Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

TEORI AKUNTANSI LAPORAN LABA KOMPREHENSIF

NAMA KELOMPOK 11 : 1. ANNISA FAHRIZA 2. DEA LAKCINTARANI 3. RINA YULIANDA (1102112866 ) (1102136413 ) (1102120077 )

4.YULIANA DWI JAYANTI (1102112907) 5.RAJA MUHAMMAD RASYID (1102136274)

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU 2013

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul LAPORAN LABA KOMPREHENSIF ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu matakuliah TEORI AKUNTANSI Dr.EMRINALDI NUR DP,SE,M.Si,Ak. Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah TEORI AKUNTANSI atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenaiLAPORAN LABA KOMPREHENSIF khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Pekanbaru, 9 Desember 2013

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-datakuantitatif atas semua transaksi yang telah dilakukan oleh perusahaan dalam periodetertentu. Laporan keuangan juga merupakan sarana komunikasi antara perusahaandengan publik, di dalam laporan keuangan tersebut terdapat informasi atas kondisikeuangan perusahaan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak,baik pihak internal maupun pihak eksternal. Tujuan dari laporan keuangan adalahmemberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumbersumberekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan dan memberikan informasikeuangan yang membantu para pemakai laporan dalam mengestimasi potensiperusahaan untuk menghasilkan laba (Baridwan, 1997). Informasi dalam laporankeuangan berguna bagi para pemegang saham dan investor untuk dapat mengambilkeputusan sehubungan dengan investasi mereka dalam perusahaan serta berfungsisebagai sarana pertanggungjawaban dari pihak manajemen atas pengelolaan assetmaupun sumber daya perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Seluruh informasi yang terkandung dalam laporan keuangan sangat penting bagi para pengguna, namun pada umumnya hal yang paling diperhatikan oleh para pengguna laporan keuangan adalah informasi laba yang telah dicapai oleh perusahaan selama periode tertentu, hal tersebut disebabkan karena laba merupakan salah satu indikatoryang paling sering digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Apabila laba yangdihasilkan oleh perusahaan meningkat berarti kinerja perusahaan juga semakin membaik dari periode sebelumnya begitu juga sebaliknya. Laba yang dihasilkan oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1 dalam Intermediate Accounting (Baridwan. 1992:3) menyebutkan bahwa informasi mengenai laba dalam laporan keuangan berguna bagi investor dan kreditur yang ada dan potensial dalam membuat keputusan untuk

investasi serta melakukan penaksiran tentang perusahaan di masa mendatang. Laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan merupakan laba yang dihasilkan dengan metode akrual. Menurut Dechow (1994) laba akrual dianggap sebagai ukuran yang lebih baik dibandingkan dengan arus kas dari aktivitas operasi karena metode akrual mempertimbangkan masalah waktu, tidak seperti yang terdapat dalam arus kas dari aktivitas operasi. Standar Akuntansi Keuangan memberikan fleksibilitas bagi manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi yang lebih mempresentasikan keadaan perusahaan. Menurut Beattie, et al (1994) menjelaskan bahwa perhatian investor yang sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut, mendorong manajer untuk melakukan praktik perataan laba (income smoothing). Laporan keuangan mencerminkan kinerja manajemen dalam periode tertentu dan sebagai dasar evaluasi kinerja perusahaan sehingga laporan keuangan perusahaan disajikan sebaik mungkin. Kondisi ini disadari oleh manajemen perusahaan, terutama mereka yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi laba yang telah dicapai oleh perusahaan selama satu periode pelaporan, sehingga hal ini mendorong timbulnya perilaku yang tidak semestinya (dysfunctional behaviour). Dysfunctional behaviour dari pihak manajemen ini terkait dengan teori keagenan (agency theory). Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antarapihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yangmenerima wewenang (agen) yaitu manajemen, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut nexus of contract dimana pihak investor memberikan wewenang kepada manajemen untuk mengambil keputusan atas nama investor (Jensen dan Meckling,1976). Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal diasumsikan hanya menginginkan hasil keuangan atas investasi mereka dalam perusahaan, sedangkan para manajemen sebagai agen disumsikan menginginkan kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Perbedaan kepentingan ini yang mengakibatkan masing-masing pihak untuk berusaha memperbesar keuntungan bagi diri mereka sendiri. Para investor menginginkan pengembalian yang besar atas investasi mereka yang dicerminkan dengan kenaikan porsi pembagian dividen dari tiap saham yang mereka miliki, sedangkan manajemen sebagai agen menginginkan kepentingannya disertai denganpemberian kompensasi berupa bonus atau insentif

