Learning Objectives
1. 2. 3. 4. 5. Anatomi, histologi, fisiologi Ginjal Glomerulonefritis Sindroma nefrotik Gagal ginjal akut & kronis Hematuria, oliguria, proteinuria dan edema
LO 1
Anatomi
GINJAL
Letak
- Posterior dari cavum abdomen, lateral columna vertebralis; retroperitoneal - Renal kiri : setinggi VT. XI VL. II - Renal kanan : setinggi VT. XII VL. III - Renal kanan lebih rendah dari renal kiri karena terdapat hepar di atas renal kanan
- kapsula adiposa (jaringan lemak perirenal) jaringan lemak yang berada diantara kapsula fibrosa dan fascia renalis - Fascia renalis - jaringan lemak pararenal
Topografi
- Posterior
Diafragma M. psoas mayor M. kuadratus lumborum M. transversus abdominis Costa XI (sinistra) dan XII (dextra) Nervus subcostalis Nervus iliohipogastrikus Nervus ilioinguinalis
- Anterior
Ren dextra
o Hepar o Duodenum pars descenden o Colon ascenden o Flexura hepatika
Ren sinistra
o Gaster o Pankreas o Lien o Colon descenden o Flexura lienalis o Intestinum tenue
Inferiornya berhubungan langsung dengan flexura coli dextra dan pars descendens duodeni Ke arah inferior medial berhubungan dengan intestinum tenue
o Ren sinistra
Bagian tengah fascies anterior ren sinistra berhubungan langsung dengan corpus dan cauda pancreatis Disebelah cranialnya ren berhubungan dengan fascies posterior gaster Sebagian besar fascies anterior berhubungan dengan jejunum proximal Tepi lateral berhubungan dengan colon descendens / flexura coli sinistra
Struktur ginjal
1. Corteks renalis
Bagian luar : terletak langsung dibawah capsula fibrosa warna merah coklat berbintik-bintik (corpusculus renalis) Capsula bowman : permukaan dari saluran ginjal yang meliputi glomerulus Letaknya dekat hilus terlihat garis putih-putih oleh karena adanya saluran-saluran yang terletak dalam piramida renalis. Tiap piramida menjurus ke arah corteks dan apeksnya bermuara ke dalam calyx minor, sehingga menimbulkan tonjolan : Papilla renalis
2. Medulla renalis
Ureter
Organ berbentuk tabung kecil, membentang dari pelvis renalis sampai vesica urinaria, panjang 20 cm. Letaknya retroperitoneal, turun ke bawah ventral dari m. psoas mayor. Setelah masuk ke dalam cavum pelvis, ureter berjalan caudal pada dinding lateral pelvis yang tertutup peritoneum. Berfungsi sebagai saluran urin dari ginjal ke vesica urinaria
Secara anatomis, ureter terbagi atas 3 bagian : - 1/3 proksimal : dari pelvis sampai batas atas sacrum - 1/3 medial : dari batas atas sacrum sampai batas bawah sacrum - 1/3 distal : dari batas bawah sacrum sampai masuk ke vesica urinaria
Ureter juga memiliki tiga penyempitan, yang berperan sebagai lokasi stasis atau tersangkutnya batu pada saluran kemih - Perbatasan pelvis renalis ureter - Peralihan ureter pars abdominalis ke pars pelvina - Saat masuk ke dalam vesica urinaria
Berbeda antara laki-laki dan perempuan pada perjalanannya, dimana : - Pada laki-laki berjalan ventral dari cranial vesicula seminalis dan lateral dari ductus deferens - Pada perempuan berjalan dorsal ovarium ( dalam lig.cardinale) 1-2 cm lateral cervix uteri dan ventral dari batas lateral vagina
Vaskularisasi
- a.renalis - a.ovarica (pada perempuan) dan a.spermatica (pada lakilaki) - a.vesicalis inferior
Vesica urinaria
Terletak dalam cavum pelvis subperitoneal, dorsal symphisis ossis pubis. Bentuk saat kosong seperti limas sisi tiga dengan bagian :
- Basis - Collum - Apex : pertemuan fascies inferolateralis dan superior di ventrocranial
