgia melaporkan bahwa sindrom somatization merupakan gangguan psikiatrik terbesar ketiga dengan rata-rata prevalensi 8,9% di dunia. Jenis kelamin yang sering ditemukan terdiagnosis adalah perempuan dengan perbandingan 10: 1 untuk somatization disorders, 2:15:1 untuk convesion disorders, 2:1 untuk pain disorder, dan 1:1 untuk hypochondriasis. Usia yang mendapat gejala ini dapat dimulai dari anak hingga dewasa muda (Yates, 2012). Patofisiologi Patofisiologi dari Somatization disorders tidak diketahui. Gangguan somatoform primer mungkin berhubungan dengan kekhawatiran yang tinggi dari sensasi tubuh normal. Kekhawatiran ini terdiri dari bias kognitif dalam menginterpretasikan gejala fisik sebagai penyakit medis. Bangkitan otonom ini dikaitkan dengan efek fisiologis dari noradrenergik endogen yang menyebabkan takikardi atau hipermotilitas gastrikus. Ia juga memicu

ketegangan otot dan nyeri karena peningkatan aktivitas otot seperti Tension Type Headache (Yates, 2012). Manifestasi Klinis Biasanya pasien mengeluhkan berbagai penyakit fisik seperti nyeri, berdebar, ataupun diare) namun setelah dilakukan pemeriksaan fisik tidak ada etiologi yang mendasarinya. Adapula pasien yang mengeluh adanya sulit bernafas maupun menelan, lumpuh kaki dan tangan sementara, atau ia menyadari memiliki penyakit serius namun sebenarnya ia tidak memilikinya. tipe utama dari gangguan somatoform adalah gangguan hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan gangguan somatisasi (Nevid, 2005). Klasifikasi dan Diagnosis Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III (Departemen Kesehatan R.I., 1993) dibagi menjadi : F.45.0gangguan somatisasi F.45.1gangguan somatoform tak terperinci F.45.2gangguan hipokondriasis F.45.3disfungsi otonomik somatoform F.45.4gangguan nyeri somatoform menetap F.45.5gangguan somatoform lainnya F.45.6gangguan somatoform YTT konversi,

1. Gangguan Somatisati (Somatization Disoders) (Phillips, 2001) Yaitu gangguan yang terdiri dari gejala multiple pada beberapa organ. Penegakan diagnosis dengan cara menilai: A. Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode beberapa tahun B. Tiap criteria berikut harus ditemukan: Adanya 4 gejala nyeri di 4 lokasi berbeda (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak,dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atauselama miksi) Adanya 2 gejala Gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnyamual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare,

atauintoleransi terhadap beberapa jenis makanan)

Adanya

gejala

seksual:

sekurangnya

satu

gejala

selain

dari

nyeri

(misalnyaindiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjangkehamilan). Adanya 1 gejala pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau deficit yangmengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada

nyeri(gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis, sulit menelan,retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandanganganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia;atau hilangnya kesadaran selain pingsan). C. Salah satu (1)atau (2): Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yangdikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera,medikasi, obat, atau alkohol) Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuanlaboratorium. D.Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan atau pura-pura) 2. Gangguan somatoform tak terperinci Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan, keluhan gastrointestinal atau saluran kemih) Salah satu (1)atau (2) Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh kondisi medis umum yang diketahui atau oleh efek langsung dari suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat,atau alkohol) Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan menurut riwayat penyakit , pemeriksaan fisik, atau temuan laboratonium. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya. Durasi gangguan sekurangnya enam bulan Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya gangguan somatoform, disfungsi seksual, gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan tidur, atau gangguan psikotik).

Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura) 3. Gangguan Hipokondriasis (Anon., 2012) Ciri-ciri diagnostik dari hipokondriasis Perokupasi (keterpakuan) dengan ketakutan menderita, ide bahwa iamenderita suatu penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliruorang tersebut terhadap gejalagejala tubuh. Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medisyang tepat Tidak disertai dengan waham dan tidak terbatas pada kekhawatirantentang penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh). Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinisatau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi pentinglain. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguankecemasan umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik,gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau gangguansomatoform lain. 4. Gangguan Disfungsi Otonomik Somatoform Kriteria diagnostik yang diperlukan : ada gejala bangkitan otonomik ex, palpitasi, berkeringat, tremor,muka panas, yang sifatnya menetap dan mengganggu gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu(tidak khas) preokupasi dengan penderitaan mengenai kemungkinan adanyagangguan yang serius yang menimpanya, yang tidak terpengaruh olehhasil Px maupun penjelasan dari dokter tidak terbukti adanya gangguan tang cukup berarti padastruktur/fungsi dari sistem/organ yang dimaksud kriteria ke 5, ditambahkan :F.45.30 = Jantung Dan Sistem Kardiovaskular F.45.31 = Saluran Pencernaan Bgn Atas; F.45.32 = Saluran Pencernaan Bgn Bawah; F.45.33 = Sistem Pernapasan ; F.45.34 = Sistem Genito-Urinaria; F.45.38 = Sistem Atau Organ Lainnya. 5. Gangguan Nyeri Yang Menetap Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri

Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis ataugangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset,kemarahan, eksaserbasi atau bertahannnya nyeri. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat(seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura). Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood,kecemasan, atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteriadispareunia. 6. Gangguan Somatoform Lainnya Pedoman Diagnostik : keluhan yang ada tidak melalui saraf otonom, terbatas secara spesifik pd bagian tubuh/sistem tertentu tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan jaringan termasuk didalamnya pruritus psikogenik globus histericus (perasaan ada benjolan di kerongkongan) dan dismenore psikogenik TAMBAHAN DSM IVA A. Gangguan Konversi Kriteria diagnostik untuk Gangguan adalah sebagai berikut: Paling tidak terdapat satu simtom atau defisit yang melibatkan fungsimotorik volunternya atau fungsi sensoris yang menunjukkan adanya gangguan fisik. Faktor psikologis dinilai berhubungan dengan gangguan tersebut karena onset atau kambuhnya simtom fisik terkait dengan munculnya stressor psikososial atau situasi konflik. Orang tersebut tidak dengan sengaja menciptakan simtom fisik tersebut atau berpurapura memilikinya dengan tujuan tertentu.