yang sepadan atas kinerja mereka. Investor sebagai prinsipal menilai prestasi manajemen berdasarkan kemampuannya mengelola sumber daya perusahaan untuk menghasilkan laba yang akan dialokasikanpada pembagian dividen. Perbedaan kepentingan tidak hanya terjadi antara pihak manajemen dengan pihak investor saja, tetapi juga dengan pengguna informasi akuntansi lainnya, seperti kreditor dan pemerintah. Kreditor hanya ingin memberikan kredit sesuai kemampuan perusahaan sedangkan manajemen berkeinginan memperoleh kredit sebesar mungkin dengan bunga yang rendah. Pemerintah ingin memungut pajak sebesar mungkin sedangkan manajemen ingin membayar pajak sekecil mungkin, (Jin dan Macfoedz,1998). Perbedaan kepentingan itulah yang mengakibatkan manajemen melakukanpraktik manajemen laba (earning management) atau manipulasi informasi keuangan perusahaan, khususnya laporan keuangan. Selain itu Standar Akuntansi Keuanganmemberikan fleksibilitas bagi manajemen untuk memilih metode akuntansi yangdapat dipakai oleh manajemen dalam menyusun laporan keuangan. Manajemen laba bertujuan untuk menghasilkan laba yang relatif stabil saat laporan keuangan dipublikasikan. Tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh agen dapat meningkatan laba yang dilaporkan ketika laba yang dicapai rendah dan menurunkanlaba ketika laba yang dicapai relatif tinggi. Menurut Assih dan Gudono (2000) manajemen laba adalah suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan. Menurut Fischer dan Rozenzwig (1995) manajemen laba adalah tindakan manajer yang menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang. Pengertian lain mengenai manajemen laba menurut Healy dan Wallen (1999) manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan kebijakan dalam laporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan stakeholders tentang penilaian kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada angka akuntansi. Praktik manajemen laba merupakan fenomena yang umum di banyak negara termasuk di Indonesia, meski demikian manajemen laba dapat menjadi suatu hal yang merugikan investor karena investor tidak memperoleh informasi yang akuratdengan tidak menerima informasi kondisi posisi keuangan perusahaan yangsebenarnya mengenai laba yang

telah diperoleh perusahaan untuk mengevaluasi tingkat pengembalian berdasarkan portofolio mereka. Sehingga perlu diketahui sejak awal kemungkinan perusahaan melakukan praktik manajemen laba atau tidak serta menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Penelitian sebelumnya telah banyak dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba dengan variabel dependen perataan laba pada perusahaan publik di Indonesia, antara lain dilakukan oleh Zuhroh (1996), Jin dan Machfoedz (1998), Salno dan Baridwan (2000), Murtanto (2004), Suwito dan Herawaty (2005), dan Kustiani dan Ekawati (2006). Jin dan Machfoedz (1998) meneliti bahwa faktor-faktor yang diduga mendorong praktik perataan laba oleh perusahaan adalah ukuran perusahaan, jenis industri, profitabilitas, dan leverage operasi perusahaan. Hasil penelitian ini menyatakan hanya faktor leverage operasi saja yang mendorong terjadinya praktik perataan laba pada perusahaan. Suwito dan Herawaty (2005) meneliti faktorfaktor yang dapat dikaitkan dengan praktik perataan laba dengan mengambil sampel perusahaan yang terdaftar di BEJ selama periode tahun 2000-2002. Dari lima variabel independen yang diuji, yaitu jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas perusahaan, rasio leverage operasi perusahaan, dan net profit margin perusahaan, diperoleh hasil bahwa tidak ada satupun dari faktor-faktor tersebut yang berpengaruh secara signifikan terhadap tindakan perataan laba. Herni dan Susanto (2008) menyimpulkan bahwa tingkat profitabilitas perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi praktik manajemen laba, karena sesuai dengan hipotesa biaya politik bahwa tingkat profitabilitas yang semakin tinggi akan mengakibatkan tingginya harapan dari regulator dan masyarakat dari segi pembayaran pajak dan pengembalian investasi berupa dividen. Sebaliknya, penelitian yang dilakukan Juniarti dan Corolina (2005) membuktikan bahwa profitabilitas tidak berpengaruhi terhadap perataan laba, dikarenakan profitabilitas yang diproksikan melalui Return On Asset cenderung diabaikan oleh para investor sehingga manajemen tidak termotivasi untuk melakukan perataan laba berdasarkan variabel tersebut. Penelitian lain memberikan bukti empiris bahwa perusahaan-perusahaan besar memiliki dorongan yang besar untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan kecil, dengan alasan karena perusahaan-perusahaan besar lebih mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat umum Budilekmana dan Andriani (2005). Sebaliknya Nasser dan Parulian (2006) menemukan bahwa perusahaan besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil karena perusahaan-perusahaan besar diteliti dan dipandang lebih kritis.Praktik perataan laba banyak dilakukan oleh perusahaan di Indonesia