Vesica urinaria memiliki 3 fascies, antara lain : 1. Fascies superior : menghadap ventral bentuk segitiga 2. Fascies dorsalis : - pada laki-laki berhubungan dengan vesicula seminalis - pada perempuan berhubungan dengan vagina, cervix uteri 3. 2 Fascies inferolateralis
Uvula vesicae : tonjolan orificium uretra interna Rugae vesicae : terbentuk jika vesica urinaria kosong, lipatan hilang jika vesica urinaria penuh
Vaskularisasi
a. vesicalis superior a. vesicalis inferior Vena ke plexus venosus vesicalis : v. illiaca interna Aliran limfe ke illiaca interna, externa, communis dan lnn sacralis
Uretra
Perbedaan uretra masculine dan uretra feminine, yaitu : URETRA MASCULINE Uretra masculina memiliki panjang 20 cm dan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu : 1. Uretra pars prostatica Panjang 3 cm berasal dari collum vesicae Berjalan dari basis prostate sampai apex prostate, lalu berlanjut menjadi uretra pars membranacea Bagian yang paling lebar dan berdiameter terbesar dari seluruh uretra
Terdapat crista uretralis, merupakan peniggian posterior dinding longitudinal Setiap crista terdapat sinus prostaticus, merupakan tempat muara glandula prostat Pada puncak krista terdapat cekungan disebut utriculus prostaticus, pada utriculus terdapat muara ductus ejaculatorius
2. Uretra pars spongiosa Panjang 15,75 cm dibungkus bulbus dan corpus spongiosa penis
b. Eksterna
-
Uretra femina
Panjangnya 3,8 cm terbentang dari collum vesica urinaria sampai ostium uretra externum bermuara vestibulum 2,5 cm distal dari clitoris. Sfingter uretra lemah dan terdapat ductus glandula parauretralis yang dapat dilebarkan dengan mudah
Penis
Penis memiliki panjang sekitar 20 cm dan terdiri atas 3 bagian, yaitu : 1. Pars prostatica
o o o o o o o Tempat bermuaranya ductus ejaculatorius terdapat m. sphincter uretrae internum (bekerja involunter) Innervasi : plexus prostat Terdapat m.sphincter uretrae externum (bekerja volunter) Berjalan pada ruang kosong antara prostat dan bulbus penis Paling mudah ruptur Innervasi : plexus pelvis
2. Pars membranacea
3. Pars cavernosa
o o Terletak dalam corpus spongiosum penis Lumen uretrae melebar pada bulbus (fossa intrabulbaris) & fossa navicularis
Vascularisasi
: a. hemoroidalis media, a.vesicalis caudalis, a.bulbus penis & a. urethralis; vena ke plexus vesicopudendalis & V. pudenda interna Aliran limfe : ke lnn. Illiaca interna, illiaca externa dan inguinalis Innervasi juga terdapat nervus cavernosa yang bersifat simpatik untuk kontraksi preprostatik sfingter selama ejakulasi dan mencegah refluks ejakulasi ke vesica urinaria
Aparatus jukstaglomerulus
Histologi
Ginjal
Bila ginjal di potong secara vertikal, terdiri dari : 1. Cortex bagian ginjal yang gelap, kecoklatan, dan bergranula karena adanya korpuskulus renalis dan tubuli yang terpotong melintang. Mengandung korpuskulus renalis dan tubulus kontortus I dan II
a. Makroskopik :
Renal corpuscle Medullary rays : penonjolan radial medula ke arah korteks Labyrinth : daerah cortex yang terletak di antara dua medullary rays yang berdekatan
Capsula bowman mempunyai dinding rangkap, sehingga diantara dinding tersebut terdapat ruangan : bowman space
b. Mikroskopik :
-
o Secondary foot-like processus (pedicels) tonjolan ini menempel pada permukaan luar lamina basalis kapiler glomerulus dan juga mengadakan interdigitasi dengan pedicelpedicels dari podosit yang lain