Simtom tidak dapat dijelaskan sebagai suatu ritual budaya atau pola respon, juga tidak dapat dijtelaskan dengan gangguan fisik apa pun melalui landasan pengujian yang tepat.

Simtom menyebabkan distres emosional yang berarti, hendaya dalam satu atau lebih area fungsi, seperti fungsi sosial atau pekerjaan, atau cukup untuk menjamin perhatian medis.

Simtom tidak terbatas pada keluhan nyeri atau masalah pada fungsi seksual, juga tidak dapat disebabkan oleh gangguan mental lain.

B. Gangguan Dismorfik Tubuh Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik Tubuh Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukansedikit anomali tubuh, kekhawatiran orang tersebut menjadi berlebihan. Preokupasi menyebabkan Penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya, ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia nervosa). Tatalaksana (Servan-Schreiber, et al., 2004) dan (Departemen Kesehatan R.I., 1993) Gangguan somatoform Tujuan pengobatan Strategi dan teknik Strategi dan teknik psikoterapi psikososial dan farmakologikal dan fisik

1.Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk kehidupan nyata 2.Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis,treatment, dan obat-obatan yang tidak perlu 3. Melakukan control farmakologis terhadap sindrom

1. pengobatan yangkonsisiten, ditanganioleh dokter yangsama 2. buat jadwal regular ddengan intervalwaktu kedatanganyang memadai 3. memfokuskan terapi secara gradualdari gejala ke personal dan kemasalah sosial

1. diberikan hanya bilaindikasinya jelas 2. hindari obatobatanyang bersifat addiksi

komorbid(memperparah kondisi) Gangguansomatisasi 1,2,3 1,2,3 1,2- anti anxietas danantidepressan

Gangguansomatisasi tak terperinci

1,2,3

1,2,3

1 dan 2- obat anti anxietas dananti

depresan (jika perlu)

hipokondriasi

1,2,3

1,2,3 Therapi kognitiv- behaviour

2 Usahakan untuk mengurangi gejala

hipokondriacal dengan (Fluoxetine 80mg/ dibandingkan dengan obat lain SSRI 60hari)

Gangguan menetap

nyeri 1,2,3 Jika nyeri nya akut (< 6 bulan),tambahkan obt simptomatik untuk gejala yang timbulJika nyeri bersifat kronik (>6 bulan ), fokus pada pertahankanfungsi dan motilitas tubuh daripada fokus pada penyembuhan nyeri

1,2,3 Nyeri kronik : pertimbangkan terapifisik dan pekerjaan,serta terapi kognitifbehavioural

dan

2Akut

acetaminophen dan NSAIDS dicampur)atau sebagai yambahan (tidak

pdaopioid Kronik : Trisiklik antidepresan, acetaminophen dan NSAID Pertimbangkan akupuntur

Gangguan Konversi

1,2,3

Akut: yakinkan, sugesti pasien untuk

1 dan 2 Pertimbangkan

mengurangi gejala pertimbangkan narcoanalisis (sedative hypnosis), hipnoterapi, behavioral terapi Kronik: 1,2, dan 3 Eksplorasi lebih lanjut mengenai konflik yang bersifat unterpersonal pada pasien Gangguan dismorfik 1,2,3 khususnya tubuh menghindari pembedahan 1,2,3 terapi

narcoanalisis (sedative hypnotic)

2 Usahakan untuk gejala

kognitif-behavioural mengurangi hipokandriacal dengan (Fluoxetine mg/hari) dibandingkan

SSRI 60-80

dengan obat lain

Prognosis Penatalaksanaan secara dini akan memperbaiki prognosis dan membatasi kerusakan sosial dan pekerjaan (Yates, 2012).

DAFTAR PUSTAKA Anon., 2012. Dissociative and Somatoform Disorders. [Online] Available at: http://www.csun.edu/~hcpsy002/0135128978_ch07.pdf [Accessed 15 April 2013]. Departemen Kesehatan R.I., 1993. Pedoman Penggolongan dan Gangguan Jiwa di Indonesia III. pertama ed. Jakarta: Direktorat Pelayanan medik Departemen Kesehatan RI.

Kaplan, 2009. USMLE Step 2 CK Lecture Notes. United States of America: The Federation of State Medical Boards of the United States, Inc. Meng, K. S., Available at: [Accessed 15 April 2013]. 2012. Medline. [Online] http://www.med.nus.edu.sg/pcm/book/16.pdf

Nevid, J. S., 2005. Psikologi Abnormal Jilid I. Jakarrta: Penerbit Erlangga. Phillips, K. A., 2001. Somatoform Factitious Disorders. Washington DC: American Psychiatric Publishing. Servan-Schreiber, D., Tabas, G., Kolb, R. E. & haas, L. J., 2004. Somatoform Disoders. In: L. J. haas, ed. Handbook of Primary Care Psychology. London: Oxford University Press, p. 555. Yates, W. R., 2012. Emedicine medscape. [Online] Available at: http://emedicine.medscape.com/article/294908-overview#showall [Accessed 15 April 2013].

Anda mungkin juga menyukai