Anda di halaman 1dari 1

254

Optimalisasi Penggunaan Degraded Nuclear Dna Dan Degraded Mitochondrial DNA Pada Pemeriksaan Forensik Molekuler
Peneliti Fakultas Sumber Dana : : : H.M. Soekry E.K.; Agung Sosiawan TDC Unair DP2M Hibah Bersaing Tahun 2007

Salah satu hal yang krusial untuk diperhatikan dalam identifikasi DNA forensik adalah proses ekstraksi DNA. Hal ini didasarkan pada suatu realita bahwa keberhasilan ekstraksi DNA adalah salah satu tahapan yang sangat menentukan keberhasilan proses amplifikasi DNA dengan menggunakan metode PCR. Pada bidang forensik molekuler, metode yang paling sederhana yang banyak digunakan untuk isolasi DNA forensik adalah metode yang berbasis chelating resin atau yang lebih dikenal metode chelex. Metode ini sangat populer di kalangan ahli DNA forensik, karena relatif cepat dan hanya membutuhkan sedikit tahapan dibandingkan metode ekstraksi DNA lainnya, seperti haaalnya metode ekstraksi secara organik. Hanya saja khusus untuk keperluan ekstraksi tulang dan gigi, biasanya sebelum dilakukan ekstraksi DNA, terlebih dahulu dilakukan proses dekalsifikasi. Proses ini ditengarai dapat menimbulkan inhibisi pada proses PCR (Schiffner, 2005), dengan mengingat adanya penggunaan EDTA sebagai bahan dekalsifikasi tulang dan gigi. Meski demikian dugaan ini masih perlu dibuktikan melalui sebuah penelitian, untuk mengetahui efek EDTA yang mungkin masih tertinggal pada hasil ekstraksi DNA dengan metode chelex dan dekalsifikasi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan EDTA dan chelating resin secara bersama-sama atau sendiri-sendiri merupakan sebuah hal yang patut untuk diwaspadai, karena berpotensi menghambat proses penggandaan DNA melalui reaksi Polymerase Chain Reaction (PCR) pada lokus TH01, TPOX, VWA, Amelogenin (DNA inti) maupun DNA mitokondria pada produk amplifikasi 143 bp. Selain itu penelitian ini menemukan adanya suatu teknik ekstraksi yang dapat digunakan sebagai alternatif, bila menggunakan bahan chelating agent sebagai bahan ekstraksi DNA. Teknik ekstraksi ini merupakan modifikasi dari metode chelating resin dengan memakai presipitasi alkohol dalam proses ekstraksi DNA, yang berfungsi untuk memisahkan DNA dari residu atau sisa ekstraksi DNA yang terampil pada supernatan DNA. Proses ini diharapkan sangat berguna untuk mendapatkan DNA yang feasible digunakan pada proses PCR pada metode ekstraksi chelating resin dengan tahapan dekalsifikasi, dengan mengingat bahwa kedua bahan (Chelating resin dan EDTA), yang digunakan memiliki potensi yang sama dalam menghambat reaksi amplifikasi DNA dengan cara Polymerase Chain Reaction (PCR). Hal ini disebabkan kedua bahan bersifat sebagai chelating agent yang memiliki fungsi yang hampir sama, yakni mengikat ion metal pada proses ekstraksi DNA. Kata kunci: DNA, chelating agent

ID : 139/08/TDC-HB DP2M 2007

Anda mungkin juga menyukai