Dengan adanya interdigitasi tersebut, maka terbentuklah lapisan penutup kapiler yang mempunyai celah-celah yang disebut Filtration Slit (slit-pores) Slit-pores ini kemudian ditutup oleh suatu membran yang disebut slit-membrane Capsula bowman beserta glomerulus didalamnya disebut renal corpuscle
Glomerulus Suatu massa jalinan (gelungan) kapiler yang terdiri dari Vas afferens(afferen arteriole) dan Vas efferens (efferens arteriole) Lobus glomerulus : terdiri dari 1 kelompok jalinan kapiler yang berasal dari satu cabang utama vas afferens
Tubulus contortus proximal (TC 1) Ciri-cirinya : Bentuk selnya kubis Batas selnya tidak jelas Sitoplasmanya banyak dan bersifat asidofilik Inti sel besar, pucat dan jumlahnya hanya sedikit Mempunyai mikrovili yang disebut Brush-Border
Tubulus contortus distal (TC 2) Ciri-cirinya : Merupakan epitel selapis kubis Batas sel tidak jelas Sitoplasma pucat Jumlah intinya banyak dan tidak punya brush-border
Macula densa o Berupa sel yang tersusun rapat sehingga pada sediaan tampak sebagai deretan inti yang sangat berdekatan dan tampak gelap. o Merupakan perbatasan antara henle tebal ascending dengan tubulus contortus distal o Letak struktur ini berdekatan dengan : afferens dan efferens srteriol juxta glomerular cell lacis (polkissen) cell atau extra glomerular mesangial cell o Fungsi dari macula densa sendiri belum jelas
Mesangial cell o Disebut juga Stalk cell atau intercapillary cell karena letaknya diantara kapiler glomerulus. o Bentuk selnya seperti bintang (stellate) dan mirip pericyte o Fungsinya : penyangga kapiler menurunkan aliran darah glomerulus (dengan rangsangan angitensin) membuang protein besar dari lamina basalis kapiler
Juxta glomerular cell (J.G cell) o Merupakan modifikasi dari otot polos afferens arteriole yang kemudian berubah sifat menyerupai epitel (epiteloid). o Terletak di dekat macula densa yang merupakan awal dari tubulus contortus distal dan berfungsi membentuk renin Extra glomerular mesangial cell o Terletak dekat Juxta glomerular cell, diantara afferens dan efferens arteriole. o Berfungsi membentuk erythropoitin
Urinary pole o Letaknya bersebrangan dengan vascular pole. Merupakan muara bowman space menuju tubulus contortus proximal Vascular pole o Tempat masuk/keluarnya arteriole afferen & efferens glomerulus o Pertemuan lapisan parietal dan visceral capsula bowman
2. Medula o Medula ginjal membentuk medullary pyramids, pucat dan bergaris-garis sejajar karena gambaran tubulus dan pembuluh darah yang terpotong membujur o Mengandung duktus koligentes, henle tebal dan henle tipis o Medulla terdiri dari bentukan-bentukan berbentuk segitiga yang disebut medulary pyramid (piramid ginjal) o Bagian cortex yang terdapat diantara medullary piramid disebut Columna Renalis (Renal column)
a) Loop henle (ansa henle) Terdiri dari 3 bagian : - Henle tebal descending (bagian lurus TC 1) selnya mirip dengan sel pada TC 1, bedanya :
Selnya lebih rendah Mitokondrianya lebih sedikit dan kecil-kecil Mikrovilinya lebih sedikit, fungsinya sama dengan TC 1 yaitu reabsorpsi air dan NaCl
b) Collecting tubule (ductus colligentes) o Saluran ini tidak termasuk dari nephron o Terdiri dari epitel selapis kubis rendah sampai silindris dengan batas sel yang sangat jelas dan sitoplasmanya pucat
Ureter o Bentuk lumen seperti bintang karena lipatan-lipatan longitudinal akibat dari lamina propia yang kendor dan adanya jaringan elastik serta otot polos o Dindingnya terdiri dari 3 lapis, yaitu :