maupun di luar Indonesia sehingga mendorong banyak penelitian yang dilakukan dengan menguji faktor yang mempengaruhi variabel perataan laba atau income smoothing. Seiring berkembangnya aktivitas perekonomian yang berdampak pada aktivitas operasional perusahaan, tidak hanya perataan laba yang dilakukan oleh manajemen untuk membuat laba perusahaan terlihat bagus, metode lain yang digunakan oleh manajer perusahaan adalah taking a bath, income minimization dan income maximization. Komponen tersebut termasuk dalam komponen manajemen laba, sehingga banyak penelitian yang dilakukan kembali dengan mengambil variable independen manajemen laba, karena cakupan variabel manajemen laba lebih luas. Pengukuran manajemen laba menggunakan discretionary accruals modified Jones. Variabel independen yang diduga mempengaruhi manajemen laba adalah profitabilitas, leverage, size, dan growth. Pemilihan variabel profitabilitas, leverage, size, dan growth karena variabel ini banyak dipakai oleh publik untuk menilai sebuah perusahaan, meskipun penilaian dapat dipengaruhi oleh variabel lain seperti kondisi ekonomi negara. Publik lebih menyukai perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi dan tingkat leverage yang rendah, penilaian lain berdasarkan ukuran perusahaan (size) yang besar dan tingkat pertumbuhan perusahaan (growth) yang tinggi. Investor menilai perusahaan yang berukuran besar dan terus bertumbuh adalah perusahaan yang sedang berkembang, sedangkan perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi serta tingkat leverage yang rendah adalah perusahaan yang sehat dan jauh dari kebangkrutan. Berdasarkan penilaian investor terhadap perusahaan dari berbagai faktor mendorong manajer memakai metode akuntansi yang menyajikan laporan keuangan terlihat bagus. Penerapan metode akuntansi merupakan cara untuk melakukan manajemen laba pada laporan keuangan yang dilaporkan.

BAB II PEMBAHASAN
Laporan laba rugi (income statement) menyajikan ukuran keberhasilan kinerja yang dicapai oleh entitas pelaporan dalam satu periode berjalan. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasi entitas. Laporan laba rugi menyediakan rincian penghasilan, beban, laba dan rugi entitas untuk suatu periode waktu. Laba mengindikasikan profitabilitas entitas dan mencerminkan pengembalian (return) kepada pemegang saham untuk periode yang bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba diperoleh. Dalam akuntansi berbasis akrual, penghasilan diakui saat entitas menjual barang atau menyerahkan jasa pada saat diperoleh/dihasilkan (earned) dan ditandingkan (matching) dengan beban yang diakui terlepas dari saat pembayaran. Model akuntansi yang masih digunakan sekarang adalah biaya historis, di mana aset dan liabiitas dinilai berdasarkan harga yang diperoleh pada saat transaksi aktual di masa lalu. Akuntansi biaya historis (historical cost accounting) disebut juga sebagai model akuntansi berdasar transaksi (transaction-based model). Laba terutama ditentukan dengan mengakui penghasilan yang direalisasi atau dapat direalisasi dan diperoleh (realized or realizable and earned) selama periode dan mengaitkan beban dengan penghasilan yang diakui. Alternatif model biaya historis ini adalah akuntansi nilai wajar (fair value accounting) atau disebut juga dengan mark-to-market accounting.Dengan model akuntansi nilai wajar, nilai aset dan liabilitas ditentukan oleh nilai wajar (biasanya harga pasar) pada saat tanggal pengukuran (kira-kira tanggal laporan keuangan). Laba dengan model ini cukup merefleksikan perubahan bersih dalam nilai wajar aset dan liabilitas selama periode, di mana keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi diakui. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, standar akuntansi keuangan Indonesia berbasis prinsip dan banyak menggunakan konsep fair value dalam penilaian aset dan liabilitas. Pada tahun 2011, komponen laporan keuangan mengalami sedikit perubahan. Perubahan tersebut antara lain, terlihat dalam laporan laba rugi menjadi laporan laba rugi komprehensif. Pendapatan komprehensif ini berisi perubahan-perubahan karena penggunaan model nilai wajar, pos-pos dalam pendapatan komprehensif lain mencakup keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi. Laporan laba rugi komprehensif tidak hanya mencakup keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi, tetapi juga mencakup keuntungan atau kerugian yang telah

direalisasi. Bagian yang menyajikan keuntungan atau kerugian yang telah direalisasi disebut sebagai laporan laba rugi, sedangkan bagian yang menyajikan keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi disebut sebagai bagian pendapatan komprehensif lain.

2.1. Income dan Revenue


Ada beberapa definisi penghasilan: Menurut KDPPLK: income (penghasilan) adalah peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

Dalam SFAC Nomor 6 ada istilah comprehensive income (penghasilan komprehensif), yaitu modal perusahaan selama satu periode dari transaksi, peristiwa lain dan keadaan dari sumber selain pemilik perusahaan, mencakup semua perubahan modal dalam suatu periode kecuali yang timbul sebagai akibat investasi pemilik dan distribusi kepada pemilik. Penghasilan komprehensif meliputi : komponen pokok, yaitu pendapatan (revenue), biaya (expenses), laba atau keuntungan (gains) dan rugi (losses), komponen antara (laba akuntansi ), yaitu komponen sebagai akibat kombinasi berbagai komponen pokok seperti laba kotor, laba usaha, laba sebelum pajak, dan laba setelah pajak. Penghasilan (income) didefinisikan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. (Ref: PSAK 1, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan). Yang disebut dengan penghasilan (income) meliputi:Pendapatan (revenue); dan Keuntungan (gain). Transaksi yang menyebabkan kenaikan aktiva, menurut Patton dan Littleton antara lain adalah :