1. 2. 3. Lapisan mukosa Lapisan muskularis Lapisan adventitia
1. Lapisan mukosa terdiri dari epitel peralihan (4-6 lapis sel), basal lamina dan lamina propia 2. Lapisan muskularis terdiri dari otot polos yang tebal dengan arah yang berbeda antara bagian atas, bawah dan bagian akhir - Bagian atas : lapisan dalam arah ototnya longitudinal sedang lapisan luarnya sirkuler - Bagian bawah : terdiri dari 3 lapisan otot yaitu bagian dalam longitudinal, bagian tengah sirkuler dan bagian luarnya longitudinal
- Bagian akhir : lapisan ini tidak mempunyai otot sirkuler sedang otot longitudinalnya bersatu kemudian masuk ke dalam vesica urinaria 3. Lapisan adventitia
TERDIR DARI : 1. LAPISAN MUKOSA - SEL EPITEL TRANSISIONAL - LAMINA PROPIA 2. LAPISAN OTOT POLOS
2. Lapisan muskularis
o terdiri dari 3 lapis otot polos, dimana pada bagian tengah yang arahnya sirkuler merupakan lapisan yang paling tebal terutama pada daerah spinchter terdiri dari dari jaringan ikat fibro-elastis dan pada bagian superior ditutup lapisan peritoneum
3. Lapisan adventitita
o
SAAT ISI
Uretra
Pada uretra pria : Pars prostatika : 3-4 cm mulai orificium uretra internum menembus prostat bermuara : - ductus ejaculatorius, - ductus kelenjar prostat epitel : transitionil muskularis : 2 lapis (dalam : longitudinal, luar : sirkuler)
Pars membranosa : 1 cm mulai apex prostat menembus membrana perineal sampai bulbus cavernosus uretra epitel : stratified columnar/pseudo stratified columnar Pars cavernosa kebanyakan berupa epitel bertingkat silindris dengan daerah epitel gepeng dan berlapis disepanjang uretra banyak dijumpai Kelenjar Littre. Kelenjar ini merupakan kelenjar mukosa bentuk tubular bercabang
Pada uretra perempuan : Panjang 4 cm Epitel berlapis pipih, pada beberapa tempat berlapis silindris Lamian propia : jaringan ikat kendor khas, banyak sinus-sinus venosus sehingga mirip jaringan cavernosus Lapisan muskularis terdiri dari 2 lapis otot polos Diperkuat spinchter otot bergaris Kadang-kadang bisa didapatkan kelenjar (seperti Littre)
Fisiologi
Nefron
Unit dasar struktural dan fungsional dari ginjal 1 nefron=1 glomerulus + 1 tubulus renal Low-pressure peritubular cappilary bed: kapiler yang bersebelahan dengan tubulus renal pada setiap nefron Nefron bdasarkan letak glomerulusnya: Nefron kortikal yang superfisial: glomerulus kurang lebih 1 cm di bawah kapsula renalis, ansa henle pendek dg kelokan di perbatasan antara medula dalam dan luar Nefron midkortikal: glomerulus di bgn tengah korteks, ansa henle ad yang panjang atau pendek Nefron jukstamedula: glomerulus di perbatasan korteks medula, ansa henle panjang mencapai medula bagian dalam sampai ke ujung papila
FUNGSI NEFRON
KOMPONEN VASKULER
Arteriol aferen : mengangkut darah ke glomerulus Glomerulus : berkas kapiler yang menyaring plasma bebas-protein kedalam komponen tubulus Arteriol eferen : mengangkut darah dari glomerulus Kapiler peritubulus : memperdarahi jaringan ginjal
Fraksi filtrasi
LO 2. Glomerulonefritis
definisi Nefritis yang disertai peradangan lengkung kapiler dalam glomerulus ginjal
Gejala
Tanda utama kelainan glomerulus : Proteinuria Hematuria Penurunan fungsi ginjal Hipertensi Sering dijumpai Sembab Tanda dapat ini dapat terlihat sendiri atau secara bersama
Klasifikasi
GLOMERULONEFRITIS
KONGENITAL / HEREDITER
DIDAPAT
PRIMER / IDIOPATIK
SEKUNDER
Klasifikasi glomerulonefritis
1. Kongenital atau herediter
o o o o Sindrom Alport Sindrom nefrotik kongenital (tipe Finlandia) Hematuria familial Sindrom nail patella
2. Didapat
o Primer atau idiopatik
Penyakit kelainan minimal, glomerulonefritis proliferatif mesangial Glomerulosklerosis fokal segmental, glomerulonefritis membranoproliferatif tipe I, II, III Glomerulopati membranosa Glomerulonefritis progresif cepat, glomerulonefritis proliferatis difus Glomerulonefritis kronik yang lain (tak terklasifikasikan)
3. Sekunder
o Akibat infeksi
Glomerulonefritis pascastreptokok, hepatitis B, endokarditis, bakterial subakut Nefritis pirau, glomerulonefritis pasca pneumokok, sifilis kongenital, malaria Lepra, schistosomiasis, filariasis, AIDS, dll
o
o
Obat
Penisilamin, obat anti radang nonsteroid, kaptopril, garam emas, street heroin, trimetadion, litium, merkuri, dll Neoplasma Leukimia, limfoma, karsinoma
o Lain-lain
Rejeksi transplantasi ginjal kronik, nefropati refkluks, penyakit sel sabit, dll
Hematuria berulang benigna Hematuria familial Nefritis herediter (sindrom Alport) Purpura henoch schonlein Nefropati IgA Hematuria dengan proteinuria Glomerulonefritis akut Glomerulonefritis kronik
Glomerulonefritis akut Sindrom hemolitik uremik Glomerulonefritis progresif cepat
Etiologi Infeksi tenggorokan atau kulit oleh strain nefritogenik dari streptokokus beta-hemolitikus grup A tertentu. Pada cuaca dingin, biasanya GNAPS menyertai faringitis streptokokus Pada cuaca panas, biasanya GNAS menyertai infeksi kulit/pioderma streptokokus
Gambaran Patologi Ginjal tampak membesar secara simetris Glomerulus tampak membesar dan relatif tidak berdarah , serta menunjukkan proliferasi sel yang difus dengan penambahan matrix mesangium. Leukosit polimorfonuklear ditemukan pada stadium awal penyakit Bulan sabit dan radang interstitial dapat ditemukan pada kasus berat. Adanya endapan imunoglobulin dan komplemen pada membrana basalis glomerulus
Patofisiologi Antigen khusus masuk Reaksi antigen antibodi di dalam darah masuk ke glomerulus,terperangkap dlm membran basalis(hipersensitivitas iii) Mengakibatkan lesi dan peradangan Menarik sel PMN dan trombosit menuju tempat lesi Fagositosis dan lepasnya enzim lisosom Membran basalis glomerulus bocor sehingga terjadi proteinuria dan hematuria
Diagnosis Analisis urin, dapat memperlihatkan adanya: Sel darah merah Silinder sel darah merah Proteinuria Leukosit polimorfonuklear Anemia normokrom ringan Kadar C3 serum biasanya menurun Kadar Hb menurun & LED meningkat akibat hipervolemia (retensi garam dan air).
Pada anak dengan sindrom nefritis akut, bukti adanya infeksi streptokokus baru, dan kadar C3 yang rendah, diagnosis klinis GNAPS dapat ditegakkan.
Penatalaksanaan Istirahat selama 1-2minggu Beri penisilin pada fase akut mengurangi menyebarnya infeksi streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian antibiotika ini dianjurkan hanya untuk 10 hari. Beri makanan rendah protein dan rendah garam ada fase akut Obati hipertensi vasodilator perifer (hidralasin, nifedipin).
Bila anuria berlangsung lama (5-7hr) maka ureum harus dikeluarkan dari dalam darah dengan dialisis peritoneum atau hemodialisis Diuretik furosemid intravena (1mg/kgBB/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus Bila timbul gagal jantung beri digitalis,sedativum, oksigen
Komplikasi Komplikasinya adalah gagal ginjal akut , dan meliputi kelebihan beban volume, kongesti sirkulasi, hipertensi, hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemia asidosis, kejangkejang, dan uremia.