transaksi pembelanjaan yang bersumber dari kreditur maupun pemegang saham laba (gains) dari penjualan aktiva yang bukan berupa barang dagangan seperti aktiva tetap, surat berharga atau penjualan anak perusahaan hadiah, sumbangan, atau penemuan revaluasi aktiva penyerahan produk perusahaan Ada beberapa definisi tentang Pendapatan, yaiut: Menurut PAI 84 Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan kewajiban suatu badan usaha yang timbul dari penyerahan barang dagang dan jasa atau aktivitas lainnya dalam satu periode Menurut FASB Pendapatan adalah aliran masuk atau pertambahan aktiva suatu perusahaan atau penyelesaian utang (karena kombinasi diantara keduanya) dari penyerahan atau produksi barang, penyerahan jasa dan atau kerugian lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha tersebut. Menurut PSAK No 23 Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modalDalam PSAK 23 (Rev 2009) disebutkan: Pendapatan adalah penghasilan yang timbul selama dalam aktivitas normal perusahaan. Pendapatan dikenal dengan bermacam-macam sebutan yang berbeda seperti: penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen dan royalti. Dalam PSAK 23, disebutkan: Pendapatan diakui bila kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dan manfaat ini dapat diukur dengan andal. Dari pengertian di atas, bisa dibuat semacam kriteria:

Kriteria-1: Mengandung potensi manfaat ekonomi di masa depan Kriteria-2: Masuk ke dalam perusahaan Krietria-3: Dapat diukur dengan andal. PSAK 23 jelas menyebutkan bahwa, pendapatan hanya diakui bila timbul sebagai akibat dari 3 jenis transaksi berikut ini: 1. Penjualan barang Barang yang dimaksudkan di sini meliputi barang yang diproduksi oleh perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain yang dimiliki untuk dijual kembali. 2. Penjualan jasa Biasanya terkait dengan kinerja perusahaan atas tugas yang telah disepakati secara kontraktual untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu. Jasa tersebut dapat diserahkan dalam satu periode atau lebih dari satu periode. (Catatan: Beberapa kontrak untuk penjualan jasa secara langsung terkait dengan kontrak konstruksi, misalnya kontrak penjualan jasa dari manajer proyek dan arsitek, diatur sesuai dengan persyaratan kontrak konstruksi sebagaimana diatur dalam PSAK 34) 3. Penggunaan aset perusahaan oleh pihak lain Yang menimbulkan pendapatan dalam bentuk: bunga yaitu pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas, atau jumlah terutang kepada perusahaan; royalti yaitu pembebanan untuk penggunaan aset jangka panjang perusahaan, misalnya paten, merek dagang, hak cipta, dan peranti lunak komputer; dan dividen yaitu distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi kepemilikan mereka atas kelompok modal tertentu. Lebih spesifiknya: Pendapatan hanya meliputi arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas. Oleh karena itu, hal tersebut dikeluarkan dari pendapatan. Dalam hubungan keagenan, arus masuk bruto manfaat ekonomi meliputi jumlah yang ditagih atas nama prinsipal, yang tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan. Jumlah yang ditagih atas nama prinsipal bukan merupakan pendapatan, yang merupakan pendapatan adalah komisi yang diterima.

Terbentuknya pendapatan dan realisasi pendapatan Pendapatan terbentuk dari earning process, yaitu proses terbentuknya pendapatan. Pada umumnya earning proses melalui tahap-tahap kegiatan berikut ini : Pembelian jasa/produk masukan proses produksi penggudangan produk penjualan kredit pengumpulan piutang pemenuhan jasa yang setelah penjualan

Sedangkan realized process adalah diterimanya kas atau kesanggupan membayar dari pihak pembeli produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Menurut Patton dan Littleton, proses realisasi ditandai dengan 2 kejadian, yaitu : adanya kepastian perubahan produk menjadi produk aktiva lain (potensi jasa) melalui kegiatan penjualan jasa yang sah diperolehnya aktiva lain, biasanya aktiva lancer, sebagai pengesahan terhadap transaksi penjualan tersebut.

Kriteria Pengakuan Pendapatan Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan mengalir ke perusahaan dan manfaat ini dapat diukur dan andal. Menurut Vernon Kam: pengukuran nilai aktiva kenaikan aktiva tersebut harus bias diukur secara andal dan didukung oleh bukti yang cukup. adanya suatu transaksi

adanya transaksi dengan pihak eksteren yang independent dan didasarkan pada nilai histories. kelengkapan substansial dari proses terbentuknya pendapatan menekankan bahwa pendapatan tidak akan diperoleh sampaiperusahaan mempunyai performance yang substansial , yaitu kalau secara substansial proses earning tersebut telah selesai.