Prognosis Penyembuhan sempurna pada anak >95%. Mortalitas pada fase akut dapat dihindari dengan menejemen yang tepat pada gagal ginjal atau gagal jantung akut. Kekambuhan sangat jarang terjadi. 5% berubah menjadi GN progresif cepat (Crescebtic)
LO 3. Sindroma nefrotik
Sindrom nefrotik yang tidak menyertai penyakit sistemik disebut sindrom nefrotik primer Sebaliknya, apabila sebagai bagian dari penyakit sistemik atau berhubungan dengan obat atau toksin maka disebut sindrom nefrotik sekunder
Epidemiologi
Insidens penyakit sindrom nefrotik primer 2 kasus per-tahun tiap 100.000 anak berumur kurang dari 16 tahun, dengan angka prevalensi kumulatif 16 tiap 100.000 anak. Insidens di Indonesia diperkirakan 6 kasus per-tahun tiap 100.000 anak berumur kurang dari 14 tahun. Rasio antara lelaki dan perempuan pada anak sekitar 2 : 1 Laporan dari luar negeri menunjukkan 2/3 kasus anak dengan SN di jumpai pada umur kurang dari 5 tahun
Penatalaksanaan Farmakologis
o Edema
Tiazid, sebaiknya dikombinasikan dengan obat penahan kalium (spirinolakton atau triamteren)
Namun banyak pasien terutama dengan anasarka, volume berlebihan atau dengan kongesti paru-paru tidak memberikan respons terhadap tiazid. Untuk keadaan ini diperlukan pemberian : Furosemid : iv atau PO, dosis 25-1000mg/hari Asam etakrin, atau bumetamid
Terhadap pasien yang refrakter terhadap furosemid sebagai monoterapi, kombinasi obat diuretika yang bekerja pada tingkat lain dari furosemid :
HCT 25-50mg/hari, atau Metolazon 2.5-10 mg/hari
Selama pengobatan diuretika pasien harus dipantau untuk mendeteksi kemungkinan adanya komplikasi seperti :
o Hipokalemi o Alkalosis metabolik, atau o Kehilangan cairan intravaskular berat
o Proteinuria dan hipoalbuminemia Infus albumin, hanya diberikan untuk pasien dengan deplesi volume plasma simptomatik dengan hipotensi ACE inhibitor (antiproteinuria)
ES : - anemia - hipotensi - batuk kering
NSAID :
indometasin 150 mg/hari Meklofenamat 200-300 mg/hari ES : - hiperkalemi - memperberat retensi Na - menurunkan respons terhadap diuretika - mengganggu hipertensi arteri - GGA & GGK - nefritis interstisial akut
Obat-obat ini tidak boleh diberikan apabila klirens kreatinin < 50 ml/menit
o Hiperlipidemia
Penghambat HMG-CoA (lovastatin, pravastatin, simvastatin) ES : kenaikkan transaminase serum pada bulan pertama pengobatan
Non farmakologis
Pengobatan dietetik
Asupan natrium harus dibatasi 2 gram/hari Protein 2 gram/kgBB/hari Lemak < 30% dari kalori total Asam lemak tidak jenuh 10% dari kalori total
Komplikasi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kelainan koagulasi dan timbulnya trombosis Perubahan hormon dan mineral Pertumbuhan abnormal dan malnutrisi Infeksi Peritonitis Infeksi kulit Anemia Gangguan tubulus renal
PATOGENESIS
Prerenal Hipovolemia Hipotensi
Hipoksia
Sistem Saraf Simpatis dan RAA aktif Serta pelepasan vasopresin dan endothelin-1 Vasokonstriksi arteriol afferen
MANIFESTASI KLINIS
Pucat (anemia) Penurunan curah urine Edema (garam dan air >>) Hipertensi Muntah Letargi (ensefalopati uremik)
DIAGNOSIS
Anamnesa riwayat penyakit sebelumnya Lab darah Titer Ab anti streptokokus (+) / (-) Kadar C3 biasanya menurun Roentgen deteksi obstruksi yg tersembunyi Biopsi ginjal menentukan etiologi
PENANGANAN
Penanganan GGA berdasarkan etiologi Rehidrasi u/ sebagian besar etiologi dari faktor prerenal Furosemid (IV 2mg/kg dgn V=4mg/menit) u/ kasus oliguria dgn tujuan pertambahan vol.urin Hiperkalemia hentikan asupan yg mengandung kalium Hipokalsemia menurunkan fosfor, namun tidak diberi langsung scr IV menghindari pengendapan di jaringan Perdarahan sal.cerna antasida dapat menurunkan kadar fosfor tubuh Hipertensi diazokzid (IV cepat 1-3 mg/kg < 10 detik)
Kejang-kejang Diazepam mengendalikan kejang Transfusi darah anemia Diet : pembatasan pemberian natrium, kalium, dan air (t.u yg mengandung kalium) Asidosis, kelainan elektrolit (hiperkalemia) gangguan sist.saraf sentral, hipertensi, gagal jantung kongestif dialisis Evaluasi obat-obatan yang telah diberikan Optimalkan curah jantung dan aliran darah ke ginjal Perbaiki dan atau tingkatkan aliran urine Monitor asupan cairan dan pengeluaran cairan, timbang badan tiap hari
Penatalaksanaan
Cairan Kebutuhan cairan sehari = 25 ml per 100 cal yang dikeluarkan + jumlah volume urine Kebutuhan Kalori Sehari :
Berat Badan 3-10 kg 11-20 kg > 20 kg Kebutuhan Kalori Sehari 100 cal/kg BB 1000 cal + 50 cal/kg BB diatas 10 kg 1500 cal + 20 cal/kg BB diatas 20 kg
Pemantauan : Penurunan berat badan 0,5-1,0% tiap hari menunjukkan pemberian cairan yang tepat. Panurunan kadar Natrium menunjukkan overhidrasi. Pemantauan dengan CVP sangat dianjurkan.
PENCEGAHAN
Menghindari zat kontras. Mencegah terkena penyakit tropis serperti malaria, GIT akut dan DB. Pemberian kemoterapi dapat merangsang ekskresi asam urat berlebihan.
TERAPI GIZI
Diet protein 0,8-1 g/kgBB/hari Karbohidrat 100 g/hari Batasi garam 1-2 g/hari dan air <1 L/hari Diet K < 40 mmol/hari Glukosa 50 ml dextrosa 50% Fosfat < 800 mg/hari
KOMPLIKASI
Gagal jantung kongestif Edema paru Aritmia Perdarahan saluran cerna akibat ulkus maupun gastritis Kejang Koma Perubahan perilaku
PROGNOSIS
Tergantung gangguan yg menyebabkan GGA Biasanya yg disebabkan oleh faktor prerenal, sind.hemolitik uremik, nekrosis tubulus akut, nefritis interstisialis akut maupun nefropati asam urat tjd pemulihan fungsi
Anak < 5 thn biasanya dikarenakan kelainan anatomis ( hipoplasia, displasia, obstruksi, malformasi) Anak > 5 thn penyakit glomerulus yg didapat Tekanan darah tinggi (hipertensi) Penyumbatan saluran kemih Glomerulonefritis Kelainan ginjal, misalnya penyakit ginjal polikista Diabetes melitus Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik
MANIFESTASI KLINIS
Gangguan pd sistem gastrointestinal Anoreksia, nausea & vomitus Foetor Uremik Cegukan (hiccup) Gastritis erosif, ulkus peptik, & kolitis uremik. Kulit Kulit berwarna pucat Gatal-gatal dgn ekskoriasi Ekimosis Urea Frost Bekas-bekas garukan karena gatal Sistem saraf dan otot Restless Leg Syndrome Burning Feet Syndrome Ensefalopati metabolik Miopati
DIAGNOSIS
peningkatan kadar urea dan kreatinin anemia asidosis (peningkatan keasaman darah) hipokalsemia (penurunan kadar kalsium) hiperfosfatemia (peningkatan kadar fosfat) peningkatan kadar hormon paratiroid penurunan kadar vitamin D kadar kalium normal atau sedikit meningkat Ditemukannya sel-sel yang abnormal dan konsentrasi garam yang tinggi Pemeriksaan kadar hormon paratiroid & roentgen tulang deteksi osteodistrofi Evaluasi kadar albumin, seng, transferin, asam fosfat dan besi dalam serum
PENANGANAN Tingkatkan asupan kalori (karbohidrat) kalori harian sesuai dgn umur penderita Diet rendah protein (0,4-0,8 gram/kg BB) bisa memperlambat perkembangan gagal ginjal kronis.