Menurut FASB pendapatan baru diakui apabila jumlah moneter pendapatan telah terealisasi atau cukup pasti

akan segera terealisasi. Pendapatan baru akan diakui apabila pendapatan tersebut sudah terhimpun. Menurut KDPPLK Pendapatan diakui apabila penghasilan telah diperoleh. Menurut Patton dan Littleton saat penjualan bagi perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang maka saat penjualan digunakan sebagai titik waktu pengakuan pendapatan, hal ini pengakuan pendapatan terpenuhi, yaitu kelengkapan earning proses. tingkat penyelesaian produk Pengakuan pendapatan pada akhir produksi harus memenuhi syarat : 1. harga jual produk yang dihasilkan dapat ditentukan dengan tepat 2. tidak diperlukan kegiatan dan biaya pemasaran yang berarti untuk menjual produk tersebut 3. harga pokok produk tersebut sulit ditentukan 4. satuan-satuan persediaan dapat saling ditukar disebabkan karena 3 kriteria dan

measurability

adanya

transaksi

saat penerimaan kas dilakukan apabila dalam rantai kegiatan sebelumnya dianggap bahwa realisasi pendapatan belum sampai pada tahapan substansial, seperti adanya ketidakpastian yang besar mengenai kolektibilitas piutang

penggunaan dasar kas sebagai pengakuan pendapatan karena alasa sebagai berikut : 1. sebagian atau seluruh piutang yang timbul dari penjualan angsuran tersebut bukan merupakan aktiva yang berdaya beli kini. 2. semakin panjang jangka waktu angsuran semakin besar kemungkinan tidak tertagihnya piutang. 3. after sales cost terutama biaya penagihan dan pengumpulan piutang umumnya berjumlah besar.

Menurut PAI 84 saat realisasi saat penyelesaian produk Pengakuan pendapatan ini banyak digunakan pada perusahaan kontraktor yang mengerjakan proyek yang memakan waktu lebih dari satu periodeakuntansi,yaitu dengan menandingkan (matching) antara pendapatan dan biaya secara periodic, tidak menunggu sampai proyek selesai. Hal demikian mengharuskan adanya penaksiran prosentase penyelesaian proyek di akhir periode .

Penaksiran ini dapat dilakukan dengan metode : 1. pendekatan berdasarkan prosentase biaya yaitu dengan membandingkan biaya yang telah dibebankan dengan taksiran total biaya untuk menyelesaikan proyek. 2. pendekatan berdasarkan penyelesaian fisik

didasarkan pada penaksiran yang dilakukan oleh ahlinya, sehingga bagian akuntansi atau manajemen dapat meminta bantuan insinyur atau arsitek dalam menaksir pekerjaan proyek. Misal produk pertanian, logam mulia, jasa. secara proporsional selama tahap produksi penetapan harga perusahaan berdasarkan kontrak atau persyaratan bisnis umum atau

adanya harga pasar berbagai tingkat produksi. Misalnya : kontrak jangka panjang, pertumbuhan (pertanian, peternakan). saat pembayaran diterima.

2.2. Expenses, Loss and Gain


Ada beberapa defines beban, yaitu: Menurut SFAC No 6 Biaya adalah aliran kas keluar atau penggunaan aktiva atau terjadinya utang (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi barang atau penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan utama suatu perusahaan. Menurut IAI Beban adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung telah dimanfaatkan di dalam usaha menghasilkan pendapatan dalam suatu periode atau yang sudah tidak memberikan manfaat ekonomis untuk kegiatan masa berikutnya.

Menurut Vernon Kam Biaya adalah penurunan nilai aktiva atau kenaikan nilai utang akibat penggunaan barang atau jasa dalam kegiatan utama perusahaan

Maka dapat disimpulkan, Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode pelaporan dalam bentuk arus keluar atau penurunan aset, atau terjadinya liabilitas yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak terkait dengan distribusi kepada penanam modal. Beban mencakup kerugian dan beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas

entitas yang biasa meliputi, misalnya, beban pokok penjualan, gaji dan upah, dan penyusutan. Dasar pengakuan biaya, yaitu: 1. Biaya histories adalah jumlah rupiah kas atau setara kas yang dikorbankan memperoleh aktiva pada saat perolehan. 2. Biaya masuk terkini adalah jumlah rupiah harga pertukaran yang harus dikorbankan sekarang untuk memperoleh aktiva sejenis dalam kondisi yang sama. 3. Setara kas adalah jumlah rupiah kas yang terealisir dengan cara menjual setiap jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaan normal. Pengakuan Biaya Cost memiliki 2 kedudukan, yaitu : sebagai aktiva yang disajikan pada neraca. cost sebagai beban atau expired cost yang disajikan dalam laporan laba rugi. untuk

Menurut KDPPLK Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses ini disebut sebagai pengaitan biaya dengan pendapatan dan melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari transaksi atau peristiwa yang sama. Klasifikasi Biaya Klasifikasi harga pokok barang yang terjual (cost of good sold) 1. biaya administrasi dan umum 2. biaya pemasaran Klasifikasi biaya tetap dan biaya variable Dalam hal ini klasifikasi atas dasar perilaku biaya dalam hubungannya dengan volume aktivitas.

1. Biaya tetap adalah biaya yang konstan tidak berubah walaupun ada perubahan volume aktifitas 2. Biaya variable adalah biaya yang berubah-ubah secara proporsional dengan perubahan volume aktivitas.