Sistem Kardiovaskular
Hipertensi Nyeri dada & sesak nafas Gangguan irama jantung Edema
Sistem Endokrin
Gangguan seksual Gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin & gangguan sekresi insulin Gangguan metabolisme lemak Gangguan metabolisme vitamin D
Ca++ normal
USG: ukuran ginjal normal Hb normal, kecuali bila terdapat kehilangan darah/hemolisis/supresi sumsum tulang Radiografi tulang normal
Ca++ PTH
USG: ginjal kecil Hb turun, tapi tanpa perdarahan atau hemolisis
Hematuria rekuren hematuria yang diselingi oleh urin normal (kuning jernih) (biasanya bersifat makroskopik) Hematuria makroskopik terdapat darah dalam urin yang menyebabkan urin berwarna merah Hematuria mikroskopik terdapat eritrosit dalam urin tanpa perubahan warna urin, yang diketahui dengan tes kimia atau terlihat dibawah mikroskop
Jumlah minimal eritrosit dalam urin yang dapat dikatakan hematuria mikroskopik
1. Pemeriksaan sedimen urin yang sudah disentrifus, dibawah mikroskop
a) b) Memakai kamar hitung (Fuchs Rosenthal) : diagnosis hematuria bila dijumpai eritrosit 10 eritrosit/ml Secara langsung diagnosis hematuria bila dijumpai jumlah eritrosit 5/LPB. Pendapat lain menganggap hematuria bila jumlah eritrosit 3/LPB atau 1-2/LPB
2. Cara kimiawi Memakai paper test strips yang disebut hemastix atau dipstix. Alat ini menganding ortholuidin dan peroksidase. bila terdapat hemoglobin atau eritrosit dalam urin, paper strip akan menjadi warna biru pada berbagai tingkat kebiruan sesudah 40 detik, sesuai dengan jumlah hemoglobin atau eritrosit 3. Pemeriksaan addis count hematuria mikroskopik jika jumlah eritrosit di urin 3/LPB
o Hematuria akhir (terminal hematuria) bila tabung ketiga lebih merah, menunjukkan perdarahan berasal dari leher buli-buli atau uretra bagian proximal o Hematuria total (total hematuria) semua tabung berwarna merah, perdarahan berasal dari ginjal atau perdarah buli-buli yang hebat, misalnya pada sistitis hemoragik akut karena virus
Etiologi Infeksi atau inflamasi Tumor Kista ginjal Trauma sistem urogenital Batu saluran kemih Anamnesis Bagaimana warna urine? Apakah disertai bekuan darah? Kapan miksi mulai berdarah? Apakah pada saat berkemih disertai rasa sakit?
Proteinuria
proteinuria berat : Eksresi protein 40 mg /jam/m2 luas permukaan badan proteinuria selektif :protein yang keluar hampir seluruhnya terdiri atas albumin proteinuria non selektif :Keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein dengan berat molekul besar
Edema
Terbentuknya edema menurut teori underfilled
Kelainan glomerulus
albuminuria Hipoalbuminemia
Kelainan glomerulus
Daftar pustaka
http://www.scribd.com/doc/53619192/RESUME-KOMPILASIBLOK-Ekskresi-Skenario-1-Kelainan-Kongenital Silbernagl S, Lang F. Teks & Atlas berwarna patofisiologi. EGC. Jakarta. 2007 Buku ajar Nefrologi Anak. Balai penerbit FK UI. Jakarta. 2002
penutup
penutup