Cara penandingan biaya : berasosiasi atas dasar sebab akibat merupakan cara yang dianggap ideal walaupun sulit untuk membuktikan apakah barang dan jasa yang digunakan memberikan kontribusi untuk menciptakan pendapatan alokasi secara sistematis apabila diyakini bahwa periode tertentu akan menerima manfaat dari aktiva tertentu oleh karena itu setiap periode tersebut harus menanggung beban yang diperolehnya. pengakuan segera hal ini digunakan karena tidak semua biaya berasosiasi dalam hubungan sebab akibat dengan pendapatan. biaya dari manfaat

Gain dan Loss merupakan kejadian yang menguntungkan dan tidak menguntungkan, yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan normal perusahaan yang menghasilkan pendapatan. Menurut pandangan asset dan hutang, gains didefenisikan sebagai peningkatan dalam asset bersih selain peningkatan dalam revenue atau dari perubahan dalam modal. Sedangkan losses didefiniskan sebagai penurunan asset bersih selain penurunan dalam expense dan perubahan dalam modal. Jadi gains dan losses dianggap sebagai bagian dari earning yang tidak dijelaskan oleh revenue dan expenses.

Menurut pandangan revenue dan expense, gains didefinisikan sebagai kelebihan hasil di atas kos asset terjual, atau keuntungan yang tidak diduga, atau manfaat lain yang diperoleh tanpa kos atau pengorbanan. Loss didefinisikan sebagai kelebihan di atas hasil yang terkait, jika ada, atau semua atau porsi yang layak dari kos asset terjual, diabaikan, atau keseluruhan atau sebagian rusak karena bencana, atau kos yang telah digunakan bukan untuk menghasilkan revenue. Jadi menurut pandangan revenue/expense, gains dan loses adalah independent dari definisi elemen lain dalam laporan keuangan.

2.3. Current Operating vs All- Inclusive Income


Terdapat dua pandangan mengenai komponen- komponen tertentu dalam comprehensive income, apakah disajikan dalam laporan keuangan atau laporan laba ditahan. Current operating concept berpendapat bahwa laporan keuangan hanya berisi informasi yang berkaitan dengan aktivitas utama perusahaan, sedangkan extraordinary items (gains and losses) disajikan di laporan laba ditahan. Alasannnya adalah bahwa extraordinary items tersebut tidak digunakan manajemen dalam pengambilan keputusan dan hal tersebut tidak mencerminkan produktivitas perusahaan. Pengguna laporan keuangan cenderung hanya melihat angka paling bawah (total) di laporan keuangan tanpa melihat rinciannya sehingga dikhawatirkan bila extraordinary dimasukkan, akan menyesatkan pengguna. Namun all- inclusive concept berpendapat lain. Ada beberapa alasan, antara lain: konsep currentoperating akan mempermudah manajemen untuk melakukan manipulasi, pengguna laporan keuangan mungkin tidak menyadari substansi gains dan losses yang disembunyikan dalam laporan laba ditahan, jumlah total income di laporan keuangan harus mencerminkan income selama satu periode, dan dapat dilakukan klasifikasi yang tepat dalam laporan keuangan antara aktivitas operasi normal perusahaan dengan aktivitas di luar usaha sehingga keduanya dapat disajikan dalam satu laporan. AAA lebih cenderung pada all- inclusive concept, sedangkan AICPA awalnya lebih memilih current- operating concept hingga keluarnya APB Opinion No.9 . Dalam isu kedua konsep ini, ada pula yang disebut bath teory dimana terdapat pemikiran bahwa dengan mancantumkan seluruh gains dan losses dalam laporan keuangan, berdampak positif pada harga saham

perusahaan tersebut karena investor beranggapan perusahaan tersebut telah berhasil menemukan kesalahan dalam perusahaannya sehingga dapat segera diperbaiki.

2.4. Earning Management


Scott (2003:369) mendefinisikan earning management sebagai the choice by a manager of accounting policies so as to achieve some specific objective yang kurang lebih meiliki arti : pilihan yang dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan tertentu. Menurut Sugiri (1998) yang dikutip oleh Widyaningdyah (2001), definisi earning management dibagi dalam dua definisi, yaitu: a. Definisi sempit Earning management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Earning management dalam arti sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings. b. Definisi luas Earning management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut.

Jika Sugiri (1998) memberikan definisi earning management secara teknis, maka Surifah (1999) memberikan pendapatnya mengenai dampak earning management terhadap kredibilitas laporan keuangan. Menurut Surifah (1999) earning management dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan untuk pengambilan keputusan, karena earning management merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi sasaran komunikasi antara manajer dan pihak eksternal perusahaan.

Konsep earning management menurut Salno dan Baridwan (2000:19): menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa praktek earning management dipengaruhi oleh konflik antara kepentingan manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Agency theory memiliki asumsi bahwa masing masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena principal tidak dapat memonitor aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan bahwa manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham (pemilik). Dalam hubungan keagenan, principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi. Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah yang disebut sebagai earning management (Widyaningdyah, 2001). Menurut Healy dan Wahlen yang dikutip oleh Riduwan (2001)menyatakan bahwa earning management terjadi ketika para manajer menggunakan keputusannya dalam pelaporan keuangan dan dalam melakukan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan baik untuk menimbulkan gambaran yang salah bagi stakeholder tentang kinerja ekonomis perusahaan, ataupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

Ada dua cara memahami earning management (Sari, 2005), yaitu sebagai berikut: 1. Memandang earning management sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, utang, dan kos politik. 2. Memandang earning management dari perspektif kontrak efisien, artinya earning management memberi fleksibilitas bagi manajer untuk melindungi diri dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer mungkin dapat mempengaruhi nilai pasar perusahaannya melalui earning management. Menurut Watt dan Zimmerman (yang dikutip oleh Indarti et. al., 2004) tujuan yang akan dicapai oleh manajemen melalui earning management meliputi: mendapatkan bonus dan kompensasi lainnya, mempengaruhi keputusan pelaku pasar modal, menghindari biaya politik. Berdasarkan pertimbangan biaya dan manfaat, manajemen diperbolehkan memilih dan menerapkan metode-metode akuntansi. Hal ini menjadi penyebab utama manajer melakukan earning management. Menurut Scott (2003:377) beberapa motivasi yang mendorong manajemen melakukan earning management, antara lain sebagai berikut: 1. Motivasi bonus, yaitu manajer akan berusaha mengatur laba bersih agar dapat memaksimalkan bonusnya. 2. Motivasi kontrak, berkaitan dengan utang jangka panjang, yaitu manajer menaikkan laba bersih untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami technical default. 3. Motivasi politik, aspek politis ini tidak dapat dilepaskan dari perusahaan, khususnya perusahaan besar dan industri strategis karena aktivitasnya melibatkan hajat hidup orang banyak. 4. Motivasi pajak, pajak merupakan salah satu alasan utama perusahaan mengurangi laba bersih yang dilaporkan. 5. Pergantian CEO (Chief Executive Officer), banyak motivasi yang timbul berkaitan dengan CEO, seperti CEO yang mendekati masa pensiun akan meningkatkan bonusnya, CEO yang kurang berhasil memperbaiki kinerjanya untuk menghindari pemecatannya, CEO baru untuk menunjukkan kesalahan dari CEO sebelumnya.

6. Penawaran saham perdana (IPO), manajer perusahaan yang going public melakukan earning management untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas sahamnya dengan harapan mendapatkan respon pasar yang positif terhadap peramalan laba sebagai sinyal dari nilai perusahaan. 7. Motivasi pasar modal, misalnya untuk mengungkapkan informasi privat yang dimiliki perusahaan kepada investor dan kreditor. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh manajer untuk mempengaruhi waktu, jumlah, atau makna transaksi dalam pelaporan keuangan dengan melakukan pemilihan metode akuntansi dan accounting judgment (Merchant dan Rockness, 1994), yang dikutip oleh Sari (2005). Menurut Scott (2003:383) berbagai pola yang sering dilakukan manajer dalam earning management adalah: 1. Taking a bath Terjadinya taking a bath pada periode stress atau reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru. Bila perusahaan harus melaporkan laba yang tinggi, manajer dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi, konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba yang akan datang dapat meningkat. Bentuk ini mengakui adanya biaya pada periode yang akan datang sebagai kerugian pada periode berjalan, ketika kondisi buruk yang tidak menguntungkan tidak dapat dihindari pada periode tersebut. Untuk itu manajemen harus menghapus beberapa aktiva dan membebankan perkiraan biaya yang akan datang pada saat ini serta melakukan clear the desk, sehingga laba yang dilaporkan di periode yang akan datang meningkat. 2. Income minimization Bentuk ini mirip dengan taking a bath, tetapi lebih sedikit ekstrim, yakni dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan mempercepat penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya. Pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis, kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan aktiva tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian dan

pengembangan, hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi. 3. Income maximization Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi mendorong manajer untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna menaikkan laba untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan. Jadi tindakan ini dilakukan pada saat laba menurun. Perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang mungkin akan memaksimalkan pendapatan. 4. Income smoothing Bentuk ini mungkin yang paling menarik. Hal ini dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. Teknik untuk merekayasa laba dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok (Setiawati dan Naim, 2000). Pertama yaitu memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi, antara lain: estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi. Kedua yaitu mengubah metode akuntansi. Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh: mengubah metode depresiasi aktiva tetap yaitu dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus. Ketiga yaitu menggeser periode biaya atau pendapatan, misalnya: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai. Pendekatan lain yang digunakan dalam mengendalikan net income (Lontoh dan Lindrawati, 2004): Pertama, dengan mengendalikan transaksi-transaksi akrual, dimana transaksi akrual memiliki pengaruh terhadap pendapatan dan biaya namun tidak tampil pada arus kas. Contoh: amortisasi dan depresiasi adalah sepenuhnya dikuasai oleh perusahaan dalam hal menentukan masa manfaatnya sehingga perusahaan dapat mengatur besarnya pembebanan pada biaya sesuai

keinginan manajemen dalam rangka mencapai hasil akhir pada net income yang diinginkan. Terdapat dua konsep akrual yaitu: discretionary accrual dan non discretionary accrual. Discretionary accrual adalah pengakuan akrual laba atau beban yang bebas tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen, sedangkan non discretionary accrual adalah pengakuan akrual laba yang wajar, yang tunduk pada suatu standar atau prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kedua, dengan mengubah kebijakan akuntansi, manajemen juga dapat menentukan net income yang diinginkan, namun hasrat manajemen untuk melaksanakan hal ini tidak sekuat accrual items. Alasannya adalah manajemen harus menjelaskannya dalam disclosure pada laporan keuangan tahunan. Dan alasan ini adalah bahwa standar akuntansi tentang konsistensi mencegah terjadinya perubahan kebijakan akuntansi sesering mungkin. Contohnya adalah merubah metode pencatatan dari LIFO menjadi FIFO. Earning management merupakan fenomena yang sukar dihindari karena fenomena ini hanya dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Dasar akrual disepakati sebagai dasar penyusunan laporan keuangan karena dasar akrual memang lebih rasional dan adil dibandingkan dasar kas. Sebagai contoh, dengan dasar kas, pembelian aktiva tetap secara tunai senilai seratus juta rupiah mesti dibebankan sebagai biaya pada periode saat pembelian aktiva tersebut, meskipun aktiva tersebut akan bermanfaat bagi perusahaan selama 10 tahun. Jika laporan rugi laba disusun dengan dasar kas, maka besar kemungkinan dalam periode tersebut perusahaan dinyatakan mengalami rugi. Jadi pada dasarnya, basis akrual dipilih dengan tujuan untuk menjadikan laporan keuangan lebih informatif yaitu laporan keuangan yang benarbenar mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Sayangnya, akrual yang ditujukan untuk menjadikan laporan yang sesuai fakta ini sedikit dapat digerakkan (tuned)sehingga dapat mengubah angka laba yang dihasilkan. 2.5. Laporan Laba Rugi Komprehensif Entitas menyajikan seluruh komponen pendapatan komprehensif (pos penghasilan dan beban) yang diakui dalam satu periode: 1) Dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, di mana semua pos penghasilan dan beban yang diakui dalam satu periode (pendekatan satu laporan the single statement approach); atau 2) Dalam bentuk dua laporan (pendekatan dua laporan the two statement approach):

a) Laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah) b) Laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan komprehensif lain (dalam laporan laba rugi komprehensif).

Total laba rugi komprehensif (total comprehensive income) yang dilaporkan dalam laporan laba rugi komprehensif adalah total semua pos penghasilan dan beban yang diakui selama satu periode (termasuk komponen laba atau rugi dan pendapatan komprehensif lain). Laporan laba rugi komprehensif minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut untuk periode: 1) 2) 3) Pendapatan; Biaya keuangan; Bagian laba atau rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan

menggunakan metode ekuitas; 4) 5) Beban pajak; Operasi yang dihentikan yang mencakup suatu total dari: a) Laba atau rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan; dan

b) Keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan. 6) 7) Laba atau rugi; Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai dengan

sifat (selain angka 8 di bawah); 8) Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat

dengan metode ekuitas; dan

9)

Total laba rugi komprehensif

Dengan demikian, total laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik. Total laba rugi komprehensif terdiri dari komponen laba rugi dan pendapatan komprehensif lain. Sedangkan laba rugi (profit or loss) atau laba bersih (net income) adalah total pendapatan (income) dan beban (expenses), tidak termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif lain. Di samping itu, entitas mengungkapkan pos-pos berikut dalam laporan laba rugi komprehensif sebagai alokasi laba rugi untuk periode: 1) Laba atau rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada: a) b) 2) Kepentingan nonpengendali: dan Pemilik entitas induk.

Total laba rugi komprehensif periode berjalan yang dapat didistribusikan kepada: a) b) Kepentingan nonpengendali; dan Pemilik entitas induk.

Entitas dapat menyajikan pos-pos sebagaimana dimaksud di butir 1 6 di atas dan pengungkapan laba atau rugi yang diatribusikan kepada kepentingan nonpengendali (non-controlling interest) dan pemilik entitas induk (owners of the parent) sebagaimana pada butir 1) di atas dalam laporan laba rugi terpisah (income statement).

Contoh laporan Laba Rugi Komprehensif


Keterangan Pendapatan usaha Penjualan xxxx xxxx 2012 2011

Beban pokok penjualan Laba bruto

xxxx xxxx

xxxx xxxx

Beban operasi Beban penjualan Beban umum dan administrasi Laba operasi Pendapatan (beban) non operasi Bagian laba (rugi) entitas asosiasi/ventura bersama Laba (rugi) sebelum pajak penghasilan Beban pajak penghasilan Beban pajak kini Beban pajak tangguhan Laba dari operasi yang dilanjutkan Kerugian dari operasi yang dihentikan xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx

Laba (rugi) neto

xxxx

xxxx

Pendapatan komprehensif lain Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan dalam mata xxxx uang asing Aset keuangan tersedia untuk dijual xxxx Lindung nilai arus kas xxxx Keuntungan revaluasi aset tetap xxxx xxxx xxxx

Keuntungan (kerugian) aktuarial dari program pensiun manfaat xxxx pasti

xxxx

xxxx Pendapatan komprehensif lain

xxxx

xxxx Total laba komprehensif

xxxx

xxxx Laba neto yang dapat diatribusikan kepada Pemilik entitas induk Kepentingan nonpengendali xxxx xxxx Laba komprehensif yang dapat diatribusikan kepada Pemilik entitas induk Kepentingan nonpengendali xxxx xxxx

xxxx

xxxx xxxx

xxxx xxxx

Anda mungkin juga menyukai